SUPLEMEN PEKAN KEBAKTIAN KELUARGA TAHUN 2024, WARI I

Invocatio :

Lidah lembut adalah pohon kehidupan, tetapi lidah curang melukai hati. “( Amsal 15:4)

Bacaan :

Ayub 1:4-5

Khotbah :

Matius 18:10-14

Tema :

Meherga Kap Anak-anak ( Anak-anak adalah Berharga)

 

Pendahuluan

Beberapa minggu lalu anak bungsu saya yang masih kuliah bertanya & minta ijin mewawancarai saya melalui Video Call untuk keperluan tugas kuliahnya.

Anak : “Menurut mama, aku ini beban berat yang harus ditanggung, karena harus diberi makan, diurus, dibesarkan dan di kuliahkan atau sebaliknya merupakan investasi masa depan?”

Saya : “Menurut mama, kamu adalah anugerah yang terindah dari Tuhan, semua anak-anak mama adalah harta yang tak ternilai harganya. Kalau diberi makan, disekolahkan dan dibesarkan itu bagian dari tanggung jawab orang tua nakku, bukan jadi beban. Mama-papa merawat dan menyekolahkanmu supaya kelak bisa jadi orang yang lebih dari orang tuamu dalam segala hal, sukses dan membahagiakan keluarga & jadi berkat.

Anak : “Jadi menurut mama, aku ini investasi masa depan?”

Inilah sekelumit dialog kami dengan anak kami ketika dia bertanya tentang siapa dia di mata orang tuanya.

Ketika Anda melihat anak Anda, apakah yang Anda lihat? “Mulut yang harus diberi makan & beban yang harus dipikul serta ditanggung ?”

Atau justru “melihatnya sebagai hadiah & berkat yang tak ternilai dari Tuhan ?” Mungkin ada begitu banyak arti “seorang anak” bagi orangtuanya. Namun, Alkitab membantu kita memandang anak-anak sebagaimana mereka sesungguhnya: Anak-anak adalah pemberian Allah, sesungguhnya, mereka itu anugerah” (Maz. 127:3 BIS). “Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya”. (Maz. 139:13-14)

Anak-anak kita adalah pemberian Allah. Dia menciptakan setiap mereka dengan penuh kasih dan memberikan mereka kepada kita sebagai anugerah indah yang berharga. Melalui ketiga teks Firman Tuhan, baik Invocatio, Ogen maupun Khotbah, dalam Pekan Kebaktian Keluarga Hari I ini kita diingatkan bagaimana harus memperlakukan anak-anak kita & apa tanggung jawab kita sebagai orang tua. Sudahkah kita menjadikan mereka sebagai anugerah yang berharga dari Tuhan ?

Isi & Pendalaman Teks

Teks Kotbah, Matius 18:10-14 adalah lanjutan pengajaran Tuhan Yesus kepada murid-muridNya yang menggambarkan betapa besarnya penghargaan yang diberikan Allah Bapa kepada setiap orang yang percaya kepada Yesus, termasuk orang-orang yang terpinggirkan dan dianggap kecil dan hina sekalipun. Yesus memperingatkan para pengikut-Nya agar tidak meremehkan orang-orang percaya, dengan menyebut mereka "anak-anak kecil." Mereka dihubungkan dengan kemuliaan Allah melalui para malaikat mereka di surga.

Ay. 10 : Ada malaikat mereka di surga yang memandang wajah Bapa.

Ayat ini menunjukkan bahwa anak-anak kecil begitu berharga di mata Tuhan, sehingga Ia menugaskan malaikat-malaikatNYA, yang dekat dengan Dia untuk mengawasinya, artinya tidak ada satupun dari anak-anakNya yang sekalipun lemah dan tak berdaya, yang terluput dari pandangan Allah. Kalau Allah Bapa sendiri begitu tinggi menilai & menghrgai anak kecil, jelas bahwa kita tidak boleh menganggap rendah mereka.

Ay. 11 : Ayat ini ada dalam tanda kurung, karena dalam manuscript-manuscript aslinya ayat ini tidak ada. Jadi, ayat ini dianggap sebagai penambahan redaksi dan sebetulnya tidak ada dalam tulisan aslinya.

Ay. 12-14 : setelah memberikan gambaran umat-Nya yang dikasihi-Nya seperti anak-anak kecil, Yesus melanjutkan dengan memberikan gambaran umat-Nya yang diperhatikan-Nya seperti domba yang dikasihi oleh gembalanya. Umat-Nya yang paling tidak berharga dalam pandangan dunia ini pun akan dicari oleh Allah seperti kesungguhan seorang gembala yang mencari satu domba yang hilang. Jika seorang gembala pun akan meninggalkan 99 domba-dombanya untuk mencari satu domba yang terhilang, demikian juga Bapa di surga tidak ingin satu pun dari anak-anak-Nya terhilang.

Teks ini menunjukkan bagaimana Kasih Allah Bapa yang begitu besar bagi umatNya. Allah kita adalah gambaran Bapa yang selalu peduli dan berusaha supaya semua anak-anakNya berada dalam perlindungan-Nya dan tidak ada yang terhilang. Karena kasih-Nya yang begitu besar Allah rela mengutus Putera tunggal-Nya yakni Yesus Kristus untuk menghimpun, menuntun, dan membimbing kita semua anak-anak-Nya agar selalu berada pada jalan kebenaran dan keselamatan-Nya.

Invocatio Amsal 15:4 adalah bagian dari nasehat Salomo yang memberi didikan dan pengajaran yang penting, tidak hanya bagi bangsa Israel di zamannya, tapi juga masih relevan dengan kehidupan kita pada zaman kini. Bahwasanya, lidah lembut menjadi pohon kehidupan bagi orang yang memiliki dan memeliharanya, seseorang yang berpegang padanya akan berbahagia.

“Pohon kehidupan” adalah sebuah metafora yang melukiskan kehidupan kekal sebagai anugerah Tuhan. Oleh karena itu, berbahagialah orang yang memiliki lidah lembut karena bisa menyejukkan hati banyak orang yang menyenangkan hati Tuhan. Lidah lembut pada umumnya dimiliki oleh orang yang takut akan Tuhan, dan dengan demikian harusnya akan memperkatakan segala perkataan yang baik, benar, jujur, bijak dengan penuh rasa takut akan Tuhan. Demikian teks Invocatio ini mengingatkan kita untuk mendidik dan mengajarkan anak-anak kita sebagai orang tua yang takut akan Tuhan, yang harusnya mendidik dan mengajar dengan lidah yang lemah lembut, sehingga hidup anak-anak kita terarah kepada kehidupan yang baik dan merasakan “kasih sayang” orang tuanya dalam setiap ajar & didikan yang diterimanya. Menurut teori perkembangan anak, anak yang dididik & diajar dengan lemah lembut akan tumbuh menjadi anak yang menghargai & mengasihi orang tua. Sebaliknya anak yang didik & diajar dengan amarah, bentakan & dengan “lidah yang tajam” setajam silet akan tumbuh menjadi anak pembangkang, kurang percaya diri & mengalami luka bathin.

Dalam Teks Ogen : Ayub 1:4-5 bagaimana kita belajar dari tokoh Ayub sebagai seorang Bapa dan orang tua yang baik, yang bertanggung jawab bagi keselamatan anak-anaknya. Ketika anak-anak Ayub yang laki-laki biasa mengadakan pesta di rumah mereka masing-masing secara bergiliran. Ketiga saudara perempuan mereka juga diundang untuk makan dan minum bersama-sama mereka. Setiap kali, apabila pesta telah berlalu, Ayub memanggil mereka, dan menguduskan mereka. Keesokan harinya, pagi-pagi, Ayub mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah mereka. Ayub berpikir: “Mungkin anak-anakku sudah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di dalam hati.” (ayat 5). Sebagai orang-tua beriman, Ayub sangat memperhatikan keselamatan rohani anak-anaknya. Ia memperhatikan kelakuan dan gaya hidup mereka, berdoa agar mereka terpelihara dari yang jahat dan mengalami berkat dan keselamatan Allah. Ayub menjadi contoh seorang bapa (orang tua) yang hatinya terarah kepada anak-anaknya dengan menyediakan waktu dan perhatian yang penuh agar mereka terhindar dari kehidupan yang terjerumus dalam dosa. Kita perlu belajar dari Ayub, yang peka & peduli terhadap segala kemungkinan yang dapat membawa anak-anaknya menjauh dari Tuhan.

Aplikasi

Dari ketiga bahan alkitab dalam Pekan Kebaktian Keluarga hari I ini, kita dapat menemukan beberapa pesan dan point penting untuk kita renungkan dan aplikasikan:

  1. Jadikan Anak sebagai harta yang berharga & anugerah yang tak ternilai dari Tuhan

Falsafah hidup orang Batak mengatakan, “Anakhonki do hamoraon di au” (Anakku adalah harta kekayaan bagiku). Jika anak adalah harta yang berharga, maka setiap orang tua, harus berusaha & bekerja keras menjaga, mendidik dan melindungi agar anak-anak kita tidak seorang pun yang tersesat & terhilang. Firman Tuhan yang menjadi teks khotbah, mengingingatkan kita untuk menjaga & mendidik anak-anak kita agar tidak sempat tersesat & menjauh dari kebenaran Firman Tuhan akibat tantangan zaman ini. Perkembangan zaman ini dalam segala aspek dapat membuat anak-anak kehilangan arah & terhilang dari jalan yang benar. Mereka dipengaruhi oleh berbagai gaya hidup yang semakin hedonis, mental instant, mencari kesenangan & kenikmatan yang menyesatkan, baik melalui TV, media sosial & lingkungan sekitar mereka. Terlebih, banyak orang tua zaman sekarang kurang perhatian kepada anak. Kesibukan dan persaingan hidup membuat keluarga lebih fokus pada kesuksesan finansial daripada keutuhan keluarga dan persekutuan dengan anak-anak. Sehingga anak-anak banyak yang menjadi korban konsumerisme, broken-home, dan terjerumus ke dalam pergaulan bebas, narkoba, yang membuat mereka terhilang dan jauh dari Tuhan akibat kehausan akan kasih sayang orang tua.

Sesuai dengan Tema: Meherga Kap Anak-anak. Kita melihat bagaimana Yesus juga begitu menghargai anak-anak dan memberikan kepada mereka identitas yang sangat tinggi yaitu “sebagai orang yang empunya kerajaan Sorga” dan sebagai model bagaimana kita harus menyambut Kerajaan Allah. Yesus mengatakan ”Aku berkata kepadaMu, sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya.” Lalu Yesus memeluk mereka (Mrk. 10:15-16), memberkati mereka dan berdoa bagi mereka.

Karena itu, mari kita juga memandang anak-anak kita sebagai harta yang berharga, dengan terus memberitakan Injil kepada mereka, membawa mereka kepada Yesus dan mendoakan mereka senantiasa agar tidak satupun mereka tersesat dan terhilang. Dan terutama yang lebih indah dari itu bila mereka sejak kecil sudah percaya, mereka akan memiliki waktu yang sangat panjang untuk bersaksi dan melayani Tuhan.

  1. Mempraktekkan kasih dan kelemah lembutan dalam mendisiplinkan anak

Menasehati & memarahi anak setelah melakukan kesalahan adalah hal yang wajar dilakukan orangtua. Tapi akan berdampak buruk jika orangtua mendisiplin anak dengan cara yang berlebihan, bahkan sampai membuatnya menderita. Disiplin yang salah sebagai bentuk luapan emosi, kemarahan yang tidak terkontrol atau ketidaksabaran berlebihan dapat menjadikan anak menjadi korban kekerasan, baik itu secara fisik & psykhis.

Berdasarkan data terbaru dari Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI-PPA) yang dikelola oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), terhitung sejak Januari hingga pertengahan Agustus 2024, jumlah korban kekerasan anak di Indonesia mencapai 15.267 anak. Catatan SIMFONI-PPA ini sendiri mencakup berbagai jenis kekerasan yang dialami anak, termasuk kekerasan fisik, psikis, seksual, eksploitasi, trafficking, hingga penelantaran.

Jadi, adalah lebih baik mengoreksi kesalahan anak dengan penuh kasih, kesabaran dan kelemah lembutan seperti yang diingatkan oleh Teks Invocatio kita, daripada menyaksikannya menangis menahan rasa sakit fisik hingga menderita trauma, luka bathin dan kepahitan. Jika anak adalah hadiah atau anugerah dari Tuhan, orangtua sudah sepantasnya memperlakukan anak dengan mengucapkan perkataan yang positif, penuh kasih & kelemah lembutan, perkatakan kata-kata yang mengandung berkat, dan memotivasi hidup bagi anak-anak kita.

  1. Sudahkah kita menjadi orang tua yang bertanggung jawab dan peduli akan keselamatan rohani anak-anak kita ?

Pada bagian terakhir renungan ini mari kita mengevaluasi diri, sudahkan kita menjadi orang tua yang baik dan berkenan bagi Tuhan ? Sudahkan selama ini kita fokus pada pertumbuhan iman & keselamatan rohani anak-anak kita ? Atau lebih sering fokus & disibukkan hanya untuk memenuhi kebutuhan materi dan jasmani anak-anak kita ?

Firman Tuhan mengingatkan kita sebagai orang tua tidak hanya mendidik & membesarkan anak-anak kita untuk meraih sukses kehidupan tetapi juga mendorong mereka untuk hidup takut akan Tuhan, berpegang pada kebenaran Tuhan sehingga tidak tersesat dan terjerumus dalam dosa. Untuk itu kita harus belajar menjadi Ayub zaman kini, yang selalu peduli dan tekun tidak hanya mendoakan & menguduskan anak-anaknya, tapi sekaligus menjadi contoh dan teladan bagi anak-anaknya dalam hal ketaatan, kesalehan, takut akan Tuhan, jujur, tulus & menjauhi kejahatan, sebagaimana dikisahkan di dalam teks Ogen kita. Karena pengajaran dan didikan yang paling efektif adalah melalui contoh dan teladan.

Anak-anak kita adalah generasi yang dipersiapkan Tuhan untuk menyatakan kemuliaan-Nya atas dunia yang semakin rusak ini. Karena itulah, Tuhan menitipkan anak-anak-Nya kepada kita, orang tua, supaya bisa mempersiapkan mereka menjadi anak panah-Nya, menjadi pemimpin iman yang siap bertempur dan menyatakan kebenaran Tuhan atas generasinya. Jadi, panggilan Tuhan atas kita orang tua adalah menjadi mitra-Nya untuk membesarkan, mendidik dan melatih anak-anak kita yang dipercayakan Tuhan bagi kita, dengan penuh kasih dan kesabaran & kelemah lembutan.

Anak-anak sangatlah berharga di mata Tuhan. Apa yang berharga di mata Tuhan sudah sepatutnya berharga bagi kita.

                                       Pdt Jenny Eva Karosekali STh. M.Min.

GBKP RG HARAPAN INDAH

SUPLEMEN PEKAN DOA GBKP TAHUN 2024 WARI VII,1 PETRUS 17-21

Invocatio :

Bilangan 11:2

Renungan :

1 Pet 1:17-21

Tema :

Doni Ingan Mpermuliaken Dibata/Dunia Tempat memuliakan Tuhan

 

Pengantar

Manusia dan Dunia adalah tanda Allah memberikan kehidupan. Pada Yoh 1:1-10 menggambarkan yang pada mulanya adalah Firman dan firman itu adalah Allah yang menjadikan dunia ini dan ia sebagai pemberi kehidupan kepada seluruh ciptaan termasuk manusia. Dunia dibentuk dari ketiadaan menjadi ada dan sangat lengkap, segala kebutuhan manusia untuk hidup di dunia telah disediakan olehNya.

Allah ialah Masterpiece yang tidak tertandingi, ia menciptakan dunia dan segala isinya, segala makhluk yang ia ciptakan juga dilengkapi kebutuhan makanan dan minumannya sebagai tanda Allah sang pemberi kehidupan. Di tengah alam ini Ia menyediakan obat untuk makhluk yang mengalami sakit. Allah memberikan pengetahuan kepada seluruh makhluk yang Ia ciptakan agar mampu mengolah alam dinikmati.

Dalam penyertaan Allah sebagai manusia yang selalu merasa tidak puas, perasaan itu digambarkan dalam perjalanan bangsa israel menuju kadesy ia bersungut-sungut, merasa tidak puas, perasaan itu bentuk pemberontakan bangsa israel kepada Allah dan menuduh Allah sebagi penyebab dari semua nasib buruk yang menimpanya serta menuntut tanggung jawab Allah. Maka Allah pun menjadi marah dan menyalalah api Tuhan diantara mereka di tepi tempat perkemahan. Pada saat itu “Orang-orang itu berteriak-teriak minta tolong kepada Musa. Lalu Musa berdoa kepada TUHAN, maka padamlah api itu.” (TB-BIS). Sikap orang israel ini seperti kacang lupa kulitnya tidak tahu berterima kasih. Bukankah Dunia ini tempat kita menikmati cinta kasih Tuhan dengan segala yang Ia ciptakan kita dapat mensyukurinya.

 ISI

(ay. 17)

“Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa”. ‘Bapa’ di sini menunjuk kepada Allah sebagai Bapa dari alam semesta yang hidup dalam kekudusan. Petrus menyatakan hal itu untuk mendorong dan menguatkan orang-orang Kristen untuk terlibat dan ikut serta dalam jenis kelakuan yang kudus (berbeda) yang sesuai bagi anak-anak Allah. Melalui perlakuan seorang anak, maka nama keluarga dipertaruhkan. Karena itu, katanya, “perhatikanlah secara mendalam bagaimana engkau berkelakuan”. Bapa yang dimaksud oleh Petrus adalah “Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya”. Kata ‘menghakimi’ menunjuk pada penghakiman dari Bapa. Itu berbicara tentang penghakiman akhir dari Allah di antara umat-Nya dan juga menunjuk pada penghakiman yang terus berlangsung dari Allah dengan melatih dan memerintah anggota-anggota keluarga-Nya. Ia mengasihani semua anak-anak-Nya, dan menyediakan keselamatan untuk semua, sehingga keselamatan itu tetap akan menjadi bagian mereka yang merespon kasih Allah dengan hidup dalam kehendak dan perintah-Nya. Kasih Allah (AGAPE) selalu digambarkan sebagai kasih yang tidak tergantung dari kehidupan dari orang yang dikasihi. Karena itu, sering diartikan sebagai ‘kasih walaupun’, artinya ‘Allah tetap mengasihi kita walaupun kita tidak layak dikasihi’.

“Maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini”. Petrus mengingatkan bahwa di dunia ini kita hanya tinggal sementara, dan karena itu disebut ‘menumpang’. Akan tetapi, hidup yang hanya sementara ini menentukan hidup kita yang akan datang dalam kekekalan. Apakah kita akan menerima hidup yang kekal atau sebaliknya. Agar beroleh hidup kekal itu, Petrus mengatakan agar kita hidup dalam ‘ketakutan’. Takut yang dimaksud adalah buah dari kasih kepada Allah dan pengenalan yang benar terhadap sang Pencipta yang Mahakuasa. Takut itu ditunjukkan melalui sikap hormat kepada Allah, hidup beribadah kepada-Nya dan berpengharapan penuh kepada sang Bapa dalam segala aspek hidup.

(ay. 18-19)

Mengapa Petrus mengajar untuk takut kepada Allah.? Apakah supaya mereka diberkati atau diselamatkan.? Ternyata tidak. Setiap orang harus taat dan takut akan Tuhan karena setiap orang telah diberkati dan ditebus dengan darah yang mahal. ‘Penebusan’ tentu adalah pembelian dari perbudakan. Yohanes 8:34, “Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa”. Melalui nats ini, jelas sekali bahwa manusia telah dikuasai dan diperhamba dosa. Bahwa dosa itu memperbudak orang yang melakukannya bisa terlihat dan terasa pada ketidakmampuannya untuk membuang dosa itu. Karena itulah Allah mengambil inisiatif untuk melepaskan dan membebaskan menusia dari belenggu dosa itu. Dengan demikian Allah mengutus Anak-Nya yang tunggal sebagai korban dalam penebusan itu, karena hanya dengan cara demikianlah manusia layak menjadi hamba Allah dan lepas dari genggaman iblis.

Penebusan yang dimaksud Petrus adalah penebusan ‘dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu’. Ini jelas menunjuk pada kehidupan yang berdosa, dan kata ‘sia-sia’ menunjukkan bahwa kehidupan, tingkah laku yang kosong, bodoh, dan tidak berguna, penuh dengan harapan yang sia-sia rasa takut yang sia-sia, keinginan yang sia-sia dan tidak ada gunanya di hadapan Tuhan. Manusia ditebus ‘bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat’. Ini menunjukkan bahwa tidak ada yang bisa menebus kita dengan sempurna dari dosa kecuali darah dan pengorbanan Yesus. Ini menunjukkan bahwa Kristus merupakan penggenapan dari domba korban dalam Perjanjian Lama, khususnya domba Paskah. Namun pengorbanan Yesus sempurna dan hanya berlaku untuk selamanya serta memberikan jaminan kehidupan dan keselamatan yang kekal.

(ay. 20)

“Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan”. Yesus Kristus adalah rencana kekal Allah. Sebelum penciptaan dunia, Ia ditentukan untuk pekerjaan yang diberikan kepadaNya untuk dilakukan. Kadang-kadang kita cenderung berpikir tentang Allah yang mula-mula sebagai Pencipta dan lalu sebagai Penebus. Mungkin kita berfikir bahwa Ia menciptakan dunia ini dan lalu pada waktu ciptaan menjadi kacau, Ia mencari jalan untuk menyelamatkannya dan jalan itu adalah Yesus Kristus. Tetapi di sini kita mendapatkan gambaran bahwa rencana Penebusan-Nya bukanlah merupakan suatu tindakan darurat yang terpaksa Ia lakukan pada waktu kehidupan ciptaan menjadi kacau. Rencana penebusan-Nya sudah ada sebelum penciptaan. Inkarnasi, kematian, dan kebangkitan Kristus bukanlah merupakan akibat atau hasil dari perubahan rencana untuk menghadapi keadaan yang tadinya tidak terlihat; hal-hal itu dilihat lebih dulu dan ditentukan lebih dulu dalam rencana kekal Allah.

(ay. 21)

“Oleh Dialah kamu percaya kepada Allah”. Kita tidak bisa percaya kepada Allah dan tidak bisa menerima anugerah keselamatan yang kekal itu tanpa melalui Kristus. Karena itu baiklah kita mengingat bahwa Kristus tidaklah secara sia-sia disebut sebagai ‘gambar Allah yang tidak kelihatan’ (Kol 1:15), nama/ sebutan ini diberikan kepada-Nya untuk alasan ini, karena tidak ada yang dapat sampai kepada Allah kecuali melalui Yesus. Dan hanya Kristus sendirilah yang bisa menenangkan hati nurani kita, sehingga kita berani datang dengan yakin kepada Allah dan menjadi anak-anak-Nya.

Petrus berbicara tentang kebangkitan Kristus, supaya iman dan pengharapan mereka mempunyai dasar yang teguh. Petrus membicarakan kebangkitan Kristus dan pemuliaan-Nya, untuk menunjukkan bahwa penebusan Kristus telah diterima oleh Allah, dan itu sebabnya Kristus bisa bangkit dan dimuliakan. Juga semua ini menunjukkan bahwa kalau Kristus yang adalah kepala kita sudah dimuliakan/ di surga, maka kita yang percaya, pasti juga akan dimuliakan dan masuk surga bersama dengan Dia.

Kesimpulan

Sebagai orang Kristen sangatlah penting sadar akan penyertaan Tuhan dalam kehidupan ini, bahwa di Dunia ini ialah tempat untuk memulikan Tuhan karena ialah masterpiece dalam hidup ini dan sang pemberi kehidupan. penulis menyimpulkan dengan lirik lagu Rohani

“Alam semesta

Melukiskan kebesaran Tuhan

Bumi dan surga

Menyanyikan kemuliaan nama-Mu

Hosana, hosana

Layak dipuji disembah

Kaulah yang bertahta

Dulu sekarang dan slamanya

Raja atas sgala raja

Nama-Mu besar termulia”

Tuhan memberkati Solideo Gloria

Vic. Ekitwynn Handinata Kemit, S.Si.Teol, CCM,.

SUPLEMEN PEKAN DOA GBKP TAHUN 2024 WARI VI, AMSAL 20:5-10

Invocation :

Matius 5:37 Jika ya, hendaklah kamu berkata ya, jika tidak, hendaklah kamu berkata tidak, apa yang lebih dari itu berasal dari sijahat.

Renungan :

Amsal 20:5-10

Tema :

Untung kap ndalanken kebujuren (keuntungan menjalakan kebaikan)

 

Manusia adalah gambar dan rupa Allah, tanah merupakan bahan material dari manusia namun esensial adalah roh Allah yang kekal dan mulia. Roh itu adalah pribadi yang eksistensinya berkompeten berpikir, berperasaan dan berkehendak. Dalam hakekat Allah inilah manusia di ciptakan. Dalam konteks kejatuhan manusia kedalam dosa tampaknya manusia itu sebelumnya belum dapat membedakan baik atau buruk atau benar dan salah, hal itu dapat dilihat Ketika iblis melancarkan tipu muslihatnya, tetapi tanpa ada perlawanan dari manusia. Sejalan dengan invacatio berkata benar : kalau ya katakana ya kalau tidak hendaklah berkata tidak.

Hikmat yang datangnya dari Allah membuat seseorang dapat membedakan apa yang baik yang berkenan kepadaNya dan yang tidak baik yang tidak berkenan dihati Allah menjauhi hal-hal yang tidak berkenan itu. Sumber hikmat ada pada Tuhan yang memberikan telinga untuk mendengar, mata untuk melihat, dan akal budi untuk belajar. Hikmat jauh melampaui akal budi duniawi ini dan bila kita mengejar hikmat dengan sungguh-sungguh kita akan mendapatkannya. Sebagai umat Allah kita diberikan kemampuan untuk membedakan mana kehendak Allah yang berkenan di hadapannya dan inilah dikatakan berhikmat. sebenarnya sudah banyak yang berkuarang pada diri manusia , sudah banyak yang hilang karena dosa, manusia bekerja tidak dalam rangka kemuliaan Tuhan, manusia bekerja hanya untuk kepuasan diri sendiri.

Isi metode BGA

Apa yang kubaca

  1. Rancangan dihati manusia itu seperti air yang dalam

6.7   Banyak orang yang menyebut dirinya baik hati, setia, benar dan bersih sekaligus itu bukti seseorang telah menguduskan diri. Ini yang akan membahagiakan keturunannya

  1. Hikmat dan pengetahuan penting bagi seorang raja yang mengambil keputusan dalam pengadilan
  2. dua macam timbangan

Pesan yang kubaca:

  • Untuk memperoleh pengetahuan dari orang yang tertutup, dan tidak pandai berbicara Dimana mereka menyimpan banyak perkara didalam hatinya, meski tersimpan jauh seperti air yang dalam orang yang pandai pasti bisa menimbanya.
  • Murah melihat orang yang berpura-pura baik hati yang akan membesar-besarkan kebaikan kecil yang mereka lakukan. Namun sulit menemukan orang yang benar-benar baik dan murah hati dan akan melakukan lebih banyak dari pada apa yang mereka katakana, apa lagi menjadi sahabat sejati dimasa susah. Berbuat baik bagi keluarganya, berbahagialah keturunannya dan hidup mereka akan lebih baik karena Allah akan menyimpan belaskasihan bagi keturunannya
  • Dampak yang baik dari pemerintah yang baik, kehadiran seorang raja sangat berpengaruh dalam pengambilan Keputusan. Jika seorang yang besar bijaksana dalam mengunakan kekuasaannya bertapa besarnya kebaikan yang mereka lakukan begitu juga dengan besarnya kejahatan yang mereka bisa hentikan.
  • Sesungguhnya kita tidak dapat mengatakan kita bersih dan murni dari segala dosa, meskipun oleh karena Anugrah kita telah dibersihkan dari sebelumnya.
  • Dua macam timbangan, dua macam takaran, lain timbangan pembelian lain timbangan penjualan ini satuhal kecurangan yang tidak berkenan dimata Allah. Dia tidak akan Diberkati dalam pekerjaannya.

Peringatan : Jangan menipu orang lain

Apa saja responku: berusaha memperoleh hikmat, Bersyukur atas penebusan dosa yang diberikan Tuhan.

Arti perbuatan baik menurut spinoza ahli ilmu pengetahuan jerman adalah perbuatan yang bijaksana, yakni perbuatan yang mencari pengertian dan tidak membiarkan dirinya diperbudak oleh emosi emosi pasif, seperti nafsu mencari kenikamatan, paerasaan takut, balas dendam. Orang yang baik mampu mengembangkan emosi-aktif seperti kekuatan dan kebesaran hati, budi luhur, kemampuan untuk menguasai diri, berkepala dingin dan sigap terhadap bahaya melalui nalarnya. Seseorang yang memiliki prinsip kebenaran, kejujuran dan keadilan, kemurahan hati dan kasih terhadap orang lain Tantangan yang kita hadapi untuk melakukan perbuatan baik sering sekali di pengaruhi oleh ego seseorang dan dosa yang diwariskan .

Kita harus memahami dan mematuhi rambu-rambu yang Allah tetapkan, jangan pernah bermimpi kita hidup didunia yang damai jika kita tidak mematuhi kehendak Allah, dunia hanya bisa aman dan tentram, keluarga bisa Sejahtera kalau semua yang terlibat di dalamnya mau menaklukan diri pada ketetapan Allah. Tetap semangat menjalankan kebaikan walau terkadang orang lain mengangap kita lemah. Karens Orang baik akan bernasib baik, tidak hanya untuk dirinya sendiri tapi juga terhadap keturunannya. Tuhan Yesus memberkati.

Pdt. Elia Keliat

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD