SUPLEMEN PEKAN KEBAKTIAN KELUARGA TAHUN 2024, WARI II

Invocatio :

1 Timotius 4:12

Ogen :

Kuan-kuanen 1:1-6

Khotbah :

Markus 10:13-16

Tema :

Pelepas danak-danak sebage danak-danak

 

I. Pendahuluan

Anak-anak menjadi bagian yang penting dalam pelayanan Yesus selama di dunia, maka dalam gereja, anak-anak seharusnya juga menjadi bagian yang penting. Kemurnian dan kepolosan seorang anak jangan sampai menjadi alasan untuk beranggapan bahwa mereka belum saatnya mendapatkan perhatian yang besar dari gereja. Justru dengan kemurnian, kepolosan, dan ketulusan mereka, gereja berkesempatan membangun fondasi yang kuat bagi pembangunan gereja pada masa-masa mendatang. Anak-anak adalah masa depan gereja olehh karena itu gereja harus turut bertanggung jawab atas tumbuh kembang kehidupan seorang anak, terutama hidup rohani mereka.

II. Penjelasan Teks

A. Khotbah Markus 10:13-16

Markus menceritakan bahwa orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus. Alasan orang membawa anak-anak kepada Yesus pasti disebabkan karena mereka mengenal Yesus sebagai pribadi yang ramah, terbuka, mau menerima semua orang, termasuk anak mereka. Mereka tahu pasti bahwa Yesus tidak akan keberatan menerima anak-anak mereka. Seperti mereka telah terberkati oleh Yesus, inilah yang mendorong orang-orang ini membawa anak-anak agar Yesus menjamah mereka. Arti kata menjamah yang dimaksud adalah “menyentuh” atau “memegang”, ini tidak menunjukkan bahwa anak-anak itu sedang memerlukan kesembuhan jasmani dari penyakit, namun sebagai tanda bahwa Ia berkenan memerintah atas dan memberkati mereka. Arti lain dari kata “menjamah” adalah memberikan berkat khusus bagi masa depan mereka . Hal ini senada dengan Matius 19:13 bahwa “Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan mendoakan mereka.” Jadi yang dimaksud dengan ‘menjamah’ dari teks ini adalah Yesus Kristus memberikan berkat dan doa kepada para anak..

Para murid menjadi penghalang ketika mereka berusaha melindungi Yesus dari gangguan anak-anak yang dianggap “kurang penting”. Sikap murid-murid sepertinya dilandasi pemahaman pribadi mereka bahwa waktu Yesus terlalu berharga untuk terbuang bagi melayani anak-anak. Bagi para murid, yang dilakukan orang-orang ini tidak dapat ditoleransi, bahwa Guru direpotkan untuk memperhatikan anak-anak kecil yang tidak membutuhkan perhatian khusus. Kehadiran anak-anak pastinya dianggap mengganggu dan tidak menghargai keberadaan Yesus.

Yesus marah dan menegur dengan tegas para murid-Nya yang telah menghalangi anak-anak itu datang kepada-Nya. Yesus mengatakan kepada para murid “ biarkan anak-anak itu datang kepadaKu, jangan menghalang-halangi mereka.” Walaupun anak-anak itu masih kecil dan belum memahami dengan baik maksud orang tua mereka membawanya kepada Yesus, tetapi Yesus tetap menghargai setiap anak-anak yang datang. Ia tidak menginginkan orang dewasa menghalangi anak-anak bertemu dan mendapatkan pelayanan dari-Nya

 Kata “orang-orang yang seperti itulah” tidak mengarah kepada diri anak sebagai pribadi, Yesus memberi perumpamaan dengan merunjuk pada karakter anak yang mampu menerima orang lain, bergantung, dan memiliki kepercayaan penuh kepada orang lain. Di sini Yesus memberikan peringatan khusus dan serius kepada murid-muridnya tentang pentingya menyambut anak-anak.

Lalu Yesus memeluk anak-anak itu dan sambal meletakkan tangganNya atas mereka, Ia memberkati mereka. Tindakan memeluk ini berarti tindakan menerima mereka yang melampaui keinginan untuk menyentuh. Dalam hal ini Yesus menerima anak-anak lebih dari yang diharapkan oleh para orang tua, Yesus bukan hanya menyentuh tetapi juga menerima seperti seorang anak dalam pelukan ibunya. Pada kesempatan ini pelukan harus diulangi beberapa kali, dan setiap pengulangan akan menekankan teguran yang baru saja diucapkan kepada murid-murid. Usaha murid-murid menyelamatkan Yesus dari kemungkinan kelelahan, justru dianggap merampas kesempatan Yesus menyatakan kasih sayang pada anak-anak kecil ini.” Dalam teks sejajar Matius menghilangkan tindakan memeluk yang indah ini. Dia mungkin mengira bahwa itu tidak selaras dengan keagungan Mesias.

Apa yang Yesus lakukan, tidak hanya menjamah seperti yang telah diminta orang tua mereka. Namun Dia memberikan yang lebih dari yang diminta dengan memeluk setiap anak. Dalam sebuah pelukan pastinya melibatkan perasaan secara pribadi. Saat Yesus memeluk anak-anak itu, ada keterlibatan secara emosi dan pribadi antara Yesus dengan anak - anak itu. Bagi seorang anak, pelukan itu amat berarti karena mendatangkan rasa aman, rasa diterima, rasa dihargai, dan rasa dicintai. Yesus dengan tulus memberikan itu kepada mereka. Tidak itu saja, Yesus juga meletakkan tangan atas anak-anak itu lalu memberkati mereka.

B. Bacaan Amsal 1:1-6

Dalam bagian pertama Kitab Amsal, tercantum tujuan dari penulisan kitab itu, yaitu untuk menolong setiap orang yang membacanya agar mereka mengetahui hikmat, kebenaran, keadilan, dan kejujuran. Kitab Amsal sejatinya dibutuhkan oleh setiap orang, sebab tidak ada seorang pun yang sempurna. Kitab Amsal bukan hanya dibutuhkan oleh mereka yang kurang pengetahuan, melainkan juga oleh mereka yang pandai. Sebab, orang-orang yang penuh pengetahuan pun belum tentu berhikmat. Hikmat tidak sama dengan pengetahuan. Hikmat lebih dalam dan luas daripada sekadar informasi. Hikmat adalah sikap dasar yang memengaruhi seluruh aspek kehidupan seseorang. Hikmat menolong seseorang untuk dapat membedakan yang benar dan salah, yang baik dan buruk, kemudian memilih keputusan yang tepat dalam keseharian hidupnya. Hikmat bahkan memampukan seseorang memilih yang terbaik di antara yang baik. Hikmat inilah yang seharusnya diajarkan oleh gereja kepada anak-anak sehingga ketika mereka menghadapi kesulitan, mereka akan dimampukan untuk memilih yang benar dan diperkenan oleh-Nya. Ketika mereka mendapatkan tekanan atau masalah, mereka dimampukan untuk berjuang mengatasi masalah mereka. Tidak semua orang dapat memiliki hikmat karena hikmat bersumber dari Tuhan. Hanya mereka yang hidup di dalam Tuhan yang dapat memperolehnya. Sebab, dasar dari hikmat adalah takut akan Tuhan.

C. Invocatio 1 Timotius 4:12

Nas hari ini menjelaskan bagaimana Paulus menasihatkan Timotius agar melalui perkataan, tingkah laku dan kesetiaannya, ia dapat menjadi teladan bagi banyak orang. Timotius bisa menjadi seorang pribadi yang berintegritas baik, setia dan sanggup mengaplikasikan firman Allah dalam hidupnya sehari-hari, sehingga tidak ada alasan bagi orang lain untuk memandangnya rendah karena dirinya masih muda. Meskipun ia muda, belum banyak pengalaman, belum terlalu dewasa, dan kalau kata orang jaman sekarang menyebutnya “anak masih bau kencur” tetapi ia dapat menjadi teladan di dalam perkataan, tingkah laku, kesetiaan, dan kesuciannya sehingga orang lain atau orang yang lebih tua darinya tidak memandang rendah akan dirinya.

            Marilah belajar menjadi seorang muda yang dapat menjadi teladan di dalam perkataan, tingkah laku dan kesucian hidup. Milikilah perkataan-perkataan yang penuh kejujuran, dapat membangun dan dapat dipercaya. Perkataan seperti ini membangun kepercayaan dan tidak bisa dijadikan alasan bagi orang lain untuk merendahkan kita. Yang lebih penting lagi, kiranya kita memuliakan Allah di dalam percakapan kita, dengan mengetahui bahwa Dia mengetahui setiap kata dan pikiran yang ada sebelum semua itu kita utarakan.

III. Aplikasi

  1. Sikap Yesus Mengajarkan Pelayanan Anak Sama Pentingnya Dengan Pelayanan Orang Dewasa.

Sekalipun anak-anak memiliki keterbatasan untuk memahami akan karya keselamatan dan penebusan yang Yesus lakukan, namun anak-anak penting dalam pandangan Yesus. Bagi Tuhan Yesus, kehadiran anak-anak tidaklah mengganggu dan dijadikan alasam untuk diabaikan. Anak-anak juga bagian dari generasi yang perlu dilayani. Yesus tidak suka sikap murid-murid-Nya yang telah menghalang-halangi anak–anak, untuk datang kepada-Nya. Tindakan Yesus terhadap murid-murid yang marah dan menghalangai kedatangan anak-anak menjadi sebuah bukti bahwa pelayanan anak memiliki bobot sama pentingnya dengan pelayanan orang dewasa. Yesus mengingingkan anak-anakpun mendapat kesempatan untuk mengalami kasih dan berkat-Nya. Karena bagi Yesus Kasih dan Berkat-Nya tidak hanya disediakan untuk orang dewasa, namun juga disediakan-nya bagi setiap lapisan usia termasuk anak-anak.

  1. Sikap Yesus Mengajarkan Pentingnya Membangun Pelayanan Yang Ramah Anak

Yesus marah kepada murid-murid saat mereka menunjukan sikap tidak ramah kepada anak-anak. Yesus memberikan teladan kepda murid-muridnya bagaimana dia meperlakukan anak-anak dengan sikap ramah yang ditunjukan dengan memberikan pelukan, menumpangkan tangan dan memberkati anak-anak. Contoh ini tidak hanya untuk murid-murid pada saat itu, namun juga harus diteruskan kepada umat Tuhan saat ini. Sangat penting membangun pelayanan yang ramah dengan anak. Tempat pelayanan dimana anak-anak diterima, dikasihi dan mendapatkan kenyamanan. Dengan demikian pelayanan seperti ini akan menumbuhkan dalam diri anak-anak pengenalan akan Tuhan.

  1. Sikap Yesus Mengajarkan Kerajaan Allah Terbuka Bagi Setiap Kalangan Usia

Yesus menggunakan figure anak-anak untuk menyampaikan cara memasuki kerajaan Allah. Seseorang perlu belajar seperti anak-anak untuk dapat memasuki kerajaan Allah yang disediakan. Seperti halnya anak-anak yang penuh kegembiraan, semangat dan suka cita dalam menyambut Yesus, demikianlah setiap orang harus memiliki kegembiraan, semangat dan suka cita dalam menyambut Kerajaan Allah.

  1. Sikap Yesus Mengajarkan Bahwa Anak-Anak Bukanlah Pengganggu Namun Generasi Yang Harus Dilayani

Anak-anak tidak boleh dianggap pengganggu dalam pelayanan. Anak-anak adalah bagian generasi yang harus dilayani secara serius. Jika pelayanan kepada anak diabaikan maka tidak menutup kemungkinan, gereja akan kehilangan generasi penerus yang mengenal dan takut akan Tuhan. Ini merupakan tantangan yang harus dijawab agar tidak ada generasi yang terhilang. Sekalipun membangun pelayanan anak bukanlah hal mudah, namun itu merupakan panggilan semua murid Kristus. Anak-anak perlu untuk dilayani dan jangan diabaikan. Pengabaikan terhadap anak-anak juga merupakan bentuk pengabaian akan kehendak Yesus menyatakan kasih kepada anak-anak. Yesus mengasihi dan melayani anak-anak dengan tulus, dengan demikan umat Tuhanpun wajib mengasihi dan melayani anak-anak dengan baik. Karena menjalani kehidupan bagi anak–anak tidaklah mudah, terutama bagi kalangan generasi strawberry.[1] Karenanya anak-anak butuh untuk ditolong, dan mendapatkan dididikan untuk menghadapi masalah yang mereka hadapi. Anak-anak memerlukan bimbingan dan tuntunan dari orang dewasa. Bimbingan yang dibutuhkan anak dapat di dapat dari kegiatan yang dilakukan di sekolah minggu. Sehingga sekolah minggu dapat dipakai sebagai sarana dalam membentuk iman dan karakter anak. Faktor dari luar pun menjadi tantangan tersendiri bagi pelayan anak yaitu ketika perkembangan multimedia begitu pesat, berhasil merebut perhatian anak dimana pengaruh internet memberikan dampak negatif maupun positif.

 [1] Istilah "generasi strawberry" pertama kali muncul di Taiwan. Di mana hal ini mengacu pada sebagian generasi baru yang memiliki ketahanan rendah seperti buah strawberry. Penyebutan buah strawberry ini dipilih karena keindahannya yang eksotis, tetapi mudah hancur saat terpapar tekanan atau tantangan. Menurut Prof. Rhenald Kasali, dalam bukunya yang berjudul Strawberry Generation mengatakan bahwa mereka adalah kelompok anak muda yang kreatif, namun rentan menyerah dan mudah tersinggung. Mereka adalah kelompok individu yang lahir antara pertengahan 1997 hingga awal 2010-an.

Pdt. Rahel Br Tarigan

GBKP Runggun Denpasar

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD