MINGGU 04 MEI 2025, KHOTBAH 2 KORINTUS 12:7-10

Invocatio :

Kamu yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umatNya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan (1 Pet. 2:10)

Ogen  :

Hosea 11:1-4 (Tunggal)

Khotbah :

2 Korintus 12:7-10 (Tunggal)

Tema :

Cukup Kap Lias Ate Tuhan/ Cukuplah Kasih Karunia Tuhan.

 

I. Pengantar

Cukuplah kasih karunia Tuhan bagi kita ini merupakan sesuatu kalimat yang sedikit sulit kita pahami karena karakter manusia yang selalu merasa kurang dan tidak pernah merasa cukup. Minggu Misericordias Domini (latin) yang berarti “ Kasih Setia Tuhan” nama ini diambil dari Mazmur 33:5 dalam terjemahan latin Vulgata : Misericordias Domini plena est terra (Bumi penuh dengan kasih setia Tuhan). Minggu ini membawa kita melihat bahwa Yesus adalah gembala yang baik yang menggambarkan kasih dan pemeliharaanNya bagi umatNya.

II. Isi

Dalam 2 Kor. 12 Paulus menceritakan pengalamannya menerima penglihatan yang luar biasa dari Tuhan. Paulus menyadari bahwa pengalaman rohani yang dialaminya dapat membuat dia menjadi sombong, sehingga dalam bacaan ini Paulus menceritakan dirinya dengan apa yang dirasakan dan dialaminya.

Ay. 7 “Dan supaya aku jangan meninggikan diri, maka aku diberi suatu duri dalam daging, seorang utusan iblis menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri” Paulus menyadari bahwa dia adalah seorang manusia biasa yang mungkin juga masih memiliki ketinggian hati terkait dengan apa yang dialaminya. Tetapi dengan cepat Paulus menyadarinya atas ketinggian hati itu sehingga ia berkata supaya aku jangan meninggikan diri. Untuk mengatasi ketinggian hati ini maka Paulus menyadari ada duri dalam daging yang merujuk pada penderitaan secara fisik dan tantangan yang dialami oleh Paulus dalam perjalanannya ( 2 Kor. 11: 23-27, masuk dalam penjara, disesah orang yahudi, didera, dilempari dengan batu, dipukuli, karam kapal, diancam banjir, bahaya penyamun, dll). Ini dipahami sebagai duri dalam daging yang menyiksa diri Paulus dalam pemberitaan Injil tetapi Paulus tetap mampu berpikir positif bahwa apa yang dialaminya, meskipun ia tau duri itu dari sijahat tapi ia percaya itu terjadi atas seijin Tuhan seperti kisah ayub.

Ay. 8 “ Tiga kali berseru kepada Tuhan”. Dalam kesulitan yang dialami Paulus meskipun Paulus tetap bertahan bukan berarti Paulus tidak mengeluh kepada Tuhan, bahkan ia berdoa supaya utusan iblis itu undur daripadanya, ia berseru sebanyak tiga kali yang dimana angka tiga ini melambangkan kesungguhan ketekunan dalam berdoa. Paulus memohon dengan sangat kepada Tuhan untuk mengangkat duri ini tetapi Tuhan memiliki rencana yang lebih besar di balik penderitaannya.

Ay. 9 “ cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna”. Inilah jawaban Tuhan terhadap doa permohonan Paulus. Rencana Tuhan yang tak terselami dalam kehidupan Paulus, bahwa ternyata apapun yang terjadi dalam diri Paulus itu tidak terlepas dari rancangan Tuhan. Barangkali duri atau penderitaan yang dialami Paulus bertujuan supaya Paulus jangan meninggikan diri dan mengandalkan kekuatannya sendiri dalam melakukan misi Allah. Tetapi justru dalam kesulitan itu Paulus terus berseru kepada Tuhan untuk memampukan dia, mendengar suara Tuhan terkait apa yang harus dilakukannya. Karena mungkin jika tidak demikian Paulus melakukan apa yang menurutnya benar bukan apa yang Tuhan suruh untuk ia lakukan. Dan itu semuanya menyatakan bahwa bukan Paulus sendiri yang melakukan pekerjaan itu tetapi Kuasa Tuhan yang memakai Paulus sebagai alatNya.

Ay. 10 “ aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, kesukaran, penganiayaan, dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat”. Setelah Paulus memahami rencana Tuhan dalam hidupnya barulah ia bersukacita. Dan Paulus sudah menerima dan merasa cukup atas kasih karunia Tuhan dalam hidupnya sehingga ia berkata aku senang dan rela dalam kelemahan. Ungkapan sikap hati Paulus yang menerima dengan sukacita segala penderitaan yang dialaminya demi kristus. Karena Paulus tahu bahwa penderitaan itu bukan dari dunia itu sendiri tetapi dari hak otoritas Allah melalui penderitaan duniawi. Sehingga Paulus justru senang karena penderitaannya memiliki tujuan dalam rencana Allah. Paulus menyadari bahwa justru dalam kelemahannya, kuasa Tuhan menjadi nyata, saat ia tidak mampu, Tuhanlah yang menjadi sumber kekuatannya. Penderitaan bukanlah fokus utama Paulus melainkan Kristus. Karena itu, ia dapat bersukacita meskipun menghadapi kesulitan, sebab ia tahu bahwa semuanya itu untuk kemuliaan Tuhan.

Bahan Ogen kita dalam Hosea 11: 1-4 memiliki benang merah yang kuat tentang kasih dan kuasa Allah yang bekerja dalam kelemahan manusia. Kasih Allah terhadap bangsa Israel tak tergoyahkan meskipun mereka sering tidak setia. Allah seperti orangtua yang penuh kasih, terus-menerus memanggil dan memulihkan umatNya. Ayat 4 menggambarkan Allah sebagai sosok yang menarik mereka dengan “tali kesetiaan’ dan ‘ikatan kasih”. Ini menunjukkan bahwa Allah tidak pernah menyerah pada umatNya, tetapi terus berusaha untuk memulihkan hubungan dengan mereka.

Kasih karunia dalam kelemahan kedua bagian ini menunjukkan bahwa Allah bekerja melalui kelemahan. Di Hosea Allah menunjukkan kasihNya kepada Israel yang lemah dan tidak setia. Di 2korintus Allah menunjukkan kuasaNya melalui kelemahan Paulus. Dengan demikian kedua bagian ini mengajarkan kita bahwa kelemahan bukanlah penghalang bagi pekerjaan Allah. Sebaliknya, kelemahan dapat menjadi tempat dimana kasih dan kuasa Allah paling jelas terlihat.

III. Refleksi /Aplikasi

Dalam kehidupan Kristen sering sekali mendapat tantangan dan penderitaan. Bahkan statement jemaat sering berkata “ semakin dekat kepada Tuhan semakin banyak pergumulan”. Dengan statement ini banyak juga jemaat lain yang ragu untuk dekat kepada Tuhan karena tidak siap dengan penderitaan. Bahkan pernah ada jemaat berkata “ semenjak aku bertekad aktif gereja dan mau menjadi pengurus pjj semakin banyak pergumulanku, sehingga aku jadi takut untuk aktif”. Ini menggambarkan bahwa ternyata banyak diantara kita yang belum mengerti dan menerima kasih karunia Tuhan. Cukuplah kasih karunia Tuhan dalam hidup kita, Tuhan tau porsi-porsi hidup kita dan Tuhan yang mengatur fase-fase atau musim dalam kehidupan kita. kehidupan Paulus menjadi pola dalam hidup kita. Paulus yang juga awalnya mengeluh, menderita dengan pencobaan yang ia alami sebagai pelayan Tuhan tetapi setelah ia “tahu” bahwa itu bagian rencana Allah dan kasih karunia Allah yang cukup itu pula menaungi dia maka ia bersukacita dan rela dalam penderitaan. Hal ini juga terjadi dalam kehidupan kita ketika kita “belum tahu’ dan “menerima secara pribadi” kasih karunia Tuhan maka kita merasa Tuhan itu jahat, tidak adil dan kejam karena kita menganggap bahwa penderitaan itu adalah “hukuman” yang sering kita kaitkan dengan dosa kita.

Tapi Firman Tuhan berkata “ Cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna” ternyata Tuhan memberikan pencobaan itu untuk kita menyadari bahwa kita adalah orang yang lemah dan dalam kelemahan itu kita bergantung kepada Tuhan. Karena “orang yang kuat adalah orang yang lemah dihadapan Tuhan”. Sebenarnya Kasih Allah itu sudah cukup bagi kita, tapi karena “ketidaktauan kita” maka kita sering mencari kasih Allah mencari berkatnya yang padahal sudah Tuhan berikan. Oleh karena itu yang kita perlukan adalah mengakses kasih karunia yang maha cukup ini melalui iman kita kepada Yesus Kristus.

Pada umumnya semua orang tidak mau menjadi lemah, karena lemah itu dianggap suatu ketidakmampuan, diremehkan, direndahkan dan dikalahkan. Sehingga semua orang ingin menjadi kuat. Kuat secara fisik/tenaga, kuat secara finansial, kuat secara kedudukan dan kuasa, sehingga dengan memiliki kekuatan ini semuanya kita menjadi senang dan menang. Tetapi perenungan kita hari ini menyadarkan kita bahwa kelemahan didalam Tuhan itulah kemenangan yang sesungguhnya. Jadi sebagai jemaat Kristen tidak ada lagi menghindar dari pekerjaan Allah dengan dalih takut akan penderitaan tapi jadilah seperti Paulus yang bersukacita dan rela dalam kelemahan karena di dalam kelemahan oleh Kristus kita menjadi kuat.

IV. Penutup

Di sebuah desa kecil, ada seorang ibu yang bernama Ibu maria, suaminya meninggal 10 tahun lalu dan mereka tidak memiliki anak. Kehidupan sehari-harinya ia hanya pergi kepasar menjual sayur dari kebunnya menggunakan sepeda tuanya dan ia sangat aktif dalam kegiatan gereja. Hari minggu pagi ketika ia mau pergi beribadah dengan sepeda tuanya, rantainya terputus ditengah jalan, ia duduk termenung dan berdoa kepada Tuhan. Tidak lama datang seorang anak muda yang bernama Samuel sudah lama tidak datang ke gereja, dia menghampiri ibu Maria dan membetulkan rantai sepeda yang rusak. Sambil bekerja Samuel bertanya kepada ibu maria pergi kemana. Ibu Maria menjawab mau kegereja. Dengan spontan Samuel berkata ‘ngapain ibu ke gereja kalau kondisi ibu juga begini, lebih baik ibu dirumah tenang istirahat tidak kena panas, dan uang tidak habis. Setelah mendengar kalimat Samuel ibu Maria berkata “ Cukuplah kasih karunia Tuhan bagiku” maka aku bersukacita dan menyembah Tuhan. Dengan kesehatan dan hidup yang kumiliki sekarang aku sangat bersyukur karena aku telah menerima kasih karunia Tuhan, jadi pergi ke gereja dengan sepeda tua dan terik matahari tidak masalah bagiku karena Tuhan mengasihiku. Seketika Samuel malu dengan dirinya sendiri yang dengan kehidupan mewahnya tapi ia tidak merasakan kasih karunia Tuhan dalam hidupnya.

Sering sekali ini yang kita alami dalam hidup kita, kita tidak menyadari bahwa kasih Tuhan telah kita terima, kita selalu merasa kurang dan tidak puas dan berontak akan situasi hidup kita padahal apa yang kita miliki saat ini, itu cukup bagi kita oleh kasih karunia Tuhan. Mari merenungkan, menerima kasih Tuhan dalam hidup kita. soli deo Gloria.

Vik. Amikha Rehulina Br Tarigan, S.Th.

Runggun Cibubur- POS PI Jonggol MPH3

MINGGU 27 APRIL 2025, KHOTBAH TITUS 3:1-8a

Invocation :

Mazmur 62:8

Ogen :

Esekiel 11:14-21

Khotbah :

Titus 3:1-8a

Tema :

Tubuh Peduakaliken Ngaloken Kegeluhen Si Mbaru/Kelahiran Kembali Menerima Kehidupan Baru

 

Pengantar

Dalam catatan sejarah gereja, perayaan minggu quasimodogeneti memiliki arti menjadi manusia yang baru/seperti anak yang baru lahir. Di mana kata quasimodogeneti diadopsi dari 1 Petrus 2:2 “dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang Rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan.” Minggu ini adalah minggu setelah kita merayakan perayaan paskah dalam memaknai kebangkitan Kristus. Perayaan Paskah atau peristiwa paskah bukan hanya ditampilkan sebagai sesuatu yang bercorak Kristologi (yang terjadi pada diri Yesus). Tetapi sesuatu yang Eklesiologis, bahwa peristiwa paskah menjadi titik tolak dan sumber hidup dalam bergereja yang menyebut dirinya sebagai jemaat baru atau lahir baru secara batiniah. Demikian, di minggu ini membawa kita untuk memaknai kelahiran baru dalam Kristus ditampilkan dalam nilai-nilai kehidupan yang praktis.

Pendalaman Teks

Surat Paulus kepada Titus tergolong ke dalam surat-surat Pastoral yang langsung ditujukan oleh Paulus kepada Titus yang melayani di Kreta (band. 1:5). Disebut surat Pastoral karena ditujukan kepada pribadi yaitu Titus untuk diteruskan kepada jemaat-jemaat Kristen. Dengan maksud untuk menguatkan, mengajari dan memotivasi di dalam kehidupan bergereja. Demikian, surat Paulus ini juga menjadi sebuah surat Pastoral bagi semua orang Kristen. Melalui informasi di pasal 1, tampaknya jemaat yang dilayani/dipimpin oleh Titus relative masih muda atau jemaat muda dan belum memiliki pemimpin lokal yang kuat untuk ditentukan menjadi penilik jemaat atau yang mengatur rumah Allah. Kemudian cara hidup yang tidak tertib juga masih mendominan cara hidup mereka sehingga ada peluang atau kesempatan bagi orang tertentu untuk menyebarkan ajaran yang tidak benar. Terlihat bahwa sosok pemimpin yang ideal sangat dibutuhkan oleh mereka untuk menuntun kepada kehidupan yang benar dan lebih baik.

Pasal 3 merupakan tergolong ke dalam muatan intruksi bagaimana seharusnya jemaat hidup dalam hubungan atau relasi mereka satu dengan yang lain. Muatan intruksi dalam pasal 3:1-8 ini terbagi menjadi dua bagian.

  1. Ayat 1-2, bagaimana mereka hidup dengan komunitas di luar mereka (pemerintah, orang berkuasa dan orang banyak).
  2. Ayat 3-8, memuat dasar teologis bagaimana Allah telah menyelamatkan setiap jemaat dari hidup yang jahat menuju hidup yang diperbaharui oleh Roh Kudus.

Dasar Paulus untuk memberikan intruksi kepada jemaat melalui Titus adalah adanya beberapa cara hidup lama yang telah membudaya bagi mereka. Cara hidup demikian masih tetap bertahan walau mereka sudah percaya kepada Kristus. Adapun cara hidup yang lama tersebut dituangkan oleh Paulus di ayat 3, yaitu: tidak taat, sesat, menjadi hamba nafsu, hidup dalam kejahatan, dan kedengkian, keji, saling membenci. Sebagai makhluk sosial yang hidup dalam sebuah komunitas, tentunya cara hidup yang demikian tidak baik untuk dipertahankan terlebih sebagai umat Allah yang telah menerima kehidupan yang baru dalam pembaharuan Roh Kudus.

Umat Allah yang telah diperbaharui oleh Allah adalah pembaharuan hidup yang dilimpahkan oleh Yesus Kristus dalam kebangkitanNya dan yang dikerjakan oleh Roh Kudus (5-6). Narasi penebusan yang dilakukan oleh Yesus dikembangkan oleh Paulus dengan menjelaskan sebuah konsep teologi bahwa bukan usaha kita yang membuat kita menjadi orang benar melaikan kita adalah orang-orang yang dibenarkan oleh Tuhan (ayat 7). Konsep ini memberikan sebuah pemahaman baru bahwa kebenaran yang sempurna bukan terletak pada usaha manusia untuk membela dirinya. Melainkan, Allah di dalam Yesus-lah yang menjadi pembela/pengacara kita ketika bertindak dalam sebuah kebenaran dan tindakan yang berdampak positif bagi lingkungan sekitar kita.

Dalam pemahaman Perjanjian Lama, hal yang serupa juga ditekankan oleh ketetapan Allah bagi umat Israel yang merupakan bangsa pilihanNya. Mereka yang akan dihimpun dari berbagai tempat yang berserakan akan kembali dipersatukan dalam situasi yang baru, sehingga harus menjauhkan diri dari dewa-dewa yang menjijikkan dan segala perbuatan keji yang telah mempengaruhi pola hidup mereka selama di negeri orang asing. Mereka (umat Allah) akan diberikan hati yang baik dan roh yang baru, sehingga mereka melalui ketetapan-ketetapan itu, mereka tetap hidup dalam kesetiaan serta ketaatan sebagai umat Allah (ogen: Esekiel 11:14-21).

Aplikasi

Kelahiran kembali menerima kehidupan baru jika dikaitkan dengan minggu quasimodogeneti erat kaitannya dengan hidup baru dalam anugerah dan hidup serupa dengan pola kehidupan Kristus. Seperti yang tertulis dalam 1 Yoh 2:6 “Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.” Yesus ialah satu-satunya contoh manusia yang sejati, Ia menyatakan kehendak Allah bukan dengan kata-kata saja, tetapi di dalam kehidupanNya sebagai manusia. Ia menyatakan Firman Allah menjadi nyata bagi dunia. Kehendak Allah diwujudkan dalam DiriNya dan dalam perbuatan-perbuatanNya. Calvin pernah menuliskan apa yang pernah diutarakan oleh Paulus bahwa kita bukan milik kita sendiri, melainkan milik Tuhan (1 Kor 6;19). Dengan melihat kepada sang manusia Yesus, kita semakin mengenal kehendak dan kebenaran Allah di dalam pimpinan Roh Kudus.

Untuk menyatakan Rahmat Allah bagi dunia, kita harus dengan tegas melawan kedagingan kita (penyangkalan diri). Pola hidup atau kebiasaan yang lama dan yang tidak berguna seperti: tidak taat, sesat, menjadi hamba nafsu, hidup dalam kejahatan, dan kedengkian, keji, saling membenci digantikan dengan pola hidup yang baru dan yang penuh dengan kedamaian. Ketidak taatan kita diubah menjadi pribadi yang patuh, pikiran kita yang sesat menjadi pemikir kebenaran, hamba nafsu menjadi pribadi hamba Roh, kehidupan kita dalam kejahatan menjadi pribadi yang mengasihi, kedengkian dan kekejian kita menjadi pribadi penyabar dan serta kebencian menjadi pribadi yang memaafkan. Paulus menegaskan di ayat 8 supaya pola hidup yang baru dalam Kristus dengan percaya dan sungguh-sungguh berusaha melakukannya dengan baik tulus.

Pdt. Irwanta Tarigan, STh-GBKP Rg. Banjarmasin

MINGGU 20 APRIL 2025, KHOTBAH MATIUS 28:1-10

Invocatio  :

Sada ngenca sura-surangKu e me gelah kutandai Kristus dingen kugejap kuasa kekeken-Na janah ikut aku ngenanami kiniseraanNa, dingen bali ras Ia ibas kematenNa (Pilipi 3:10)

Ogen :

Keluaren 12:1-14 (Tunggal)

Tema :

Jesus Enggo Keke I Bas Si Mate Nari

 

I. Kata Pengantar

Percaya bahwa Yesus dibangkitkan setelah kematianNya adalah keyakinan dasar Kristiani. Rasul Paulus menegaskan, “Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sia lah juga kepercayaan kamu” (1 Kor.15:4). Mengutip beberapa kalimat dari tulisan Andar Ismail dalam bukunya “Selamat Paskah” menuliskan: Kalau pristiwa Paskah tidak terjadi, apa gunanya kita berdoa, sebab Kristus yang sudah meninggal dunia tak mungkin mendengar doa kita. Kalau Kristus tidak dibangkitkan, apa gunanya kita membaca firmanNya, sebab firmanNya tidak berlaku. Kalau Kristus tidak bangkit, Ia hanyalah pahlawan yang sudah gugur. Sehebat-hebatnya pemikiran yang ditinggalkan seorang pahlawan, ia tidak bisa memimpin kita saat ini, padahal kita butuh itu. Kanyataannya adalah: Kristus bangkit dan hidup! IA hidup hingga kini. Ia memerintah kita dengan Roh dan FirmanNya. Sehingga melalui peristiwa paskah kita menerima kepastian pengampunan dosa, kepastian iman dan kepastian hidup. Kata Paulus “Syukur kepada Allah yang memberikan kepada kita kemenangan oleh Kristus Tuhan Kita”

II. Isi

Pilipi 3:10:

Paulus ingin mengenal Dia yang dimaksud adalah Yesus Kristus, bukan sekedar pengetahuan intelektual tetapi pengenalan pribadi yang mendalam, pengenalan ini melibatkan hubungan yang terus bertumbuh dan mendalam dengan Kristus. Kuasa kebangkitan merupakan kekuatan yang memampukan orang percaya untuk hidup berkemenangan atas dosa dan maut, kuasa yang mentransformasi hidup, memberikan harapan dan memampukan untuk melayani Tuhan. Paulus menyadari bahwa mengikut Kristus berarti juga mengambil bagian dalam penderitaanNya. Penderitaan karena kesetiaan kepada Kristus di tengah dunia yang menentangNya. Lebih dalam Paulus ingin mengalami persekutuan yang mendalam dengan Kristus bahkan dalam penderitaan. Kematian yang dimaksud adalah kematian terhadap diri sendiri dan keinginan duniawi, melepaskan segala sesuatu yang menghalangi dan penyerahan total kepada kehendak Allah. Ini adalah proses upaya kita semakin serupa dengan Kristus.

Keluaran 12:1-14:

Inti dan jiwa peristiwa paskah adalah kasih karunia Allah yang menyelamatkan. Allah mengeluarkan orang Israel dari Mesir bukan karena mereka itu layak tetapi karena IA mengasihi mereka dan setia kepada perjanjianNya. Demikian pula, keselamatan yang kita terima dari Kristus sampai kepada kita melalui kasih karunia Allah yang menakjubkan. Anak Domba paskah itu adalah sebuah korban (Kel 12:27) yang berfungsi sebagai pengganti anak sulung, korban ini menunjuk kepada kematian Yesus Kristus sebagai ganti kematian orang percaya. Paulus secara tegas menyebut Kristus anak Domba Paskah kita yang dikorbankan demi kita (1 Kor 5:7). Pemercikan darah pada tiang pintu dan ambang atasnya dilaksanakan dengan iman yang taat, tanggapan iman ini mendatangkan penebusan melalui darah. Keselamatan melalui darah Kristus diperoleh hanya melalui ketaatan yang disebabkan oleh iman. Bangsa Israel diingatkan untuk merayakannya setiap tahun sebagai tanda syukur atas pembebasan mereka serta mengingatkan bangsa Israel akan penderitaan mereka di Mesir dan penyertaan Allah senantiasa bagi mereka saat meninggalkan tanah perbudakan. Dari hal ini perlu kita ingatkan bagaimana sejauh dan selama ini jemaat GBKP memaknai perayaan Paskah setiap tahunnya, cukupkah sekedar perayaan saja? Karena seharusnya Paskah mampu mendorong kita merespon kasih Allah dengan benar-benar hidup merdeka dan tidak terbelenggu dalam dosa. Sebagaimana bangsa Israel yang telah dibawa keluar dari penderitaan dan ketakutannya. Demikianlah kita menghidupi pembebasan sebagai proses yang membawa kita meninggalkan ketakutan dan hidup dalam pengharapan.

Matius 28 :1-10

Ayat 1: Setelah hari sabat lewat menunjukkan bahwa peristiwa ini terjadi pada hari Minggu pagi, hari setelah Sabat Yahudi (Sabtu). Menjelang menyingsingnya fajar menunjukkan waktu yang sangat pagi. Maria Magdalena dan Maria yang lain kemungkinan adalah Maria Ibu Yakobus yang adalah saksi mata pertama dari kubur yang kosong. Meskipun peran perempuan dalam masyarakat Yahudi sangat terbatas, namun Yesus mentransformasi budaya, Yesus menghargai dan memberdayakan kaum wanita. Injil Matius mencatat peran penting mereka dalam peristiwa-peristiwa penting, khususnya dalam peristiwa kebangkitan Yesus. Perempuan-perempuan inilah yang pertama kali menemukan kubur Yesus yang kosong dan menerima kabar kebangkitan-Nya, menjadi saksi pertama dari peristiwa paling penting dalam iman Kristen. Tindakan mereka pergi ke kubur menunjukkan kasih dan kesetiaan mereka kepada Yesus, bahkan setelah kematianNya. Tentu saja suasana sedih dan duka masih menyelimuti hati mereka karena kehilangan orang yang mereka kasihi.

Ayat 2-4: Gempa bumi yang terjadi dan malaikat menggulingkan batu kubur, bukan untuk membebaskan Yesus yang telah bangkit, tetapi untuk menunjukkan bahwa kubur itu kosong, penampilan malaikat membuat penjaga gentar dan ketakutan seperti orang-orang mati. Peristwa yang melibatkan kekuatan alam yang dahsyat dengan kehadiran malaikat sama dahsyatnya dengan suasana kematian Yesus dimana kegelapan yang diikuti gempa bumi yang membuat tabir bait suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah, juga bukit-bukit batu terbelah.

Ayat 5-7 : Malaikat memberikan kabar sukacita Yesus telah Bangkit. Pesan ini menegaskan nubuat Yesus sendiri tentang kebangkitanNya. Malaikat memerintahkan para perempuan untuk memberi tahu murid – murid tentang kebangkitan dan pertemuan di Galilea Perempuan yang datang dengan kesedihan dan ketakutan, akhirnya menerima fakta yang mengejutkan, “Janganlah kamu Takut” kata ini meneguhkan bahwa kebangkitan Yesus adalah berita yang membawa penghiburan, bukan ketakutan. KebangkitanNya adalah penggenapan dari janjiNya sendiri (Matius 16:21; 17:23; 20:19). Malaikat mengajak mereka untuk melihat tempat di mana Yesus sebelumnya dibaringkan sebagai bukti bahwa kubur itu kosong. Ini menunjukkan bahwa iman Kristen bukan didasarkan pada dugaan, tetapi pada bukti nyata. Perintah yang disampaikan untuk memberitakan kebangkitan Yesus menegaskan bahwa kebangkitan Yesus merupakan awal dari pelayanan baru bagi para murid. . Perintah untuk pergi ke Galilea penting, karena itu adalah tempat di mana Yesus memulai pelayananNya dan di mana para murid akan dipertemukan kembali dengan-Nya. Yesus telah mendahului mereka ke Galilea, sebenarnya sebelum Yesus bangkit Ia sudah menyampaikan bahwa sesudah Dia bangkit Dia akan mendahului mereka ke Galilea (Mat.26:32). Sebagian besar pelayanan Yesus terjadi di Galilea, murid-murid dipanggil di Galilea, mendengar pengajaran pertama mereka di sana dan menyaksikan banyak mujizat Yesus (Matius 4:18-22, Matius 5:7). Dengan kembali ke Galilea Yesus membawa mereka kembali ke akar panggilan mereka untuk meneguhkan kembali misi mereka sebagai saksi Kristus. Di sana juga Yesus memberikan Amanat Agung (Matius 28:19), Galilea melambangkan awal yang baru, bukan hanya bagi para murid tetapi juga bagi dunia yang akan menerima Injil. Sebagai daerah yang bercampur dengan bangsa lain (Matius 4:12-17) menunjukkan bahwa misi Yesus bukan hanya untuk orang Yahudi tetapi semua bangsa.

Ayat 8: Para perempuan mengalami campuran emosi: takut (karena kehadiran malaikat) dan sukacita (karena kabar kebangkitan). Mereka segera taat pada perintah malaikat dan pergi untuk memberitahu murid-murid. Bukan suatu pekerjaan yang mudah untuk meyakinkan para murid apalagi peristiwa kematian membawa dukacita yang mendalam bagi para murid, hal ini ditandai dengan bagaimana mereka melupakan perkataan dan pengajaran Yesus. Para perempuan menunjukkan ketaatan dengan cepat terhadap perintah tersebut, ini juga memperingatkan kita bahwa ketika kita mendengar berita Injil, kita tidak boleh menunda namun hendaklah segera merespon dengan iman dan tindakan. Kabar kebangkitan yang mereka terima membawa sukacita yang melampaui semua ketakutan, ini adalah sukacita kemenangan karena maut telah dikalahkan dan janji telah digenapi. Ini mengajarkan kepada kita bahwa iman sejati bukan hanya tentang ras hormat kepada Tuhan, tetapi juga hidup dalam sukacita karena keselamatan yang telah diberikan dengan memahami pentingnya berita kebangkitan ini akan mendorong umat Tuhan untuk segera membagikannya.

Ayat 9-10 : Yesus sendiri menegaskan kebangkitanNya dengan menampakkan diri kepada para perempuan. Tindakan para perempuan memeluk kaki Yesus menunjukkan penyembahan dan pengakuan mereka akan keilahianNya. Yesus mengulangi pesan malaikat untuk pergi ke Galilea, menegaskan pentingnya pertemuan itu. Yesus menyebut murid-muridnya “saudara-saudaraKu” menunjukkan kasih, penerimaan dan pemulihan hubungan mereka setelah mereka meninggalkan Yesus. “Salam Bagimu” dalam bahasa Yunani adalah Χαίρετε" (Chairete) yang berarti “Bersukacitalah”, sebuah undangan untuk bersukacita dalam kebangkitanNya. “Jangan Takut” ada di ayat 5 dan 10. Ketakutan yang mereka saksikan sesuatu yang melampaui pemahaman manusia. Yesus ingin menggantikan rasa takut dengan Iman dan keberanian. Yesus mengingatkan bahwa kehidupan tidak berhenti setelah kematianNya, justru dengan peristiwa kebangkitan, Yesus menunjukkan kebesaran karya Allah yang tak pernah berhenti oleh apapun termasuk kematian. Mengikut Tuhan merupakan pekerjaan yang tidak akan pernah berakhir. Paskah mengajarkan kita bahwa selalu ada harapan . Sebab Yesus yang bangkit dari kematian sudah menyatakan kuasaNya. Dan kini perintahNya adalah kembali mengerjakan karya dan tetap menyatakan Kabar Baik.

III. Pointer Kotbah

  1. Paulus menekankan pentingnya mengenal kuasa kebangkitan Kristus. Pengalaman mendalam dan memaknai Paskah. Kebangkitan sebagai kemenangan yang telah mengorbankan Kristus sang Juruselamat dengan itu kita sebagai orang percaya dipanggil untuk mengalami kuasa kebangkitan dalam kehidupan sehari-hari menjalani hidup dengan karakter orang yang telah dimenangkan, mengatasi dosa dan ketakutan maupun keputusasaan, karena kita mau ikut dalam bagian penderitaan dengan benar-benar bertransformasi untuk tidak lagi hidup dalam dosa.
  2. Pembebasan dan harapan yang dilalui bangsa Israel membawa kita memaknai Paskah sebagai pembebasan dari penderitaan karena perbudakan dan kematian. Ada harapan baru berjalan bersama Tuhan, sehingga kita melihat berbagai penderitaan sebagai sebuah perjalanan yang berharga karena perjalanan tersebut menuju kemenangan dan pembebasan bersama Kristus.
  3. Berita Kebangkitan yang telah diterima para perempuan yang menjadi saksi pertama kebangkitan Yesus memanggil kita sebagai orang percaya untuk mau menjadi saksi. Jangan biarkan Paskah berlalu begitu saja tanpa ada Kabar Baik yang kita beritakan, melalui perkataan dan perbuatan serta milikilah sukacita di dalam hati karena kebangkitan Kristus. Kebangkitan adalah inti dari iman Kristen yang menunjukkan bukti kuasa Allah, sumber harapan dan panggilan menjadi saksi yang telah mengubah ketakutan menjadi pengharapan.
  4. Beberapa peringatan penting di GBKP bertepatan dengan Paskah tahun ini. Peringeten 135 tahun sehna Berita Si Meriah, HUT 135 KAKR, HUT pe-10 ken Saitun. Perjalanan yang cukup panjang sudah di lalui GBKP. Kemenangen si harusna teridah arah perkembangen ras kedewasaan gerejata ibas pelaksanaan Tritugas Gereja bagepe terkhusus ibas tahun enda sasaran Pelayanan Tahun 2025, Dewasa menerima perbedaan. Mabai kita segelah terus bertumbuh dan berkembang, dewasa menghadapi tantangan perbeben si lit I tengah jabu, gereja bagepe masyarakat. Kita harus memiliki karakter seorang pemenang yang berarti mau berjuang memenangkan orang lain bukan hanya mau menang sendiri. Sukacita kemenangan e la kita nca nggejapkenca tapi pe banci igejapken kalak sideban arah kegeluhenta e me bukti Paskah arah kekeken si naluken kematen.

IV. Penutup

Kebangkitan Yesus memulihkan hubungan kita dengan Tuhan dan kita dimampukan hidup sebagai anak-anak Allah yang setia. Paskah seharusnya membuat kita hidup dalam kegelisahan ketika cara hidup yang kita jalani tidak menjadi lebih baik. Karena kebangkitan adalah tanda diberikan suatu hidup yang baru. Hidup baru yang diikuti dengan penugasan agar orang percaya dapat menghidupi hidup bukan asal hidup. Melainkan hidup dengan semangat dan bermutu. Paskah sebagai berita Kemenangan mendorong orang percaya untuk tidak mau kalah dengan dosa dan gaya hidup orang berdosa. Namun kita benar-benar menghidupi karakter seorang pemenang yang telah dimenangkan oleh Kristus sang Juruselamat. Selamat Paskah.

 

Vikaris Senika br Sitepu-Perpulungen Sukabumi

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD