MINGGU 12 JANUARI 2025, KHOTBAH MARKUS 9:2-12

Invocatio  :   

“Besarlah TUHAN dan sangat terpuji” (Masmur 48:2)

Ogen  :   

Jesaya 43:1-5

Tema  :   

ANAK MANUSIA SI ISURUH DIBATA

 

Pengantar

Minggu ini kembali kita memasuki Minggu Epifani, di mana Tuhan menyatakan diriNya dalam Yesus Kristus. Dalam Minggu Epifani yang pertama ini kembali kita diingatkan untuk senantiasa menyambut kehadiran Yesus Kristus. Bukan hanya menyambut, tetapi kita juga diingatkan untuk lebih lagi mengenal Kristus, agar benar-benar mengetahui kehendakNya dalam hidup kita.

Penjelasan Bahan Alkitab

Bahan khotbah pada kesempatan ini menceritakan suatu peristiwa yang menakjubkan bagi murid-murid yang mengikuti Yesus, yaitu Yesus dimuliakan di atas gunung. Gunung dalam perikop ini tidak diceritakan di mana lokasinya. Gunung tinggi dalam tradisi Alkitab identik dengan tempat khusus di mana Allah menyatakan diriNya (Kej. 19; 24; 33-34; 1 Raj. 19; Mat. 4:8; 5:1; 28:6). Dalam konteks ini juga invocatio menceritakan tentang gunung Sion sebagai kota Allah, yang penuh dengan kekudusan dan kegirangan. Enam hari kemudian (setelah Yesus menceritakan tentang penderitaanNya kepada murid-muridNya), Dia mengajak Pertus, Yakobus dan Yohanes naik ke sebuah gunung yang tinggi. Dalam kisah yang sama, Luk. 9:28, diceritakan Yesus mengajak murid-muridNya ke atas gunung untuk berdoa. Kisah dalam Injil Lukas melengkapi keterangan bahwa gunung, dengan suasana yang sunyi, adalah tempat di mana Yesus dan murid-muridNya menenangkan diri untuk berdoa.

Setelah itu dikisahkan jubah yang digunakan Yesus secara tiba-tiba berubah menjadi sangat putih berkilauan. Markus menambahkan keterangan bahwa jubah seperti itu tidak ada di dunia ini. Keterangan tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa Yesus adalah seorang tokoh ilahi yang berasal dari sorga. Tidak hanya sampai di situ saja, muncul keajaiban lainnya, yaitu mucul dua tokoh penting dalam cerita Alkitab, yaitu Elia dan Musa. Dikisahkan mereka sedang berbincang-bincang dengan Yesus. Orang Yahudi percaya bahwa Elia dan Musa adalah nabi-nabi yang akan muncul pada zaman akhir (Ul. 18:15; Mal. 31). Dalam perikop ini mereka tampil sebagai wakil Taurat dan para nabi yang memberi kesaksian tentang jalan yang harus ditempuh Mesias. Dari kitab Taurat dan kitab para nabi diketahui bahwa Mesias harus menderita dan mati untuk masuk ke dalam kemuliaan, termasuk penggenapan kebangkitan serta kenaikan Yesus ke sorga. Saking bahagianya, Petrus menawarkan untuk mendirikan tiga pondok. Hadirnya dua tokoh PL, Musa dan Elia menunjukkan konfirmasi atas ke-Tuhanan Kristus.

Konfirmasi lain datang langsung dari langit. Allah Bapa sendiri menyatakan dengan suara yang terdengar oleh manusia: “Inilah Anak-Ku yang terkasih, dengarkanlah Dia” (terj. TB Ed. II). Awan adalah lambang kehadiran Allah, dan suara yang berkata itu adalah suara Allah yang kembali menegaskan tentang ke-Mesias-an Yesus sebagaimana yang pernah diucapkan pada Mrk. 1:11. Perintah agar mendengarkan Yesus adalah penegasan bahwa semua pengajaran Yesus adalah sangat berwibawa dan wajib dipercayai. Yesus adalah Nabi yang harus didengarkan sesuai dengan apa yang pernah dijanjikan Musa dalam Ul. 18:15. Peristiwa adikodrati dan begitu mengagumkan ini tentu tidak akan terlupakan seumur hidup ketiga rasul. Sayangnya sekalipun mereka sudah diyakinkan oleh Allah langsung bahwa Yesus adalah Kristus, Mesias dan Tuhan, tetapi mereka masih tidak mampu memahami bahwa Yesus akan menderita sengsara, disalibkan dan bangkit pada hari ketiga, sehingga Yesus kembali menekankan mengenai hal itu pada ay. 12. “Memang Elia akan datang dahulu dan memulihkan segala sesuatu. Hanya bagaimanakah dengan yang ada terlulis mengenai Anak Manusia, bahwa Ia akan banyak menderita dan akan dihinaka?

Seluruh peristiwa ajaib dalam perikop ini memperlihatkan bagaimana alur keselamatan yang telah dimulai sejak zaman Taurat dan para nabi, harus digenapi dalam diri Yesus Kristus sebagai Mesias, Anak Allah yang taat menjalankan perintah Allah dengan sempurna.

Bacaan Alkitab yang pertama (ogen) adalah tulisan Nabi Yesaya dalam konteks historis masa pemerintahan raja Yoyakim dari Kerajaan Yehuda. Pada saat itu, bangsa Israel sedang mengalami masa sulit karena mereka telah jatuh ke dalam penyembahan berhala dan melanggar perjanjian dengan Allah. Yesaya dipanggil oleh Allah untuk menyampaikan pesan-pesan penghakiman dan pengharapan kepada umatNya. Yesaya 43 mengandung pesan-pesan teologis tentang kasih dan pemulihan Allah terhadap umatNya. Allah berjanji untuk membebaskan umatNya dari perbudakan dan mengampuni dosa-dosa mereka jika mereka bertobat dan kembali kepadaNya. Secara khusus dalam bacaan kita kali ini, kembali ditegaskan oleh Yesaya bahwa Tuhan-lah satu-satunya Juruselamat yang akan menyelamatkan dan memulihkan mereka. Oleh karena itu jangan takut. Kalimat “jangan takut” dikatakan Nabi Yesaya dua kali dengan tujuan untuk meyakinkan bangsa Israel.

Aplikasi

Pesan Firman Tuhan melalui bacaan kita pada hari ini :

  1. Jangan meragukan Keilaian Kristus. Sebagaimana ogen menubuatkan bahwa Tuhan di dalam Yesus Kristus satu-satunya Juruslamat yang akan menyelamatkan dan memulihkan umatNya. Perikop Kotbah juga menyatakan baik melalui tokoh besar PL dan Allah sendiri bahwa Kristus Tuhan adalah Mesias, Juruslamat yang datang untuk menebus dosa-dosa manusia. Bagaimana dengan kita? Bagaimana dengan Saudara? Apakah masih ada di antara kita yang meragukan keilahian Kristus? Apakah kita sungguh-sungguh percaya, bukan hanya dengan mulut kita, juga kita wujudkan dalam seluruh perjalanan kehidupan kita. Ketika senang dan susah, suka cita dan dukacita datang tetap kita mengandalkan Tuhan. Kalaupun ada ketakutan dan kekuatiran kita mampu mengatasiNya karena pengharapan kepada Kristsus.
  2. Kemuliaan Tuhan harus terus terpancar dalam kehidupan para pengikutnya. Tahun boleh berganti tetapi kemuliaan Tuhan tetap sama dari dahulu, sekarang, dan sampai selama-lamanya. Kemuliaan Tuhan harus dapat kita nyatakan melalui pikiran, perkataan dan perbuatan yang menyenangkan Tuhan. Sebagaiman Kristus, melalui ketaataatanNya, melalui penderitaanNya Dia masuk dalam kemuliaan. Tidak ada jalan yang instan untuk sampai kepada kemuliaan. Sebagaiman Invocatio : Besarlah Tuhan dan sangat terpuji. Ula erkiteken pengkebet geluhta la terpuji gelar Tuhan.
  3. Allah yang sama tetap menyatakan diriNya dalam kehidupan kita sampai saat ini. KasihNya tidak pernah lekang oleh waktu, kualitas dan kuantitasnya tidak pernah berubah dalam kehidupan kita. Oleh karena itu tetap lah kita bersyukur. Bagaimanapun keadaan kita saat ini, tetaplah mengucap syukur kepada Tuhan di dalam Yesus Kristus.

Tema kita pada kesempatan ini mengingatkan kita bahwa tanpa ketaatan di dalam melakukan perintah Allah, maka keselamatan sejati itu tidak akan pernah terwujud. Yesus adalah Mesias yang telah dinubuatkan untuk menggenapi keselamatan sejati itu di tengah-tengah dunia ini. Dalam hal ini pun kita harus senantiasa mengucap syukur. Pada kesempatan ini kita diingatkan agar meneladani Yesus di dalam ketaatanNya melakukan perintah Tuhan. Melakukan perintah-perintah Tuhan tentu bukanlah hal yang mudah. Ada banyak tantangan yang harus dihadapi, bahkan kita harus mengalami banyak penderitaan sebagai konsekuensi ketaatan melakukan perintah Tuhan dalam hidup kita sehari-hari. Namun demikian, bacaan pertama (ogen) memberikan motivasi kepada kita bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan anak-anakNya yang setia dan taat.

Sudah lebih dari 10 hari kita menjalani kehidupan di tahun yang baru. Masih ada kurang lebih 350 hari lagi yang akan kita jalani. Tidak satupun dari kita yang mengetahui apa yang akan terjadi di hari-hari ke depan. Mungkin akan ada tantangan, kesulitan, kesedihan, tangis penderitaan. Mungkin juga sebaliknya, akan banyak keberhasilan, sukacita kebahagiaan yang akan kita alami. Keberhasilan kegagalan, kebahagiaan kesedihan, suka duka, tawa tangis, sehat sakit, sudah pasti ada dalam kehidupan kita. Tinggal bagaimana cara kita menjalaninya. Bila kita menjalaninya dengan iman bahwa kasih dan penyertaan Tuhan itu ada, maka kita akan menjalaninya dengan penuh ucapan syukur. Oleh karena itu tetaplah berjalan dengan penuh keyakinan dan pengharapan bahwa kita akan dimampukan Tuhan melalui semua yang harus kita alami di tahun 2025 ini.

Pdt. Larena Sinuhadji

MINGGU 05 JANUARI 2025, KHOTBAH KELUARAN 15:1-7

Invocatio :

Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, p  maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita q  bersama-sama dengan Dia 1 , supaya kita juga dipermuliakan r  bersama-sama dengan Dia” (Rom 8:17).

Ogen        :

Galatia 3:26-29 (Tunggal)

Tema       :

TUHAN ADALAH PENGAWAL YANG PERKASA

(TUHAN KAP PENGAWAL SI MEGEGEH)

 

  1. KATA PENARUH
  • Jemaat Tuhan Yang Dikasihi Tuhan, pandangan etika Kristen mengatakan bahwa Pandangan kita tentang sesuatu menentukan sikap kita terhadap sesuatu itu. Pandangan etika Kristen ini tidak terkecuali terhadap apa pun. Pengenalan kita akan sesama juga juga menentukan sikap kita terhadap mereka. Banyak keluarga yang sering bertengkar karena tidak saling mengenal, banyak pula perkawinan yang bercerai karena tidak saling mengenal. Pengetahuan kita tentang Tuhan juga menentukan sikap kita terhadap Tuhan itu sendiri,
  • Jika kita tidak mengenal Tuhan dengan benar, maka cara kita beribadah kepada Tuhan akan bedrdampak. Pengetahuan kita terhadap orang beriman juga menentukan sikap kita sebagai orang beriman. Pengetahuan kita akan firman Tuhan juga menentukan sikap kita dalam mendengarkan firman Tuhan.
  • Seperti masyarakat Karo sebelum Injil, seorang ibu jika meninggal saat melahirkan, anaknya harus dibunuh karena anak tersebut dianggap membawa sial yang disebut dengan Tendi Nunda dan anak yang bayi yang lahir sewaktu ibunya meninggal; disebut Tunda Kais. Demikianlah pengetahuan dan pemahaman masyarakat Karo tentang mati saat melahirkan. Namun ketika para penginjil datang ke Taneh Karo, para penginjil mengubah paradigma masyarakat Karo. Sehingga masyarakat Karo tidak lagi membunuh anak yang ibunya meninggal saat melahirkan. Sama halnya dengan nas khotbah kita hari ini mau mengajarkan kepada kita mengapa Musa dan bangsa Israel bernyanyi untuk Tuhan.
  1. MPEBAGESI PENGANGKAAN KERNA TEKS

Melalui khotbah kita hari ini kita dapat mengetahui alasan Musa dan bangsa Israel bernyanyi bagi Tuhan. Di mana ketika Musa dan bangsa Israel merasakan penyelamatan Allah melalui penyeberangan Laut Teberau, Musa bersama dengan orang Israel menyanyikan nyanyian bagi TUHAN (1), Miryam dan para perempuan pun memukul rebana, menyanyi, dan menari (21).

Ada tiga bagian besar dalam nyanyian Musa ini.

  1. Pertama, Musa memulai dengan maklumat: "Baiklah aku menyanyi bagi TUHAN, sebab Ia tinggi luhur, kuda dan penunggangnya dilemparkan-Nya ke dalam laut." Dengan maklumat ini Musa mengakui bahwa memuji Allah merupakan keniscayaan atau tidak boleh tidak. Memuji Allah bukanlah pilihan-mau atau tidak. Aneh rasanya tidak memuji Allah atas semua hal yang telah diperbuat-Nya bagi Israel! Musa mendorong dirinya untuk memuji Allah. Memuji Allah bukanlah paksaan, tetapi langsung keluar dari hati. Bagian pertama ini bisa dikatakan semacam refrein atau pengulangan karena pada akhirnya Miryam dan para perempuan Israel mengulangi maklumat Musa ini.
  2. Musa mengakui TUHAN sebagai: "kekuatanku, mazmurku, keselamatanku, Allahku, bapaku" (2). Musa menggunakan kata ganti "ku"- bentuk aku sebagai pemilik. Ada hubungan erat antara Musa dan TUHAN, dan karena itu Musa memberanikan diri untuk menyatakan bahwa TUHAN adalah miliknya pribadi. Tentu dengan semua mukjizat yang telah TUHAN lakukan melalui perantaraan dirinya, Musa merasa ada hubungan yang bersifat pribadi antara dirinya dan TUHAN.
  3. Musa menceritakan perbuatan TUHAN secara terperinci (4-18). Ini merupakan pelajaran penting bagi kita. Ketika kita menyatakan bahwa Allah itu baik, kita perlu dengan jelas menyatakan kepada sesama kebaikan Allah yang telah kita rasakan.

Sangkin dahsyatnya demonstrasi kekuasaan Tuhan yang dinyatakan lewat Laut Teberau, maka ungkapan Musa dan bangsa Israel, diungkapkan dalam nyanyian pujian yang agung yang dicatat dalam Keluaran 15 ini. Pujian yang keluar dari hati kagum sekaligus bersyukur. Kagum dan bersyukur karena keperkasaan Tuhan itulah yang menyelamatkan umat-Nya sekaligus memastikan penggenapan janji-Nya membawa mereka ke tanah Perjanjian. Kedahsyatan Allah itu digambarkan lewat pujian ini dengan gelar-gelar yang disandang Allah, seperti Ia tinggi luhur (ayat 1), Pahlawan perang (ayat 3), nama-Nya TUHAN (ayat 3b), Allah adalah kekuatan dan keselamatan (ayat 2). Bukan hanya gelar-Nya agung, tindakan-Nya pun luar biasa. Dia menyatakan kuasa-Nya mengendalikan laut untuk menenggelamkan Firaun dan pasukannya (ayat 4-10). Di mana dalam mitologi Kanaan, laut melambangkan kuasa (dewa) kejahatan. Dewa-dewa digambarkan berperang untuk saling mengalahkan. Namun di tangan kanan Allah, (dewa) laut menjadi senjata-Nya untuk mengalahkan musuh-Nya yang lain. Tidak ada ilah lain yang seperti Allah Israel (ayat 11). Tindakan dahsyat Allah tidak berhenti di situ saja. Dia pun dipuji karena kesetiaan-Nya membawa umat-Nya seperti dalam arak-arakan kemenangan melintasi bangsa-bangsa menuju gunung-Nya yang kudus (ayat 13-17). Bagaikan Raja yang menang perang yang memamerkan jarahan-Nya, demikian Tuhan menuntun umat-Nya sendiri untuk menikmati pemerintahan-Nya yang kekal (ayat 18).

Yang ingin Musa sampaikan lewat nyanyian pujian ini adalah Musa memberi kemuliaan bagi Allah, dan bersorak-sorak di dalam Dia. Inilah yang utama dari maksudnya (ay. 1): aku menyanyi bagi TUHAN. Perhatikanlah, semua sukacita kita harus berujung di dalam Allah, dan semua puji-pujian kita dipersembahkan kepada Dia, Bapa dari segala terang dan Bapa segala rahmat, sebab Ia tinggi luhur. Semua yang mengasihi Allah bersorak-sorai di dalam kemenangan-Nya. Israel bersukacita di dalam Allah:

  1. Sebagai Allah mereka, dan karenanya juga sebagai kekuatan, mazmur,dan keselamatan mereka (ay. 2). Berbahagia bangsa yang Allahnya adalah TUHAN. Mereka tidak perlu apa-apa lagi untuk membuat diri bahagia. Memang mereka memiliki tugas untuk dilakukan, pencobaan untuk digumuli, dan penderitaan untuk ditanggung, serta kelemahan di dalam diri mereka sendiri. Namun, Ia menguatkan mereka. Anugerah-Nya adalah kekuatan mereka. Mereka sering kali ada di dalam duka, karena banyak hal, tetapi di dalam Dia mereka mendapat penghiburan. Ia adalah mazmur Dosa, kematian, dan neraka mengancam mereka, tetapi Ia selalu dan terus akan menjadi keselamatan mereka (Yes. 12:2).
    1. Sebagai Allah nenek moyang mereka.Hal ini mereka sadari betul, sebab, dengan menyadari diri sendiri akan ketidaklayakan dan kejahatan mereka terhadap Dia, mereka insaf bahwa apa yang Allah lakukan sekarang bagi mereka adalah demi nenek moyang mereka ( 4:37). Perhatikanlah, Anak-anak perjanjian harus memanfaatkan hubungan nenek moyang mereka dengan Allah, supaya mereka sadar bahwa Allah itu juga Allah mereka, supaya dengan demikian mereka dapat beroleh penghiburan dari Dia, dan mawas diri serta mengarahkan hati kepada Dia.
    2. Sebagai Allah perkasa yang Mahakuasa (ay. 3): TUHAN itu pahlawan perang,yaitu sangat sanggup untuk berurusan dengan semua yang berjuang melawan Pencipta mereka, dan pasti akan menjadi terlalu tangguh bagi mereka.
    3. Sebagai Allah yang kesempurnaan-Nya tak tertandingi dan tak terbandingkan (ay. 11). Hal ini diungkapkan, pertama,secara lebih umum: Siapakah yang seperti Engkau, di antara para allah, ya TUHAN! Ini adalah pujian yang murni, dan sebuah ungkapan luhur dari pemujaan yang tulus. Ini adalah suatu tantangan kepada semua allah lain untuk dibandingkan dengan Dia. Allah harus disembah dan dipuja sebagai Pribadi yang sempurna tak terhingga sehingga tidak ada satu pun yang seperti Dia, tidak ada yang dapat dibandingkan dengan Dia, sebagai Satu-satunya yang memiliki keunggulan dan terunggul di dalam segala sesuatu 

Dalam bacaan kita juga disampaikan bagaimana Paulus mengatakan kepada jemaat Galatia bahwa iman di dalam Kristus membuat kita menjadi anak-anak Allah, bukan lagi sekadar menjadi anak-anak Abraham (26, bnd. 7). Realitas dan identitas baru ini berlaku bagi semua orang Galatia yang memercayai Kristus. Baptisan dalam hal ini memegang peranan penting sebagai pengalaman religius dari realitas dan identitas baru di dalam Kristus itu (27). Pemahaman "anak-anak Allah" (26) oleh Paulus juga diidentikkan dengan "milik Kristus" (29), yang juga berhak sebagai "keturunan Abraham" dan dengan demikian berhak menerima janji Allah. Paulus mengingatkan, bahwa sebelum Kristus datang membebaskan mereka, jati diri mereka tidak lebih daripada hamba (ayat 4:1-3). Namun, jati diri sejati umat Tuhan ada pada karya penebusan Kristus yang menjadikan semua orang percaya sebagai anak-anak Allah dan ahli waris surgawi (ayat 4-7).

  • PENGKENAINA
  • Tema kita adalah TUHAN ADALAH PENGAWAL YANG PERKASA. Dalam KBBI, pengawal artinya penjaga (keselamatan dan sebagainya), pegawai khusus atau pengawal yang diadakan sebagai pernyataan hormat (kepada tamu agung, orang besar, dan sebagainya). Perkasa dalam KBBI artinya kuat dan tangguh serta berani, gagah berani, kuat dan berkuasa; hebat. Dengan kata lain tema ini mau mengajarkan kepada kita bahwa Tuhanlah penjaga keselamatan kita yang kuta, tangguh, berani, berkuasa, dsb.
  • Melalui khotbah kita hari ini mau mengajarkan kepada kita bahwa Tuhan adalah pengawal yang perkasa karena:
  1. Allah adalah kekuatan, mazmur,dan  Artinya kita tidak perlu apa-apa lagi untuk membuat diri kita bahagia meskipun kita memiliki tugas untuk dilakukan, pencobaan untuk digumuli, dan penderitaan untuk ditanggung, serta kelemahan di dalam diri kita sendiri, Namun, Tuhan akan menguatkan kita.
  2. Anugerah-Nya kekuatan kita, karena meskipun kita sering kali ada di dalam duka, karena banyak hal, tetapi di dalam Dia kita mendapat penghiburan.
  3. Allah itu pahlawan perang,yaitu sangat sanggup untuk berurusan dengan semua yang berjuang melawan Pencipta mereka, dan pasti akan menjadi terlalu tangguh bagi mereka.
  4. Allah adalah Pribadi yang sempurna tak terhingga sehingga tidak ada satu pun yang seperti Dia, tidak ada yang dapat dibandingkan dengan Dia, sebagai satu-satunya yang memiliki keunggulan dan terunggul di dalam segala sesuatu.
  • Oleh sebab itu sebagaimana yang disampaikan dalam bacaan kita bahwa iman di dalam Kristus membuat kita menjadi anak-anak Allah, bukan lagi sekadar menjadi anak-anak Abraham berarti kita adalah "milik Kristus" yang juga berhak sebagai "keturunan Abraham" dan dengan demikian berhak menerima janji Allah dan sebagai orang percaya kita adalah anak-anak Allah dan ahli waris surgawi.
  • Oleh sebab itu sebagaimana Allah sudah mengantarkan kita ke tahun Baru tahun 2025 ini, marilah kita menjadikan Tuhan satu-satunya pengawal dalam hidup kita. Muliakanlah Tuhan melalui perkataan dan perbuatan kita sebagai mana seharusnya karakter seorang anak-anak Allah yang memuji dan memuliakan Tuhan melalui perkataan dan perbnuatannya.
  • Sadarlah bahwa kita adalah anak-anak Allah, oleh sebab itu hiduplah sebagaimana seharusnya anak-anak Allah yang dipimpin oleh Roh sehingga akan nyata melalui perkataan dan perbuatan kita. Meskipun sebagai anak-anak Allah kita masih memiliki tugas untuk dilakukan, pencobaan untuk digumuli, dan penderitaan untuk ditanggung, serta kelemahan di dalam diri kita sendiri, Tapi Tuhan akan menguatkan kita tetapi kita akan dimuliakan juga. Seperti dikatakan dalam Invocatio kita, ”Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia” Amin.

TAHUN BARU, 01 JANUARI 2025, KHOTBAH KELUARAN 15:1-17

Invocatio :

Roma 8:17

Ogen :

Galatia 3:26-29 (Tunggal)


Khotbah :

Keluaran 15:1-17 (Tunggal)

Tema  :

Tuhanlah Penjagaku yang Kuat (Tuhan Kap Pengawal Si Megegeh)

 

PENDAHULUAN

Pergantian tahun selalu menjadi momen yang penuh makna bagi banyak orang. Saat kita memasuki tahun 2025, kita disadarkan kembali akan arti dari perjalanan hidup yang penuh dengan tantangan, kesempatan, harapan, tetapi juga ketidakpastian. Di tengah pergantian ini, tema "Tuhanlah Penjagaku yang Kuat" menjadi sebuah janji yang bisa kita pegang erat. Menghadapi berbagai hal yang mungkin akan terjadi, kita diyakinkan bahwa Allah sendiri adalah penjaga kita yang penuh kuasa. Ia adalah Allah yang tidak pernah lelah, tidak pernah berhenti menjaga kita, dan selalu setia menyertai langkah kita ke mana pun kita pergi.Tema ini bukan hanya tentang perlindungan fisik, tetapi juga tentang pemeliharaan jiwa, penghiburan hati, dan ketenangan dalam iman. Kekuatan Tuhan sebagai penjaga yang penuh kuasa memberi kita alasan untuk tidak takut, tidak gentar, dan tidak bimbang dalam menghadapi masa depan. Kita bisa melangkah dengan hati yang teguh dan pikiran yang tenang, karena kita tahu bahwa hidup kita sepenuhnya ada dalam penjagaan Tuhan yang kuat.

 ISI

Roma 8:17 (Invocatio)

Paulus menulis surat Roma untuk menguatkan jemaat di Roma yang tengah menghadapi kebingungan dan konflik internal tentang status mereka sebagai orang percaya, khususnya terkait hubungan antara hukum Taurat, penderitaan, dan keselamatan. Di jemaat Roma, terdapat ketegangan antara orang-orang Yahudi yang berpindah menjadi Kristen dan orang-orang non-Yahudi yang baru bertobat. Sebagian dari jemaat Yahudi percaya bahwa untuk menjadi umat Allah yang sepenuhnya, orang-orang non-Yahudi harus mematuhi hukum Taurat. Di sisi lain, orang-orang non-Yahudi bertanya-tanya mengapa sebagai pengikut Kristus, mereka tetap mengalami penderitaan dan kesulitan. Paulus meluruskan pandangan ini dengan menegaskan bahwa identitas sebagai anak-anak Allah diberikan bukan karena hukum Taurat, melainkan karena iman kepada Kristus. Sebagai anak-anak Allah, mereka memiliki jaminan hak penuh atas warisan dari Allah, termasuk kemuliaan kekal. Penderitaan, kata Paulus, bukanlah tanda bahwa mereka ditinggalkan, melainkan bagian dari perjalanan iman bersama Kristus, yang akan membawa mereka kepada kemuliaan yang dijanjikan Tuhan.

Dalam Roma 8:17, Paulus menuliskan, “Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, yaitu ahli waris Allah, dan yang menjadi ahli waris bersama-sama dengan Kristus...” Kata ahli waris atau klēronomos dalam bahasa Yunani memiliki arti penting karena menunjukkan hak istimewa yang kita miliki sebagai penerima warisan dari Allah. Kita bukan hanya sekadar pengikut, tetapi juga bagian dari keluarga Allah, yang mendapat hak penuh dalam janji-Nya. Ayat ini menegaskan identitas kita sebagai anak-anak Allah yang dijaga dan dilindungi dengan penuh kasih. Sebagai ahli waris bersama Kristus, kita berhak menerima segala anugerah dan berkat yang disediakan Allah untuk anak-anak-Nya, termasuk pemeliharaan, perlindungan, dan bimbingan-Nya. Artinya, ketika kita menghadapi tahun baru ini dengan segala tantangan yang mungkin datang, kita dapat berpegang pada janji Tuhan bahwa Dia menjaga kita, bukan hanya sebagai Pencipta, tetapi juga sebagai Bapa yang mengasihi anak-anak-Nya. Roma 8:17 menekankan betapa besar kuasa penjagaan Tuhan dalam kehidupan kita yang memungkinkan kita melangkah dengan penuh keyakinan bahwa Dia akan selalu berada di sisi kita.

Galatia 3:26-29 (Ogen)

Galatia 3:26-29 berisikan penjelasan Paulus tentang identitas orang percaya sebagai anak-anak Allah melalui iman kepada Kristus. Paulus menulis ini kepada jemaat di Galatia yang bingung karena ada ajaran bahwa mereka harus mematuhi hukum Taurat, termasuk sunat, untuk menjadi umat Allah yang sah. Menanggapi kebingungan ini, Paulus menegaskan bahwa status sebagai anak Allah tidak bergantung pada hukum Taurat, tetapi murni pada iman kepada Kristus. Dengan iman ini, semua orang percaya menjadi bagian dari keluarga Allah, terlepas dari latar belakang etnis, status sosial, atau gender, dan menerima hak penuh sebagai anak-anak-Nya.

Paulus mengatakan, “Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah  karena iman di dalam Yesus Kristus.” (ay. 26) Kata anak-anak dalam bahasa Yunani huios menunjukkan status sebagai anggota keluarga yang penuh hak dan diakui secara sah. Kita tidak hanya dianggap sebagai umat biasa, tetapi sebagai anggota keluarga Allah yang penuh dengan hak istimewa. Ayat ini membawa makna yang dalam bahwa iman kita di dalam Yesus Kristus telah menyatukan kita di bawah satu keluarga Allah. Hal ini menjadi dasar dari penjagaan dan pemeliharaan yang kita terima. Sebagai anak-anak Allah, kita memiliki jaminan perlindungan yang melampaui segala keadaan yang mungkin kita hadapi di tahun baru. Tak peduli dari mana kita berasal atau bagaimana perjalanan hidup kita, Tuhan adalah Bapa yang selalu menjaga kita dengan adil dan setia. Ini memberi keyakinan bahwa di tahun 2025 ini, dalam segala situasi yang mungkin kita alami, kita dapat memiliki kepercayaan penuh bahwa Tuhan menjaga kita sebagai anak-anak-Nya dengan kasih yang tak tergoyahkan. Makna ini menjadi sangat relevan karena sering kali kita menghadapi ketidakpastian, kebimbangan, bahkan mungkin rasa takut menghadapi masa depan. Tetapi melalui nats ini, kita disegarkan untuk percaya bahwa Tuhan, sebagai Bapa kita, akan memelihara dan menjaga kita sebagai anak-anak-Nya. Kita dipanggil untuk bersandar pada-Nya, yakin bahwa penjagaan Tuhan tidak pernah setengah-setengah.

Keluaran 15:1-7 (Khotbah)

Keluaran 15 adalah nyanyian syukur Musa dan bangsa Israel setelah Allah menyelamatkan mereka dari kejaran pasukan Firaun di tepi Laut Teberau. Setelah menyeberang laut yang telah dibelah Tuhan untuk mereka, bangsa Israel menyaksikan bagaimana pasukan Firaun yang mengejar mereka tenggelam ketika air laut kembali menutup. Peristiwa ini menunjukkan kuasa dan perlindungan Allah yang luar biasa, yang membebaskan umat-Nya dari bahaya besar dan menegaskan bahwa Dia adalah penjaga yang setia.

Dalam konteks ini, Keluaran 15 menjadi ungkapan syukur atas keselamatan tersebut. Nyanyian ini menegaskan kebesaran Allah sebagai pelindung dan pembebas, Tuhan yang berkuasa atas segala sesuatu dan setia menjaga umat-Nya. Kita mendengar nyanyian Musa setelah Tuhan membebaskan Israel dari kejaran pasukan Mesir di Laut Merah. Musa dan umat Israel berseru, “TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku.” (ay. 2) Kata kekuatan dalam bahasa Ibrani adalah oz, yang berarti kekuatan yang kokoh, tak tergoyahkan, dan berdaya tahan. Kekuatan ini bukan hanya sekadar kekuatan fisik, tetapi juga mencakup kekuatan rohani yang mendukung dan melindungi dalam segala keadaan. Peristiwa yang menjadi latar belakang nyanyian ini menunjukkan betapa besar kekuatan Tuhan dalam melindungi umat-Nya. Bangsa Israel berada dalam situasi yang seolah tak mungkin ada jalan keluar—mereka dihadapkan pada laut di depan mereka dan tentara Mesir di belakang mereka. Namun, dalam situasi yang sangat kritis ini, Tuhan menunjukkan kekuatan-Nya dengan membelah Laut Merah dan menyelamatkan umat-Nya dari bahaya yang sangat nyata. Hal ini mengajarkan kita bahwa ketika kita berada dalam situasi yang sulit, Tuhan tidak hanya mengamati dari jauh, tetapi Dia hadir dan bertindak untuk menyelamatkan kita. Kisah ini menjadi pengingat bagi kita bahwa ketika menghadapi jalan buntu atau situasi yang tampaknya mustahil, Tuhan adalah kekuatan yang tak terkalahkan, dan Dia akan turun tangan untuk menjaga dan melindungi kita. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita, bahkan dalam saat-saat yang tampak mustahil. Tahun 2025 mungkin membawa kita pada situasi sulit yang tak terduga, tetapi kita tahu bahwa Tuhan adalah Allah yang setia, yang kuat, dan yang akan memberikan kemenangan bagi umat-Nya.

Refleksi

3 hal yang bisa kita pelajari:

 

  1. Berjalan dalam Kepercayaan akan Pemeliharaan Tuhan yang Tak Terbatas

Sebagai anak-anak Allah dan ahli waris bersama Kristus, kita memiliki hak istimewa untuk berada dalam pemeliharaan dan kasih Tuhan. Di tahun 2025 ini, kita dapat menjalani setiap hari dengan kepercayaan penuh bahwa Tuhan akan menjaga kita dari segala bahaya, melindungi kita dalam setiap situasi.

  1. Hidup dalam Kasih Tuhan yang Melampaui Perbedaan

Dalam Kristus, kita semua adalah satu dan dijaga oleh kasih-Nya yang melampaui batas manusiawi. Tanpa memandang latar belakang atau kondisi kita, kasih Tuhan menjaga kita tanpa syarat. Dalam setiap tantangan yang ada, kita dapat bersandar pada kasih Tuhan yang tidak terbatas dan meliputi seluruh hidup kita.

  1. Berani Berjalan dalam Misteri Bersama Tuhan

Beriman berarti berani berjalan di dalam tanda tanya bersama Tuhan yang adalah Pemilik tanda tanya tersebut. Hidup dalam iman berarti kita tidak pernah berhenti, tidak pernah berkata “Amin” sebagai tanda akhir, tetapi terus berproses dalam kairos Tuhan, dalam waktu dan rencana-Nya yang sempurna. Ketika kita hidup dalam iman, kita menyadari bahwa perjalanan bersama Tuhan tidak selalu pasti, namun selalu terarah, karena Tuhan adalah Penjaga yang memimpin setiap langkah kita.

Sebagai refleksi akhir, kita diingatkan pada lirik lagu “El Shaddai” yang menegaskan kebesaran Tuhan dalam hidup kita:

Tak usah ku takut, Allah menjagaku

Tak usah ku bimbang, Yesus peliharaku

Tak usah ku susah, Roh Kudus hiburku

Tak usah ku cemas, Dia memberkatiku

El Shaddai, El Shaddai, Allah maha Kuasa

Dia besar, Dia besar, El Shaddai mulia

El Shaddai, El Shaddai, Allah maha kuasa

Berkatnya melimpah, El Shaddai

Melalui lirik ini, kita kembali diingatkan bahwa Allah yang maha kuasa, yang kita sebut El Shaddai, adalah Tuhan yang menjaga, memelihara, dan memberikan berkat yang melimpah. Dia adalah sumber kekuatan yang mengatasi segala kelemahan dan kekhawatiran kita. Maka, memasuki tahun baru ini, kita dapat melangkah dengan keyakinan penuh, karena Tuhan, El Shaddai, yang maha kuasa, adalah penjaga dan pelindung kita yang setia.

Vic. Elpita Lorena br Barus

Runggun Bandung Barat-Perpulungen Purkawarta

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD