MINGGU 04 MEI 2025, KHOTBAH 2 KORINTUS 12:7-10
Invocatio :
Kamu yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umatNya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan (1 Pet. 2:10)
Ogen :
Hosea 11:1-4 (Tunggal)
Khotbah :
2 Korintus 12:7-10 (Tunggal)
Tema :
Cukup Kap Lias Ate Tuhan/ Cukuplah Kasih Karunia Tuhan.
I. Pengantar
Cukuplah kasih karunia Tuhan bagi kita ini merupakan sesuatu kalimat yang sedikit sulit kita pahami karena karakter manusia yang selalu merasa kurang dan tidak pernah merasa cukup. Minggu Misericordias Domini (latin) yang berarti “ Kasih Setia Tuhan” nama ini diambil dari Mazmur 33:5 dalam terjemahan latin Vulgata : Misericordias Domini plena est terra (Bumi penuh dengan kasih setia Tuhan). Minggu ini membawa kita melihat bahwa Yesus adalah gembala yang baik yang menggambarkan kasih dan pemeliharaanNya bagi umatNya.
II. Isi
Dalam 2 Kor. 12 Paulus menceritakan pengalamannya menerima penglihatan yang luar biasa dari Tuhan. Paulus menyadari bahwa pengalaman rohani yang dialaminya dapat membuat dia menjadi sombong, sehingga dalam bacaan ini Paulus menceritakan dirinya dengan apa yang dirasakan dan dialaminya.
Ay. 7 “Dan supaya aku jangan meninggikan diri, maka aku diberi suatu duri dalam daging, seorang utusan iblis menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri” Paulus menyadari bahwa dia adalah seorang manusia biasa yang mungkin juga masih memiliki ketinggian hati terkait dengan apa yang dialaminya. Tetapi dengan cepat Paulus menyadarinya atas ketinggian hati itu sehingga ia berkata supaya aku jangan meninggikan diri. Untuk mengatasi ketinggian hati ini maka Paulus menyadari ada duri dalam daging yang merujuk pada penderitaan secara fisik dan tantangan yang dialami oleh Paulus dalam perjalanannya ( 2 Kor. 11: 23-27, masuk dalam penjara, disesah orang yahudi, didera, dilempari dengan batu, dipukuli, karam kapal, diancam banjir, bahaya penyamun, dll). Ini dipahami sebagai duri dalam daging yang menyiksa diri Paulus dalam pemberitaan Injil tetapi Paulus tetap mampu berpikir positif bahwa apa yang dialaminya, meskipun ia tau duri itu dari sijahat tapi ia percaya itu terjadi atas seijin Tuhan seperti kisah ayub.
Ay. 8 “ Tiga kali berseru kepada Tuhan”. Dalam kesulitan yang dialami Paulus meskipun Paulus tetap bertahan bukan berarti Paulus tidak mengeluh kepada Tuhan, bahkan ia berdoa supaya utusan iblis itu undur daripadanya, ia berseru sebanyak tiga kali yang dimana angka tiga ini melambangkan kesungguhan ketekunan dalam berdoa. Paulus memohon dengan sangat kepada Tuhan untuk mengangkat duri ini tetapi Tuhan memiliki rencana yang lebih besar di balik penderitaannya.
Ay. 9 “ cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna”. Inilah jawaban Tuhan terhadap doa permohonan Paulus. Rencana Tuhan yang tak terselami dalam kehidupan Paulus, bahwa ternyata apapun yang terjadi dalam diri Paulus itu tidak terlepas dari rancangan Tuhan. Barangkali duri atau penderitaan yang dialami Paulus bertujuan supaya Paulus jangan meninggikan diri dan mengandalkan kekuatannya sendiri dalam melakukan misi Allah. Tetapi justru dalam kesulitan itu Paulus terus berseru kepada Tuhan untuk memampukan dia, mendengar suara Tuhan terkait apa yang harus dilakukannya. Karena mungkin jika tidak demikian Paulus melakukan apa yang menurutnya benar bukan apa yang Tuhan suruh untuk ia lakukan. Dan itu semuanya menyatakan bahwa bukan Paulus sendiri yang melakukan pekerjaan itu tetapi Kuasa Tuhan yang memakai Paulus sebagai alatNya.
Ay. 10 “ aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, kesukaran, penganiayaan, dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat”. Setelah Paulus memahami rencana Tuhan dalam hidupnya barulah ia bersukacita. Dan Paulus sudah menerima dan merasa cukup atas kasih karunia Tuhan dalam hidupnya sehingga ia berkata aku senang dan rela dalam kelemahan. Ungkapan sikap hati Paulus yang menerima dengan sukacita segala penderitaan yang dialaminya demi kristus. Karena Paulus tahu bahwa penderitaan itu bukan dari dunia itu sendiri tetapi dari hak otoritas Allah melalui penderitaan duniawi. Sehingga Paulus justru senang karena penderitaannya memiliki tujuan dalam rencana Allah. Paulus menyadari bahwa justru dalam kelemahannya, kuasa Tuhan menjadi nyata, saat ia tidak mampu, Tuhanlah yang menjadi sumber kekuatannya. Penderitaan bukanlah fokus utama Paulus melainkan Kristus. Karena itu, ia dapat bersukacita meskipun menghadapi kesulitan, sebab ia tahu bahwa semuanya itu untuk kemuliaan Tuhan.
Bahan Ogen kita dalam Hosea 11: 1-4 memiliki benang merah yang kuat tentang kasih dan kuasa Allah yang bekerja dalam kelemahan manusia. Kasih Allah terhadap bangsa Israel tak tergoyahkan meskipun mereka sering tidak setia. Allah seperti orangtua yang penuh kasih, terus-menerus memanggil dan memulihkan umatNya. Ayat 4 menggambarkan Allah sebagai sosok yang menarik mereka dengan “tali kesetiaan’ dan ‘ikatan kasih”. Ini menunjukkan bahwa Allah tidak pernah menyerah pada umatNya, tetapi terus berusaha untuk memulihkan hubungan dengan mereka.
Kasih karunia dalam kelemahan kedua bagian ini menunjukkan bahwa Allah bekerja melalui kelemahan. Di Hosea Allah menunjukkan kasihNya kepada Israel yang lemah dan tidak setia. Di 2korintus Allah menunjukkan kuasaNya melalui kelemahan Paulus. Dengan demikian kedua bagian ini mengajarkan kita bahwa kelemahan bukanlah penghalang bagi pekerjaan Allah. Sebaliknya, kelemahan dapat menjadi tempat dimana kasih dan kuasa Allah paling jelas terlihat.
III. Refleksi /Aplikasi
Dalam kehidupan Kristen sering sekali mendapat tantangan dan penderitaan. Bahkan statement jemaat sering berkata “ semakin dekat kepada Tuhan semakin banyak pergumulan”. Dengan statement ini banyak juga jemaat lain yang ragu untuk dekat kepada Tuhan karena tidak siap dengan penderitaan. Bahkan pernah ada jemaat berkata “ semenjak aku bertekad aktif gereja dan mau menjadi pengurus pjj semakin banyak pergumulanku, sehingga aku jadi takut untuk aktif”. Ini menggambarkan bahwa ternyata banyak diantara kita yang belum mengerti dan menerima kasih karunia Tuhan. Cukuplah kasih karunia Tuhan dalam hidup kita, Tuhan tau porsi-porsi hidup kita dan Tuhan yang mengatur fase-fase atau musim dalam kehidupan kita. kehidupan Paulus menjadi pola dalam hidup kita. Paulus yang juga awalnya mengeluh, menderita dengan pencobaan yang ia alami sebagai pelayan Tuhan tetapi setelah ia “tahu” bahwa itu bagian rencana Allah dan kasih karunia Allah yang cukup itu pula menaungi dia maka ia bersukacita dan rela dalam penderitaan. Hal ini juga terjadi dalam kehidupan kita ketika kita “belum tahu’ dan “menerima secara pribadi” kasih karunia Tuhan maka kita merasa Tuhan itu jahat, tidak adil dan kejam karena kita menganggap bahwa penderitaan itu adalah “hukuman” yang sering kita kaitkan dengan dosa kita.
Tapi Firman Tuhan berkata “ Cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna” ternyata Tuhan memberikan pencobaan itu untuk kita menyadari bahwa kita adalah orang yang lemah dan dalam kelemahan itu kita bergantung kepada Tuhan. Karena “orang yang kuat adalah orang yang lemah dihadapan Tuhan”. Sebenarnya Kasih Allah itu sudah cukup bagi kita, tapi karena “ketidaktauan kita” maka kita sering mencari kasih Allah mencari berkatnya yang padahal sudah Tuhan berikan. Oleh karena itu yang kita perlukan adalah mengakses kasih karunia yang maha cukup ini melalui iman kita kepada Yesus Kristus.
Pada umumnya semua orang tidak mau menjadi lemah, karena lemah itu dianggap suatu ketidakmampuan, diremehkan, direndahkan dan dikalahkan. Sehingga semua orang ingin menjadi kuat. Kuat secara fisik/tenaga, kuat secara finansial, kuat secara kedudukan dan kuasa, sehingga dengan memiliki kekuatan ini semuanya kita menjadi senang dan menang. Tetapi perenungan kita hari ini menyadarkan kita bahwa kelemahan didalam Tuhan itulah kemenangan yang sesungguhnya. Jadi sebagai jemaat Kristen tidak ada lagi menghindar dari pekerjaan Allah dengan dalih takut akan penderitaan tapi jadilah seperti Paulus yang bersukacita dan rela dalam kelemahan karena di dalam kelemahan oleh Kristus kita menjadi kuat.
IV. Penutup
Di sebuah desa kecil, ada seorang ibu yang bernama Ibu maria, suaminya meninggal 10 tahun lalu dan mereka tidak memiliki anak. Kehidupan sehari-harinya ia hanya pergi kepasar menjual sayur dari kebunnya menggunakan sepeda tuanya dan ia sangat aktif dalam kegiatan gereja. Hari minggu pagi ketika ia mau pergi beribadah dengan sepeda tuanya, rantainya terputus ditengah jalan, ia duduk termenung dan berdoa kepada Tuhan. Tidak lama datang seorang anak muda yang bernama Samuel sudah lama tidak datang ke gereja, dia menghampiri ibu Maria dan membetulkan rantai sepeda yang rusak. Sambil bekerja Samuel bertanya kepada ibu maria pergi kemana. Ibu Maria menjawab mau kegereja. Dengan spontan Samuel berkata ‘ngapain ibu ke gereja kalau kondisi ibu juga begini, lebih baik ibu dirumah tenang istirahat tidak kena panas, dan uang tidak habis. Setelah mendengar kalimat Samuel ibu Maria berkata “ Cukuplah kasih karunia Tuhan bagiku” maka aku bersukacita dan menyembah Tuhan. Dengan kesehatan dan hidup yang kumiliki sekarang aku sangat bersyukur karena aku telah menerima kasih karunia Tuhan, jadi pergi ke gereja dengan sepeda tua dan terik matahari tidak masalah bagiku karena Tuhan mengasihiku. Seketika Samuel malu dengan dirinya sendiri yang dengan kehidupan mewahnya tapi ia tidak merasakan kasih karunia Tuhan dalam hidupnya.
Sering sekali ini yang kita alami dalam hidup kita, kita tidak menyadari bahwa kasih Tuhan telah kita terima, kita selalu merasa kurang dan tidak puas dan berontak akan situasi hidup kita padahal apa yang kita miliki saat ini, itu cukup bagi kita oleh kasih karunia Tuhan. Mari merenungkan, menerima kasih Tuhan dalam hidup kita. soli deo Gloria.
Vik. Amikha Rehulina Br Tarigan, S.Th.
Runggun Cibubur- POS PI Jonggol MPH3