JUMAT 07 APRIL 2023, KHOTBAH YOHANES 19:28-30 (JUMAT AGUNG)
Tema :
“Jesus Ndungi DahinNa” (“Yesus Menyelesaikan PekerjaanNya”)
Invocatio :
1 Pet. 2: 24
Bacaan :
Mzm. 22: 12-16
1. Pendahuluan
Jumat Agung adalah hari peringatan penyaliban Yesus Kristus dan wafatNya di Golgota, untuk menebus dosa manusia. Jumat agung salah satu hari yang disebut Pekan Suci, dimulai dari Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Sunyi dan Minggu Paskah. Ini adalah rentetan kisah yang memiliki makna kasih yang dalam dari seorang bapa kepada anaknya, yang rela menurunkan harga diriNya dan menunjukan cara untuk menunjukan kasih tanpa perkataan tapi langsung perbuatan, dengan mengorbankan nyawaNya untuk menebus dosa manusia. Jumat Agung adalah peristiwa penting dalam Kekristenan oleh sebab itu setiap kali memperingati Jumat Agung kita melakukan Perjamuan Kudus untuk mengenang peristiwa penyaliban dalam proses penebusan dosa manusia agar kembali berdamai dengan Allah dan sesama manusia.
2. Isi
Yesus adalah Anak Allah yang diutusNya untuk melakukan misiNya di dunia ini, dalam rangka penyelamatan manusia, seperti kita ketahui maka Yesus datang ke dunia ini dengan banyak keunikan, Dia di kandung oleh perawan, lahir di palungan kandang domba, dan dalam perjalanan pelayananNya banyak sekali tantangan dan goncangan yang Dia hadapi. Dalam perjalanan pelayananNya juga juga banyak melakukan muzijat dan menunjukan bahkan menegaskan bahwa IA adalah Anak Allah, sehingga ahli Taurat merasa terganggu, hingga berencana untuk menghukum Dia ke dalam hukuman mati yaitu penyaliban di bukit Golgota. Pada bagian ini Yesus menerima semua yang sudah diaturkan oleh Allah Bapa dalam rangka penyelesaian tugasNya di dunia, dalam rangka penyelamatan dunia yang sangat di kasihi oleh Allah tersebut bdk. Yoh 3:16.
Sehingga boleh kita lihat dalam Yohanes 19:28-30 adalah detik-detik akhir Yesus sebelum ia meninggal di atas kayu salib. Dalam teks ini ada dua perkataan Yesus yang menunjukan akhir dari perjalanan dalam rangka penebusan dosa manusia, ketika ia tahu bahwa sebentar lagi ia akan mati, supaya genap apa yang tertulis dalam Kitab Suci maka IA mengatakan “Aku haus”.maka prajurit memberikan anggur karena disitu ada suatu bekas penuh anggur asam, sesuai dengan kebiasaan pelaksanaan hukuman seperti pada saat itu, atau seperti yang diperkirakan beberapa orang anggur yang biasanya mereka berikan kepada orang-orang yang hendak binasa. Maka mereka memberikannya dengan mencucukkan bunga karang yang telah dicelupkan dalam anggur asam, lalu mereka menaruhnya ke sebatang hisop dan memasukkannya ke mulut Yesus. Itulah yang mereka berikan ketika Yesus mengatakan “Aku haus”.
Perkataan selanjutnya yaitu “sudah selesai” adalah ungkapan yang di katakan Yesus setelah selesai minum anggur asam dan sebelum IA meninggal. Sudah selesai dalam bahasa Yunani “Tetalestai” bahasa Indonesia “Sudah selesai” karo “enggo sai” “La nadingken tegun lolo” (enggo seh sura-sura/tangungjawab, perjuangan sudah selesai). yang menunjukan atau mengarah kepada kemenangan dengan sorak sorai, yang merampungkan segalanya dengan penuh penghiburan, mengapa begitu? Karena dengan sudah selesai maka segala kepahitan dari kejahatan dan tindakan permusuhan para penganiaya telah selesai dibayar lunas. Disamping itu makna dari kata sudah selesai juga adalah rancangan dan perintah BapaNya mengenai penderitaanNya kini telah tergenapi sehingga sudah tamatlah riwayat dosa dimana pelanggaran sudah diakhiri dengan datangnya kebenaran untuk selama-lamanya. Dimana Anak Domba Allah dikorbankan untuk menghapus dosa dunia. Dan akhirnya IA menundukkan kepalaNya dan menyerahkan nyawaNya kepada Allah Bapa.
Semua yang dilakukan Yesus hanya untuk kesembuhan dan hubungan baik kita kepada Sang Pencipta, seperti penegasan dalam Invocatio kita : 1 Petrus 2:24; tujuan dari kematian Yesus adalah agar kita dapat dipisahkan dari kesalahan, kuasa, dan pengaruh dosa. Melalui kematianNya, Yesus melenyapkan kesalahan dan hukuman bagi kita, membuka jalan hingga kita pantas untuk kembali kepada Allah dan menerima kasih karunia untuk hidup benar di hadapanNya. Petrus menggunakan kata sembuh dalam hubungan keselamatan dengan segala berkat Tuhan.
Bahan bacaan kita Mazmur 22:12-16 menekankan betapa beratnya perasaan Pemazmur dalam menghadapi musim kehidupan yang boleh Tuhan izinkan dalam peziarahan kehidupannya. Mazmur ini adalah Mazmur yang pertama dari Mazmur-Mazmur kesengsaraan, seruan pembukaan Mazmur ini juga digunakan Yesus ketika berada di kayu salib, dengan mengatakan “Eli Eli Lama Sabakhtani” ketika ia merasa ditinggalkan Allah Bapa.
3. Aplikasi
Peristiwa Jumat Agung, yaitu peristiwa pengorbanan yang melampaui segalanya dalam sejarah dunia, karena Jumat Agung menekankan kepada kita, tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih yang rela berkorban memberikan nyawanya untuk sahabatnya. Melalui peristiwa ini kita boleh berefleksi bahwa :
- Allah Sang Maha Kasih selalu merancangkan yang terbaik sekalipun IA harus berkorban untuk kepentingan dunia, dalam kehidupan kita sudahkah kita mau berkorban untuk kepentingan orang lain? Tanda kita sudah mendapatkan kasihNya?
- Sengsara yang diterima Yesus, di jalaniNya dengan setia, Dia tidak mengandalkan orang dalam sebagai IA Anak Allah, bisa saja IA memakai kekuasaanNya untuk tidak merasakan sengsara jalan salib, tetapi tidak itu yang dijalaniNya, tapi IA mau ikut dalam proses tanpa protes untuk misi penyelamatan manusia, dalam proses peziarahan kehidupan kita manakah yang lebih banyak kita lakukan, bersyukur setia akan rencana Tuhan dalam hidup atau protes pada Tuhan?
Melalui peristiwa Jumat Agung ini marilah kita semakin bersyukur dan menyadari dalam situasi apapun hidup kita, marilah kita tetap setia dan berharap hanya pada Tuhan saja. Yang kelihatannya kalah belum tentu kalah, karena Jumat Agung bukan kekalahan tapi awal dari kemenangan orang percaya. Kematian Yesus merupakan jalan untuk memperoleh kemenangan kekal.
Pdt. Prananta Jaya Manik
GBKP Bogor Barat