JUMAT 29 MARET 2024, KHOTBAH MATIUS 27:45-56 (JUMAT AGUNG)
Invocatio :
“Yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan (Filipi 2:6) “.
Bacaan :
Mazmur 22:12-22 ( Responsoria)
Tema :
Yesus Berseru lalu Menyerahkan Nyawa-Nya
I. Pendahuluan
Jumat Agung adalah sebuah peristiwa besar yang pernah terjadi di tengah-tengah dunia ini. Peristiwa Jumat Agung adalah peristiwa kematian Yesus kristus. Seorang teolog GW. Obermen mengatakan “Jumat Agung” disebut agung karena ada rahasia yang besar dalam penderitaan dan kematian Yesus sehubungan dengan kejahatan manusia. Dengan kata lain peristiwa Golgota adalah salah satu rahasia yang besar karena Anugerah Tuhan, keadilan Tuhan, kasih Tuhan, kekudusan Tuhan, kesetianNya dan hukuman Tuhan diperlihatkan kepada kita. Rahasia Tuhan tersembunyi melalui peristiwa Jumat Agung dan ini tidak bisa dilogikakan secara manusia, peristiwa kematian Yesus di kayu salib dianggap dunia sebagai kebodohan, tapi sebernarnya adalah hikmat Tuhan untuk menyelamatkan manusia yang percaya kepada Yesus (1 Korintus. 1:18, 21).
II. Isi
Kisah tentang penyaliban Yesus jika kita membacanya, sepintas terlihat sangat singkat. Tetapi sebenarnya jika kita membaca dalam injil synopsis sangat panjang. Khususnya dalam kitab Markus 15:25, diceritakan bahwa Yesus di paku di Kayu salib dimulai jam 9 pada pagi hari, lalu menyerahkan nyawaNya jam 3 sore. Jadi lamanya Yesus di atas kayu salib sampai ia meninggal ada 6 jam lamanya. Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eloi-Eloi lama Sabakhtani? artinya: Allahku, Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku? Apa maksud perkataan Yesus ini? Yesus tidak kecewa ditinggalkan oleh orang Israel dan tidak kecewa ditinggalkan murid-muridNya di puncak penderitaanNya. Tapi yang sangat dirasakan oleh Yesus ketika merasakan kemanusiaNya seperti ditinggalkan oleh Bapa-Nya. Kenapa, dan apa dasarnya ditinggalkan dan dibiarkan oleh Allah AnakNya sehingga merasakan kesengsaraan dan kesakitan? Dasarnya adalah, Yesus dipakukan di kayu salib untuk menebus dosa manusia. Dosa-dosa kita dibayar dengan penderitaan dan darahnya sampai mati. Yesus harus merasakan hukumanNya untuk menggantikan manusia yang seharusnya menjalaninya.
Dengan suara nyaring Yesus berseru: “Eli, Eli, lama sabakhtani”, Allahku…AllahKu mengapa Engkau meninggalkan Aku? Ini adalah kutipan dalam Mazmur 22 yang dengan sengaja dikutip oleh Yesus. Mazmur 22 berisi sebuah ratapan tentang seorang yang tidak bersalah namun mengalami penderitaan (ay.1-20). Orang yang berteriak, “Allahku, Allahku, megnapa Engkau meninggalkan Aku?” bukanlah orang yg ditinggalkan Allah karena dosanya atau menjadi musuh Allah. Mengutip Mazmur ini, Yesus sedang menempatkan diri sebgai pihak yang tidak bersalah namun menderita.
Seruan dalam Mazmur ini juga merupakan sebuah ungkapan hati dari orang yang menantikan Tuhan namun yang dinantikan tidak kunjung tiba, dan inilah yang dirasakan oleh Yesus; merasakan keterpisahan dengan BapaNya karena Yesus mengambil posisi orang berdosa di kayu salib (2 kor.5:21), Ia menggantikan posisi manusia berdosa sehingga Ia harus pengalami penghukuman.
Setelah Yesus berseru, seorang prajurit mengambil bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam, lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum. Anggur asam ini biasanya berguna untuk mengurangi rasa sakit. Dan sekali lagi Yesus berseru, menurut Lukas 23:46 Yesus berkata: “O Bapa, ke dalam tanganMu kuserahkan Nyawaku”. Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawaNya. Dalam Yohanes 19:30 sebelum Yesus menyerahkan nyawaNya, Yesus berkata: “Sudah selesai”. Dalam bahasa Yunani: “Tetelestai”, satu kata seruan yg memperlihatkan kemenangan, seruan yg mengatakan maka tugasNya sudah digenapi setelah semua dilaluiNya dengan penuh pergumulan. Dengan kematian (secara manusia) sudah digenapiNya/diselesaikanNya pekerjaanNya untuk menebus dosa manusia.
Dan seketika itu juga, Tabir bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah artinya tidak ada tembok pembatas antara ruang yg maha kudus dengan ruang kudus. Tempat mempersembahkan persembahan yg biasa dilakukan setahun sekali untuk mempersembahkan persembahan sudah terbuka untuk semua orang. Tidak perlu lagi ada perantara oleh imam-imam tapi semua orang bisa datang menyembah berdasarkan iman kepada Yesus Kristus (Bdk.Ibr. 9:1-10:25). Dan Korban persembahan tidak lagi diperlukan sebab korban persembahan sejati adalah Yesus Kristus yang sudah jadi korban yang sempurna untuk selamanya. Demikian juga anak-anak Tuhan yang ingin berdoa tidak perlu lagi perantara imam tapi bisa berdoa sendiri langsng kepada Tuhan.
Dan selanjutnya setelah Yesus menyerahkan nyawaNya, terjadilah gempa bumi, bukit-bukit batu terbelah dan dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit. Artinya melalui peristiwa ini terlihat ada kuasa yang terjadi dari kematian Yesus kristus.
Perwira dan prajurit-prajurit Romawi yang menjaga Yesus menjadi sangat takut ketika melihat peristiwa itu, lalu mereka berkata, sungguh, Ia ini adalah Anak Allah. Tentunya ini sebuah pengakuan yang bertolak belakang dimana sebelumnya para perwira dan prajurit menghujat, mengolok-ngolok-olok dan membenci Yesus serta tidak percaya kepada Yesus tapi saat kematian Yesus, kebencian dan olok-olokan berubah menjadi pujian dan rasa kagum atas kuasa dari Yesus.
Ayat 55-57 banyak perempuan-perempuan yang menyaksikan peristiwa penyaliban Yesus artinya peristiwa itu memang benar-benar terjadi karena terdapat saksi yang menyaksikan kebenaran peristiwa tersebut.
Bacaan 1, Mazmur 22:12-22 mencerminkan refleksi umat atas pernyataan Allah di tengah-tengah kehidupan secara pribadi (ay.3). Mazmur ratapan berfungsi mengatasi konflik iman secara terkontrol agar tidak terjadi penyimpangan (ay.4). ketika kita membaca Mazmur 22 ini secara keseluruhan lebih cermat, maka kita akan menemukan penderitaan pemazmur yang kehilangan martabatnya sebagai manusia. Ia menderita secara batin dan fisik, ia mendapatkan sindiran dan merasakan ketakutan sebab merasa sudah berada diambang maut, akan menjadi mangsa yang tidak berdaya bagi lawan-lawannya (ay.12). pada situasi ini pemasmur menyampaikan doa permohonan yang dimulai dengan “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?”. Pemasmur sedang menghadapi konflik antara penderitaannya dengan imannya kepada Tuhan, ia selalu berseru-sru kepada Tuhan siang dan malam tetapi Allah tidak kunjung menjawab. Ia membandingkan dirinya dengan nenek moyang mereka yang berseru dan Allah menjawab dan melepaskan mereka (ay.4-6). Namun demikian ia tetap percaya kepada Allah walaupun ia merasa ditinggalkan oleh Allah. Bagaimanapun beratnya penderitaannya tetap hanyalah Allah satu-satunya yang menajdi kekuatannya (ay.20b), bahwa imannya kepada Allah sedang menghadapi perjuangan.
Setelah menghadapi perjuangan iman yang berat, akhirnya Allah mendengarkan doanya. Imannya mengalahkan penderitaan yang berat itu. Ia membayar nazarnya dan mengundang orang-orang yang takut akan Allah untuk memuji Allah. Karya keselamatan yang dikerjakan oleh Allah itu akan terus dikabarkan dari generasi ke generasi, bahkan seluruh bangsa-bangsa akan sujud menyembah dihadapanNya. Mazmur ini disebut juga “Mazmur salib” karena melukiskan beratnya penderitaan kristus. Beberapa kutipan ayat dalam Mazmur ini yang menggambarkan penderitaan kristus: “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meniggalkan aku?” Mereka menusuk tangan dan kakiku, mereka membagi-bagikan pakaianku…membuang jubahku (ay.19)”.
Melalui Masmur ini kita melihat Allah berdaulat dan berkuasa penuh atas kehidupan ini. Walaupun awalnnya pemasmur mempertanyakan kehadiran Allah dalam penderitaannya yang berat itu, namun imannya tidak goyah diterjang beratnya penderitaan. Ia berjuang dengan iman sehingga tetap memiliki pengaharapan bukan keputusasaan. Iman yang teguh itu diperhitungkan Allah untuk dibernarkan. Dengan iman seperti itu, membentuk dan memelihara relasi yang intim dengan Allah yang memiliki kuasa yang membesarkan. Masmur 22 ini termasuk Mazmur yang ditulis pada masa pembuangan dan lenbih tepatnya pada masa kerajaan, sesuai dengan gambaran yang mengarah pada raja Daud sendiri (ay.2). Dalam pembagian dan kelompok Masmur, maka Mazmur 22 ini termasuk dalam kelompok Mazmur ratapan pribadi (ay.3), ratapan raja Daud untuk dirinya sendiri dan mewakili umat (ay.8)
Invocatio, Rasul Paulus menjelaskan bahwa Tuhan Yesus memiliki status sebagai Allah, tetapi justru merendahkan dirinya dan menjadi manusia. Ia meninggalkan kemulianNya di surga itulah bukti kerendahan hatiNya. Kerendahan hati memerlukan pengorbanan yaitu bagaimana Ia rela untuk mengosongkan diriNya. Tuhan Yesus bersedia merendahkan diriNya sedemikian rupa, meninggalkan semuanya mengambil status sebagai seorang manusia agar Ia dapat bersama-sama dengan mereka dan kemudian meninggikan mereka. Inilah kerendahan hati yang dapat mengubah hidup seseorang. Selain itu, teladan Yesus memberikan sebuah pengajaran berharga, yaitu kerendahan hati harus diikuti dengan ketaatan dan kepatuhan kepada kehendak Bapa.
III. Penutup
Tema Jumat Agung: “Yesus berseru lalu Menyerahkan nyawa-Nya”. Beberapa hal yang menjadi perenungan bagi kita:
- Kesengsaraan dan kematian Yesus memperlihatkan bahwa apa yang harus dirasakan manusia berdosa tapi semuanya telah digantikan oleh Tuhan Yesus tujuanya adalah supaya semua orang yang percaya kepadaNya mendapatkan keselamatan.
- Kematian Yesus adalah bukti kasihNya untuk memperdamaikan hidup kita dengan Allah sehingga kita memperoleh jalan perdamaian.
- Keselamatan yang sudah diberikan Yesus Kristus kepada kita melalui kematian Yesus Kristus perlu kita syukuri dan harus diperlihatkan melalui kehidupan sehari-hari dengan hidup menjadi teladan seperti kehidupan Yesus sebagai hamba yang tekun menanggung semua penderitaan, mau berkorban dan patuh kepada Bapa sampai mati, sehingga mendapatkan kemulian dari Allah.
- Kesengsaraan dan penderitaan Yesus menjadi motivasi bagi kita untuk melewati semua pergumulan dalam kehidupan dan bila kita berserah maka Tuhan menjadi penolong bagi kita.