SUPLEMEN PEKAN KEBAKTIAN KELUARGA TAHUN 2024, WARI VII

Invocatio :

Jesaya 11:8

Ogen  :

Pilipi 4 :8-9

Kotbah  :

Masmur 119:97-104

Tema  :

Entebu Kal Engkelengi Tuhan

 

I. Pengantar

Dalam Alkitab Terjemahan Bahasa Indonesia sering kita temui istilah hukum Taurat, istilah ini diterjemahkan dari kata Ibrani תּוֹרָה - TORAH dan Yunani νομος-NOMOS yang artinya, hukum. Kata תּוֹרָה -TORAH berasal dari kata יָרָה -YARAH, "menunjukkan", sehingga kata "TORAH" itu sendiri bermakna petunjuk, pengajaran. Taurat atau Firman Tuhan memimpin manusia untuk hidup berbuah, memiliki kelimpahan hidup bersama Tuhan serta akan dapat terwujud. Taurat atau Firman Tuhan harus menjadi pusat hidup umat Tuhan.

Bahan Pekan Kebaktian Keluarga di hari ke-tujuh ini bermuatan Signifikansi firman Tuhan menurut Mazmur 119: 97-106 ialah memberikan kebijaksanaan, akal budi, pengertian, mampu menguasai diri, setia melakukan kebenaran Allah, membenci dosa, cinta kepada kebenaran. Dengan jemaat memahami signifikansi firman Tuhan hal tersebutakan menolong jemaat memiliki komitmen dan kerinduan untuk merenungkan firman Tuhan dan melakukan kebenaran firman Tuhan.

Nama Kitab Mazmur, dalam bahasa Inggris adalah Psalm, yang diterjemahkan dari nama yang dipakai dalam Septuaginta Psalmos. Kata Psalmos, diterjemahkan dari bahasa Ibrani Mizmor, yaitu suatu lagu yang dinyanyikan dengan iringan instrument musik, khususnya memakai alat musik dari senar. Kitab Mazmur dalam bahasa Yunani Vatikan (abad ke-IV Masehi) memakai judul Psalmoi. Nama itu dipakai oleh Tuhan Yesus (Luk. 20:42), dan Petrus (Kis. 1:20). Dalam naskah Aleksandrianus memberi nama Psalterion, artinya alat musik yang memakai senar atau tali. Dan Alkitab bahasa Indonesia memakai nama Mazmur. Namun Alkitab Ibrani memberi nama kitab Mazmur adalah Tehillim, artinya Puji-pujian. Kata ini muncul berulang kali dalam beberapa pasal Kitab Mazmur, kecuali pasal 145[1]

II. Penjelasan Teks

Alkitab adalah Firman Allah, pernyataan ini adalah prinsip dasar kaum Injili. Alkitab berperan sebagai penyingkapan diri Allah (God’s self-disclosure). Firman Tuhan sungguh berkuasa. Oleh firman, Allah menciptakan alam semesta. Oleh firman-Nya, Allah menopang segala yang ada. Pemberian hukum Taurat bertujuan untuk menolong manusia tetap dalam perkenanan Allah, menerangi akal budi, maupun untuk mengarahkan hidup manusia. Segala sesuatu yang Allah lakukan sesuai dengan pola dan berdasarkan suatu prinsip-Nya. Firman yang tertulis memiliki kuasa dan kekuatan Ilahi yang memberikan pola hidup. Manusia yang berjalan berdasarkan pola-Nya senantiasa berada dalam perkenanan Allah. Umat Allah haruslah berlaku sesuai dengan ajaran Allah.

Dalam isi teks Masmur 119:97-104 adalah Sebuah ungkapan cinta ditulis lengkap oleh Daud. Bukan kepada seseorang, tetapi tentang rasa cintanya yang begitu menggelora kepada Taurat Tuhan. Sebenarnya tidak hanya dalam Mazmur 119 saja, tetapi jika kita melihat isi dari kitab Mazmur, maka kita akan menemukan ada begitu banyak ayat yang menyatakan kecintaan sang Penulis kepada Taurat Tuhan. Daud menggambarkan dengan indah mengenai rasa cintanya dan apa yang dia perbuat kepada  Taurat Tuhan yang sangat ia cintai itu. Dengan antusias Daud berseru, “Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari.” (ayat 97).

Dalam Mazmur 119:97-104, Daud menyatakan diri sebagai seorang yang sedang jatuh cinta.  Rasa cinta yang mendalam ia tujukan   kepada Taurat Tuhan.  Ada cukup banyak orang percaya menganggap bahwa membaca dan merenungkan firman Tuhan adalah kuno, ketinggalan zaman, pekerjaan yang sangat membosankan dan menjadi beban tersendiri.  Karena itu mereka melakukannya tidak dengan sepenuh hati, tapi setengah hati atau terpaksa. Berbeda dengan Daud yang menjadikan Taurat Tuhan sebagai kesukaan, “Betapa kucintai Taurat-Mu!”  (ayat 97).  Karena mencintai Taurat Tuhan maka Daud merenungkannya sepanjang hari.  Mengapa Daud begitu mencintai Taurat Tuhan? Daud mengungkapkan betapa ia mencintai Taurat Tuhan yang dapat membuatnya lebih bijaksana (ayat 98), lebih berakal budi (ayat 99), dan lebih memiliki pengertian (ayat 100, 104). Taurat Tuhan berkuasa menahan agar seseorang tidak berjalan dalam kejahatan (ayat 101-102). Taurat Tuhan berisi janji-janji Tuhan yang membuat hidupnya bergairah (ayat 103). Taurat Tuhan menjadi petunjuk bagi hidupnya (ayat 104).

Dalam memasuki masa advent dan Natal ini jemaat haruslah memahami bahwa aturan dasar Allah sangat berpengaruh dalam mengubah semua orang. Dalam Mazmur 119: 97-106 menjelaskan bahwa alasan mendasar firman Tuhan mengandung segala aturan hidup bagi manusia ialah ke-Agungan firman Allah yang menyatakan sebuah intruksi hidup, kebenaran hidup, nasihat hidup. Kehidupan rohani (Spirituality of Christian Life) seseorang sangat bergantung pada firman-Nya. Perintah Allah memberikan sebuah intruksi serta pemenuhan Allah bagi manusia. Perintah Allah mengacu kepada peraturan dan ketetapan Allah yang berkuasa bagi manusia. Perintah Tuhan memaparkan semua peraturan Allah. Sehingga sangat penting jemaat memahami bahwa di dalam firman-Nya Allah memberikan semua aturan hidup sebagai umat Allah.

Allah menyatakan nasihat-Nya kepada manusia melalui kebenaran firman-Nya. Tujuan Allah memberikan nasihat agar umat berjalan berdasarkan kehendak-Nya. Nasihat Allah menunjukkan sebuah prinsip-prinsip yang dengannya manusia dapat berhubungan dengan Allah. Nasihat Allah senantiasa mendidik manusia, Allah mendidik umat-Nya berdasarkan peringatan-Nya. Allah adalah kebenaran yang sesungguhnya. Kebenaran Allah menuntun manusia berjalan pada jalan-Nya dan kekudusan-Nya.Allah dan firman-Nya adalah kebenaran yang tidak dapat dipisahkan. Firman-Nya merupakan penyataan diri Allahsebagai dasar kehidupan bagi setiap orang percaya. Tanpa kebenaran Allah manusia hanya akan berjalan di dalam kekeliruan, kekacauan dan cenderung hidup di dalam dosa.

Intisari dari seluruh hukum atau taurat Tuhan adalah mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia dan itu dimulai dari dalam keluarga. Jadi apabila pemazmur merenungkan hukum Tuhan itu siang dan malam maka ia menjadi lebih bijaksana, berakal budi, penuh pengertian dan mampu menahan diri untuk tidak melakukan kejahatan. Artinya, ia tidak membalas memusuhi orang-orang yang memusuhi dirinya, dia berusaha memahami betul sesuatu persoalan sebelum bertindak, dia tidak mudah terpengaruh atau tergoda untuk melakukan kejahatan. Itulah karakter orang yang memegang teguh hukum atau taurat Tuhan. Dengan maksud yang demikianlah Pekan Kebaktian keluarga di hari yang ke-7 ini, setiap keluarga harus benar-benar merasakan penyertaan Tuhan dan hidup dalam kebenaran Firman Tuhan.

III. Kesimpulan

Ada sebuah syair lagu yang menceritakan bagaimana setiap orang percaya hidup dalam kebenaran Firman Tuhan. “Aku mengasihi Engkau Yesus dengan segenap hatiku, aku mengasihi Engkau Yesus dengan segenap jiwaku. Kurenungkan firman-Mu siang dan malam kupegang p’rintahMu dan kulakukan. Engkau tahu ya Tuhan tujuan hidupku hanyalah untuk menyenangkan hati-Mu.” Syair ini begitu dalam mengungkapkan perasaan kasih kepada Tuhan yang diwujudkan pada kehidupan yang selalu merenungkan Firman Tuhan dan melakukan-Nya di setiap hari dengan tujuan untuk menyenangkan hati Tuhan.

Keluarga adalah basis kegiatan pewarisan iman Kristen. Keluarga adalah Lembaga bentukan Tuhan atau gereja kecil dalam kehidupan dunia ini. Tetapi kenyataannya, pada masa sekarang banyak orang yang kurang tanggap terhadap hal yang penting. Kemajuan jaman membawa dampak positif, seperti kemakmuran, berekonomi dalam digital, pola kehidupan yang serba mudah dan lain sebagainya yang memudahkan kita dalam kecanggihan dunia digital saat ini. Tetapi tidak bisa dipungkiri ada dampak negatif bahkan membahayakan, seperti pergaulan anak yang sukar dikendalikan dan pada pihak lain orang tua kurang memberi perhatian dan waktu untuk keluarga.

Sebagai orang tua apa yang kita wariskan kepada anak-anak kita? Sering jawabannya adalah orang tua akan mewariskan harta benda. Banyak orang tidak usah berlelah-lelah bekerja telah menerima warisan dari orang tuanya secara otomatis. Tetapi pengetahuan dan kelakuan baik serta iman tidak otomatis dapat diwariskan. Itu sebabnya pewarisan iman sangat penting dalam keluarga. Sebagai ayat refrensi dalam Ulangan 6:4–9 menuliskan berbagai tanggung jawab bagi orang tua untuk mewariskan iman kepada anak-anak mereka. Inilah yang menjadi momentum Firman Tuhan menjadi gaya hidup (Life Style) keluarga jemaat GBKP saat ini.

Pdt. Anton Keliat, S. Th, MAP

GBKP Bandung Timur

SUPLEMEN PEKAN KEBAKTIAN KELUARGA TAHUN 2024, WARI VI

Invocatio :

Yosua 24:15b

Ogen :

Epesus 5:18-20

Kotbah :

Masmur 128: 1-6

Tema :

Keluarga Yang Berbahagia (Jabu si dem alu kesangapen)

Pendahuluan

Kebahagiaan dalam keluarga seringkali dianggap sebagai sebuah pencapaian hidup yang tinggi. Setiap anggota keluarga menginginkan kedamaian, cinta, dan hubungan yang harmonis. Namun, dalam konteks iman Kristen, kebahagiaan dalam keluarga tidak hanya diukur dari aspek materi atau hubungan yang tanpa konflik. Lebih dari itu, kebahagiaan sejati didasarkan pada ketaatan kepada Tuhan dan komitmen untuk menjalani kehidupan yang berpusat pada-Nya.Yosua, salah satu tokoh besar dalam sejarah Israel, memberikan contoh yang kuat mengenai kepemimpinan dalam keluarga yang berkomitmen kepada Tuhan. Ia dengan tegas menyatakan pilihan keluarganya untuk tetap setia kepada Tuhan meskipun di tengah tantangan penyembahan berhala. Paulus, dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, menekankan pentingnya hidup yang dipenuhi oleh Roh Kudus, sebuah fondasi penting untuk menjaga keharmonisan dalam keluarga. Sementara itu, Mazmur 128 memberikan gambaran tentang berkat Tuhan atas keluarga yang takut akan Tuhan. Melalui perenungan ini, kita akan melihat bagaimana ketiga nats ini saling melengkapi untuk menggambarkan keluarga yang berbahagia di dalam Tuhan.

Isi

  • Invocatio: Yosua 24:15b

Pada saat Yosua memimpin bangsa Israel, mereka berada di persimpangan sejarah. Setelah bertahun-tahun berjuang memasuki Tanah Perjanjian dan berhasil menaklukkan sebagian besar wilayah Kanaan, bangsa Israel mulai menetap di tanah yang Tuhan janjikan kepada mereka. Namun, masalah terbesar yang muncul bukanlah musuh dari luar, melainkan tantangan internal dalam hal kesetiaan mereka kepada Tuhan. Setelah mengalami masa keemasan dalam kepemimpinan Musa dan Yosua, bangsa Israel menghadapi godaan untuk mengikuti praktik-praktik penyembahan berhala dari bangsa-bangsa di sekitar mereka.Pada masa itu, Kanaan dipenuhi dengan berbagai dewa yang disembah oleh penduduk asli, seperti Baal dan Asytoret. Dewa-dewa ini dihubungkan dengan kesuburan, kekayaan, dan keberhasilan hidup. Banyak orang Israel tergoda untuk mengikuti jejak bangsa-bangsa tersebut, berpikir bahwa dewa-dewa itu dapat memberi mereka kehidupan yang lebih baik. Inilah sebabnya Yosua, dalam pidato terakhirnya kepada bangsa Israel, memberikan tantangan kepada mereka untuk memilih siapa yang akan mereka layani: apakah mereka akan setia kepada Tuhan, atau beralih ke dewa-dewa lain. Yosua 24 adalah sebuah momen penting di mana Yosua, sebagai pemimpin spiritual dan kepala keluarga, dengan tegas menyatakan bahwa meskipun orang lain mungkin tergoda untuk mengikuti dewa-dewa asing, dirinya dan keluarganya akan tetap setia kepada Tuhan. Di hadapan seluruh bangsa Israel, ia membuat komitmen yang jelas bahwa keluarganya akan terus beribadah kepada Tuhan.

  • Ogen : Efesus 5:18-20

Surat Efesus ditulis oleh Rasul Paulus saat ia berada dalam penjara di Roma. Salah satu tujuan utama dari surat ini adalah untuk memperkuat iman jemaat di Efesus, yang hidup di tengah lingkungan yang dipenuhi dengan pengaruh penyembahan berhala dan praktek-praktek kehidupan yang tidak sesuai dengan ajaran Kristus. Efesus sendiri adalah sebuah kota metropolitan yang menjadi pusat perdagangan dan kebudayaan di wilayah Asia Kecil. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh jemaat di Efesus adalah godaan untuk mengikuti cara hidup duniawi, termasuk pesta pora, mabuk-mabukan, dan perilaku moral yang buruk. Paulus, dalam surat ini, menekankan pentingnya hidup yang dipenuhi oleh Roh Kudus. Ia mengontraskan kehidupan yang dipenuhi oleh hawa nafsu duniawi, seperti mabuk-mabukan, dengan kehidupan yang dipenuhi oleh Roh Kudus. Hidup dalam Roh Kudus berarti menjalani kehidupan yang berdisiplin, menghindari perilaku yang merusak diri sendiri maupun orang lain, dan memfokuskan diri pada hubungan yang sehat dengan Tuhan dan sesama. Bagi Paulus, keluarga Kristen haruslah menjadi contoh dari kehidupan yang penuh dengan sukacita, kasih, dan pengendalian diri yang bersumber dari Roh Kudus. Dalam konteks keluarga, kehidupan yang dipenuhi Roh Kudus sangat penting untuk menjaga keharmonisan dan kebahagiaan. Ketika anggota keluarga dipenuhi oleh Roh Kudus, mereka akan saling membangun melalui perkataan yang penuh kasih, saling menguatkan dalam iman, dan bersama-sama memuji Tuhan.

  • Khotbah : Masmur 128:1-6

Masmur 128 termasuk dalam kategori “Nyanyian Ziarah,” yaitu kumpulan mazmur yang dinyanyikan oleh umat Israel saat mereka melakukan perjalanan ke Yerusalem untuk merayakan hari-hari raya besar. Mazmur ini merupakan gambaran tentang kehidupan yang diberkati bagi mereka yang takut akan Tuhan dan hidup menurut jalan-Nya. Pada masa Israel kuno, keluarga sangat dihargai sebagai unit dasar masyarakat. Kehidupan keluarga yang harmonis dan diberkati dianggap sebagai tanda nyata dari penyertaan Tuhan. Dalam konteks ini, berkat Tuhan tidak hanya terbatas pada hal-hal spiritual, tetapi juga mencakup kesejahteraan fisik, kesuburan, dan keturunan. Istri yang diibaratkan sebagai pohon anggur yang subur, dan anak-anak yang seperti tunas pohon zaitun, menggambarkan keluarga yang sejahtera, tumbuh, dan berkembang dalam berkat Tuhan. "Istri seperti pohon anggur yang subur" (ayat 3): Pohon anggur dalam Alkitab sering digunakan sebagai simbol kesuburan, sukacita, dan kelimpahan. Istri yang digambarkan sebagai pohon anggur yang subur adalah simbol dari seorang istri yang berbuah banyak, baik secara harfiah melalui keturunan maupun secara simbolis melalui kontribusi terhadap kehidupan keluarga yang harmonis dan sejahtera. "Anak-anak seperti tunas zaitun" (ayat 3): Pohon zaitun adalah pohon yang berumur panjang dan sangat berharga bagi bangsa Israel karena minyaknya digunakan dalam banyak aspek kehidupan, baik untuk masakan, ritual keagamaan, maupun penyembuhan. Anak-anak yang digambarkan sebagai tunas zaitun mencerminkan harapan dan masa depan keluarga, karena tunas zaitun melambangkan pertumbuhan yang stabil dan kehidupan yang sejahtera di masa mendatang. Masmur ini mengajarkan bahwa kehidupan yang takut akan Tuhan akan menghasilkan kebahagiaan yang nyata, baik dalam hal relasi antar anggota keluarga maupun dalam kehidupan sehari-hari. Berkat yang dinyatakan dalam Mazmur 128 juga meluas kepada masyarakat yang lebih luas, di mana keluarga yang diberkati akan menjadi sumber berkat bagi komunitas sekitarnya. berkat yang diberikan kepada orang yang takut akan Tuhan tidak hanya berdampak pada kehidupan keluarga, tetapi juga pada komunitas dan bangsa. “Berkat dari Sion” menunjukkan hubungan antara berkat pribadi dan berkat bagi seluruh umat Allah. Yerusalem, sebagai pusat kehidupan spiritual bangsa Israel, menjadi simbol kesejahteraan seluruh bangsa. Jadi, keluarga yang diberkati oleh Tuhan akan memberikan kontribusi positif kepada kesejahteraan komunitas yang lebih luas. Ini mencerminkan keyakinan dalam tradisi Israel bahwa kehidupan yang saleh tidak hanya menghasilkan kebahagiaan pribadi, tetapi juga berdampak pada kesejahteraan sosial secara keseluruhan. Keluarga yang takut akan Tuhan berkontribusi pada kemakmuran dan perdamaian bangsa, sehingga mereka menjadi teladan bagi masyarakat lainnya.

Refleksi

  1. Dalam kehidupan kita saat ini, keluarga Kristen juga dihadapkan pada tantangan yang serupa. Dunia modern menawarkan berbagai godaan yang bisa mengalihkan perhatian kita dari Tuhan. Baik itu dalam bentuk pencapaian materi, kesuksesan karier, atau pengaruh budaya yang tidak sesuai dengan ajaran Kristus, semuanya bisa mengikis komitmen kita kepada Tuhan. Oleh karena itu, penting bagi setiap keluarga Kristen untuk membuat keputusan yang tegas seperti Yosua: untuk menjadikan Tuhan sebagai pusat dari segala aktivitas, perencanaan, dan tujuan hidup keluarga.
  2. Dalam keluarga modern, banyak tantangan yang bisa mengganggu keharmonisan, seperti kesibukan pekerjaan, masalah keuangan, atau konflik antar anggota keluarga. Kehidupan yang dipenuhi oleh Roh Kudus memberikan dasar yang kuat untuk mengatasi semua tantangan ini. Keluarga yang dipenuhi Roh Kudus akan selalu mencari jalan untuk membangun hubungan yang lebih kuat, baik di antara sesama anggota keluarga maupun dengan Tuhan. Mereka akan saling memperhatikan, memuji Tuhan bersama, dan terus-menerus mengucap syukur dalam segala keadaan.
  3. Keluarga yang hidup takut akan Tuhan tidak hanya akan merasakan kebahagiaan di dalam rumah tangga mereka, tetapi juga akan membawa dampak positif bagi masyarakat. Mereka bisa menjadi teladan bagi keluarga-keluarga lain, menunjukkan bahwa hidup dalam takut akan Tuhan membawa damai sejahtera dan kebahagiaan yang sesungguhnya. Lebih dari itu, keluarga yang diberkati akan berperan aktif dalam masyarakat, memperjuangkan hak-hak dasar seperti hak atas identitas bagi orang-orang di sekitar mereka. Keluarga yang diberkati oleh Tuhan dapat bergerak untuk menjadi contoh bagi masyarakat, ikut serta dalam pelayanan sosial, dan membantu mereka yang memerlukan, termasuk mendukung hak-hak dasar seperti hak mendapatkan identitas.Misalnya, mereka bisa terlibat dalam upaya membantu keluarga yang kurang mampu untuk mendapatkan akses ke hak-hak seperti akta kelahiran, yang akan memberi dampak besar dalam kehidupan anak-anak mereka.

Vik. Elpita Lorena Br Barus, S.Th
Perpulungen Purwakarta

SUPLEMEN PEKAN KEBAKTIAN KELUARGA TAHUN 2024, WARI V

Invocatio :

Janah pasar-pasarna dem alu danak-danak dilaki ras diberu erguro-guro (Sakaria 8:5)

Ogen :

Hakim-hakim 11:1-8

Khotbah :

Lukas 19:1-10

Tema :

Ingan ndatken kegeluhen si payo/Tempat Mendapatkan Kehidupan Yang Layak dan Benar

 

I. Pengantar

Banyak sekali di dunia ini tempat yang memberikan rasa senang dan nyaman, tetapi banyak juga di dunia ini tempat yang memberikan pengaruh yang tidak baik bahkan sampai kepada kehancuran. Secara keimanan berbicara mengenai tempat bukan hanya pengaruhnya selama hidup di dunia ini tetapi juga pengaruhnya untuk kehidupan yang akan datang. Dengan demikian yang menjadi perenungan bagi kita, Apakah tempat yang kita tinggali atau tempat yang kita datangi saat ini memberikan pengaruh yang baik bagi kita? Dan apakah kita sudah memeberikan tempat yang layak dan benar bagi orang-orang yang tersisih, dijauhi bahkan yang dibuang? Kehadiran kita hendaknyalah memberikan tempat dan ruang bagi semua orang agar ia merasa dihargai dan mendapatkan suka cita.

II. ISI

Ayat 1-2 “Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu” Nama Yerikho dalam bahasa Ibrani Yeriẖo, diyakini diturunkan kata bahasa Kanaan Reaẖ "wangi-wangian", begitu juga ada turunan kata yang Yareaẖ artinya "bulan", karena kota itu merupakan pusat penyembahan mula-mula dewa-dewa bulan. Kota Yerikho adalah kota gerbang menuju Kanaan yang didatangi orang Israel ketika mereka memasuki Tanah Perjanjian. Kota Yerikho dikelilingi oleh tembok sehingga tidak seorang pun dapat masuk dan tembok tersebut berfungsi sebagai perlindungan yang kokoh terhadap serangan. Temboknya setinggi13 kaki (4 meter) dan didukung oleh menara pengawas atau benteng pertahanan setinggi sekitar 28 kaki, dimaksudkan untuk melindungi pemukiman dan pasokan airnya dari penyusup manusia. Gerbang-gerbang telah dikunci untuk mencegah orang Israel masuk (lihat Yosua 6:1). Momen ini sangat penting karena orang Israel akhirnya memasuki tanah yang dijanjikan kepada mereka oleh Tuhan dan mereka terus berhasil menaklukkan kota pertama sepanjang perjalanan mereka. Tembok Yerikho yang runtuh menjadi penegasan utama bahwa Tuhan sedang memenuhi janji-Nya kepada mereka, dan bahwa Tuhan akan menyertai mereka saat mereka menguasai Tanah Perjanjian Tembok ini,

Pada zaman Yesus, Yerikho dikenal sebagai kota oasis ( Dalam ilmu geografi, oasis atau oase merupakan daerah yang subur dan terpencil yang berada di tengah- tengah gurun atau juga bisa menyebutnya mata air di tengah padang pasir. Hal ini karena pada umumnya oase memang mengelilingi sebuah mata air). Bahkan, Herodes Agung membangun istana musim dinginnya di dekat sini karena iklimnya yang hangat dan mata airnya yang segar. Alkitab menggambarkan Yerikho sebagai "Kota Pohon Palem. Dari sejarah dan penamaannya maka dapat dikatakan bahwa Yerikho adalah suatu tempat yang baik, nyaman dan menyenangkan, karena di Tengah padang gurun terdapatlah sumber air yang sangat dibutuhkan setiap orang. Tempat itu begitu indah dan beriklim sedang sehingga pada tahun 4 SM, Herodes Agung membangun sebuah istana di sana sebagai tempat peristirahatan musim dingin.

Ayat 2 “Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya” Zakheus Dalam Bahasa Ibrani zaki artinya "yang murni dan saleh”. Hal pertama yang perlu diperhatikan tentang Zakheus adalah seorang kepala pemungut pajak. Sebenarnya kata yang diterjemahkan menjadi “kepala” sebenarnya berarti “penguasa” sehingga ia adalah bagian dari kelas penguasa. Ini berarti bahwa ia adalah seorang kontraktor regional untuk pemerintah Romawi. Ini akan menjadi bisnis yang menguntungkan, karena Yerikho adalah kota yang kaya. Menurut William Barclay Kota ini memiliki hutan palem yang luas dan kebun balsam yang terkenal di dunia yang mengharumkan udara hingga bermil-mil jauhnya. Kebun mawarnya dikenal luas. Orang-orang menyebutnya 'Kota Palem.' Josephus menyebutnya 'wilayah yang suci,' 'yang terlezat di Palestina.' Bangsa Romawi membawa kurma dan balsamnya ke perdagangan dan ketenaran di seluruh dunia.”. Pada zaman Zakheus, kota Yerikho menjadi pusat produksi dan ekspor untuk "Balsam Mekkah", sehingga kedudukan Zakheus sebagai kepala pemungut cukai di kota itu tentunya sangat penting dan menghasilkan kekayaan besar. Dilihat dari pekerjaannya Zakheus memang orang yang terpandang dan kaya, tetapi dari sisi sosialnya, dia dibenci oleh sesama orang Yahudi, karena ia sebagai kepala pemungut cukai yang menarik uang lebih daripada yang seharusnya, serta orang Yahudi melihatnya sebagai pengkhianat yang bekerja untuk bangsa penjajah yaitu orang Romawi.

Ayat 3-4 “Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek. Kabar yang ia dengar tentang Yesus membuat dia semakin penasaran siapakah Yesus itu, sehingga ia berusaha untuk dapat melihatnya, inilah misinya. Tidak ada mengatakan berapa centi meter tinggi badan Zakheus, hanya saja banyak yang berpendapat ia bertubuh kecil dan pendek, sehingga dia tidak bisa melihat Yesus karena banyaknya orang. Ayat 4 mengatakan “Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ. Tantangan yang dihadapi Zakheus tidak membuat dia putus harapan untuk menjalankan misinya. Orang banyak dan tubuhnya yang pendek tidak menjadi masalah baginya. Dia mendapatkan jalan keluar yaitu dengan berlari mendahului orang banyak dan memanjat pohon ara. Zakheus menjadi teladan antusiasme dan upaya mengatasi keterbatasan diri. Demi melihat Yesus, ia pun harus mengatasi rasa-malu dan membuang harga-dirinya.

Ayat 5-7 “Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu." Ketika Yesus sampai di tempat itu, Dia melihat ke atas pohon ara dan meminta Zakheus untuk turun. Yesus “melihat” Zakheus dan “memanggil Namanya”. Dari kata “melihat” berarti Yesus melihat manusia tidak dengan sebelah mata. Zakheus dihargai sebagai pribadi, Yesus memandangnya pertama-tama sebagai person, seorang yang berpotensi “benar dan bersih”, sesuai dengan namanya! Kemudian kalimat “memanggil namanya” artinya Yesus mengenal dan mengetahui setiap manusia siapapun dia dan apapun pekerjaannya, bahkan orang yang memiliki tempat yang terhormat atau tempat yang kurang terhormat sekalipun, tidak ada yang tersembunyi di mataNya. Setelah itu dalam Ayat 6 “Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita”. Melihat tindakan yang dilakukan Zakheus ini, Yesus mau menumpang di rumahnya. Berawal hanya ingin melihat Yesus lewat, akhirnya justru menerima Yesus yang berhenti dan menumpang di rumahnya. Misinya tercapai melebihi ekspektasi. Perjumpaan itu jelas bukan kebetulan, namun telah tercatat dalam agenda Tuhan: “hari ini Aku harus menumpang di rumahmu”. Yesus membuka hati untuk mampir di rumah Zakheus. Berkat Yesus hadir dalam rumahnya, Zakheus dengan sadar mengakui segala kesalahan dan bertobat. Dalam peristiwa ini banyak sekali orang merasa keberatan, dalam ayat 7 “Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: "Ia menumpang di rumah orang berdosa." Mengapa orang banyak bersungut-sungut? Hal ini disebabkan karena tidak mau merubah Mindset, cara berpikir dan melihat tidak berubah, bagi orang banyak, Zakheus tetaplah “seorang pendosa”. Cara-pandang yang dipenuhi asumsi, cap dan stigma. Sekali berdosa, tetap berdosa! Seorang Yahudi yang saleh, apalagi Rabi seperti Yesus, tidak layak bergaul apalagi menumpang di rumahnya! Betapa mudahnya manusia mencap dan mengadili sesama. Betapa sukarnya manusia memberi peluang, melihat potensi dan menerima pertobatan seseorang.

Ayat 8-10 “Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." Zakheus menjumpai pertobatan yang sesungguhnya. Di depan banyak orang ia mengatakan akan mengembalikan apa yang telah dia ambil. Mengutip buku Soteriologi: Doktrin Keselamatan karya Johar T.H. Situmorang (2015), makna pertobatan yang sesungguhnya ialah ketika seseorang merasa takut pada perbuatan yang mengakibatkan dosa. Ia berani mengakui kesalahan kepada Tuhan dan berjanji tidak akan melakukannya lagi. Hal ini telah dicontohkan oleh Zakheus. Secara garis besar, ayat tersebut mengisahkan tentang pertobatan dan keselamatan Zakheus sebagai pemungut cukai. Zakheus memahami bahwa Yesus adalah Tuhan pencipta langit dan bumi beserta segala isinya. Yesus berkuasa dan berdaulat membebaskan, mengampuni, serta memberikan keselamatan kepada umat. Oleh karena itu, atas dasar keimanan Zakheus berkata, “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin.
Sikap Zakheus ini menunjukkan keseriusan dan kesungguhannya atas kebaikan. Ini menjadi bukti bahwa dirinya mau berubah dan bertobat dari dosa dan berpaling ke jalan yang benar, meskipun telah mendapatkan celaan dan hinaan dari orang sekitarnya. Berbeda dengan Yesus yang mengasihi dan menerima Zakheus dalam pertobatannya, Yesus tidak sama dengan orang banyak yang terus me-Label-kan Zakheus tetap sebagai orang berdosa yang tidak layak menerima keselamatan, tetapi dalam ayat 9 Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham. Dalam ayat ini dapat diketahui bahwa Yesus memberikan kata tentang jati diri Zakheus yaitu dia juga termasuk “Anak Abraham” artinya pewaris janji-keselamatan yang dahulu diberikan Allah kepada Abraham, yang sekarang dibawa dan dihadirkan oleh Yesus, sengan demikian Zakheus juga berhak menerima keselamatan itu. Zakheus adalah manusia “hilang” yang sudah dicari dan ditemukan kembali serta diselamatkan oleh Yesus, Sang Anak Manusia. Misi Zakheus tercapai, ia bertemu dengan Yesus, akan tetapi bukan sekedar bertemu dengan Yesus yang kebetulan lewat, tetapi berjumpa dengan Yesus yang membuat perubahan hidup yang benar dan mendapatkan tempat yang benar yaitu keselamatan. Ayat 10 “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.

III. Ogen: Hakim-hakim 11:1-8

Dalam kitab ini diceritakan Yefta adalah seorang prajurit atau pahlawan yang gagah dan pemberani. Tetapi dari kegagahandan keberaniannya ia memiliki asal-usul atau berlatar belakang yang kelam. Ia adalah seorang anak yang memiliki keluarga yang kurang dihormati oleh orang lain bahkan saudara-saudaranya seayah, karena ibu yang melahirkan dia adalah seorang perempuan sundal. Dari sisi sosial Masyarakat membuat Yefta menjadi seorang anak yang kurang dihargai dan membuat dirinya merasa minder dengan anak-anak yang lain, serta dari sisi keluarga membuat Yefta diusir oleh saudara-saudaranya sendiri dari keluarganya karena mereka tidak mau Yefta mendapatkan pembagian harta warisan keluarga, ayat 2 “Engkau tidak mendapat milik pusaka dalam keluarga kami, sebab engkau anak dari perempuan lain” inilah perkataan yang didapatkan Yefta, bukan saja dia tidak mendapatkan pembagian tetapi hatinya dilukai dan dibuat tidak memiliki harga diri lagi, Yefta dibuat menjadi anak yang terbuang dari keluarga. Kemudian ia lari ke Tob dan akhirnya bergabung dengan para komplotan perampok, inilah akibatnya jika seorang anak merasa kurang dihargai dan merasa terbuang dari keluarga karena tidak mendapatkan tempat yang baik dan layak, dengan kata lain karena dijauhi akhirnya terjerumus ke hal-hal yang tidak baik. Tetapi akhirnya kehidupan Yefta berubah derastis Ketika pemuka Israel di Gileat meminta dia untuk meminpin untuk melawan Amon (ayat 4). Yefta mendapatkan kesempatan yang baik untuk merubah hidupnya, jelas hal ini terjadi karena kehendak Tuhan atas dirinya. Yefta benar-benar mendapatkan perubahan hidup yang sangat baik, yaitu dari orang yang dibuang menjadi seorang pemimpin, karena itulah isi perjanjian Yefta dengan Tua-tua Gilead Ketika ia mau berperang melawan Amon (ayat 8).

IV. Invocatio: Zakaria 8:5

            Dalam ayat ini dikatakan bahwa pemulihan Kota Yerusalem akan terjadi oleh kuasa Tuhan, karena Tuhan sendiri telah berfirman akan menyelamatkan umat-Nya. Tuhan akan menjadikan Yerusalem menjadi kota setia dan gunung Tuhan, sehingga suka cita dan kebahagiaan akan terjadi di sana, hal ini terlihat Ketika jalan-jalan kota itu akan penuh dengan anak laki-laki dan anak perempuan yang bermain-main di situ. Hal ini menunjukkan bahwa adanya tanda-tanda kehidupan dalam artian intraksi sosial terjadi di sana, serta tidak adanya perbedaan anak laki-laki dan perempuan, semuanya berhak mendapatkan tempat yang layak untuk pertumbuhan jasmani dan rohaninya.

V. Refleksi

  1. Cerita tentang Zakheus menceritakan reputasi seseorang. Zakheus pemungut cukai dipandang Pendosa publik dan pengkhianat negeri. Apalagi dia bukan pemungut cukai kelas biasa, dia adalah “kepala pemungut cukai” dan “seorang yang kaya”. Dari pekerjaan dan tindakannya yang tidak benar dengan meminta uang melebihi aturan membuat dia dibenci orang banyak dan menjauhinya. Dari sisi sosial ia tidak mendapatkan tempat di masyarakat karena orang tidak mau berintraksi dengannya. Hal ini serupa dengan kisah Yefta yang dijauhi oleh saudara-saudaranya bahkan mengusirnya dari keluarga karena dari statusnya yang dilahirkan dari seorang perempuan sundal, dari latar belakangnya inilah membuat keluarga merasa malu dan bahkan merasa sial dengan kehadirannya. Kisah ini juga memiliki kemiripan dalam cerita Suku Karo dulu mengenai “Tunda Kais”, ini menceritakan tentang kematian seorang ibu yang mati Ketika melahirkan, tetapi anak yang dilahirkan itu hidup, anak ini akan disebut dengan Tunda Kais. Dalam pemahaman orang karo dulu anak ini pembawa sial, sehingga keluarga akan membunuhnya. Dari peristiwa ini semua menunjukkan bahwa dengan pemahaman yang salah akan membuat orang-rang tersisih dan terbuang.
  1. Labelling (Pemberian label atau cap) Zakheus dari orang banyak sebagai pendosa orang banyak kerap menyebabkan seseorang memandang diri sendiri separuh harga, tidak pantas, lalu enggan bergabung dengan kerumunan. Kehadiran gereja harus mampu meruntuhkan pemahaman seperti itu. Asumsi negatif, cap dan stigma tidak dapat menolong seseorang berbalik dari kedosaan. Tuhan punya cara berbeda, Ia menghampiri, menyapa secara pribadi, membuka peluang perjumpaan hati yang akhirnya menggetarkan nurani dan menghidupkan cinta si pendosa. Zakheus pun dapat melihat “kebaikan dan kebenaran” yang ada dalam dirinya. CintaYesus menyembuhkannya, membuatnya pun mampu mencintai sesama. Demikian juga Yefta yang akhirnya bisa Bersatu dengan saudara dan keluarganya, karena mereka merangkul Yefta. Begitu juga dalam pemulihan Yerusalem menunjukkan adanya kasih Tuhan, anak laki-laki dan perempuan akan bermain bersama dan cinta Tuhan tidak membeda-bedakan satu dengan yang lainnya.
  1. Pernyataan Zakheus untuk mengembalikan hartanya untuk orang miskin, hal ini menandakan bahwa harta dunia hanya sementara, sedangkan beriman kepada Tuhan adalah hal yang paling utama. Kemudian Zakheus menganggap harta yang melimpah bukan tolak ukur untuk mendapatkan kebahagiaan yang sejati. Ia menganggap bahwa kebahagiaan tersebut dapat hadir ketika kita mau mengenal dan memahami serta percaya kepada Tuhan dengan sebenar-benarnya. Dalam hal ini juga mengajak kita agar mau berbagi dengan orang yang terlantar, terkhusus buat anak-anak jalanan yang biasanya kurang mendapatkan tempat yang layak untuk pertumbuhan fisik dan imannya.
  1. Tuhan memberikan keselamatan kepada setiap orang yang datang kepada-Nya, percaya dan mau menerima dalam hatinya. Hati kita adalah tempat yang benar untuk menerima Yesus dalam hidup kita, jika kita menempatkannya di tempat yang layak dan benar maka kita juga akan ditempatkan-Nya dalam tempat yang layak dan benar yaitu keselamatan. Dalam kisah Zakheus tersebut dikatakan bahwa kepercayaannya telah membawanya pada keselamatan karena ia memberikan tempat yang layak bagi Yesus yaitu menerima ia di rumahnya dengan suka cita, lebih dari itu ia telah menempatkan Yesus sebagai yang utama dan yang pertama dalam hidupnya sehingga ia mau bertobat dan melakukan hal yang benar. Demikian juga dengan kita hendaklah menerima dan menempatkan di tempat yang layak orang-orang yang kurang dihargai, disisihkan bahkan dibuang, dengan demikian ia tidak akan terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak baik. Dan yang terpenting bagaimana kita menempatkan anak-anak kita dalam keluarga dimana posisinya, apakah diutamakan atau dikesampingkan karena kesibukan kita.

Pdt Julianus Barus

                                                                                                                                    GBKP Bandung Pusat

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD