SUPLEMEN PEKAN PENATALAYANEN GBKP TAHUN 2025 WARI II, KHOTBAH KEJADIN 1:26-28

HARI KE 2

Invocatio : 1 Korintus 11:12

Ogen : Kolose 3:10b-11

Kotbah : Kejadin 1:26-28

Tema  : Dibata Nepa Manusia Pelain-Lain/Allah Menciptakan/Manusia yang Memiliki Perbedaan.

 

Pendahuluan.

Kita bersyukur saat ini kita kembali berkumpul dan bersekutu dalam ibadah Pekan Penatalayanan GBKP hari yang ke 2, hari ini kita diingatkan untuk menyadari bahwa Allah kita telah menciptakan rancangan yang sempurna dalam setiap ciptaanNya. Allah menciptakan segala sesuatu itu tidak sama/tidak seragam, bukanlah sebuah pemisah, namun sebuah kekayaan, oleh karena kita Kita juga diajak untuk mengenal diri kita dan memahami orang lain yang berbeda dengan kita, sehingga dapat hidup berdampingan dengan penuh keharmonisa.

Pendalaman Teks.

Di dalam Kolose 3: 10b-11, Rasul Paulus mengingatkan kepada orang percaya di kota Kolose bahwa dengan menerima Kristus mereka memperoleh hidup baru. Hidup baru ini bukan tentang sesuatu yang kelihatan, seperti gaya rambut atau gaya berpakaian, melainkan karakter dan perilaku yang harus diperbaharui. Orang yang belum mengenal dan menerima Kristus hidup menurut kehendaknya sendiri, melakukan hal sesuka hati asal dirinya senang, tidak peduli sekalipun itu adalah dosa. Sedangkan hidup baru berarti hidup menurut kehendak Kristus, melakukan hal-hal yang membuat Tuhan senang. Orang yang percaya kepeda Kristus senantiasa terus menerus diperbaharui: Pengertian hidup baru ini bukan yang terjadi sekali saja, melainkan terus menerus diperbaharui, menjadi semakin sama dengan Yesus. Dalam hal ini tidak ada kata selesai, selama masih hidup iman harus terus diperbaharui. Dan perubahan ini adalah menuju kepada yang lebih baik. Roma 12:2 mengatakan “berubahlah oleh pembaharuan budimu” jadi dimulai dari kemauan diri untuk diubah agar Allah bekerja dalam diri kita. Perubahan adalah sebuah proses yang tidak instan. Tetapi orang yang menyadari perubahan statusnya akan selalu berusaha menyesuaikan perilaku dan pola pikir sesuai status barunya. Anak-anak Allah akan terus diperbaharui menjadi semakin serupa dengan Allah. Janganlah membangun pemisah ditengah-tengah perbedaan (Ayat 11) Sekat-sekat pemisah, golongan, perbedaan tidak menjadi pembeda sebab Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu. Kepada orang-orang yang mudah terpecah belah Paulus mengingatkan bahwa di dalam Kristus kita adalah satu. Semua orang percaya adalah “manusia baru” yang adalah anggota keluarga Tuhan.

Kejadin 1:26-28, menggambarkan bahwa manusia diciptakan oleh Allah sesuai dengan gambarNya (Imagodei), gambar yang dimaksudkan bukanlah secara lahiriah, namun di dalam diri manusia ada karakter/sifat Allah sendiri. Imagodei juga menyatakan bahwa manusia adalah anak-anak Allah sendiri, ada citra Allah di dalam setiap ciptaanNya, oleh karenanya janganlah melakukan diskriminasi atas perbedaan dari ciptaan Allah itu. Dan kepada manusia ciptaanNya, telah dianugrahkan kuasa untuk mengelola dunia ciptaanNya.

Refleksi.

  1. Menyadari dan menerima realitas banyaknya perbedaan. Kita hidup ditengah dunia yang penuh dengan berbagai perbedaan dan keanekaragaman dan dapat juga dikatakan keaneka ragaman itu adalah sebuah realitas dan merupakan bahagian dari kehidupan manusia, Setiap manusia diciptakan berbeda, tidak ada satu pun orang di dunia ini yang memiliki kesamaan seratus persen, sekalipun anak kembar. Terlebih lagi antara laki-laki dan perempuan jelas memiliki perbedaan. Oleh karenanya kita harus memiliki nilai baru dalam menghadapi perbedaan itu yaitu: Menyadari dan menerima realitas dari banyaknya perbedaan serta mensyukuri perbedaan itu adalah sebuah kekayaan, serta mampu menata kelola perbedaan itu menjadi sebuah kekuatan yang dianugerahkan Allah bagi manusia. Tema Pekan Kebaktian Keluarga hari yang ke 2 ini menekankan bahwa Allah sudah menciptakan manusia yang memiliki perbedaan satu dengan yang lain, kita percaya bahwa Allah memiliki rencana dalam setiap rancangannya dan tentu saja akan mendatangkan kebaikan bagi kita.

 

  1. Perbedaan bukanlah kelemahan namun sebuah Kekuatan, dalam kitab Roma 15:1 mengatakan “…kita yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan mencari kesenangan sendiri”. Ini membuktikan bahwa latar belakang manusia itu berbeda. Siapakah yang dimaksud dengan ‘yang kuat’ dan ‘yang lemah’ dalam ayat ini ? Yang kuat adalah orang-orang Kristen mula-mula yang tidak lagi terbebani oleh aturan-aturan Taurat, danyang lemah adalah orang-orang Kristen yang menghayati iman dengan tetap mempraktekkan ketaatan kepada peraturan-peraturan Taurat, misalnya masih mempersoalkan mana makanan yang haram dan mana yang halal. Dalam konteks jaman sekarang,yang kuat mempunya arti banyak : berkuasa, kaya, pintar, mampu, hebat. Dan yang lemah tentu sebaliknya.

Ada sebuah pepatah “In Unity is Strength”. Pepatah ini mengingatkan kita bahwa kesatuan dan persatuan yang menghasilkan kekuatan tidak berangkat dari harus seragam lebih dahulu, tetapi justru menerima keberagaman sebagai modal dalam menghadirkan hidup yang lebih utuh dan indah. Bukankah kita bisa mengangkat segelas air minum karena kelima jari yang berbeda-beda itu bekerja sama, saling menerima dan menghargai,sehingga kita terlepas dari dahaga. Bayangkan apa yang terjadi jika jari jempol hanya mau kerjasama dengan sesama jempol saja? Tentu kita tak dapat minum dengan baik. Demikianlah kebergaman adalah kekuatan dan keindahan. Kita dapat menunjukkan solidaritas kepada sesama bahkan kepada mereka yang menolak keberagaman. Bersyukurlah, karena kita diciptakan tidak sama satu sama lain. Saling menerimalah, karena ini juga salah satu cara kita memuliakan-Nya.

  1. Kesatuan dalam perbedaan bukan kesatuan dalam keseragaman (spiritualitas).

Ada perbedaan yang memang merupakan hal-hal prinsip, yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Misalnya perbedaan iman. Bila kamu dan pasanganmu ternyata berbeda iman, kamu harus segera mengambil sikap. Ingat gelap dan terang tidak dapat bersatu, begitu kata Firman Tuhan. Jangan kamu menjadikan hubunganmu sebagai ajang pengabaran Injil. Ada pula perbedaan-perbedaan yang tidak mungkin berubah, seperti latar belakang keluarga dan suku. Penting bagimu untuk dapat mengetahui hal-hal ini dan pikirkanlah apakah hal-hal ini akan membuat perbedaan yang cukup signifikan dalam hidupmu dan berpotensi untuk menimbulkan konflik di masa yang akan datang. Perbedaan yang lain lagi adalah perbedaan yang sulit diubah, seperti misalnya kepribadian dan kebiasaan. Kepribadian dan kebiasaan bukannya tidak dapat diubah, tetapi untuk mengubah kedua hal ini, harus dimulai dari keinginan diri sendiri. Ingat, kamu tidak akan dapat mengubah kepribadian dan kebiasaan pasanganmu. Tidak sekarang, tidak juga nanti. Jadi, bila ada kebiasaannya yang memang mengganggumu, segera putuskan apakah kamu dapat menerima hal itu atau tidak. Jangan takut untuk mengambil keputusan. Jangan memaksakan diri, karena itu hanya akan membawa masalah dalam kehidupanmu.

Pdt. Togu P. Munthe

Ketua BPMK GBKP Klasis Jakarta Kalimantan

SUPLEMEN PEKAN PENATALAYANEN GBKP TAHUN 2025 WARI I, KHOTBAH 2 KORINTI 5:16-19

HARI KE 1

Invocatio : Joh. 3:16

Ogen : Jes. 54:9-10

Khotbah : 2 Kor. 5:16-19

Tema : Dibata Njadiken Manusia jadi TemanNa

 

Pendahuluan

Ada banyak orang yang menganggap sebuah perbedaan, sebagai jurang pemisah. Perbedaan itu meliputi banyak hal di dalam kehidupan kita. Akan tetapi salah satu yang paling sering diperdebatkan adalah tentang persepsi (sudut pandang) dan cara berpikir yang bervariasi. Sehingga tak jarang orang menganggap sebuah perbedaan itu sebagai sebuah ancaman. Sebagai penulis saya mencoba menggumuli hal tersebut. Hipotesanya adalah banyak orang yang menganggap sebuah “kesatuan” identik dengan sebuah “keseragaman”, entah itu keseragaman bentuk, kepercayaan, pendapat, dan hal-hal lain meliputi aspek-aspek kehidupan kita. Di ibaratkan sekelompok orang yang menggunakan pakaian yang seragam, bukan berarti menunjukkan bahwa mereka bersatu, secara tampak luar mungkin iya, tapi jika di gali lebih dalam belum tentu. Sejatinya perbedaan adalah sebuah kekayaan dari sumber daya yang diciptakan Allah. Persatuan yang sejati adalah tentang merangkul dan memanfaatkan perbedaan itu secara efektif. Seperti tema pelayanan GBKP tahun 2025 ini, adalah “Dewasa Menerima Perbedaan”. Persatuan sejati bukanlah tentang semua orang berpikir dengan cara yang sama tetapi tentang menghargai keunikan setiap insan dan menjadikannya sebuah kekayaan.

Isi

Alkitab sering sekali menggambarkan hubungan Allah dengan manusia sebagai sebuah persahabatan. Dalam sejarah pemikiran manusia, seorang filsuf “Aristoteles” pun menerima hal itu dengan pasrah, karena baginya terlalu besar perbedaan Tuhan dan manusia. Akan tetapi, jika kita melihat dalam Kej. 1:26 bahwa Allah menciptakan manusia segambar dan serupa dengan-Nya (Imago Dei) yang biasanya di dalam kalangan Teologi, hal ini disebut sebagai “antropologinya orang Kristen”. Hal ini bukan tidak mungkin Tuhan menjadikan manusia sebagai sahabat-Nya, karena secara esensi bahwa Manusia adalah bagian dari Allah itu sendiri. Oleh karena itu di dalam Alkitab banyak sekali ayat-ayat yang menggambarkan kedekatan antara Tuhan dan Manusia. Misalnya di dalam Perjanjian Lama (PL) Kel. 33:11 “Dan Tuhan berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka seperti seorang yang berbicara kepada temannya”. Termasuk di dalam Sejarah keselamatan hal itu terus bertumbuh (Yoh. 3:16) “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”, Lebih dari itu, Ia menjadikan kita sebagai seorang sahabat; “Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.” (Yoh. 15:15). Semua peristiwa itu muncul sebagai inisiatif Allah. Walaupun manusia telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaanNya, tetapi di dalam kasih karunia kita telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan Yesus Kristus (Rom. 3:23-24). Dia menjadi Pendamai bagi kita. Sebenarnya ini yang mendasari panggilan kita sebagai orang yang membawa damai. Karena sejatinya Allah adalah kasih dan damai, kemudian kita mendapatkan bagian itu dan Ia menjadikan kita teman, bahkan sahabatNya. Sehingga di dalam Mat. 5:9 Dia mengatakan “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah”. Sejatinya ini adalah yang mendasari kita sebagai orang percaya untuk membawa perdamaian di tengah-tengah dunia ini. Kita sudah mendapatkan bagian itu, dan Allah melalui Yesus Kristus sebagai Raja Damai sudah menjadikan kita sebagai teman/sahabat-Nya. Demikian pula hal itu tidak berhenti di kita saja, maka kita akan meneruskannya kepada dunia dan sesama kita.

Dalam Yes. 54, Tuhan berbicara kepada Israel seperti istri-Nya. Israel akan dipulihkan seperti Wanita mandul yang banyak anak (ayat 1-3.). Sebab sebelumnya Israel seperti tertawan (masa babel), sama dengan perempuan mandul pada masa itu yang menanggung beban aib hina yang sangat besar. Oleh karena itu Allah menyerukan untuk bernyanyilah. Sebab Allah menjanjikan pembebasan yang mulia, bukan hanya dari pengasingan dan penawanan, tetapi juga dari rasa malu, aib, dan penghinaan. Israel akan di pulihkan seperti seorang janda yang diselamatkan dari celaannya (ayat 4-6). Sekalipun Israel di tinggal di dalam pembuangan seperti seorang Janda, Tuhan berjanji menggantikan kedudukan suaminya, yaitu suami yang Agung (Tuhan semesata alam nama-Nya). Allah menjelaskan pemulihan Israel (ayat 7-8), walaupun bangsa Israel merasa bahwa Allah benar-benar meninggalkan mereka, tapi sebenarnya tidak, hanya sesaat. Karena kasih sayang yang besar, Allah mengambil mereka kembali. Sebenarnya ini pun menjadi refleksi bagi kita, karena di saat kita menghadapi pergumulan dan persoalan kehidupan, terkadang kita merasa Tuhan meninggalkan kita. Sifat kekal dari kasih Allah akan datang bagi orang yang menantikan-Nya. Tuhan berjanji untuk tidak pernah lagi meninggalkan Israel (ayat 9-10). Seperti Allah pernah berjanji pada zaman Nuh tidak akan menutupi bumi untuk selama-lamanya, demikianlah murka Allah surut pada Israel. Sebab kasih Allah diibaratkan Ketika masa air bah pada zaman Nuh, gunung-gunung dan bukit-bukit tidak bergoyang. Bahkan Ketika harus beranjak dan bergoyang, Allah tidak akan pernah berhenti mengasihi. Bagi saya secara pribadi, ini adalah sebuah esensi yang sangat dalam dan luar biasa. Sebab kasih itu adalah Allah itu sendiri. Dan ini pun adalah dasar panggilan kita sebagai pembawa damai yang datang dari Allah.

Dalam 2 Kor. 5 :16 adalah sebuah hasil bagi orang yang sudah diselamatkan. Sebab pada ayat 15, dikatakan jika Yesus mati bagi kita, sudah sepantasnya kita hidup bagi Dia. Yesus memberi kita hidup baru. Sehingga Calvin membuat pertanyaan yang dalam tentang ini; “Pertanyaannya adalah apakah kita hidup bagi diri kita sendiri atau kita hidup bagi Yesus ?”. Dalam hal ini, penilaian yang kita pakai bukan lagi ukuran manusia. Hal ini dikarenkan Paulus pun pernah menilai Yesus dengan ukuran manusia. Lantas jika kita bertanya, ukuran manusia yng dimaksudkan Paulus yang seperti apa ? beberapa refrensi menulis demikian :

  • Karena kita tidak melihat pada yang kelihatan, melainkan pada yang tidak kelihatan (2 Kor. 4:18) • Karena kemah kita di bumi akan di hancurkan, tetapi tubuh kita akan memiliki tubuh yang baru, yang kekal di surga (2 Kor. 5:1)
  • Karena kita hidup karena percaya, bukan karena melihat (2 Kor. 5:7)
  • Karena kami tidak bermegah karena penampilan, tetapi kami bermegah karena hati (2 Kor. 5:12)

Semua alasan ini, kita tidak lagi melihat pada rupa dan penampilan jasmani, melainkan pada hakikat hati. Yang luar biasanya adalah adalah pada ayat 17, dimana di dalam ayat ini dikatakan bahwa kita bukan hanya sekedar diampuni, tapi kita dirubah menjadi ciptaan yang baru di dalam Kristus. Salah satu tokoh mengatakan “saya percaya tidak ada bahasa yang dapat mengungkapkan pembaruan yang lebih besar atau lebih menyeluruh atau lebih radikal dari pada ungkapan istilah lahir baru”. Oleh karena itu bagi kita yang percaya, kita bukan sekedar diubah menjadi ciptaan baru, tapi juga ditantang menjalani hidup baru di dalam aspek kehidupan kita. Karena semuanya itu berasal dari Allah melalui perantaraan Kristus yang telah mendamaikan kita dengan diri-Nya. Allah yang memulai pendamaian ini, meskipun Dia adalah pihak yang tidak bersalah, tapi Dia mendamaikan kita dengan diriNya. Kita tidak mendamaikan diri kita dengan-Nya. Tapi Dialah yang memulai. Ini pun menjadi dasar panggilan bagi kita yang sangat mendalam tentang bagaimana kita harus hidup membawa kedamaian. Bukan tentang kita lagi, tapi tentang kebaikan dan pendamaian.

Aplikasi

  1. Kenyataannya kedamaian bagi kita masih situasional. Masih sering terpengaruh oleh situasi dan keadaan. Masih dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Masih tergantung sikap dan perbuatan orang lain. Belum mengakar sebagai sebuah komitmen yang menjadi sebuah keputusan, masih perasaan. Satu sisi itu yang menjadi kelemahan kita, tapi kita diingatkan kembali pada akar kasih dan kedamaian yang ada pada Yesus Kristus sang Raja Damai yang begitu kokoh dan konsisten yang sudah mendamaikan kita terlebih dahulu dari dosa melalui penebusanNya. Semua Firman Allah yang disampaikan bagi kita pada bahan ini menyampaikan tentang damai yang mendalam: baik melalui kasih, pengorbanan, dan perjanjian Tuhan yang setia. Di dalam Yesus, Allah tidak hanya memberikan teladan cinta sejati tetapi juga menawarkan perdamaian kepada manusia, memanggil kita untuk menjalani hidup sebagai pembawa damai dan agen pendamaian di dunia yang membutuhkan kasih dan pengampunan.
  2. Perbedaan adalah hal yang alamiah dan itu menjadi bagian dari esensi hidup kita. Setiap insan mempunyai pengalaman yang unik dan khas yang membuat dunia ini beragam. Hal ini bukan saja tentang toleransi, lebih dari pada itu kita membuka diri untuk belajar, berkembang, dan membangun hubungan yang dalam terhadap orang lain.
  3. Banyak perpecahan karena tidak adanya kemampuan menerima perbedaan. Semua hal kita ukur dengan pola dan sudut pandang kita sendiri. Sedikit waktu kita memahami pola dan sudut pandang yang lain. Kita lebih senang dipahami dari pada memahami. Terkadang yang menjadi sebuah persoalan bukan lagi tentang kebenaran, tetapi tentang ego yang tidak mau kalah.

Penutup

Sejatinya kita yang percaya adalah orang-orang yang sudah ditebus di dalam Kristus yesus. Ia menjadikan kita teman dan sahabatNya. Dalam sejarah Alkitab, kasih, cinta, dan damai Allah itu terus bertumbuh sampai sekarang di dalam kehidupan kita. Kita terus berproses untuk menjadi pembawa damai (peacemaker), karena esensinya adalah Allah itu damai.

Vic. Aditrama Sinulingga, S.Th

(Sintang-Kalimantan Barat)

SUPLEMEN PEKAN KEBAKTIAN KELUARGA TAHUN 2024, WARI VII

Invocatio :

Jesaya 11:8

Ogen  :

Pilipi 4 :8-9

Kotbah  :

Masmur 119:97-104

Tema  :

Entebu Kal Engkelengi Tuhan

 

I. Pengantar

Dalam Alkitab Terjemahan Bahasa Indonesia sering kita temui istilah hukum Taurat, istilah ini diterjemahkan dari kata Ibrani תּוֹרָה - TORAH dan Yunani νομος-NOMOS yang artinya, hukum. Kata תּוֹרָה -TORAH berasal dari kata יָרָה -YARAH, "menunjukkan", sehingga kata "TORAH" itu sendiri bermakna petunjuk, pengajaran. Taurat atau Firman Tuhan memimpin manusia untuk hidup berbuah, memiliki kelimpahan hidup bersama Tuhan serta akan dapat terwujud. Taurat atau Firman Tuhan harus menjadi pusat hidup umat Tuhan.

Bahan Pekan Kebaktian Keluarga di hari ke-tujuh ini bermuatan Signifikansi firman Tuhan menurut Mazmur 119: 97-106 ialah memberikan kebijaksanaan, akal budi, pengertian, mampu menguasai diri, setia melakukan kebenaran Allah, membenci dosa, cinta kepada kebenaran. Dengan jemaat memahami signifikansi firman Tuhan hal tersebutakan menolong jemaat memiliki komitmen dan kerinduan untuk merenungkan firman Tuhan dan melakukan kebenaran firman Tuhan.

Nama Kitab Mazmur, dalam bahasa Inggris adalah Psalm, yang diterjemahkan dari nama yang dipakai dalam Septuaginta Psalmos. Kata Psalmos, diterjemahkan dari bahasa Ibrani Mizmor, yaitu suatu lagu yang dinyanyikan dengan iringan instrument musik, khususnya memakai alat musik dari senar. Kitab Mazmur dalam bahasa Yunani Vatikan (abad ke-IV Masehi) memakai judul Psalmoi. Nama itu dipakai oleh Tuhan Yesus (Luk. 20:42), dan Petrus (Kis. 1:20). Dalam naskah Aleksandrianus memberi nama Psalterion, artinya alat musik yang memakai senar atau tali. Dan Alkitab bahasa Indonesia memakai nama Mazmur. Namun Alkitab Ibrani memberi nama kitab Mazmur adalah Tehillim, artinya Puji-pujian. Kata ini muncul berulang kali dalam beberapa pasal Kitab Mazmur, kecuali pasal 145[1]

II. Penjelasan Teks

Alkitab adalah Firman Allah, pernyataan ini adalah prinsip dasar kaum Injili. Alkitab berperan sebagai penyingkapan diri Allah (God’s self-disclosure). Firman Tuhan sungguh berkuasa. Oleh firman, Allah menciptakan alam semesta. Oleh firman-Nya, Allah menopang segala yang ada. Pemberian hukum Taurat bertujuan untuk menolong manusia tetap dalam perkenanan Allah, menerangi akal budi, maupun untuk mengarahkan hidup manusia. Segala sesuatu yang Allah lakukan sesuai dengan pola dan berdasarkan suatu prinsip-Nya. Firman yang tertulis memiliki kuasa dan kekuatan Ilahi yang memberikan pola hidup. Manusia yang berjalan berdasarkan pola-Nya senantiasa berada dalam perkenanan Allah. Umat Allah haruslah berlaku sesuai dengan ajaran Allah.

Dalam isi teks Masmur 119:97-104 adalah Sebuah ungkapan cinta ditulis lengkap oleh Daud. Bukan kepada seseorang, tetapi tentang rasa cintanya yang begitu menggelora kepada Taurat Tuhan. Sebenarnya tidak hanya dalam Mazmur 119 saja, tetapi jika kita melihat isi dari kitab Mazmur, maka kita akan menemukan ada begitu banyak ayat yang menyatakan kecintaan sang Penulis kepada Taurat Tuhan. Daud menggambarkan dengan indah mengenai rasa cintanya dan apa yang dia perbuat kepada  Taurat Tuhan yang sangat ia cintai itu. Dengan antusias Daud berseru, “Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari.” (ayat 97).

Dalam Mazmur 119:97-104, Daud menyatakan diri sebagai seorang yang sedang jatuh cinta.  Rasa cinta yang mendalam ia tujukan   kepada Taurat Tuhan.  Ada cukup banyak orang percaya menganggap bahwa membaca dan merenungkan firman Tuhan adalah kuno, ketinggalan zaman, pekerjaan yang sangat membosankan dan menjadi beban tersendiri.  Karena itu mereka melakukannya tidak dengan sepenuh hati, tapi setengah hati atau terpaksa. Berbeda dengan Daud yang menjadikan Taurat Tuhan sebagai kesukaan, “Betapa kucintai Taurat-Mu!”  (ayat 97).  Karena mencintai Taurat Tuhan maka Daud merenungkannya sepanjang hari.  Mengapa Daud begitu mencintai Taurat Tuhan? Daud mengungkapkan betapa ia mencintai Taurat Tuhan yang dapat membuatnya lebih bijaksana (ayat 98), lebih berakal budi (ayat 99), dan lebih memiliki pengertian (ayat 100, 104). Taurat Tuhan berkuasa menahan agar seseorang tidak berjalan dalam kejahatan (ayat 101-102). Taurat Tuhan berisi janji-janji Tuhan yang membuat hidupnya bergairah (ayat 103). Taurat Tuhan menjadi petunjuk bagi hidupnya (ayat 104).

Dalam memasuki masa advent dan Natal ini jemaat haruslah memahami bahwa aturan dasar Allah sangat berpengaruh dalam mengubah semua orang. Dalam Mazmur 119: 97-106 menjelaskan bahwa alasan mendasar firman Tuhan mengandung segala aturan hidup bagi manusia ialah ke-Agungan firman Allah yang menyatakan sebuah intruksi hidup, kebenaran hidup, nasihat hidup. Kehidupan rohani (Spirituality of Christian Life) seseorang sangat bergantung pada firman-Nya. Perintah Allah memberikan sebuah intruksi serta pemenuhan Allah bagi manusia. Perintah Allah mengacu kepada peraturan dan ketetapan Allah yang berkuasa bagi manusia. Perintah Tuhan memaparkan semua peraturan Allah. Sehingga sangat penting jemaat memahami bahwa di dalam firman-Nya Allah memberikan semua aturan hidup sebagai umat Allah.

Allah menyatakan nasihat-Nya kepada manusia melalui kebenaran firman-Nya. Tujuan Allah memberikan nasihat agar umat berjalan berdasarkan kehendak-Nya. Nasihat Allah menunjukkan sebuah prinsip-prinsip yang dengannya manusia dapat berhubungan dengan Allah. Nasihat Allah senantiasa mendidik manusia, Allah mendidik umat-Nya berdasarkan peringatan-Nya. Allah adalah kebenaran yang sesungguhnya. Kebenaran Allah menuntun manusia berjalan pada jalan-Nya dan kekudusan-Nya.Allah dan firman-Nya adalah kebenaran yang tidak dapat dipisahkan. Firman-Nya merupakan penyataan diri Allahsebagai dasar kehidupan bagi setiap orang percaya. Tanpa kebenaran Allah manusia hanya akan berjalan di dalam kekeliruan, kekacauan dan cenderung hidup di dalam dosa.

Intisari dari seluruh hukum atau taurat Tuhan adalah mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia dan itu dimulai dari dalam keluarga. Jadi apabila pemazmur merenungkan hukum Tuhan itu siang dan malam maka ia menjadi lebih bijaksana, berakal budi, penuh pengertian dan mampu menahan diri untuk tidak melakukan kejahatan. Artinya, ia tidak membalas memusuhi orang-orang yang memusuhi dirinya, dia berusaha memahami betul sesuatu persoalan sebelum bertindak, dia tidak mudah terpengaruh atau tergoda untuk melakukan kejahatan. Itulah karakter orang yang memegang teguh hukum atau taurat Tuhan. Dengan maksud yang demikianlah Pekan Kebaktian keluarga di hari yang ke-7 ini, setiap keluarga harus benar-benar merasakan penyertaan Tuhan dan hidup dalam kebenaran Firman Tuhan.

III. Kesimpulan

Ada sebuah syair lagu yang menceritakan bagaimana setiap orang percaya hidup dalam kebenaran Firman Tuhan. “Aku mengasihi Engkau Yesus dengan segenap hatiku, aku mengasihi Engkau Yesus dengan segenap jiwaku. Kurenungkan firman-Mu siang dan malam kupegang p’rintahMu dan kulakukan. Engkau tahu ya Tuhan tujuan hidupku hanyalah untuk menyenangkan hati-Mu.” Syair ini begitu dalam mengungkapkan perasaan kasih kepada Tuhan yang diwujudkan pada kehidupan yang selalu merenungkan Firman Tuhan dan melakukan-Nya di setiap hari dengan tujuan untuk menyenangkan hati Tuhan.

Keluarga adalah basis kegiatan pewarisan iman Kristen. Keluarga adalah Lembaga bentukan Tuhan atau gereja kecil dalam kehidupan dunia ini. Tetapi kenyataannya, pada masa sekarang banyak orang yang kurang tanggap terhadap hal yang penting. Kemajuan jaman membawa dampak positif, seperti kemakmuran, berekonomi dalam digital, pola kehidupan yang serba mudah dan lain sebagainya yang memudahkan kita dalam kecanggihan dunia digital saat ini. Tetapi tidak bisa dipungkiri ada dampak negatif bahkan membahayakan, seperti pergaulan anak yang sukar dikendalikan dan pada pihak lain orang tua kurang memberi perhatian dan waktu untuk keluarga.

Sebagai orang tua apa yang kita wariskan kepada anak-anak kita? Sering jawabannya adalah orang tua akan mewariskan harta benda. Banyak orang tidak usah berlelah-lelah bekerja telah menerima warisan dari orang tuanya secara otomatis. Tetapi pengetahuan dan kelakuan baik serta iman tidak otomatis dapat diwariskan. Itu sebabnya pewarisan iman sangat penting dalam keluarga. Sebagai ayat refrensi dalam Ulangan 6:4–9 menuliskan berbagai tanggung jawab bagi orang tua untuk mewariskan iman kepada anak-anak mereka. Inilah yang menjadi momentum Firman Tuhan menjadi gaya hidup (Life Style) keluarga jemaat GBKP saat ini.

Pdt. Anton Keliat, S. Th, MAP

GBKP Bandung Timur

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD