SUPLEMEN PEKAN KEBAKTIAN KELUARGA TAHUN 2024, WARI III
Invocatio :
Mahkota orang-orang tua adalah anak cucu dan kehormatan anak-anak ialah nenek moyang mereka. (Amsal 17:6)
Ogen :
Epesus 4:29-32
Khotbah :
Ulangan 6:4-9
Tema :
Mengajarkan Firman Allah Kepada Anak
I. Kata Pengantar
Setiap orang tua akan mewariskan hal terbaik yang dimilikinya kepada anak anaknya. Ada yang menilai harta sebagai hal yang terbaik yang dapat diwariskan kepada anak-anaknya. Adapula nama baik, kebijaksanaan kepada anak-anaknya. Anak adalah Berkat. Anak bisa diibaratkan seperti kertas putih yang masih polos. Bagaimana kita menorehkan tinta emas yang berharga diatasnya adalah tugas dan tanggungjawab orang tuanya. Salah satu ayat Alkitab yang mencatat bahwa anak adalah berkat tertulis dalam Mazmur 127:3-5, 'Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah. Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda. Tema hari ini : mengajarkan Firman Allah kepada anak yang diambil dari Ulangan 6:4-9. Dalam nats ini berisikan tentang pernyataan tegas Musa, tentang bagaimana seharusnya umat Tuhan hidup di tanah perjanjian. Umat Tuhan yang dibebaskan dari perbudakan di mesir untuk suatu kehidupan yang sesuai dengan ketetapan Tuhan dan hidup di dalam iman kepadaNya.
II. Isi
Untuk menjelaskan urian nats Ulangan 6:4-9 ada beberapa pokok garis besar yakni:
Mendengar pengajaran
Di dalam Ulangan 6:4, “ dengarlah hai orang Israel...”.bagian ini sering kali disebut sebagai shema(bh.Ibrani Shama: mendengar). Bagian ini sangat dikenal orang Yahudi pada zaman Yesus karena diucapkan setiap hari oleh orang Yahudi yang saleh didalam kebaktian d i Sinagoge. Shema ini merupakan pernyataan terbaik tentang kodrat monotheistik Allah, di mana pernyataan ini diikuti oleh perintah ganda kepada bangsa Israel yakni untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan (ay.5-6) dan untuk mengajarkan iman mereka dengan tekun kepada anak-anak mereka (ay.7-9).
Kata “dengarlah” adalah kata kerja Ibrani shema (Qal Imperative) yang berarti mendengar untuk melakukan”. Ini adalah fokus dari perjanjian alkitabiah. Penggunaan kata kerja ini digunakan secara liturgis pada waktu ibadah yang ditetapkan dalam ibadah Israel (bnd. Ul.4:1,5:1,9:1;20:1) doa dalam Ulangan 6:4-6 ini, sejak masa bait suci kedua (516sM), bahkan diulang sampai hari ini oleh orang-orang Yahudi dipagi dan sore hari pada kesempatan ibadah yang menjadi pengakuan iman mereka.
Mengasihi Allah dengan segenap hati
Allah mendambakan persekutuan dengan umatNya dan memberikan mereka satu perintah yang sangat perlu ini untuk mengikat mereka kepadaNya. Ini adalah wujud kasih Allah yang harus direspon dengan rasa syukur dan kesetian. Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu adalah penekanan yang kuat yang menyatakan tanggapan kita kepada Tuhan adalah untuk melibatkan seluruh pribadi kita. “kasih” (qal perfect) ini adalah karakteristik dari kitab ulangan untuk mengkaitkan ketaatan kepada perjanjian YHWH sebagai bukti dari kasih seseorang kepadaNya. Istilah hati dan jiwa sering digunakan bersama-sama untuk menunjukkan manusia seutuhnya (bnd. Ul.4:29). Istilah jiwa menggambarkan daya hidup(napas) pada manusia dan hewan (menunjuk kepada hasrat). Kekuatan berarti kelimpahan atau kekuatan. Ketiga istilah ini, hati,jiwa dan kekuatan mewakili manusia seutuhnya dan karena itu sejajar dengan ungkapan sepenuh hati.
Memperhatikan dan mengajarkan apa yang di Firmankan
Kata-kata ini mengarah kepada perjanjian YHWH yang diberikan melalui Musa.kalimat harus engkau perhatikan dalam bahasa Ibrani memiliki arti fokus mengarakan kehidupan individu. Penekanan dalam PL juga dimaksudkan untuk menjadi kesetian internal ini ditujukan kepada segenap umat Israel dan ini diajarkan secara berulang-ulang menjadi pengakuan iman mereka, salah satu cara untuk mengungkapkan kasih kepada Allah ialah memperdulikan kesejahteran rohani anak-anak dan berusaha menuntun mereka kepada hubungan yang setia dengan Allah (Piel perpect). Kata kerja ini memiliki arti “ mempertajam”kata mempertajam sering digunakan para rabi menegaskan kata shema harus diulang pagi dan sore hari. Kita harus berbicara tentang kehendak Allah dalam hidup kita sehari-hari. Tanggung jawab orangtualah untuk meneruskan iman menjadi gaya hidup. Artinya pembinaan rohani anak-anak seharusnya menjadi perhatian utama semua orang tua. Dengan kata lain pengarahan rohani dilakukan berpusat dirumah melibatkan ayah dan ibu.
Mengikat pengajaran sebagai tanda
Awalnya kalimat ini tampaknya digunakan sebagai metafora. Konteksnya adalah kesempatan mengajar gaya hidup firman Tuhan. Namun para rabi mengambil ayat sangat harafiah dan mereka mulai untuk membungkus tali kulit ditangan kiri mereka dengan sebuah kotak kecil (tefillin) yang terlampir yang berisi kita suci yang terpilih dari taurat. Jenis kotak yang sama juga dilihat kedahi mereka. (ul.11:18).
Menuliskan pada tiang pintu rumah dan pintu gerbang
Ini adalah sikap simbolis bahwa Allah memiliki bagian, tidak hanya dalam kehidupan sodial kita. gerbang (Ul.21:19,22:15,24) sebagaimana ambang dari rumah sering dipandang sebagai tempat iblis dalam dunia Yunani dan Romawi, tetapi dalam dunia Yahudi itu mewakili kehadiran Allah. Dan ambang pintu juga dipandang tempat di mana darah paskah ditempatkan.
Ogen :Epesus 4:29-32
Dalam nats ini diuraikan perbedaan hidup manusia lama dan baru. Dengan mengetahui perbedaan hidup manusia lama dan baru kita dapat bercermin seperti apa diri kita. Paulus menegaskan agar jemaat memperaktikkan hidup kasih Kristus dalam kehidupan mereka, bukan saja sebagai sesuatu keharusan tetapi juga sebagai tanda atau karunia dalam kehidupan kristen.
Invocatio: Amsal 17:6
Amsal memberikan gambaran yang jelas tentang hidup. Kitab amsal memperlihatkan bahwa tindakan-tindakan tertentu selalu menghasilkan akibat-akibat tertentu. Dalam nats amsal 17:6, mengenai keluarga, hal yang paling penting adalah relasi yang baik dan akur antar anggota keluarga.
Kesejajaran khotbah, ogen dan Invocatio:
Mengajarkan tentang Firman Allah kepada anak dapat terwujud jika kita hidup dalam iman kepada Allah dalam sebuah relasi yang dilandasi kasih.
III. Kesimpulan
Mengajarkan tentang Firman Tuhan kepada anak merupakan tanggungjawab orang tua. Kita tahu bahwa rumah adalah tempat di mana anak-anak kita mengenal Allah. Tidak jarang kita jumpai ada keluarga yang justru mengabaikan tanggungjawabnya dalam mengajarkan firman Tuhan dari rumah. Bahkan kita sering mendengar berita yang tidak sedap didengar anak-anak justru diperlakukan semena-mena, mendapatkan kekerasan, pelecehan seksual, bahkan mempekerjakan anak untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Bagaimana seharusnya? Mari dengar dan lakukan apa yang kita dengar. Mari belajar frimannya sehingga menjadi gaya hidup kita. ingat bagi kita orang tua, buah tak jauh dari pohonnya. Apa yang kita ajarkan dan kerjakan itu yang akan dilihat anak-anak kita.
khotbah
Saudara-suadari yang dikasihi Tuhan Yesus, Ulangan 6 : 4 - 9 yang menjadi bahan Pekan keluarga, menuliskan berbagai tanggung jawab bagi orangtua untuk mewariskan iman kepada anak-anak kita. Beberapa hal yang perlu kita perhatikan dari bagian Firman Tuhan ini :
1.Haruslah engkau mengikatnya sebagai lambang di tanganmu
Orang-orang Yahudi biasa memakai sepuluh Firman Tuhan dengan diikatkan pada tangannya. Ini memiliki makna bahwa mereka ingin tangannya melakukan pekerjaan dan usaha sesuai Firman Tuhan. Demikian juga dalam mendidik anak-anak, orangtua Yahudi tidak memukul anak-anaknya, artinya menggunakan tangan dengan sebaik-baiknya. Hati-hati dengan tanganmu sebagai orangtua.
2.Menjadi lambang di dahimu teladan hidup
Dahi digambarkan sebagai vision, memandang ke depan, artinya Firman Tuhan dijadikan pandu dalam memimpin keluarga dalam mendidik anak-anak.
3.Menuliskannya pada tiang pintu rumahmu
Tiang rumah adalah penyanggah ketegaran dan kekuatan sebuah rumah, artinya keluarga-keluarga harus menjadikan Firman Tuhan penyanggah, dasar dalam seluruh kehidupan berkeluarga. Pada “tiang pintu rumahmu" juga bisa diartikan, seluruh isi rumah ini mengasihi TUHAN.
4.Menuliskannya pada pintu gerbangmu
Pintu gerbang adalah tempat keluar masuk semua anggota keluarga, artinya seluruh kehidupan keluarga didasarkan pada Firman Tuhan, keluarga hidup di dalam terang Firman Tuhan sehingga menjadi teladan.
Dari poin-poin di atas, langkah nyata yang dapat dilakukan oleh orangtua pada zaman ini adalah :
- Mendengar Firman Tuhan
Keluarga (Orangtua) yang baik mau mendengarkan perintah Allah dan mengerti perintah itu dengan sungguh-sungguh sehingga "tertanam dalam hati" dan menjadi bagian dari diri. Hal ini diperoleh melalui keteraturan dalam mempelajari Firman Tuhan, yaitu Alkitab. Dengan pimpinan dan pertolongan Roh Kudus, Firman Tuhan itu menjadi jelas bagi kita dan menjadi pedoman bagi keluarga.
- Mematuhi
Pengetahuan saja tidaklah cukup. Selain mendengarkan, orangtua harus terus mematuhi ketetapan dan perintah Allah. Bila orangtua tidak menunjukkan keinginan untuk mematuhi Allah, pada gilirannya anak-anak mereka juga tidak akan memiliki keinginan untuk mematuhi orangtua mereka. Orangtua harus menjadi teladan terlebih dahulu di dalam mematuhi Firman Tuhan, dan anak-anak akan meniru apa yang mereka lihat.
- Mengajar
Bagaimana mengajarnya??
- Dengan berulang-ulang
Alkitab menunjukkan bahwa mengajar bukanlah usaha yang hanya sekali dilakukan. Mengajar harus dilakukan orangtua dengan berulang-ulang siang dan malam. Berulang-ulang berarti tidak bosan-bosannya, bukan sekali-kali, tetapi terus-menerus, tak pernah berhenti, tak pernah bosan mengajarnya kepada anak anak kita. kita bisa bandingkan dalam invocatio kita dalam Amsal 17:6, dimana keluarga adalah tempat bagi anak-anak kita mendapat pengajaran.
- Dalam kehidupan sehari hari
Pada saat kita duduk, berjalan, berbaring, dan bangun kita harus mencari kesempatan untuk mengajar. Kata kerja "duduk, berjalan, berbaring, dan bangun" adalah aktivitas sehari-hari manusia. Bangun, tidur, duduk lalu berjalan melakukan aktivitas lalu berbaring untuk beristirahat, artinya mendidik dengan seluruh aktivitas sehari-hari, dengan teladan hidup yang nyata sehari-hari. Mejadi role model memang tidak mudah tetapi bukan tidak bisa kita lakukan sebagai orang tua. Marilah belajar untuk melakukan apa yang telah difirmankan Tuhan dlam hidup kita. Marilah sebagai orangtua Kristen, kita dapat membimbing anak-anak kita di dalam hikmat Tuhan, sehingga mereka menjadi generasi yang tangguh di dalam menghadapi tantangan zaman ini. Percayalah anak-anak kita akan menjadi anak yang hebat. Amin.
Pdt. Walder Mazmur Ginting
Runggun Karawang