MINGGU 27 APRIL 2025, KHOTBAH TITUS 3:1-8a
Invocation :
Mazmur 62:8
Ogen :
Esekiel 11:14-21
Khotbah :
Titus 3:1-8a
Tema :
Tubuh Peduakaliken Ngaloken Kegeluhen Si Mbaru/Kelahiran Kembali Menerima Kehidupan Baru
Pengantar
Dalam catatan sejarah gereja, perayaan minggu quasimodogeneti memiliki arti menjadi manusia yang baru/seperti anak yang baru lahir. Di mana kata quasimodogeneti diadopsi dari 1 Petrus 2:2 “dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang Rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan.” Minggu ini adalah minggu setelah kita merayakan perayaan paskah dalam memaknai kebangkitan Kristus. Perayaan Paskah atau peristiwa paskah bukan hanya ditampilkan sebagai sesuatu yang bercorak Kristologi (yang terjadi pada diri Yesus). Tetapi sesuatu yang Eklesiologis, bahwa peristiwa paskah menjadi titik tolak dan sumber hidup dalam bergereja yang menyebut dirinya sebagai jemaat baru atau lahir baru secara batiniah. Demikian, di minggu ini membawa kita untuk memaknai kelahiran baru dalam Kristus ditampilkan dalam nilai-nilai kehidupan yang praktis.
Pendalaman Teks
Surat Paulus kepada Titus tergolong ke dalam surat-surat Pastoral yang langsung ditujukan oleh Paulus kepada Titus yang melayani di Kreta (band. 1:5). Disebut surat Pastoral karena ditujukan kepada pribadi yaitu Titus untuk diteruskan kepada jemaat-jemaat Kristen. Dengan maksud untuk menguatkan, mengajari dan memotivasi di dalam kehidupan bergereja. Demikian, surat Paulus ini juga menjadi sebuah surat Pastoral bagi semua orang Kristen. Melalui informasi di pasal 1, tampaknya jemaat yang dilayani/dipimpin oleh Titus relative masih muda atau jemaat muda dan belum memiliki pemimpin lokal yang kuat untuk ditentukan menjadi penilik jemaat atau yang mengatur rumah Allah. Kemudian cara hidup yang tidak tertib juga masih mendominan cara hidup mereka sehingga ada peluang atau kesempatan bagi orang tertentu untuk menyebarkan ajaran yang tidak benar. Terlihat bahwa sosok pemimpin yang ideal sangat dibutuhkan oleh mereka untuk menuntun kepada kehidupan yang benar dan lebih baik.
Pasal 3 merupakan tergolong ke dalam muatan intruksi bagaimana seharusnya jemaat hidup dalam hubungan atau relasi mereka satu dengan yang lain. Muatan intruksi dalam pasal 3:1-8 ini terbagi menjadi dua bagian.
- Ayat 1-2, bagaimana mereka hidup dengan komunitas di luar mereka (pemerintah, orang berkuasa dan orang banyak).
- Ayat 3-8, memuat dasar teologis bagaimana Allah telah menyelamatkan setiap jemaat dari hidup yang jahat menuju hidup yang diperbaharui oleh Roh Kudus.
Dasar Paulus untuk memberikan intruksi kepada jemaat melalui Titus adalah adanya beberapa cara hidup lama yang telah membudaya bagi mereka. Cara hidup demikian masih tetap bertahan walau mereka sudah percaya kepada Kristus. Adapun cara hidup yang lama tersebut dituangkan oleh Paulus di ayat 3, yaitu: tidak taat, sesat, menjadi hamba nafsu, hidup dalam kejahatan, dan kedengkian, keji, saling membenci. Sebagai makhluk sosial yang hidup dalam sebuah komunitas, tentunya cara hidup yang demikian tidak baik untuk dipertahankan terlebih sebagai umat Allah yang telah menerima kehidupan yang baru dalam pembaharuan Roh Kudus.
Umat Allah yang telah diperbaharui oleh Allah adalah pembaharuan hidup yang dilimpahkan oleh Yesus Kristus dalam kebangkitanNya dan yang dikerjakan oleh Roh Kudus (5-6). Narasi penebusan yang dilakukan oleh Yesus dikembangkan oleh Paulus dengan menjelaskan sebuah konsep teologi bahwa bukan usaha kita yang membuat kita menjadi orang benar melaikan kita adalah orang-orang yang dibenarkan oleh Tuhan (ayat 7). Konsep ini memberikan sebuah pemahaman baru bahwa kebenaran yang sempurna bukan terletak pada usaha manusia untuk membela dirinya. Melainkan, Allah di dalam Yesus-lah yang menjadi pembela/pengacara kita ketika bertindak dalam sebuah kebenaran dan tindakan yang berdampak positif bagi lingkungan sekitar kita.
Dalam pemahaman Perjanjian Lama, hal yang serupa juga ditekankan oleh ketetapan Allah bagi umat Israel yang merupakan bangsa pilihanNya. Mereka yang akan dihimpun dari berbagai tempat yang berserakan akan kembali dipersatukan dalam situasi yang baru, sehingga harus menjauhkan diri dari dewa-dewa yang menjijikkan dan segala perbuatan keji yang telah mempengaruhi pola hidup mereka selama di negeri orang asing. Mereka (umat Allah) akan diberikan hati yang baik dan roh yang baru, sehingga mereka melalui ketetapan-ketetapan itu, mereka tetap hidup dalam kesetiaan serta ketaatan sebagai umat Allah (ogen: Esekiel 11:14-21).
Aplikasi
Kelahiran kembali menerima kehidupan baru jika dikaitkan dengan minggu quasimodogeneti erat kaitannya dengan hidup baru dalam anugerah dan hidup serupa dengan pola kehidupan Kristus. Seperti yang tertulis dalam 1 Yoh 2:6 “Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.” Yesus ialah satu-satunya contoh manusia yang sejati, Ia menyatakan kehendak Allah bukan dengan kata-kata saja, tetapi di dalam kehidupanNya sebagai manusia. Ia menyatakan Firman Allah menjadi nyata bagi dunia. Kehendak Allah diwujudkan dalam DiriNya dan dalam perbuatan-perbuatanNya. Calvin pernah menuliskan apa yang pernah diutarakan oleh Paulus bahwa kita bukan milik kita sendiri, melainkan milik Tuhan (1 Kor 6;19). Dengan melihat kepada sang manusia Yesus, kita semakin mengenal kehendak dan kebenaran Allah di dalam pimpinan Roh Kudus.
Untuk menyatakan Rahmat Allah bagi dunia, kita harus dengan tegas melawan kedagingan kita (penyangkalan diri). Pola hidup atau kebiasaan yang lama dan yang tidak berguna seperti: tidak taat, sesat, menjadi hamba nafsu, hidup dalam kejahatan, dan kedengkian, keji, saling membenci digantikan dengan pola hidup yang baru dan yang penuh dengan kedamaian. Ketidak taatan kita diubah menjadi pribadi yang patuh, pikiran kita yang sesat menjadi pemikir kebenaran, hamba nafsu menjadi pribadi hamba Roh, kehidupan kita dalam kejahatan menjadi pribadi yang mengasihi, kedengkian dan kekejian kita menjadi pribadi penyabar dan serta kebencian menjadi pribadi yang memaafkan. Paulus menegaskan di ayat 8 supaya pola hidup yang baru dalam Kristus dengan percaya dan sungguh-sungguh berusaha melakukannya dengan baik tulus.
Pdt. Irwanta Tarigan, STh-GBKP Rg. Banjarmasin