• WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.57

  • 20170204 143352
  • 1 peresmian rumah dinas surabaya
  • WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.58
  • pencanangan tahun gereja bks dps
  • WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.57 1
  • BPMK GBKP KLASIS BEKASI DENPASAR PERIODE 2020-2025
  • PERESMIAN RUMAH PKPW GBKP RUNGGUN SURABAYA

Jadwal Kegiatan

Kunjungan Moderamen GBKP ke GBKP Klasis Bekasi-Denpasar

Minggu 14 Mei 2017:

1. GBKP Runggun Bandung Pusat

2. GBKP Runggun Bandung Timur

3. GBKP Runggun Bandung Barat

4. GBKP Runggun Bekasi

5. GBKP Runggun Sitelusada

KHOTBAH MINGGU 16 FEBRUARI 2025, LUKAS 4:1-13

Invocatio :

Wahyu 3:10

Ogen :

Mazmur 27:1-6

Kotbah : Lukas 4:1-13

Tema :

Yesus Mengalami Pencobaan (Jesus Ngenanami Percuban)

 

Pendahuluan

Pernahkah kita merasa tergoda untuk mengambil jalan pintas dalam hidup? Bisa jadi pada saat itu, kita merasa lelah bekerja keras tetapi hasilnya belum terlihat, atau ketika kita menghadapi tekanan untuk berkompromi dengan nilai-nilai iman demi keuntungan sementara. Pencobaan adalah bagian dari hidup yang tidak dapat kita hindari, bahkan bagi Yesus, Anak Allah.

Bayangkan seorang pelari maraton yang mendekati garis finish, tetapi di tengah jalan ia ditawari kendaraan untuk sampai lebih cepat. Pilihan itu tampak menggoda, tetapi jika ia menerimanya, ia kehilangan integritas sebagai pelari. Demikian pula, kehidupan iman kita sering sekali menghadapkan kita pada pilihan-pilihan sulit, yang terlihat mudah tetapi berpotensi menjauhkan kita dari rencana Allah. Seperti sebuah kisah tentang seorang pemuda Kristen bernama Samuel bekerja di perusahaan besar. Suatu hari, atasannya menawarkan "peluang" untuk naik jabatan dengan syarat ia harus menyetujui beberapa transaksi yang tidak jujur. Samuel menghadapi dilema besar: mempertahankan imannya atau menerima keuntungan duniawi yang menggiurkan. Dalam pergumulan itu, ia mengingat Firman Tuhan dan memilih untuk menolak tawaran itu, meskipun konsekuensinya sulit.

Di Minggu Septuagesima (Hari ke-70 sebelum Paskah) dan melalui bahan Khotbah Lukas 4:1-13, kita membaca tentang kisah Yesus yang mengalami pencobaan di padang gurun dan Yesus menang. Melalui bahan khotbah ini, kita akan belajar bagaimana teladan Yesus dalam menghadapi pencobaan. Apakah kita sedang menghadapi godaan untuk meninggalkan prinsip iman demi kenyamanan, kekuasaan, atau pengakuan? Mari kita bersama-sama menggali kebenaran dari kisah ini dan menemukan kekuatan untuk bertahan dalam pencobaan, sama seperti Yesus melakukannya.

Penjelasan Nas

Bahan Khotbah: Lukas 4:1-13

Teks ini ditulis di ketiga kitab Injil (Matius 4:1-11, Markus 1:12-13, Lukas 4:1-13). Injil Lukas melengkapi keterangan yang diberikan Markus dan Matius. Dijelaskan di nas sebelumnya bahwa Yesus baru saja dibaptis oleh Yohanes Pembaptis (Luk. 3:21-22), dan Roh Kudus turun atas-Nya, yang mana ini menandakan pengesahan ilahi atas misi-Nya. Yesus dipimpin oleh Roh Kudus ke padang gurun setelah dibaptis di sungai Yordan. Baptisan ini menandai dimulainya pelayanan Yesus secara publik. Pencobaan ini terjadi sebelum Yesus memulai pelayanan-Nya.

Yesus berada di padang gurun selama 40 hari lamanya dan Dia berpuasa (tidak makan apa-apa). Padang gurun sering sekali melambangkan tempat pengujian dan perjumpaan dengan Tuhan (misalnya, pengalaman Israel di padang gurun selama 40 tahun). Di padang gurun Yesus dicobai Iblis” (ay. 2). Ada tiga pencobaan yang merupakan usaha Iblis untuk menggoda kesetiaan Yesus kepada Bapa. Kalau kita perhatikan pencobaan yang dialami Yesus mengikuti tiga pola yang umum dialami semua manusia, yaitu:

o          Ayat 3-4 (Mengubah batu menjadi roti)

Pencobaan pertama, berfokus pada kebutuhan fisik Yesus. Iblis menggoda Yesus untuk menggunakan kuasa-Nya untuk memenuhi kebutuhan pribadi-Nya yang pada saat itu sedang lapar. Namun, Yesus menanggapi dengan mengutip ayat dari Ulangan 8:3 "Manusia hidup bukan dari roti saja," yang menunjukkan bahwa hidup manusia tidak hanya bergantung pada kebutuhan fisik, tetapi juga pada Firman Tuhan. Ini menegaskan bahwa ketaatan kepada Allah lebih penting daripada kebutuhan fisik. Kehidupan rohani prioritas di atas kebutuhan jasmani.

o          Ayat 5-8 (Penyembahan kepada Iblis untuk memperoleh kekuasaan dunia)

Pencobaan kedua, iblis menunjukkan semua kerajaan dunia dan menawarkan kekuasaan atasnya jika Yesus menyembahnya. Iblis menawarkan jalan pintas kepada Yesus untuk memperoleh kekuasaan. Jawaban Yesus mengutip Ulangan 6:13, menegaskan bahwa hanya Allah yang patut disembah. Yesus menolak godaan untuk mencari kemuliaan duniawi yang tidak sesuai dengan kehendak Bapa.

o          Ayat 9-12 (Melompat dari bubungan Bait Allah)

Pencobaan ketiga, Iblis mencobai Yesus untuk membuktikan identitas-Nya dengan cara spektakuler yang akan memaksa Tuhan untuk melindungi-Nya, yaitu iblis membawa Yesus ke Yerusalem dan meminta-Nya melompat dari bubungan Bait Allah. Iblis mengutip Mazmur 91:11-12 dengan cara yang salah, karena ayat tersebut berbicara tentang perlindungan Allah dalam hidup yang taat kepada-Nya, bukan untuk menguji Tuhan. Yesus menanggapi dengan mengutip Ulangan 6:16, yang mengingatkan bahwa manusia tidak boleh mencobai Tuhan.

Hasil Pencobaan: Yesus menang atas Iblis karena Dia tetap setia kepada Firman Tuhan dan tidak tergoda oleh jalan pintas atau kuasa duniawi. Pencobaan ini menunjukkan kesempurnaan Yesus sebagai Anak Allah yang taat sepenuhnya kepada kehendak Bapa.

Ogen: Mazmur 27:1-6

Mazmur ini menyatakan keyakinan Daud kepada Tuhan sebagai terang dan keselamatannya. Dalam konteks pencobaan, ayat ini mengajarkan kita untuk mencari perlindungan di dalam Tuhan dan mempercayai kuasa-Nya untuk menyelamatkan kita dari segala ancaman.

  • Ayat 1: Tuhan adalah terang, keselamatan, dan benteng kehidupan kita. Keyakinan ini memberi keberanian dalam menghadapi pencobaan.
  • Ayat 4-6: Daud menyatakan keinginannya untuk tinggal di rumah Tuhan, yang menunjukkan pentingnya hidup dekat dengan Tuhan dalam doa dan ibadah.

Wahyu 3:10

Dalam Wahyu 3:10, Tuhan Yesus berjanji untuk memelihara orang percaya yang setia dari saat pencobaan yang akan datang. Ayat ini mengingatkan kita bahwa kesetiaan kepada Tuhan akan membawa perlindungan dan kemenangan atas pencobaan.

Benang merah dari ketiga nas Alkitab (Lukas 4:1-13, Mazmur 27:1-6, dan Wahyu 3:10) adalah kesetiaan dan kebergantungan kepada Tuhan dalam menghadapi pencobaan, dengan mengandalkan Firman-Nya, Kehadiran-Nya, dan Janji-Nya untuk menjaga umat-Nya.

  1. Lukas 4:1-13 menunjukkan bahwa Yesus, sebagai Anak Allah, menang atas pencobaan dengan berpegang pada Firman Tuhan. Hal ini menekankan pentingnya Firman Tuhan sebagai senjata melawan godaan.
  2. Mazmur 27:1-6 menegaskan bahwa Tuhan adalah terang, keselamatan, dan benteng perlindungan bagi orang percaya. Daud menggambarkan keintiman dengan Tuhan sebagai kunci keberanian dan ketenangan dalam menghadapi ancaman dan pencobaan.
  3. Wahyu 3:10 memberikan janji bahwa Tuhan akan memelihara mereka yang setia dari saat pencobaan. Ini mengajarkan bahwa kesetiaan kepada Tuhan akan membawa perlindungan ilahi.

Ketiga bagian ini bersama-sama mengajarkan bahwa dalam setiap pencobaan, orang percaya harus bersandar pada Firman Tuhan, hidup dalam hadirat-Nya, dan mempercayai janji pemeliharaan-Nya. Melalui teladan Yesus, keyakinan Daud, dan janji Tuhan di kitab Wahyu, kita dipanggil untuk tetap setia, berani, dan bergantung penuh pada Tuhan.

Aplikasi

o          Kisah Yesus dicobai di padang gurun menunjukkan bahwa sebagai anak-anak Tuhan bukan berarti hidup kita luput dari pencobaan, penderitaan atau masalah. Ini bertentangan dengan ajaran populer saat ini, yang mengatakan bahwa kalau kita beriman dan taat, maka segala problem akan beres, semua penyakit akan sembuh, yang miskin akan menjadi kaya, dan sebagainya. Sama seperti seorang pelatih tinju yang memberikan sparring partner kepada petinjunya. Yesus dipimpin oleh Roh Kudus ke padang gurun, dan Dia mengandalkan kekuatan Roh untuk menang. Kita juga harus hidup dalam ketaatan kepada Roh Kudus agar dapat mengatasi pencobaan.

o          Pencobaan sering kali datang dalam bentuk godaan untuk memprioritaskan kebutuhan duniawi, mencari jalan pintas, atau menguji Tuhan. Kita dapat meneladani Yesus dengan berpegang pada Firman Tuhan dan menolak godaan yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya. Seperti Yesus yang dalam setiap pencobaan mengutip Firman Tuhan. Yesus menangkis serangan iblis dengan menggunakan Firman Tuhan. Ini menunjukkan pentingnya membaca, merenungkan, dan menghafal Firman Tuhan agar kita siap menghadapi godaan. Firman Tuhan adalah senjata/ pedang Roh (Ef. 6:17) yang harus kita gunakan pada saat iblis menyerang. Karena itu, jangan mengabaikan pemahaman Alkitab, Saat Teduh, dan banyaklah membaca buku-buku rohani yang baik. Seperti yang disampaikan Calvin: "Those who voluntarily throw away that armour, and do not laboriously exercise themselves in the school of God, deserve to be strangled, at every instant, by Satan, into whose hands they give themselves up unarmed" (Mereka yang secara sukarela membuang senjata itu, dan tidak melatih diri mereka sendiri dengan susah payah dalam sekolah Allah, layak dijerat, pada setiap saat, oleh Iblis, kedalam tangan siapa mereka menyerahkan diri mereka sendiri tanpa senjata).

o Seperti dalam Mazmur 27, kita harus selalu mencari wajah Tuhan dan tinggal dalam hadirat-Nya melalui doa, pujian, dan penyembahan.

o Wahyu 3:10 memberikan pengharapan bahwa Tuhan akan memelihara kita dalam pencobaan. Keyakinan ini memberi kita kekuatan untuk tetap setia.

Penutup

Yesus telah memberikan teladan yang sempurna dalam menghadapi pencobaan. Dengan mengandalkan Firman Tuhan, dipimpin oleh Roh Kudus, dan menjaga hubungan yang erat dengan Tuhan, kita dapat mengatasi setiap pencobaan yang datang dalam hidup kita. Kiranya kita terus setia dan percaya bahwa Tuhan adalah benteng kita, terang kita, dan keselamatan kita dalam segala situasi.

Pdt. Melda Tarigan

Runggun Bogor Barat

MINGGU 09 FEBRUARI 2025, KHOTBAH YOSUA 24:14-24 (EPIPHANIAS V)

Invocatio  :

“Lalu berkatalah Yakub kepada seisi rumahnya dan kepada semua orang yang     bersama-sama dengan dia: "Jauhkanlah dewa-dewa asing yang ada di tengah-           tengah kamu, tahirkanlah dirimu dan tukarlah pakaianmu.” (Kejadian 35:2)

Ogen  :

Kolose 3:18-25 (Tunggal)

Khotbah :

Yosua 24:14-24 (Responsoria)

Tema  :

Membawa Keluarga Menyembah Tuhan / Mabai Jabu Nembah man Tuhan

 

Dalam menjalani kehidupan, manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai pilihan. Apakah ingin menjalani hari dengan bersemangat atau berputus asa, melanjutkan sekolah atau bekerja, menikah atau melajang, bahkan pilihan tentang iman. Apakah mau percaya kepada Tuhan atau tidak. Pilihan yang tepat tentu akan membawa kebahagiaan, tetapi pilihan yang keliru akan membawa pada kesusahan dan penyesalan berkepanjangan. Khususnya dalam menjalani kehidupan beriman. Harus ada sikap yang sejalan dengan pilihan yang diambil. Jika memilih untuk beriman kepada Tuhan, maka kehidupan harus diisi dengan ketaatan menyembah Tuhan.

Menyembah Tuhan artinya tunduk pada perintahNya, penuh hormat dan pengabdian yang dijalankan dengan setia dalam kehidupan sehari-hari. Karena di setiap pengalaman hidup adalah perjumpaan dengan Tuhan. Tidak hanya secara pribadi, tetapi juga dalam keluarga. Keluarga Kristen merupakan persekutuan orang percaya yang telah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Sehingga bersama-sama, setiap anggota keluarga mengerjakan bagian kehidupan dengan setia meneladani Firman Tuhan setiap hari. Di dalam keluarga, seseorang bertumbuh secara fisik, akal budi dan rohani, sesuai karunianya masing-masing. Sehingga kehidupan keluarga Kristen harus dibawa untuk mengalami relasi yang menyembah kepada Tuhan. Melalui komitmen Yosua, akan ditampilkan bagaimana kesungguhan, membawa keluarganya menyembah Tuhan dengan setia.

ISI

Yosua 24:14-24 adalah bagian dari pidato perpisahan Yosua ketika ia sudah lanjut umur. Setelah sekian lama memimpin Israel, akhirnya mereka memasuki tanah Kanaan yang dijanjikan Tuhan (23:1). Yosua tahu bahwa bangsa Israel akan dihadapkan pada pilihan hidup termasuk kepada siapa mereka akan beribadah. Sehingga dalam kesempatan ini, Yosua mengingatkan kembali bangsa Israel akan komitmen untuk taat dan setia hanya kepada Tuhan. Komitmen ini penting diingatkan lagi oleh Yosua, karena secara pribadi dia mengakui bahwa semua keberhasilan, keselamatan yang diperoleh merupakan berkat yang mereka terima sebagai anugerah Allah (Yosua 23:1–16). Sehingga bangsa Israel tidak boleh menyimpang hati dari Tuhan. Yosua juga menyadari dalam kehidupan bangsa Israel akan ada sifat manusia yang mudah melupakan. Apalagi ketika hidup di tanah Kanaan dengan kenyamanan dan kemakmuran. Bukan lagi bangsa yang dijajah dan sudah menetap di satu wilayah yang baik untuk membangun kehidupan, keluarga dan masa depan yang penuh berkat. Tentunya Yosua menjalankan tugasnya mengingatkan Israel agar jangan sampai segala pencapaian itu, menyebabkan komitmen kesetiaan kepada Tuhan menjadi luntur.

Yosua dengan tegas mengajak bangsa Israel untuk membaharui perjanjian di Sikhem. Dihadapan semua suku Israel, para tua-tua, para kepala, para hakin dan pengatur pasukan, mereka menghadap Allah (ay 1). Yosua menyatakan supaya orang Israel tetap teguh iman dan kesetiaannya hanya menyembah kepada Allah yang benar. Dia memberikan teladan kesetiaan harus dimulai dari diri sendiri dan setiap anggota di dalam keluarganya.

Ayat 14-15 Pilihan Yosua untuk bersama keluarganya menyembah Allah.

Yosua memberi ajakan kepada orang Israel untuk tetap takut akan Tuhan dan beribadah kepadaNya dengan tulus ikhlas dan setia. Menjauhkan allah yang dahulu disembah nenek moyang sewaktu di Mesir, yaitu lembu emas yang melambangkan Apis, dewa kesuburan. Dewa-dewa Mesopotamia di seberang Sungai Efrat seperti Marduk, dewa utama bangsa Babilon dan Bel yang serupa dengan Baal, dewa kesuburan bangsa Kanaan. Yosua tidak hanya bertanya tentang pilihan bangsa Israel, namun lebih dahulu dia menyatakan pilihannya agar menjadi teladan bagi bangsanya. Yosua memilih bersama dengan seisi rumahnya, akan beribadah kepada Tuhan. Ini menjadi komitmen Yosua dan keluarganya. Pilihan untuk bertekun di dalam iman dan menaati Tuhan akan selalu dibaharui agar tidak mudah dilupakan.

Ayat 16-18 Jawaban bangsa Israel

Atas pertanyaan kepada siapa Israel akan beribadah, dijawab seperti apa yang telah dikatakan Yosua sebelumnya. Bahwa kiranya jauhlah kehendak untuk meninggalkan Tuhan. Bangsa Israel berjanji hanya melayani Tuhan yang telah lebih dulu menunjukkan kuasa dan kasihNya menyertai kehidupan mereka. Bangsa Israel mengakui karya Tuhan yang telah menuntun keluar dari tanah Mesir, melakukan tanda-tanda mujizat, serta melindungi mereka di sepanjang perjalanan dan mengantarkan dengan selamat ke Kanaan. Hal ini tentu menjadi alasan yang mendasar dan kuat untuk setia memilih beribadah kepada Tuhan. Sehingga dengan semangat bangsa Israel mengaku, Tuhan adalah Allah yang patut disembah.

Ayat 19-24 Memantapkan komitmen beribadah Kepada Tuhan

Jawaban Israel menjadi tanda keyakinan akan keputusan dan komitmen yang diambil. Namun Yosua menyikapi dengan cara berbeda. Dia tidak langsung bersorak dan memuji apa yang dikatakan umat Israel, sekalipun jawaban mereka tepat. Tetapi Yosua menekankan kembali dengan mempertanyakan kesanggupan Israel mengerjakan janjinya. Yosua seakan meragukan Israel dan mematahkan semangat mereka berkomitmen. Tetapi Yosua sama sekali tidak bermaksud mengecilkan bangsanya. Yosua tahu bagaimana karakter bangsanya, sehingga tantangan pertanyaan itu adalah untuk meneguhkan Israel menjadi saksi atas keputusan mereka sendiri. Dengan kata lain, Yosua mengingatkan bahwa setiap keputusan akan ada konsekuensi. Termasuk jika kemudian mereka meninggalkan Tuhan, mengingkari janji, maka kehancuran sebagai bangsa akan menjadi upah mereka. Sehingga pilihan untuk menyembah Tuhan merupakan pilihan yang tepat namun harus juga dijalankan dengan kesetiaan. Keputusan itu haruslah datang dari kehendak diri sendiri bukan sekedar ikut-ikutan. Karena pertanggungjawabannya ada pada diri yang bersangkutan.

Oleh karena itu, untuk menjalankan komitmen tersebut, Yosua menggunakan dua kata kerja yang berlawanan satu dengan yang lainnya, yaitu “jauhkanlah” dan “condongkanlah”. Jauhkan diri dari allah-allah lain dan condongkan hati/mendekatkan diri kepada Tuhan. Bangsa Israel telah kembali menjawab pilihannya, untuk beribadah kepada Tuhan saja. Jawaban penuh semangat itu tidak cukup, karena berkomitmen harus dibarengi usaha dan perjuangan yang sungguh. Apa yang diucapkan Israel harus membawa perubahan hidup. Sehingga sekalipun mereka mengalami berbagai situasi yang dapat saja berubah-ubah, kesetiaan kepada Tuhan tidak boleh hilang. Inilah pembaharuan janji Israel setelah tiba di Kanaan. Yosua memberi teladan membawa keluarganya menyembah Tuhan, agar seluruh bangsanya pun menyatakan hal serupa.

Kolose 3:18-25 menyatakan panggilan untuk menyembah Tuhan menjadi keharusan secara pribadi juga dalam keluarga. Paulus menyatakan hubungan antara anggota-anggota rumah tangga berdasar pada Kasih Kristus. Otoritas tertinggi keluarga bukanlah manusia tetapi Kristus. Sehingga relasi antar anggota keluarga, baik antar suami – istri maupun antar orang-tua – anak, berlandaskan Kristus.

Peran istri adalah sebagai pendamping suami berada di bawah pimpinan suaminya, tetapi tidak melampaui yang seharusnya menurut Tuhan (ayat 18). Sekalipun suami juga seorang pemimpin keluarga, dia pun tidak dapat berlaku sewenang-wenang, karena dasar kepemimpinannya sebagai kepala keluarga adalah kasih Kristus (ayat 19). Kasih memampukan suami tidak bersikap demi dirinya sendiri, tetapi demi kebaikan orang yang dikasihinya. Anak-anak pun mempercayakan hidupnya kepada orang tuanya yang lebih dahulu belajar tentang arti hidup menyembah Tuhan (ayat 20). Dalam proses pertumbuhannya anak-anak menemukan diri dan mampu menghadapi hal-hal baru dalam bimbingan orang tuanya. Sehingga seorang ayah tidak boleh menyakiti anaknya tetapi wajib membimbing di dalam kelemahlembutan, sehingga anaknya menyaksikan kebenaran Tuhan melalui orang tuanya (ayat 21). Teguran dan nasihat dimengerti anak-anak bukan sebagai suatu hal yang membatasi keinginan dan perkembangannya, tetapi mempersiapkan dan menempa anak-anak menjadi pribadi yang mengenal Tuhan melalui keluarga.

Di dalam keluarga merupakan tempat yang aman untuk bersaat teduh saat ada badai kehidupan. Didalamnya juga terjadi proses mentransfer nilai-nilai yang penting dalam menjalani kehidupan dan di dalam keluarga juga merupakan tempat munculnya permasalahan juga sumber penyelesaiannya. Karena tidak ada keluarga yang terbebas dari permasalahan hidup, maka landasan kita adalah relasi dengan Tuhan. Meminjam istilah Andar Ismail tentang situasi keluarga haruslah “Ribut Rukun”. Demikianlah kita bisa melihat bagaimana pentingnya lembaga keluarga yang didasari dengan menyembah Tuhan, akan menjadi benteng pertahanan iman akan segala bentuk pengalaman hidup.

Penutup

Keluarga yang dibawa menyembah kepada Tuhan adalah suatu hal yang sangat indah dan itu perintah Tuhan bagi umatNya. Menyembah Tuhan, menjadi tanggung jawab setiap umat Tuhan khususnya dalam keluarga. Dimulai dari membiasakan untuk berdoa, membaca Alkitab, bernyanyi memuji Tuhan, mengikuti ibadah, ambil bagian dalam pelayanan, saling mendukung dan bersaksi bersama tentang kasih Tuhan. Oleh sebab itu untuk kita membawa keluarga untuk setia menyembah Tuhan sebagai keharusan. Tentu ada beberapa hal yang kita perhatikan mengenai arti menyembah Dia.

  1. Menyembah Tuhan harus berdasarkan kesadaran takut akan Tuhan. Seperti apa yang ditekankan oleh Yosua, ada pengakuan akan kuasa dan karya Tuhan yang membuat kita menghormati Dia. Hormat akan Tuhan tampil dalam kehidupan sehari-hari ditengah keluarga yang taat beribadah, berdoa juga menjalankan Firman Tuhan. Karena menyadari bahwa Tuhan yang sangat Agung dan Mulia. Menyembah Tuhan dengan penuh penghormatan bukan seremonial melainkan pengenalan.
  1. Menyembah Tuhan dengan hati tulus dan setia. Sikap yang tulus dan setia merupakan cerminan kemurnian. Menyembah Tuhan membuat setiap apa yang kita lakukan berdasarkan kepada Tuhan dan bukan kepada manusia. Menyembah Tuhan bukan sekedar karena takut hukuman, takut mendapat gunjingan, takut tampak berbeda. Melainkan hidup mengalami panggilan dan kerelaan hati merasakan dan menyaksikan kasih Tuhan. Bukan karena paksaan atau agar dilihat dan dipuji orang. Nilai ketulusan dan ini menjadi dasar pengajaran iman di dalam keluarga. Sehingga apa pun yang dihadapi di dalam pergumulan keluarga dan perubahan situasi hidup, tetap tulus menyembah Tuhan dan hidup setia dalam iman.
  1. Menyembah Tuhan artinya melaksanakan peranan masing-masing dalam keluarga. Seperti Yosua adalah contoh bagi bangsanya, dia mengerjakan peran sebagai kepala keluarga yang memimpin keluarganya berkomitmen menyembah Allah. Juga menjalankan peran sebagai pemimpin bangsa untuk membawa keluarga besar bangsa Israel turut menyembah Tuhan dengan setia. Maka di dalam keluarga ada peranan masing-masing anggota. Seperti Paulus nyatakan bagi jemaat Kolose, suami, isteri, anak, orang tua bahkan setiap orang yang hidup bersama sebagai keluarga harus mengikat persekutuannya dalam kasih dan hormat kepada Kristus.

Khususnya dalam Minggu Epifanias ini Tuhan telah menyatakan diriNya hadir dalam setiap keluarga orang percaya. Kemuliaan Tuhan harus tercermin dalam hidup umatNya. Maka jika kita harmonis dengan Tuhan akan menjalin pula keharmonisan dalam keluarga. Membawa keluarga untuk menyembah Tuhan harus dimulai dari komitmen diri dalam peran masing-masing. Setiap anggota keluarga bertanggung jawab menjalin relasi yang dekat dengan Tuhan. Agar sebagai seorang bapak, kita dapat menjalankan peran membawa keluarga untuk menyembah Tuhan, begitu pula menjadi seorang ibu, anak-anak dan anggota keluarga lainnya.

Terlebih dalam hal komitmen iman, keteladanlah menjadi hal yang paling diperlukan oleh anak-anak sebagai khotbah yang hidup. Tanpa teladan dari orang tua, semua nasehat, didikan iman, hanya menjadi teori yang tidak berguna, malah dapat menjadi batu sandungan. Sebab pada dasarnya teladan hidup itu berbicara lebih kuat dan berdampak lebih besar dari pada sekedar sebuah nasehat yang bagus. Maka mintalah hikmat kepada Tuhan dalam perenungan Firman dan doa, agar setiap kita dapat berucap seperti komitmen Yosua : “….Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!”. Terpuji Tuhan, amin.

Pdt Deci Kinita br Sembiring

Runggun Studio Alam

MINGGU 02 FEBRUARI 2025, KHOTBAH EFESUS 4:20-32 (EPIPHANIAS IV)

“Allah adalah dahsyat dari dalam tempat kudus-Nya; Allah Israel, Dia mengaruniakan kekuasaan dan kekuatan kepada umat-Nya. Terpujilah Allah!” (Mazmur 68: 36)

Bacaan :

Ulangan 4: 1-10 (Tunggal)

Khotbah :

Efesus 4: 20-32 (Antiponal)

Tema :

“KENAKANLAH MANUSIA BARU”

 

Pengantar

Epifani artinya penampakan atau pewujudnyataan. Dalam Minggu-minggu Epifani kita merenungkan dan menghayati inkarnasi Kristus, Sang Firman Allah yang Hidup. Beberapa waktu lalu kita merayakan Natal, kelahiran Yesus Kristus. Bayi yang lahir itu, tidak terus menerus berbaring di palungan. Bayi itu, Yesus, tumbuh menjadi teladan sempurna dan menjadi Juruselamat yang menebus manusia dari dosa. Minggu-Minggu Epifania membawa kita lebih mengenal Kristus sebagai pewujudnyataan Allah bagi dunia.

Penjelasan Teks

Efesus 4: 20-32

Jemaat Efesus ada orang Yahudi dan non-Yahudi, dan beberapa diantara orang Efesus adalah penyembah dewi Artemis. Ketika Paulus menginjili orang Efesus, mereka menerima Yesus, tapi ternyata pola hidup lama tidak ditinggalkan dengan total. Beberapa diantara mereka masih akrab dengan gaya hidup yang tidak pantas, seperti saat belum menerima Injil. Pesan kuat Rasul Paulus dalam surat ini, bahwa orang yang sudah mengenal Kristus seharusnya:

  1. Tidak sama dengan yang tidak mengenal Allah. Bangsa yang tidak mengenal Allah, hidupnya sesuai kehendak sendiri. Kesenangan yang dikejar adalah kesenangan pribadi, tanpa ada pengendalian diri dan kompas moral. Orang percaya tidak demikian. Orang percaya harusnya mengejar menyenangkan hati Tuhan.
  2. Pengenalan akan Kristus dibutuhkan: mendengar tentang Dia, menerima pengajaran tentang Dia. Pengenalan yang benar akan Kristus membawa pada pembaruan: cara pikir, arah hidup, kebenaran. Pembaruan terlihat dalam ketaatan, artinya kebenaran itu dihidupi. Orang yang belajar tentang Kristus, harus menunjukkan teladan hidup Kristus, bahkan hidupnya berpusat pada Kristus. Ciptaan baru yang diciptakan dalam kebenaran dan kekudusan.
  3. Ketaatan dibuktikan dalam perubahan praksis kehidupan. Diperbarui oleh Tuhan sendiri. Inilah yang dinamakan manusia baru, yang identitasnya dipaparkan dengan rinci. Mengenakan manusia baru, berarti menghidupi identitas baru di dalam Kristus.
  • Buanglah dusta: perkataan dusta membuat orang tidak bisa dipercaya lagi, dan itu merusak pertemanan bahkan persaudaraan. Sesama anggota berkatalah benar seorang kepada yang lain.
  • Kendalikan amarah: marah itu bukan/belum dosa. Dikatakan di sini, jika kamu menjadi marah, jangan sampai berbuat dosa. Ketika ada kecurangan, ketidakadilan, wajarlah kalau kita marah. Tetapi orang marah mudah dipengaruhi Iblis, karena saat marah itulah kesempatan Iblis untuk membuat kemarahan kita menjadi destruktif (mengeluarkan kata-kata kasar dan menghancurkan barang-barang, kekerasan fisik, dll). Belajar mengendalikan amarah, belajar untuk marah tanpa marah-marah.
  • Pertobatan total: orang yang mencuri bukan hanya berhenti mencuri, lebih dari itu ia harus berubah total dari orang yang mengambil milik orang lain menjadi orang yang memberi kepada orang lain. Dari yang merugikan, jadi yang memberkati.
  • Perkataan/tutur kata: jangan perkataan kotor, melainkan pekerjaan yang membangun dan saat diperlukan. Ukuran yang menjadi pertimbangan adalah: apakah ucapan saya baik, benar, dan membangun. Agar yang mendengarnya beroleh kasih karunia. Artinya perkataan kita harus membawa orang mengenal Tuhan Allah dan kasihNya yang Ajaib.
  1. Jangan mendukakan Roh Kudus Allah: tanda materai sebagai tanda sah jadi milik Tuhan Allah, dan beroleh keselamatan. Oleh karena itu, hidup orang yang sudah diperbaharui juga harus dibersihkan dari segala kejahatan. Kepahitan dan kemarahan digantikan kasih mesra dan keramahan. Kegeraman, pertikaian, fitnah, semua dibuang. Semua ini mungkin dilakukan karena dalam hidup baru, teladan adalah Yesus Kristus. Saling mengampuni sebagaimana Kristus sudah mengampuni lebih dulu.

Ulangan 4: 1-10

Perintah dan ketetapan Tuhan, jangan dikurangi jangan ditambahi. Ketaatan itu seharusnya tidak pilih-pilih. Jangan hanya mengikuti sebagian perintah Tuhan dan mengabaikan bagian lainnya, berat sebelah sesuai selera manusia. Allah meminta umatNya mengingat setiap perintah yang sudah diajarkan, agar tetap dijalankan ketika umatNya memasuki negeri yang dijanjikan itu, dan diajarkan turun temurun kepada anak, cucu, dan cicit bangsa Israel. Ini mengajarkan kita pentingnya mengajarkan Firman Tuhan kepada generasi muda, dan karena itu generasi terdahulu harus punya pengetahuan yang mendalam tentang iman percayanya pada Tuhan. Mempelajari Firman Tuhan dan mengajarkannya kepada generasi muda adalah hal yang harus terus dilakukan hingga saat ini.

Pointer Aplikasi

  1. Mari terus belajar mengenal Kristus dengan pengenalan yang benar, bukan gambaran ekspektasi kita. Kitalah ciptaan Tuhan, maka jangan ciptakan Tuhan versi kita, yang menjawab dan mengabulkan segala yang kita minta. Minggu Epiphanias membawa kita dalam perenungan akan Allah yang menyatakan diriNya, melalui Yesus Kristus Ketaatan kita lahir dari pengenalan yang benar akan Kristus.
  2. Adanya yang baru tidak selamanya meniadakan yang lama. Misalnya Alkitab, Perjanjian Baru tidak membuat Perjanjian Lama menjadi tidak digunakan lagi. Tapi dalam beberapa hal, ketika ada yang baru, yg lama harusnya tidak ada lagi. Hidup baru, dimengerti dengan pemahaman “menggantikan yang lama”. Sudah semestinya orang yang sudah menerima Kristus, mengalami perubahan yang adalah pekerjaan Roh Kudus dalam dirinya. Allah sendiri yang bekerja. Menolong dan mengubahkan. Perubahan itu bukan semata-mata karena usaha, komitmen, situasi manusia. Tetapi karena Allah sendiri bekerja di dalam kita.
  3. Manusia baru terlihat dari cara hidup berdampingan dan berinteraksi dengan orang lain. Berkata jujur, ramah, saling menolong, saling mengampuni. Hendaknya kita menjadi si peramah bukan si pemarah. Ada cerita seorang perempuan muda yang sudah bekerja, ia punya ciri khas ramah. Ia senang menyapa siapa saja yang ditemuinya, tanpa menunggu orang menyapa lebih dulu. Suatu hari di tempat kerjanya ia terkunci di sebuah ruangan pendingin yang kedap suara, menjelang jam pulang kerja. Ia berteriak minta tolong sekuat-kuatnya tapi tidak ada yang mendengar. Hari mulai malam dan ia mulai kedinginan. Tiba-tiba ada seorang security yang membukakan pintu ruangan pendingin itu, dan perempuan muda itu selamat. “Kenapa Bapak bisa tahu saya ada di dalam? Memangnya teriakan saya kedengaran?” ia bertanya dengan heran. Jawab security itu “Sore ini saya tidak mendapat sapaan ramah yang biasanya anda berikan. Sampai hari mulai gelap tidak kunjung ada, saya yakin ada sesuatu yang tidak beres. Maka saya memeriksa setiap ruangan, ternyata anda ada di ruangan ini.” Demikianlah keramahan dapat menyelamatkan nyawa seseorang. Maka ramahlah kita seorang kepada yang lain.
  4. Manusia baru utamanya terlihat dari perubahan pusat hidupnya. Kristus menjadi pusat kehidupan. Firman Tuhan menjadi makanan utama yang tidak bisa di Melayani Tuhan adalah kerinduan. Dan dalam segala yang dikerjakan oleh tangannya, nama Tuhan saja dimuliakan.

Penutup

Lagu rohani “Hidupku bukannya aku lagi, tapi Yesus dalamku.” sepertinya merangkum renungan Minggu ini. Manusia baru itu bukanlah tampak luar. Kita tetap dengan kartu identitas yang sama, hidup di rumah yang sama, wajah sama, tetapi dalam Kristus kita jadi manusia baru, yang diperbaharui hari demi hari. Karakter kita semakin menyerupai Kristus. Allah telah menyatakan diriNya, bukalah hati dan biarkan RohNya bekerja membaharui hidup kita. Amin.

                                                                                                            Pdt Yohana br Ginting

                                                                                                            GBKP Rg Cibubur

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD