• WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.57

  • 20170204 143352
  • 1 peresmian rumah dinas surabaya
  • WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.58
  • pencanangan tahun gereja bks dps
  • WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.57 1
  • BPMK GBKP KLASIS BEKASI DENPASAR PERIODE 2020-2025
  • PERESMIAN RUMAH PKPW GBKP RUNGGUN SURABAYA

Jadwal Kegiatan

Kunjungan Moderamen GBKP ke GBKP Klasis Bekasi-Denpasar

Minggu 14 Mei 2017:

1. GBKP Runggun Bandung Pusat

2. GBKP Runggun Bandung Timur

3. GBKP Runggun Bandung Barat

4. GBKP Runggun Bekasi

5. GBKP Runggun Sitelusada

MINGGU 08 SEPTEMBER 2024, KHOTBAH 2 TIMOTIUS 2:20-26

Invocatio :

Semoga anak-anak lelaki kita seperti tanam-tanaman yang tumbuh menjadi besar pada waktu mudanya; dan anak-anak perempuan kita seperti tiang-tiang penjuru, yang dipahat untuk bangunan istana! (Masmur 144:12).

Bacaan :

Keluaran 33:7-11 (Tunggal)

Tema :

Melakukan KEHENDAK ALLAH/ NDALANKEN SINGENA ATE TUHAN

 

 

I. KATA PENGANTAR

Persadaan Man Anak Gerejanta (PERMATA GBKP) adalah salah satu persekutuan kategorial bagi Pemuda GBKP. Kehadiran PERMATA GBKP ditengah-tengah GBKP adalah sebagai tanda kasih setia Allah terhadap kesinambungan gerejaNya ditengah-tengah dunia ini. PERMATA GBKP juga merupakan jemaat kini dan masa yang akan datang yang senantiasa harus mempersiapkan diri dan berusaha memahami panggilan bersaksi, bersekutu dan melayani dari Tuhan Allah terhadap dirinya masing-masing agar mereka mewujudnyatakan Kehendak Allah ditengah-tengah gereja, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Nas khotbah kita hari ini mengajarkan tentang surat Rasul Paulus yang kedua kepada Timotius. Is surat Rasul paulus kepada Timotrius dalam surat yang kedua ini lebih banyak tentang nasehat kepada Timotius sebagai orang muda yang dipakai Tuhan menjadi kawan sekerja Paulus dalam pelayanan.

Isi pokok pengajaran atau nasehat Paulus kepada Timotius adalah tentang ketabahan dan kesabaran. Paulus tetap menasehati dan mendorong Timotius agar tetap tekun bersaksi tentang Yesus Kristus, tetap memegang teguh pengajaran tentang berita keselamatan, supaya tetap menjalankan tanggungjawabnya sebagai seorang guru dan mengabarkan berita keselamatan sekalipun harus menghadapi penderitaan dan perlawanan dari orang banyak.

Paulus menasehati Timotius agar Timotius meneladani kehidupan Paulus dalam hal iman, kesabaran, kasih, ketabahan, dan dalam penderitaannya ketika dikejar-kejar karena memberitakan Injil.

Hal ini disampaikan Paulus kepada Timotius karena Timotius menghadapi persoalan yang tidak mudah dalam pelayanannya. Ia berhadapan dengan para pengajar sesat yang suka bersilat lidah dan mengacaukan (14), suka omongan kosong, dan hidup penuh kefasikan (16-18). Paulus menasihatkan Timotius agar berusaha menjadi pekerja Kristus yang pantas sehingga para pengajar sesat itu tidak menemukan celah untuk menjatuhkan Timotius dan mencemarkan nama Tuhan.

Dalam rangka menjadi pekerja Kristus yang layak, Paulus menasihatkan dua hal kepada Timotius, yaitu: Pertama, bijak dalam perkataan (14-19, 23-26). Artinya, tidak malu memberitakan kebenaran (15), tidak mempertengkarkan hal-hal yang tidak layak (23-24), dan melayani dengan kelemahlembutan (25). Kedua, menjaga kesucian (20-22) dengan menjauhi nafsu, mengejar keadilan, kesetiaan, kasih, dan kedamaian (22). Perhatikan bahwa di tengah peliknya persoalan yang ditimbulkan oleh para pengajar sesat di Efesus, Timotius didorong untuk menghadapi mereka dengan bijaksana dan tidak dengan kekerasan (25). Meski ada beberapa orang yang dengan jelas telah menyimpang dari kebenaran (17-18), namun Paulus menasihatkan Timotius untuk menghadapinya dengan lemah lembut (25). Dengan demikian, mungkin saja Tuhan memberi kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan mengenal kebenaran yang sejati. Orang-orang itu dapat tersesat akibat jerat Iblis yang menjerumuskan mereka (26). Paulus kemudian menggunakan sebuah metafora untuk menjelaskan tentang pelayanan. Pelayanan Tuhan diumpamakan sebagai sebuah rumah besar dengan beragam jenis perangkat: ada yang mulia, terbuat dari perak dan emas, juga ada yang kurang mulia, terbuat dari kayu dan tanah liat (ayat 20). Sebagai penjelasan tentang metafora itu, Paulus menyatakan bahwa Allah sebagai pemilik semua perangkat itu akan menggunakan perangkat-perangkat yang mulia untuk tujuan yang mulia, asal mereka memang membuktikan bahwa diri mereka pantas dimuliakan (ayat 21).

Berkenaan dengan tugasnya menyucikan diri untuk pelayanan, Timotius harus meninggalkan hal-hal yang tidak kudus dan mengejar serta mengupayakan kualitas-kualitas hidup sebagai manusia Allah (ayat 22, bdk. 1Tim. 6:11) karena mereka tidak hadir dengan sendirinya dalam diri seseorang. Sebagai pemimpin jemaat, Timotius juga tidak diharapkan terlibat dalam perdebatan-perdebatan "tidak berpendidikan," dan tidak berguna. Intinya, sikap Timotius haruslah lemah lembut, tidak terpancing masuk ke dalam pusaran pembicaraan yang sifatnya spekulatif belaka. Ia harus menjadi pengajar yang mantap, tenang, dan akhirnya mampu membawa mereka yang tersesat kembali ke dalam iman yang sejati. Bahkan dalam bacaan kita yang pertama juga disampaikan bagaimana respons Musa sangat menarik. Ia tidak bisa berjalan tanpa Allah. Ia merasa tidak mampu kalau Allah tak ikut serta. Itu sebuah indikasi bahwa Musa sangat bergantung kepada- Nya. Tanpa Allah, Musa adalah manusia biasa yang lemah. Lebih baik Musa diam daripada harus melangkah tanpa Dia. Dari pengalaman Musa, kita bisa belajar satu hal paling penting dalam kerangka formasi spiritual. Prinsip itu adalah betapa pentingnya penyertaan Allah dalam setiap aktivitas kita. Sebelum memulai pekerjaan apa pun, kita harus memastikan bahwa Allah beserta kita. Jika ada sedikit keraguan bahwa Allah meninggalkan, kita layak meniru Musa, yaitu berdiam diri dan memohon agar Allah menyertai kita. Dalam bacaan kita yang pertama dikatakan bahwa kalau Allah enggan hadir dalam pekerjaan kita, itu mengindikasikan dua hal. Pertama, kita membuat Allah murka. Kedua, Allah tidak merestui pekerjaan itu. Untuk mendeteksi ini, kita pun harus meniru Musa juga, yaitu bergaul karib dengan-Nya. Kita harus akrab berbicara dengan Allah seperti berbicara kepada sahabat. Relasi yang akrab akan menajamkan kepekaan kita dalam mendengar suara-Nya.

Tema kita pada Minggu Permata dan dalam HUT Permata yang ke 76 tahun ini adalah melakukan Kehendak Allah. Dalam nas khotbah dan bacaan kita yang pertama mengajarkan kepada kita bahwa yang harus kita lakukan khususnya sebagai Permata Generasi Penerus Gereja dan penerus bangsa adalah jadilah perangkat yang mulia yang terbuat dari perak dan emas yaitu hidup bijak dalam perkataan artinya tidak malu memberitakan kebenaran, tidak mempertengkarkan hal-hal yang tidak layak, dan melayani dengan kelemahlembutan, menjaga kesucian dengan menjauhi nafsu, mengejar keadilan, kesetiaan, kasih, dan kedamaian. Dengan demikian Allah sebagai pemilik semua perangkat itu akan menggunakan perangkat-perangkat yang mulia untuk tujuan yang mulia, asalkan kita memang membuktikan bahwa diri mereka pantas dimuliakan.

Hendaklah sebagai Permata tetap menjalin hubungan yang akrab dengan Tuhan melalui persekutuan kita dengan Tuhan sehingga kita akan selalu mengandalkan Tuhan dalam hidup kita. Sebagai Permata hendaknyalah kita senantiasa sadar bahwa kita tidak akan mampu hidup tanpa Tuhan. Sebagai Permata hendaknyalah kita meneladani Paulus yang iman, kesabaran, kasih, ketabahan, dan dalam penderitaannya ketika dikejar-kejar karena memberitakan Injil dan meneladani Musa yang mengatakan bahwa kita tidak bisa berjalan tanpa Allah, kita tidak mampu kalau Allah tak ikut serta, kita harus bergantung kepada- Nya, dan kita harus sadar bahwa kita adalah manusia biasa yang lemah tanpa Allah.

Oleh sebab itu supaya anak-anak kita dapat memuliakan Tuhan dan menyenangkan hati orang tua, hendaknyalah orang tua juga hadir menjadi sosok yang mampu menjadi teladan bagi anak-anak seperti yang dilakukan Paulus, dimana Paulus hadir menjadi orang tua yang dapat diteladani dan menjadi orang tua yang mampu memberikan nasehat agar anak-anak mereka tetap kuat dalam penderitaan yang mereka hadapi dan mereka memiliki roll model seperti yang dilakukan Paulus kepada Timotius. Karena Masmur 128 mengatakan bahwa orang yang takut akan Tuhan maka anak-anaknya akan seperti tunas pohon Zaitun di sekeliling mejanya. (bnd. Mazmur 128:3).

Dengan demikian anak-anak kita akan menjadi anak-anak Permata yang diberkati dan menjadi kesaksian bagi setiap orang. Seperti yang disampaikan dalam invocatio kita, ”Semoga anak-anak lelaki kita seperti tanam-tanaman yang tumbuh menjadi besar pada waktu mudanya; dan anak-anak perempuan kita seperti tiang-tiang penjuru, yang dipahat untuk bangunan istana!” (Masmur 144:12). Artinya Sungguh menyenangkan melihat anak-anak Permata seperti tanaman, bukan seperti ilalang, bukan seperti duri. Untuk melihat mereka seperti tanaman yang tumbuh besar, tidak layu dan hancur. Untuk melihat mereka berbadan sehat, lincah, menyenangkan, dan terutama saleh, dapat menghasilkan buah bagi Allah dalam kehidupan mereka. Untuk melihat mereka pada waktu muda mereka, pada masa pertumbuhan mereka, bertumbuh dalam segala hal yang baik, bertumbuh semakin bijak dan baik, hingga mereka bertumbuh kuat di dalam roh. Juga tak kalah senangnya melihat anak-anak perempuan seperti tiang-tiang penjuru, atau batu-batu penjuru, yang dipahat untuk bangunan istana, atau bait suci. Melalui anak perempuan, keluarga dipersatukan dan dihubungkan, untuk saling menguatkan, sama seperti bagian-bagian dari sebuah bangunan dipersatukan dan dihubungkan oleh batu-batu penjuru. Dan apabila mereka anggun dan cantik baik dalam tubuh maupun pikiran, maka mereka benar-benar dipahat untuk sebuah bangunan yang indah dan menakjubkan. Ketika kita melihat anak-anak perempuan kita matang dan memiliki hikmat serta kebijaksanaan, seperti batu-batu penjuru yang dilekatkan pada bangunan, ketika kita melihat mereka dipersatukan dengan Kristus melalui iman, sebagai batu penjuru utama, dihiasi dengan anugerah-anugerah Roh Allah, dan ini merupakan pemolesan terhadap apa yang secara alami kasar, dan menjadi perempuan yang beribadah, ketika kita melihat mereka dimurnikan dan disucikan bagi Allah sebagai bait-bait yang hidup, maka kita merasa bahagia di dalam mereka. Amin

MINGGU 25 AGUSTUS 2024, KHOTBAH AYUB 1:1-5

Infocatio :

Ayah seorang yang benar akan bersorak-sorak; yang memperanakan orang-orang yang bijak akan bersukacita karena dia (Amsal 23:24)

Ogen :

Matius 17:14-18 (Tunggal)

Tema :

Bapa Si Notoken Jabu / Bapa Yang Mendoakann Keluarga

 

I. Pendahuluan

Salah satu harapan manusia adalah mencapai kesempurnaan hidup dengan ukuran umum: kaya raya, baik hati, dan memiliki anak laki-laki dan Perempuan. Perkembangan jaman serta pola hidup konsumtif dan hura-hura sudah menjadi bagian dalam kehidupan generasi muda zaman ini. Biasanya rentetan pola hidup semacam ini adalah semakin menjamurnya pengguna narkoba, seks bebas, dlsb. Dalam kondisi demikian, nilai-nilai moral menjadi amburadul. Bagaimana keadaan keluarga, masyarakat, dan bangsa di masa depan jika generasi muda bertindak amoral? Bagi orang tua, memenuhi kebutuhan hidup keluarga adalah sebuah tanggung jawab. Namun, berapa banyak di antara orang tua hari ini yang bersedia mengorbankan waktunya tiap-tiap hari, di tengah kesibukan yang ada, untuk berdoa secara khusus bagi anak-anak yang Tuhan percayakan?

Minggu Mamre mengingatkan kita akan pemeliharan Tuhan dalam hidup Abraham. MAMRE juga mengingatkan kita kepada Abraham sebagai bapa orang yang beriman yang senantiasa taat kepada Tuhan dan menampakkanya dalam ibadah, sikap hidup dimana Abraham menjamu Tuhan dengan setulus hati serta memimpin istrinya dan hamba – hambanya turut serta melayani Tuhan, keteladanan dalam keluarga dan masyarakat. Hal itu dapat kita lihat melalui kesaksian Alkitab bahwa Abraham selalu menyadari Tuhan adalah kekuatannya. Untuk itu ibadah kepada Tuhan adalah hal yang paling diutamakan di dalam kehidupannya (Kej. 13 : 18) ( Kej.18). Sikap hidup inilah merupakan kerinduan bagi setiap warga MAMRE GBKP. Saat ini HUT 29 tahun Mamre GBKP (26 Agustus 1995) tentunya begitu luar biasa program pelayanan yang berjalan dalam bersaksi, melayani dan berdiakoni (tri tugas gereja). Pencapaian pada keberhasilan membutuhkan waktu dan proses yang luar biasa Tuhan ijinkan.

II. Isi

  • Kotbah Ayub 1:1-5

Nama Ayub atau Yob ("Yobe") berarti Permusuhan dalam bahasa Ibrani. Kepribadian Ayub sebagaimana dikisahkan di dalam Kitab Ayub adalah: pertama, ia adalah seorang yang yang saleh dan jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Ayub dikatakan sebagai orang "yang terkaya dari semua orang di sebelah timur (Ayub 1:1-3). Kedua, ia adalah seorang yang tulus atau berintegritas. Ayub tetap setia kepada Allah dan melayani-Nya dengan ketulusannya tanpa pamrih. Kitab Ayub tergolong sebagai salah satu kitab hikmat dan syair dalam PL: "hikmat" karena membahas secara mendalam soal-soal universal yang penting dari umat manusia; "syair" karena hampir seluruh kitab ini berbentuk syair. Akan tetapi, semua syair ini berdasarkan seorang tokoh sejarah yang nyata (lih. Yeh 14:14,20) dan suatu peristiwa sejarah yang nyata (lih. Yak 5:11). Tempat terjadinya peristiwa dalam kitab ini ialah "tanah Us" (Ayub 1:1) yang kemudian menjadi wilayah Edom, terletak di bagian tenggara Laut Mati atau di sebelah utara Arabia (bd. Rat 4:21). Kitab Ayub adalah secara dramatis tentang seorang yang baik dimana ia kehilangan segalanya dan diuji dengan berbagai cobaan untuk menemukan Allah dalam penderitaannya. Ia tibatiba jatuh miskin, sakit dan dijauhi oleh masyarakatnya. Focus renungan kita terletak pada kebaikan yang di miliki oleh Ayub.

Ayub bersungguh-sungguh dan tulus dalam hidup nya: Ia menjauhi kejahatan. Bukan tanpa dosa, seperti yang diakuinya sendiri (Ayub 9:20) “ sekalipun aku benar, mulutku sendiri akan menyatakan aku tidak benar, sekalipun aku tidak bersalah, Ia akan menyatakan aku bersalah. Tetapi, dengan menghormati semua perintah Allah dan bertujuan untuk berperilaku sebaik mungkin, dia sungguh-sungguh seorang yang baik, dan tidak bertentangan dalam kesalehannya. Hatinya tulus dan matanya lurus.  Ia makmur tetapi saleh. Kendati hal ini sukar dan langka, tetapi bukan tidak mungkin, bagi seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Bagi Allah hal ini bahkan mungkin, dan oleh anugerah-Nya cobaan kekayaan dunia bukan tidak dapat diatasi. Ia saleh, dan kesalehannya adalah teman bagi kekayaannya. Sebab kesalehan memiliki janji akan kehidupan yang sekarang. Ia kaya raya dan kekayaannya membuat kesalehannya berkilau, dan memberikan kepadanya banyak peluang lebih besar untuk berbuat baik karena kebaikan hatinya. Perbuatan salehnya adalah ucapan syukur kepada Allah atas kekayaannya.

Ayub adalah orangtua yang baik bagi anak-anaknya. Ketika anak-anak Ayub yang lelaki biasa mengadakan pesta di rumah mereka masing-masing secara bergiliran. Ketiga saudara perempuan mereka juga diundang untuk makan dan minum bersama-sama mereka. Setiap kali, apabila pesta telah berlalu, Ayub memanggil mereka, dan menguduskan mereka. Keesokan harinya, pagi-pagi, Ayub mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah mereka. Ayub berpikir: “Mungkin anak-anakku sudah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di dalam hati.” (ayat 5). Sebagai orang-tua beriman, Ayub sangat memperhatikan kesejahteraan rohani anak-anaknya. Ia memperhatikan kelakuan dan gaya hidup mereka, berdoa agar mereka terpelihara dari yang jahat dan mengalami berkat dan keselamatan Allah. Ayub menjadi contoh seorang ayah yang hatinya terarah kepada anak-anaknya dengan menyediakan waktu dan perhatian yang perlu agar mereka terhindar dari kehidupan yang berdosa. Kehidupan keluarga Ayub merupakan cerminan bagi keluarga kebanyakan yang hidup dalam kecukupan secara finansial (ayat 3-4). Terlepas dari kehidupan anak-anak Ayub, kita perlu belajar dari Ayub. Ayub peka terhadap segala kemungkinan yang dapat membawa anak-anaknya menjauh dari Tuhan.

  • Ogen Matius 17:14-18

Seorang ayah akan berusaha melakukan apa pun yang terbaik demi kesembuhan anaknya yang sedang menderita karena sakit. Seorang ayah mendapatkan Yesus dan bersujud meminta kepada Yesus agar anaknya yang sedang sakit ayan dan menderita disembuhkan oleh Yesus. Ia juga menyatakan telah membawa anaknya kepada murid-muridNya tapi mereka tidak mampu menyembuhkannya. Setelah menegur murid-muridNya, Yesus menegur anak itu, lalu keluarlah setan daripadanya, sembuhlah ia. Menarik bahwa dari kisah ini seorang ayah yang mengasihi anaknya. Kasihnya terlihat dari usahanya untuk mendapatkan kesembuhan anaknya. Penderitaan yang dirasakan anak-anak pasti akan memengaruhi hati orangtuanya, sebab anak-anak adalah darah daging mereka sendiri. Kabar Yesus yang semakin cepat berkembang dikarenakan pengajaran dan mujizat yang IA lakukan, tentu menjadikan ayah tersebut berusaha mencari berita, dan berusaha keras menemui murid-murid. Akan tetapi, karena murid-murid tidak dapat menyembuhkan anaknya, ia berusaha menemui Yesus dan menyembahNya agar anaknya memperoleh kesembuhan. Hal ini dilakukannya, karena ia sungguh mengasihi anaknya dan merasakan kesakitan yang dirasakan anak itu – anaknya telah berulang kali masuk ke dalam api dan air karena penyakitnya itu. Melalui kisah seorang ayah tersebut, beberapa hal yang dapat diperhatikan bahwa: 1) kasih itu harus terlihat dari yang kita lakukan – bukan semu. 2) ayah yang berempati, merasakan sakit dan penderitaan anaknya, sehingga apapun dilakukannya untuk kesembuhan anaknya. 

  • Invicatio Amsal 23:24

Keberhasilan seorang ayah dalam mendidik akan nyata lewat sikap , karakter juga pencapaian anak. Anak-anak yang memiliki budi pekerti yang baik secara tidak langsung akan mendatangkan sukacita bagi orang tua. Orangtua pastinya bahagia dan bangga karena mengingat usaha dan proses yang tidak mudah dalam mendidik anak, juga bahagia dan bangga karena mereka tidak akan menjadi anak yang melupakan dan menghina orang tuanya bukan hanya itu saja nilai-nilai Luhur itu juga akan berdampak terhadap orang lain saja. Kiranya sebagai orang tua tidak hanya menuntut anak-anak untuk berjuang meraih sukses kehidupan tetapi juga mendorong mereka untuk hidup dekat dengan Tuhan dan berpegang pada kebenaran Tuhan. Mungkin anak kita bukanlah seorang yang pintar secara akademis namun FirmanNya membantu dalam memahami bakat dan karunia yang dimiliki. Mungkin anak kita bukanlah seorang yang hebat, namun FirmanNya menolong dalam memilih teman bergaul yang benar dan tepat. Mungkin anak kita bukanlah seorang yang mampu bekerja dengan gesit namun FirmanNya menolong untuk bekerja dengan penuh integritas. Menjadi suatu kebanggan bagi para orang tua jika Teladan yang mereka terapkan menjadikan anak-anaknya berguna bagi orang lain. Namun perlu diingat bahwa teladan tidak muncul dalam sekejap mata kecuali dengan mengajarkan Firman Tuhan kepada anak secara berulang-ulang.

III. Aplikasi

Tema minggu Mamre : Bapa Si Notoken Jabu, tentunya sebagai orang tua akan selalu mengharapkan dan berusaha yang terbaik untuk anak dan keluarganya. Dalam renungan minggu ini mendoakan keluarga bukan hanya berdoa saja sepanjang hidup untuk keluarga, namun sikap/perhatian serta teladan hiduplah yang sangat penting di tunjukan/aplikasikan oleh orang tua secara khusus seorang ayah kepada anaknya. Maraknya kenakalan remaja pada zaman ini menjadikan orangtua harus serba ekstra dalam mendidik anak, menjaga anak-anak dari lingkungan sekitar juga kebiasan-kebiasan pemakaian hp yang berlebihan (game, media sosial), berkata kasar atau tidak sopan dsg. Tentunya anak-anak adalah tanggung jawab orangtua.

Saat tuhan mengaruniakan anak dalam keluarga kita sebagai orangtua berharap anak-anak mereka berperilaku yang baik, melikiki budi pekerti. Dalam upaya mewujudkan harapan itu orangtua harus berusaha menjadi guru dan teladan yang baik mendorong anak-anak untuk hidup dekat dengan Tuhan karena Dia lah sumber segala yang baik di dalam dunia ini. Sedari lahir orangtua mengasuh, membesarkan, dan mendidik anak-anaknya. Dalam upaya mendidik anak agar berperilaku yang baik pasti ada tantangan yang akan kita hadapi misalnya pembagian waktu antara bekerja dan memperhatikan anak ada hal yang kita korbankan dalam dilema dan penuh pertimbangan. Pergaulan mereka ataupun pergaulan anak-anak di zaman milenial yang sudah berbeda sekali dengan zaman orang tuanya apapun tantangannya satu yang pasti bahwa tugas mendidik anak-anak adalah anugerah dari Tuhan maka Allahlah yang menopang dan memperlengkapi orangtua.

Setelah dewasa orangtua tetap berperan sebagai tempat menemukan nasihat yang baik bagi anak-anaknya. Bahkan ketika orangtua sudah tiada, anak-anak masih dapat menemukan teladan yang berguna dalam hidup mereka dari apa yang orangtua lakukan semasa mereka hidup. Hubungan baik antara orangtua dengan Tuhan pastinya akan mempengaruhi kualitas hidup seorang anak ia tidak hanya akan tekun bekerja tetapi juga berkarya dengan penuh kasih, berkomitmen, lemah lembut, sabar, jujur, pantang menyerah, setia, dan mampu menguasai diri Peran orangtua terhadap kesejahteraan anak-anak sifatnya sepanjang masa.

Saat ini HUT 29 tahun Mamre GBKP (26 Agustus 1995) tentunya begitu luar biasa program pelayanan yang berjalan dalam bersaksi, melayani dan berdiakoni (tri tugas gereja). Pencapaian pada keberhasilan membutuhkan waktu dan proses yang luar biasa Tuhan ijinkan. Mamre Erdiate, Mamre Erpemere masih berkumandang dalam gereja Tuhan untuk menyatakan karya nyata Allah akan dunia ini.

Det. Elis Anggelina Br Sembiring

GBKP Perminggun Sukatani Runggun Cikarang

MINGGU 18 AGUSTUS 2024, KHOTBAH MAZMUR 92:13-16

Invocatio :

Aku kap Dibatandu, e maka Kuembah-embah kam, seh kam metua janah ubanen. Aku si njadiken kam, e maka Kutatang-tatang, Kuangkip-angkip, janah Kukelini kam

(Jes. 46 : 4)

Ogen :

Epesus 6 : 1 - 4 (Tunggal)

Tema :

Tetap Paguh Dingen Erbuah

 

 

 

Taat dan kasih

6:1 Hai anak-anak, taatilah   orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian.   6:2 Hormatilah ayahmu dan ibumu--ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: 6:3 supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi.   6:4 Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu   tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.

Masmur 92 : 13-16

  1. Orang benar akan bertunas seperti pohon korma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon.
  2. mereka yang ditanam di bait Tuhan akan bertunas di pelataran Allah kita.
  3. Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar.
  4. untuk memberitakan, bahwa Tuhan itu benar, bahwa Ia gunung batuku dan tidak ada kecurangan padaNya.

Pendahuluan

Menjadi tua? Apakah kita menyukai suatu saat kita menjadi tua? Kalu di renungkan saat menulis narasi ini saya tersenyum dan mulai mencari apa saja yang buat saya tua. Dan tertawa sendiri membayangkan saya tua dengan wajah keriput. Mengapa saya tertawa? Apakah saya merasa tidak mungkin terjadi hal tersebut? Bersama kita mempertanyakan masa tua yang seperti apa yang kita impikan? Ada kutipan nyeleneh yang berkata, “muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga.” Kelihatannya enak. Tetapi tidak sedikit kaum lansia yang justru sering uring-uringan bahkan depresi karena mengalami perubahan hidup yang drastis. Misalnya, kerja tubuh yang semakin melambat, kesepian, atau ditinggalkan orang yang disayangi. Dengan minggu Saitun ini berharap sukacita menyambut usia menua dengan kemenangan dalam KasihNya. Itu kita aminkan. Bagaimana Saitun GBKP saat ini? Sudah menerima dirinya Saitun?

Isi

Saudara saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus,

Memaknai hidup dalam usia tua dan berguna adalah kebahagiaan yang besar kata beberapa penelitian. Bukankah setiap orang ingin sukses dan bahagia sampai tua? Maka dari itu, penting sekali bagi kita untuk memperhatikan cara kita menapaki usia. Jika membaca kitab Mazmur, maka kita akan mendapati ada dua jalan hidup yang bisa kita pilih. Pertama, jalan orang fasik, yaitu orang yang jauh dari Tuhan dan hidup menuruti nafsu kedagingannya sendiri. Kedua, jalan orang benar, yaitu orang-orang yang takut akan Tuhan dan hidup menuruti perintah-Nya. Manakah yang kita pilih? Mengapa penting memahami orang fasik dan orang benar?

Orang fasik bisa terlihat lebih beruntung, tetapi Mazmur 92 menegaskan bahwa mereka sebenarnya sedang menunggu kebinasaan (ay. 8, 10). Kesuksesan hidup mereka fana, seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap (Yak. 4:14). Jadi tidak heran jika kebanyakan orang semakin tua semakin takut. Begitu meninggalkan dunia, saat itu juga mereka kehilangan hal terbaik yang mampu mereka dapatkan selama ada di dunia ini.

Sebaliknya, orang benar digambarkan seperti pohon aras di Libanon. Ini adalah pohon yang paling perkasa di dalam Alkitab. Tingginya bisa sampai 40 meter dan mampu tumbuh selama seribu tahun lebih. Sangat kokoh. Sebagaimana pohon aras di Libanon yang tahan terhadap berbagai gempuran kondisi alam, maka orang benar pun akan kokoh bertahan menghadapi berbagai gempuran kehidupan sampai masa tuanya.

Mereka menyaksikan kuasa Allah, mereka memberitakan tentang Allah. Berbuah lebat berkwalitas hasil pemikiran dan pelaksanan setiasp pekerjaan dilakukan dengan gembira. Bagaimana tradisi pertanian di Yerusalem dan hubungannya dengan manusia dalam Tuhan?

Mengapa bisa demikian? Pemazmur menggambarkan orang benar seperti “ditanam di bait Tuhan” (ay. 14). Artinya, orang benar mengalami hadirat Tuhan sehingga tidak pernah takut untuk menghadapi kesulitan apapun di dunia ini. Apakah masalah ekonomi dan hubungan sosial? Mereka akan terus menapaki usia dengan keyakinan karena tahu bahwa mereka telah mendapatkan jaminan hidup kekal. Bagi mereka, apa yang jauh lebih baik dibanding dunia ini sedang menanti di balik kematian.

Bagaimana dikatakan bahwa buahnya ada sampai pohon itu tua, gemuk buahnya subur batangnya. Bertunas seperti pohon korma adalah sangat jarang ada pohon korma bertunas. Artinya disaat itu ada keistimewaan orang yg di tanam di dalam Bait Tuhan, FirmanNYa berurat ber akar didalam pikiran dan hati, tumbuh pengertian dan pemahaman akan kebenaranNya. Hidup baru dan dibaharui selalu ( Kolose 3 : 5-17 ), mereka mengenakan jubah keyakinan dalam kasih Tuhan dan pengertian dalam HikmatNya. Betapa indah hidup mereka melewati banyak tantangan bersama Tuhan akan menang dan memenangkan hati keluarga di dalam Tuhan.

Bacaan teks minggu ini menunjukkan bagaimana keluarga yang berbahagia dalam menjalani biduk rumahtangga. Hubungan anak dan orang tua penuh kasih dan pengertian untuk mencapai kemajuan-kemajuan berumahtangga. Dimulai dari karakter penuh hormat pada orang tua di dasari dari Firman Tuhan yang berkuasa dalam diri setiap anggota keluarga. Peran penting dalam keluarga sebagai orang tua dan anak adalah menunjukkan kuasa Tuhan ada dalam setiap pergumulan orang tua. Kwalitas rumah tangga yang benar adalah saat anak dan orang tua menghasilkan buah kehidupan dan menjadi berkat bagi banyak orang.  

Jikas dikatakan, mMereka tidak hanya digambarkan “gemuk dan segar,” tetapi juga “terus berbuah” (ay. 15). Masa tua bagi setiap orang anggota keluarga, benar bukan masa menghabiskan sisa hidup sambil menunggu dipanggil Tuhan. Masa tua tetap merupakan masa menghasilkan buah bagi Tuhan, walaupun dengan bentuk yang berbeda.

Begitulah gambaran masa tua orang benar dimulai dari kehidupan keluarga. Mereka tetap dapat menghasilkan buah minimal dengan cara menceritakan pengalaman hidup bersama Kristus (ay. 16), sudah dirasakan mulai sejak usia dini. Kelak anggota keluarga memasuki usia tua memiliki pemahaman: Usia boleh menggerogoti kebugaran fisik. Tetapi pengenalan akan Kristus akan terus memperbarui rohani (2Kor. 4:16). Bagi orang benar, makin tua malah makin menjadi berkat. Itulah sebabnya beberapa gereja menyebut pelayanan kaum usia lanjut mereka dengan usia emas. Usia Saitun adalah seperti kemenangan melewati jaman yang Tuhan ijinkan dengan bersukacita bersama Dia. Sungguh menjadi harapan GBKP mewujudkan jemaat dan majelis yang berkwalitas imannya sampai umur Saitun. Seperti dalam invocatio Sampai masa tuamu Aku tetap Dia u  dan sampai masa putih rambutmu v  Aku menggendong kamu 1 . Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul w  kamu dan menyelamatkan kamu.

Penutup

Pertanyaan-Pertanyaan untuk direnungkan dan dilakukan dalam kasihNya: Menurut saya dan saudara, pentingkah kesehatan, uang, dan keluarga/pertemanan? Jika kita katakan penting, maka sejauh kebenaranNya kita tidak akan kekurangan jika kita ada dalam wilayah KuasaNya. Dengan bersosial, maka kita akan kuat ekonomi kita dengan dasar kasih dan FirmanNya. Menurut saya dan saudara:Bagaimana kita bisa mengelola hal ini dalam rangka menapaki usia dengan cara yang benar sesuai dengan Alkitab? Perhatikan bagaimana kita menghabiskan sebagian besar waktu sehari-hari bersama keluarga dan sesama, apakah mencerminkan relasi yang baik dengan Tuhan atau tidak? Harapannya kita menjalin relasi dengan baik, belajar dari orang lain dan menjadi berkat bagi banyak orang. Usia tua adalah waktu terbaik kita sudah mengenal dan mencintai Allah yang penuh Cintakasih.

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD