• WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.57

  • 20170204 143352
  • 1 peresmian rumah dinas surabaya
  • WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.58
  • pencanangan tahun gereja bks dps
  • WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.57 1
  • BPMK GBKP KLASIS BEKASI DENPASAR PERIODE 2020-2025
  • PERESMIAN RUMAH PKPW GBKP RUNGGUN SURABAYA

Jadwal Kegiatan

Kunjungan Moderamen GBKP ke GBKP Klasis Bekasi-Denpasar

Minggu 14 Mei 2017:

1. GBKP Runggun Bandung Pusat

2. GBKP Runggun Bandung Timur

3. GBKP Runggun Bandung Barat

4. GBKP Runggun Bekasi

5. GBKP Runggun Sitelusada

MINGGU 10 NOVEMBER 2024, KHOTBAH 1 KORINTUS 6:12-20

Invocatio :

Saudaraku yang kekasih, aku berdoa, semoga engkau baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala sesuatu  , sama seperti jiwamu baik-baik saja. (3 Yoh 1:2 )

Bacaan :

Kel. 23 : 25 – 26 (T)

Tema :

Muliaken Dibata Arah kula (Memuliakan Allah Dengan Tubuh/Muliakanlah Allah Dengan Tubuhmu)

 

1. Pembukaan:

Mens sana in corpore sano, adalah sebuah Motto dalam bahasa Latin yang artinya "Jiwa yang sehat dalam tubuh yang sehat." Maksudnya jika jiwa seseorang sehat, maka tubuhnya akan sehat juga. Motto ini mengajarkan bahwa penting untuk menjaga kesehatan tubuh, karena akan sangat berpengaruh kepada kesehatan jiwa.

Bagi orang percaya Kesehatan adalah berkat dan anugrah dari Tuhan, oleh karena itu menjaga kesehatan adalah salah satu cara mensyukuri berkat yang dari Tuhan.

Manusia dapat dikatakan sebagai manusia yang penuh dengan kebebasan. Kebebasan berkata-kata, kebebasan berprilaku, bebas makan apa saja dan lain-lain. Namun, sebagai seorang Kristen, bagaimana cara kita menghargai kebebasan dalam hidup yang diberikan Tuhan ini?

2. PENJELASAN

Kota Korintus, kota pelabuhan yaitu Lekheum di bagian Barat dan Kenkhrea di bagian Timur sehingga Korintus menjadi pusat perdagangan, pusat perekonomian dan pusat industri terjadi perjumpaan dari berbagai bangsa. Kuil-kuil penyembahan berhala sangat banyak, yang paling menonjol adalah kuil dewi Afrodite (dewi asmara) yang berada di gunung dengan ketinggian 2000 kaki di Akropolis Di kuil tersebut, ada 1.000 pelacur sakral, maka di Korintus terjadi pelacuran bakti, sehingga kata Korintus yang berasal dari kata korinthiazomai mengandung arti percabulan oleh karena itu percabulan dianggap biasa oleh orang Korintus.

Sebagian jemaat Korintus keliru dalam memahami konsep tentang kebebasan di dalam Kristus, Mereka menganggap bahwa kebebasan dari Hukum Taurat melalui karya penebusan Kristus telah menjadikan mereka bebas dari semua perintah. antinomianisme (tidak peduli dengan hukum atau aturan-aturan). Mereka merasa benar-benar bebas melakukan apapun.

Ay 12. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun

Bagi orang Korintus “segala sesuatu halal” Kata “halal” diambil dari bahasa Yunani EXESTIN yang diterjemahkan “diperbolehkan”.  Konsep ini kemungkinan juga karena pengaruh salah satu filsafat Yunani kuno yang sangat dipengaruhi oleh pemikiran dualistik: yang material adalah buruk atau tidak sempurna, sedangkan yang non-material adalah baik atau sempurna. Dengan perspektif semacam ini semua hal yang bersifat jasmaniah dianggap tidak berharga. Yang material  akan musnah. slogan jemaat Korintus “Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan: tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah”. Oleh karena itu tubuh tidak penting sehingga bisa digunakan untuk apapun juga. Apa yang dilakukan pada tubuh (aspek jasmaniah) tidak berpengaruh terhadap jiwa/roh (aspek rohaniah). Setiap orang berhak atau bebas melakukan apapun atas dirinya sendiri! Dalam hal ini Paulus memberikan penjelasan:

  1. Kebebasan harus berguna bagi orang lain (12a) Sebagian jemaat Korintus hanya berkutat pada isu boleh atau tidak boleh, sementara Paulus melangkah lebih jauh. Moralitas Kristiani berbicara tentang sesuatu yang “tepat” sekaligus “berguna.” Kata “berguna” (sympherō) lebih mengarah pada kegunaan bagi orang lain. Ide tentang “berguna” disejajarkan dengan “membangun” Kebebasan tidak meniadakan tanggung jawab terhadap banyak orang. Sebaliknya, setiap orang Kristen dipanggil untuk menggunakan kebebasannya bagi kepentingan orang lain. Menurut Paulus, iman dalam Kristus tidak bersifat individualistik dan bukan berbicara tentang menggunakan hak. Sebaliknya, iman dalam Kristus bersifat komunal dan melepaskan hak. Mengurbankan kebebasan demi orang lain merupakan cerminan Injil. 
  2. Kebebasan tidak boleh menjadi perbudakan (12b) Kepada jemaat Korintus yang terlalu mengagungkan kebebasan, Paulus memberikan peringatan yang cukup keras: “tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun.” Kata “oleh apapun” (hypo tinos) menjelaskan bahwa setiap orang yang merasa berhak melakukan apapun yang dia anggap benar, sebenarnya mereka telah diperbudak. Jika seseorang merasa dirinya bebas, dia seharusnya benar-benar bebas untuk menggunakan atau tidak menggunakan kebebasan itu. Jika dia selalu menggunakan kebebasan itu, bukankah hal itu membuktikan bahwa dia sedang dibelenggu oleh kebebasannya sendiri? Ingatlah, kita mungkin memiliki hak, tetapi kita juga berhak untuk melepaskan hak itu.

Ayt 13. Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan: tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah. Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh.

Kelompok elit dalam gereja Korintus secara khusus pada mereka yang kaya dan berkuasa. berpikir bahwa mereka bebas melakukan apa saja yang mereka mau termasuk melakukan percabulan dan mengikuti perjamuan makan yang dipersembahkan pada berhala di kuilkuil penyembah berhala Di bagian ini Paulus menegaskan kepada mereka bahwa mereka tidak bebas melakukan percabulan karena tubuh mereka bukan untuk mereka sendiri tetapi untuk Tuhan Oleh sebab itu, mereka harus menghindarkan diri dari imoralitas seksual.

 Ayt. 14 Allah, yang membangkitkan Tuhan, akan membangkitkan kita juga oleh kuasa-Nya. 

Di ayat 14 Paulus menjelaskan karena “Allah telah membangkitkan Tuhan Yesus secara badani,” maka “Ia akan membangkitkan kita juga secara badani. Sebagai akibatnya, semua orang Kristen harus mempersembahkan tubuh mereka untuk Tuhan dengan tidak mencemarkan tubuh mereka dari percabulan karena tubuh mereka akan diperbarui pada saat kebangkitan nanti. Bagi Paulus, doktrin kebangkitan adalah fondasi dari larangan percabulan dan perintah untuk mempersembahkan tubuh bagi Tuhan.

Sebagian orang Kristen di Korintus berpikir bahwa tubuh mereka akan dihancurkan pada akhir zaman, sehingga mereka merasa percabulan tidak berkaitan apa-apa dengan keadaan mereka pada akhir zaman. Orang-orang pada zaman Paulus memberikan penekanan yang sangat besar pada roh daripada tubuh karena mereka berpikir bahwa roh itu kekal, sedangkan tubuh itu fana.( pandangan dualistik Yunani). Sebagian orang Kristen Korintus memiliki pandangan overrealized eschatology. Pandangan ini, percaya bahwa akhir zaman sedang berlangsung saat itu, mereka percaya bahwa manifestasi karunia-karunia rohani yang sifatnya supranatural, secara khusus bahasa roh, adalah tanda bahwa mereka telah memasuki “spiritualitas yang penuh” dan mulai mengalami “bentuk keberadaan malaikat.” Akibatnya, mereka merasa bahwa tubuh itu tidak penting dan dosa percabulan tidak mempengaruhi keadaan rohani mereka sama sekali.

Selanjutya Paulus memberikan alasan mengapa mempersembahkan tubuh untuk Tuhan.

1: Tubuh Orang Kristen Adalah Anggota Tubuh Kristus (ay. 15)

Paulus membangun argumennya dalam tiga bagian, di mana di awal tiap bagian itu dimulai dengan formula (“tidak tahukah kamu bahwa”, 15,16,19). Dengan menggunakan formula ini, ia mengingatkan orang Kristen Korintus tentang sesuatu yang seharusnya mereka telah ketahui sebagai hal yang sangat prinsip dalam iman Kristen. Kata anggota tubuh menggunakan kata melos diterjemahkan sebagai kaki atau tangan atau bagian dari tubuh manusia. Artinya kita umatNya tidak dapat dipisahkan dengan Kristus Yesus, sama dengan kaki dan tangan tidak dapat dipisahkan dari tubuh, tidak mungkin anggota tubuh dicabut dan dipersekutukan dengan pelacur. Jadi anggota tubuh Kristus tidak boleh hidup dalam percabulan. Orang yang berbuat cabul dengan seorang pelacur adalah seperti anggota tubuh yang dicabut dari tubuh Kristus dan dipersekutukan dengan tubuh pelacur itu. Percabulan dengan orang lain sama dengan mencabik tubuh orang Kristen itu sebagai anggota tubuh Kristus dan menyekutukannya dengan tubuh pasangan seksualnya. Karena keseriusan dari dosa percabulan ini, setiap orang percaya mesti waspada agar mereka tidak jatuh ke dalamnya. (“Apakah aku akan mengambil anggota-anggota Kristus dan membuat mereka anggota seorang pelacur?”) (“Sekali-kali tidak!”). Hal ini berarti bahwa Paulus sangat menentang hubungan seksual dengan seorang pelacur karena tindakan itu tidak sesuai dengan iman Kristen

2: Tubuh Orang Kristen Telah Dipersatukan dengan Kristus (ay. 16-18)

Paulus dengan sengaja mengutip Kejadian 2:24, untuk menekankan relasi yang sangat dekat dan eksklusif yang menuntut kesetiaan total dari kedua pihak., Paulus hendak menekankan paling sedikit dua hal.

Pertama, hubungan antara orang percaya dengan Kristus mirip dengan ikatan seorang suami dengan istrinya, yaitu relasi yang mutual. suami dan istri yang saling memiliki satu dengan yang lain, demikian juga orang percaya dan Kristus. Konsekuensinya, hubungan antara orang percaya dan Kristus adalah relasi yang ekslusif yaitu tubuh orang percaya adalah bagi Kristus saja (bukan untuk pelacur) dan Kristus bagi orang percaya.

Kedua, jika hubungan orang percaya mirip dengan ikatan suami istri maka pernikahan rohani antara orang percaya dengan Kristus. implikasinya adalah iman yang dimiliki orang Kristen pada Kristus menuntut kesetiaan dan kemurnian dari orang percaya itu. Dalam hal ini harus dilakukan dengan lari dari percabulan (ay. 18). Kata “jauhkanlah” dalam bahasa Yunani FEUGO artinya “larilah”. Artinya jangan lambat, jangan tunda, harus segera dilakukan, bertindak cepat, larilah dari percabulan, larilah dan tinggalkan perzinahan sebab perbuatan itu menajiskan diri sendiri dan menghina kekudusan Allah.

Dengan demikian, orang Kristen harus terus menunjukkan kesetiaan mereka kepada Kristus dengan hidup kudus sehingga pada akhir zaman mereka akan dinyatakan tidak bercacat.

3. Tubuh orang Kristen adalah Bait Roh Kudus (19a)

Bait mempunyai sifat: Kudus sebab itu adalah tempat kediaman Allah dan tidak boleh di najiskan orang, di dalam Alkitab kita melihat Yesus jarang marah, tapi Dia sangat marah ketika Bait Allah di jadikan sarang penyamun. Tubuh Kita Didiami Oleh Roh Allah. Allah yang Maha Tinggi berkenan diam dalam diri kita. Hal ini menyatakan sungguh besar kuasa dan anugerah-Nya yang diberikan kepada kita. Namun di sisi lain, ada tanggung jawab yang besar bagi kita untuk menjaga kesehatan bait Allah/tubuh kita, baik secara fisik maupun secara spiritual. Kita harus menghargai dan memberi perhatian kepada tubuh jasmani dan rohani kita serta menjaga kekudusan hidup kita demi kemuliaan Nama Tuhan

4: Tubuh Orang Kristen Adalah Milik Allah (ay. 19b-20)

Beberapa orang Kristen yang melakukan dosa seksual mungkin berpikir “Ini adalah tubuhku sendiri, jadi aku dengan bebas boleh melakukan apa pun yang aku inginkan.”

Kata Milik/kepemilikan dan dibeli/pembelian yang berhubungan istillah perbudakan, menekankan bahwa Tubuh Kita Bukan Milik Kita. Tubuh kita ini adalah milik Allah, karena sudah dibeli oleh Kristus melalui kematian-Nya di atas kayu salib. Kristus telah menebus orang percaya sehingga mereka dimerdekakan dari dosa. kemerdekaan ini mengandung arti mereka harus taat secara total kepada Tuan mereka yang baru, yaitu Kristus. Kita tidak lagi menjadi budak dosa, tetapi menjadi hamba yang melayani Kristus.

Semua orang Kristen dipanggil untuk memuliakan Allah bukan hanya dalam ibadah tetapi juga melalui kehidupan mereka yang menjauhi perbuatan-perbuatan yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Kita harus menghargai tubuh ini dan menggunakan tubuh kita untuk muliakan Allah. Memuliakan Tuhan dengan tubuh, berarti menjaga tubuh kita dari perbuatan yang tidak bermoral, seperti percabulan, penyalahgunaan narkoba, dan tindakan kekerasan. Ini juga melibatkan menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh kita, serta menggunakan tubuh ini sebagai alat untuk melakukan kebaikan dan melayani sesama.

3.REPLEKSI

Perkembangan dunia digital semakin terasa, dunia berubah dengan begitu cepat. Kemerosotan moral menjadi salah satu hal yang tidak dapat dihindari. Hal ini disebabkan karena kecanggihan dan kemajuan teknologi yang membuat kita bisa masuk menjelajah ke mana saja, sebab segala sesuatu bisa diakses dengan begitu mudah tetapi juga murah. Belum lagi tema pergaulan bebas kini menjadi sesuatu yang sangat digemari. Dengan alasan bebas berekspresi, konten berbau pornografi semakin banyak menghiasi media-media sosial yang ada. Bukannya sadar dengan kejatuhan ini dan beralih dari berbagai kenajisan ini, banyak orang percaya justru mulai kehilangan kekaguman akan orang-orang yang hidup mempertahankan kekudusan. Mereka justru menertawakan dan menganggap menjaga kekudusan sebagai sesuatu yang bodoh dan kurang gaul. Perselingkuhan, perzinahan, seks bebas dan gaya hidup bebas lainnya sedang menjadi tren dan sesuatu yang keren. Bahkan hal ini dibenarkan dengan slogan “ini hidupku bukan hidupmu”.Apakah orang percaya harus terjebak pada situasi ini? Benarkah kekudusan bukanlah sesuatu hal yang penting lagi dalam Kekristenan?

Bagi orang-orang Kristen di sepanjang zaman, tidak ada alasan untuk menyalahgunakan tubuhnya untuk pemenuhan hawa nafsu yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Segala keberadaan tubuh harus diarahkan untuk memuliakan Allah. Oleh karena itu, mari, kita rawat tubuh kita dalam tampilan luar maupun dalam, juga tubuh jasmani maupun rohani kita untuk kemuliaan Tuhan.

MINGGU 03 NOVEMBER 2024, KHOTBAH 2 KORINTUS 1:3-7

Invocatio :

Galatia 6:9

Ogen :

Amsal 3:27-34

Tema :

Dihibur Untuk Menghibur / Iapuli Tuhan Guna Ngapuli

 

Pengantar

Setiap orang memiliki persoalan hidupnya menurut versinya masing-masing”. Kalimat ini mau membawa kita kepada sebuah perenungan bahwa tidak ada manusia hidup yang tidak memiliki masalah hidupnya. Tidak ada yang berani dengan tegas mengatakan bahwa dia tidak memiliki persoalan dalam kehidupannya. Setiap kita dalam versi yang berbeda-beda. Namun, di balik persoalan kehidupan kita yang berbeda-beda itu pula, kita dipanggil untuk saling menghibur, saling menguatkan dan saling memotivasi satu dengan yang lain. Kita berada dalam komunitas yang dihimpun, dipersiapkan dan diutus untuk menjadi mencintai dan memperhatikan.  

Pemahaman teks

Tidak dapat diragukan lagi bahwa penulis surat 2 korintus adalah Paulus, pada saat dia berada di Makedonia. Ada satu keunikan yang dapat kita temukan dalam tulisan Paulus 2 Korintus ini, jika kita bandingkan dengan surat-surat Paulus yang lain (Efesus, Filipi, 1 & 2 Tesalonika dan lain-lain), umumnya pada pembuka surat atau ucapan syukur yang disampaikan oleh Paulus berkaitan dengan kondisi jemaat terutama tentang iman serta kesetiaan mereka. Namun kali ini, ucapan syukur Paulus justru berada di seputar kekuatan yang dia terima untuk dapat bertahan dalam berbagai penderitaan dalam pelayanannya termasuk di tengah-tengah jemaat Korintus. Tentu yang jadi pertanyaan bagi kita adalah, mengapa bisa berbeda orientasi ucapan syukurnya dengan surat-surat yang lain?

Jika kita melihat secara keseluruhan teks 2 Korintus, kita akan menemukan 3 isu yang dikembangkan oleh Paulus dalam suratnya ini:

  1. Pasal 1-7, memuat sebuah permasalahan berkaitan dengan hubungan antara Paulus dengan jemaat Korintus (1:12-2:4; 7:2-4). Kita menemukan adanya upaya Paulus untuk melakukan rekonsiliasi dengan cara menegaskan ketulusan hati Paulus dalam melayani.
  2. Pasal 8-9, memuat sebuah permintaan agar jemaat kembali menyelesaikan komitmen mereka untuk membantu jemaat di Yerusalem.
  3. Pasal 10-13, memuat pembelaan Paulus mengingat adanya orang atau kelompok yang berusaha menghasut jemaat dengan melakukan pengajaran yang berseberangan dengan pengajaran Paulus.

Dengan melihat isu-isu yang dikembangkan oleh Paulus dalam suratnya, kita menemukan bahwa Paulus sedang membantah tuduhan-tuduhan yang disampaikan kepadanya. Paulus meminta jemaat Korintus untuk melihat kembali bagaimana hidupnya selama ia bersama mereka.

Melalui teks khotbah kita di 2 Korintus 1:3-7, dengan sangat jelas Paulus mengungkapkan perasaanya akan apa yang telah dirasakan melalui pengalaman selama melakukan pemberitaan tentang Yesus. Ada indikasi bahwa Paulus sedang mencari pembelaan dirinya. Namun, melalui ungkapan yang disampaikan dalam ucapan syukurnya, bahwa sebenarnya Paulus sedang mempertahankan sebuah kebenaran dan keyakinan bahwa Allah itu penuh belas kasihan dan sumber segala penghiburan (3). Dia melayani bukan untuk mencari keuntungan dan popularitas. Tetapi pemberitaan yang dia lakukan karena sebuah panggilan hidup.

Melalui pasal 6:4-10, kita mendapatkan informasi akan penderitaan secara fisik yang dialami oleh Paulus, dia dipenjara, merasakan kerusuhan, dia merasakan siksaan ataupun penganiayaan dan bahkan nyaris mati dan tekanan mental yang dialami, dia dianggap sebagai penipu, sering mendapat hinaan, tidak dianggap dan harus berjuang dengan penuh kesabaran dan kemurnian hati. Ungkapan yang disampaikan bukan untuk membela dirinya supaya jemaat simpati dan mempercayai dia kembali karena telah disesatkan oleh kelompok lain. Tetapi, situasi penderitaan ini disampaikan untuk mengatakan bahwa panggilan dan pemberitaan yang ia lakukan adalah sebuah ketulusan untuk keselamatan orang banyak. Prinsip hidup Paulus ini juga sama seperti yang tertuang dalam 1 Petrus 3:17 “sebab lebih menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat.” Dengan segala penderitaan yang ia alami, semua dapat ia lalui karena ada Allah yang selalu menghibur dan menguatkan dia. Paulus dengan tegas mengatakan bahwa jika kami berlimpah kesengsaraan, demikian pula oleh Kristus, kami menerima penghiburan (5). Siksaan dan hinaan bisa saja melemahkan fisik Paulus, tetapi semangat pelayananya tidak dapat dihentikan oleh penderitaannya itu. Sebaliknya, prinsip yang ada pada diri Paulus adalah: penderitaannya bertujuan untuk dapat menghibur mereka yang ia layani termasuk jemaat Korintus (6). Maksud Paulus adalah mengatasi keterbatasan tubuhnya dengan melihat kekuatan Allah yang bekerja. Sehingga tubuhnya yang terbatas, tidak menghambat dia untuk melakukan gerakan kebaikan bagi orang lain. Dan Paulus mau menceritaan bahwa gerakan kebaikan yang ia lakukan bukan karena kekuatannya, tetapi karena Tuhan. Dengan kesetiaan dan kesabaran Paulus memberikan ruang bagi Allah untuk berkarya bagi dirinya. Tentunya pengalaman ini akan menjadi sebuah modal berharga bagi dirinya untuk menghibur orang yang mengalami penderitaan hidup khususnya bagi jemaat-jemaatnya yang mengalami beban hidup yang begitu berat. Paulus juga mau mengajak kita untuk melihat bahwa Tuhan tidak menutup mata akan penderitaan yang dialami oleh anak-anakNya. Ketika dia dikutkan oleh Allah, dia dipanggil untuk menguatkan orang lain.

Aplikasi

Seperti kalimat yang kami tuangkan di awal tadi bahwa setiap kita manusia memiliki persoalan/penderitaan hidup yang berbeda-beda. Dalam keterbatasan kita sebagai manusia, kita merasa tidak mampu melewatinya. Namun, melalui pengalaman hidup iman kita, tentu kita merasa ada kekuatan Ilahi yang selalu dengan setia menguatkan, menghibur, memotivasi dan mengajari kita. Ada Tuhan yang selalu memberikan hikmat, pengertian bagi kita dalam menjalaninya. Melalui pengalaman Paulus dari pembacaan Firman Tuhan dan melalui pengalaman hidup kita. memberikan pengajaran baru kepada kita bahwa masalah kita tidak menjadi alasan untuk menghentikan kita memperhatikan orang lain. Di dalam pembacaan 1/ogen dengan sangat jelas dikatakan “janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya (Amsal 3:27a).” Di minggu ini juga mengajak kita untuk melihat pelayanan diakonia yang ada di tengah-tengah GBKP yaitu YKPD Alpha Omega, PPOS, dan PAK Gelora Kasih.

Firman Tuhan mengingatkan kita, bahwa saudara/saudari dan orang tua kita yang ada di tiga unit pelayanan ini juga sangat membutuhkan perhatian dari kita, baik dukungan dana, doa dan motivasi. Seperti Paulus terpanggil dan tidak merasa dibebani untuk menguatkan orang lain, kita juga mengalami hal yang sama. Kita dipanggil untuk menguatkan dan mengambil bagian dalam menciptakan penghargaan, perhatian, kebahagiaan, semangat hidup bagi mereka.

Pdt. Irwanta Tarigan, S.Th

GBKP Rg. Banjarmasin

MINGGU 27 OKTOBER 2024, KHOTBAH 2 TAWARIKH 34:1-7

Invocatio :

“Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu.” (Mazmur 103: 3)

“Ketahuilah, bahwa TUHANlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.” (Mazmur 100: 3)

Bacaan :

Wahyu 2: 18-29

Tema :

“Melakukan Yang Berkenan Bagi Tuhan”

 

Pengantar

Minggu ini adalah Minggu Reformasi, dan tanggal 31 Oktober diperingati sebagai Hari Reformasi Gereja. Pergerakan ini tujuannya bukan membentuk gereja baru, melainkan mengkritik gereja yang tidak lagi Alkitabiah kemudian menyuarakan agar kembali pada perkenanan Tuhan, dasar kebenaran adalah Firman Tuhan. Namun pergerakan ini yang akhirnya melahirkan gereja Protestan. Martin Luther, Ulrich Zwingli, Yohanes Calvin adalah tokoh-tokoh reformasi gereja. Setelah 507 tahun reformasi gereja, bagaimana hidup bergereja saat ini? Kita terus memperingati agar kita tidak berhenti di reformasi institusi dan reformasi secara organisasi, tetapi sampailah pada reformasi diri. Sehingga gereja baik institusi dan gereja yang adalah orangnya, “Melakukan yang Berkenan Bagi Tuhan”.

Penjelasan Teks

2 Tawarikh 34: 1-7

  • Bagi bangsa Israel peran pemimpin sangat penting. Kalau pemimpin taat pada Tuhan, umat ikut. Kalau pemimpin berbalik dari Tuhan, umat juga ikut. Raja-raja sebelum Yosia tidak setia pada Tuhan Allah, karenanya bangsa itu lupa akan identitas mereka sebagai bangsa pilihan. Mereka menyembah berhala, patung pahatan dan patung tuangan, mezbah Baal banyak didirikan. Yosia tidak sama. Ia melakukan yang benar di mata Tuhan, tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri. Lurus jalan hidupnya. Yosia muda, mungkin dianggap belum tahu apa-apa saat usia 8 tahun, tapi ini menjadi bukti bahwa orang pilihan Tuhan pasti diperlengkapiNya. Tuhan tidak pernah salah pilih.
  • Pada masa pemerintahannya terjadi reformasi besar. Yosia berbeda dengan pendahulunya, ayah Amon dan kakeknya Manasye. Dia bukan sekedar generasi penerus. Dia adalah generasi pembaharu. Yosia berani melakukan gebrakan, mereformasi. Ia melihat dua contoh tetapi tidak mengikuti mereka. Kakek dan ayahnya mewariskan kepemimpinan yang tidak berkenan bagi Tuhan, tetapi Yosia tidak mewarisinya. Ia juga tidak mengungkit kesalahan pendahulunya, tapi ia melakukan yang benar. Dalam 2 Raja-raja 23: 25 tertulis sebelum dia tidak ada raja seperti dia yang berbalik kepada TUHAN dengan segenap hatinya, dengan segenap jiwanya dan dengan segenap kekuatannya, sesuai demgan segala Taurat Musa, dan sesudah dia tidak ada bangkit lagi yang seperti dia.” Jadi Yosia, raja termuda itu, tercatat sebagai raja yang paling konsisten dalam hal reformasi (pertobatan bangsa).
  • Yosia jadi raja sejak umur 8 tahun. Pada tahun ke 8 pemerintahannya, usia masih muda belia, ia mulai mencari Allah Daud, dan pada tahun ke 12 ia mulai mentahirkan Yehuda dan Yerusalem Pada tahun ke 18 pemerintahannya, sekitar usia 26 tahun, Yosia selesai mentahirkan negeri dan rumah TUHAN, ia kemudian memberi perintah untuk memperbaiki rumah Tuhan. Selama 31 tahun dia memerintah, perubahan besar-besaran terjadi di Yerusalem dalam bentuk reformasi iman. Yosia memang muda tapi ia mencari Allah dalam hidupnya, dan karena itu Allah ada di pihaknya. Maka dalam pemerintahannya di usia muda, banyak perbaikan dan kemajuan. Ini menjadi inspirasi bagi pemimpin-pemimpin muda yang ada di gereja, idealnya ada perubahan ke arah lebih baik, kuncinya bukan pada diri kita tapi pada kemauan mencari Tuhan sejak masa muda.
  • Yosia meruntuhkan tempat penyembahan berhala dan membakar semua tiang-tiang berhala. Ini dilakukan Yosia setelah mendengar pembacaan kitab suci yang telah lama tidak dibacakan. Imam Hilkia menemukan Kitab Suci tersebut dan memberikannya pada raja Yosia. Setelah mendengar kebenaran Firman Tuhan, ada aksi nyata perubahan yang dilakukan Yosia. Mendengarkan Firman Tuhan memberi pengaruh, yaitu menimbulkan gerakan dalam diri Yosia untuk melakukan apa yang benar di mata Tuhan. (bdk 2 Raja-Raja 22-23) Mestinya seperti inilah yang terjadi setiap Firman Tuhan dibacakan/diperkatakan, terjadi perubahan. Terjadi pertobatan.
  • Reformasi Yosia dilakukan dengan membasmi sampai ke akar-akarnya. Reformasi dilakukan sampai ke dasar dan ke akar. Bukit-bukit pengorbanan, tiang-tiang berhala, patung-patung berhala, patung tuangan, mezbah Baal dirobohkan dan dihancurluluhkan. Bahkan tulang-tulang imam dibakarnya di atas mezbah-mezbah mereka. Demikian Yehuda dan Yerusalem ditahirkan. Juga hal yang sama dilakukan di kota-kota Manasye, Efraim, Simeon, Naftali, dan seluruh tanah Israel dibersihkan dari pedupaan. Pembersihan dari berhala harus tuntas. Ini memberi pesan tegas, hanya Tuhan Allah yang patut disembah.

Wahyu 2: 18-29

Surat yang dialamatkan kepada jemaat di Tiatira dari Yesus Anak Allah. Ia tahu segala pekerjaan baik yang dilakukan yakni kasih, iman, pelayanan, dan ketekunan jemaat Tiatira. Tuhan memuji segala yang mereka kerjakan itu. Tetapi segala yang baik itu ternyata dinodai oleh pembiaran terhadap dosa. Yesus menegur mereka karena membiarkan Izebel, nabiah palsu dan penyesat, menyebarkan ajaran palsu yang diikuti oleh orang yang sudah mengenal Tuhan. Akibatnya mereka menjadi cemar karena berbuat zinah dan makan persembahan berhala. Jemaat di Tiatira mayoritas adalah pengusaha, dimana mereka tergabung dalam serikat-serikat kerja: pengrajin wol, kulit, lenan, pengrajin tembikar, tukang tenun, dll. Setiap serikat ini mempunyai dewa pelindungnya sendiri dan ada ritual penyembahan rutin yang dilakukan, yaitu upacara penyembahan dewa kafir yang sering ada unsur perzinahan dan makan makanan berhala. Orang Kristen tidak bisa menolak ritual ini karena takut dikucilkan oleh serikatnya. Pengajaran palsu Izebel mengatakan, mengikuti ritual itu bukan dosa. Itulah sebabnya orang Kristen di Tiatira sudah menjadi tercemar. Karena itu pertobatan harus segera dilakukan sebelum hukuman Tuhan datang. Yang hendak ditekankan adalah jangan berkompromi dengan ajaran sesat dan jangan biarkan orang lain jatuh dalam dosa, saat kita bisa melindungi mereka.

Pointer Aplikasi

  1. Carilah Tuhan dan lakukan kehendak Tuhan sejak masa muda. Masa muda terlalu berharga untuk dihabiskan dengan hidup jauh dari Tuhan dan dekat dengan dunia, karena mengikuti tren. Jadikanlah hidup kudus dan benar itu tren. Berani jadi inisiator jangan hanya jadi imitator. Jika dalam dunia ini sudah banyak terjadi kejahatan, jadilah pembawa perubahan. Jangan menormalisasi yang salah, hanya karena sudah biasa.
  2. Pemberitaan Firman Tuhan seharusnya mengubahkan. Jangan sekedar mendengar, jangan sekedar meramaikan agar kursi gereja tidak kosong, tetapi harus ada yang berubah dari diri kita setiap kali menerima Firman Tuhan. Maka dengarkan dan lakukanlah Firman.
  3. Reformasi membutuhkan orang-orang kritis yang mencintai Tuhan dan mencintai gereja. Kritik tidak selalu menjatuhkan, ada kritik yang membangun, yaitu kritik yang berlandaskan pada kerinduan kepada yang lebih baik. Dengan semangat reformasi, kita bisa melihat pada gereja kita. Kecenderungan pola yang monoton dan sulit untuk diubah kadang menjadi keluhan karena dianggap tidak sesuai perkembangan zaman. Tetapi mari kita bereformasi tetap dengan dasar kebenaran Firman Tuhan. Yosia melihat ketidaksetiaan pada Tuhan dan ia bertindak tegas meruntuhkan segala bentuk penyembahan berhala. Para pemerhati gereja mestinya melihat apa yang perlu dibenahi dalam gereja kita, tanpa menjadikannya serupa dengan gereja lain. Paling tidak ada 2 hal yang perlu diperhatikan untuk dihindari jangan sampai terjadi:
  • Sindrom rabun jauh. Terlalu detail melihat gereja, namun terlalu kabur melihat masyarakat dan dunia. Detail menikmati diri, kabur pada derita sesama. Gereja jangan berkutat di prinsip “dari kita untuk kita”, sebab gereja ada di dunia untuk memberi pengaruh. Sasaran pelayanan GBKP 2024 menekankan hal ini, yakni Berkarya dan Berguna Untuk Orang Lain. Mari kita lihat porsi program gereja, apakah sudah banyak program kerja yang berguna bagi orang lain?
  • Sindrom gado-gado. Reformasi dilakukan dengan tujuan menemukan kebenaran dan juga kekhasan gereja. Bukan dengan mencampuradukkan segala tren beribadah dan bergereja yang ada. Jangan sampai gereja terkena sindrom gado-gado. Keinginan menyenangkan selera semua orang bisa membuat gereja mengadopsi apa saja yang diinginkan tanpa ada orkestrasi yang harmonis dengan visi, misi, dan teologi gereja.
  1. Demikian juga reformasi pribadi. Kita perlu melihat diri dengan kritis, jika ada yang perlu direformasi dalam hal iman, karakter, pola hidup, pengelolaan emosi, dan sebagainya. Kita perlu menjadi pribadi yang konsisten berbuat baik, dalam ranah gereja dan juga di luar gereja.

Pdt Yohana br Ginting

GBKP Rg Cibubur

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD