MINGGU 23 JUNI 2024, KHOTBAH JAKUB 3:13-18
Invocatio :
Masmur 34:15
“Tadingkenlah kejahaten, lakokenlah kai si mehuli, bulatkenlah ukurndu erbahan perdamen”
Ogen :
Jesaya 65:17-25 (Tunggal)
Kotbah :
Jakub 3:13-18 (Tunggal)
Tema :
Erngena Ate Nandangi Perdamen (Cinta Damai/Suka Hidup Dalam Perdamaian)
PENDAHULUAN
Rasanya semua orang tentu menginginkan kehidupan dunia yang damai. Tidak ada peperangan, tidak ada kerusuhan, tidak ada kekerasan, kejahatan dan tidak ada perselisihan. Bayangkan betapa indahnya jika semua manusia hidup berdampingan secara harmonis. Tidak ada yang mengedepankan perbedaan tapi mencari persatuan di atas keragaman. Itu bentuk dunia yang diimpikan oleh banyak orang. Sayangnya itu hanyalah utopia saja, karena ada banyak sekali orang yang berhenti hanya pada bermimpi dan berharap. Dalam menjalani kehidupannya manusia cenderung masih menerapkan begitu banyak sekat-sekat pembatas. Terus fokus pada perbedaan dan akibatnya hidup dikuasai permusuhan. Ada pula yang bahkan bertindak lebih jauh dengan menghalalkan kekerasan terhadap orang-orang yang berbeda pandangan dengan mereka. Apakah itu didasari oleh perbedaan keyakinan, perbedaan ideologi, perbedaan suku, bangsa, budaya, perbedaan pendapat, dan lain-lain, semua itu akan semakin mempersulit terciptanya kedamaian. Make love not war, slogan yang kencang dikumandangkan di akhir tahun 60 an sampai awal 70an ketika Amerika memutuskan perang terhadap Vietnam, lalu ada pula slogan peace on earth, akhirnya berhenti hanya sebatas slogan dan harapan yang sulit untuk diwujudkan. Maka melalui Minggu Perdamaian ini kita diingatkan kembali dan diajak belajar terus dari Firman Tuhan, sehingga kita menjadi pribadi-pribadi yang cinta damai/suka hidup dalam perdamaian dan mewujudkannya dalam kehidupan bersama.
PEMBAHASAN TEKS
Yakobus 3:13-18
Kitab Yakobus ditulis oleh Yakobus, yang dianggap oleh sebagian besar tradisi Kristen sebagai saudara Yesus. Surat ini ditujukan kepada para jemaat Kristen yang tersebar di seluruh dunia pada masa itu. Yakobus menulis surat ini dengan tujuan memberikan nasihat praktis dalam menjalani kehidupan Kristen sehari-hari. Dia menyoroti berbagai isu, termasuk pengendalian lidah, perlakuan terhadap orang miskin, iman yang hidup, dan pentingnya perbuatan sebagai bukti iman yang sejati. Latar belakang historisnya mencakup periode awal gereja Kristen, di mana para pengikut Yesus tersebar luas dan menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam maupun dari luar. Surat Yakobus memberikan panduan moral dan rohani untuk menghadapi masalah-masalah tersebut dan hidup sesuai dengan ajaran Kristus.
Kitab Yakobus pasal 3, diawali penulis dengan mengajak kita untuk merenungkan kekuatan dan bahaya lidah. Namun, dalam teks yang menjadi bahan khotbah kita Yakobus 3:13-18, penulis tidak hanya berbicara tentang bahaya ucapan, tetapi juga menyoroti perbedaan antara hikmat dari atas dan hikmat dunia.
Ayat 13 membuka dengan pertanyaan yang sangat penting, "Siapakah di antara kamu yang bijak dan berbudi?" Pertanyaan ini menuntun kita untuk merenungkan sumber sejati hikmat. Bukankah kita seringkali cenderung memandang hikmat sebagai sesuatu yang bisa diperoleh melalui pengalaman atau pengetahuan semata? Namun, firman Tuhan menegaskan bahwa hikmat yang sesungguhnya berasal dari Allah. Kemudian, kita diperingatkan tentang sifat hikmat yang benar, yakni "berlaku dengan perbuatan baik, benar dan sopan." Hikmat yang dari atas tidak hanya tentang pengetahuan atau pemahaman, tetapi juga tentang bagaimana kita hidup dan bertindak. Hikmat yang datang dari atas akan menciptakan karakter yang santun dan penuh kasih.
Dalam ayat 15, kita diberitahu tentang perbedaan antara hikmat dunia dan hikmat yang dari atas. Hikmat dunia cenderung bermuara pada kepentingan diri sendiri, penuh dengan iri hati dan dusta. Namun, hikmat yang datang dari atas membawa buah-buah yang berlawanan, yaitu Hikmat dari atas memancarkan buah Roh, seperti yang tercantum dalam Galatia 5:22-23: "Namun buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri."
Untuk itu, kita harus berhati-hati dalam membedakan antara hikmat dunia dan hikmat yang dari atas. Kita hidup di dunia yang sering kali menekankan pada kesuksesan materi dan keunggulan pribadi, tetapi hikmat yang dari atas tidak diukur oleh standar dunia ini. Akhirnya, dalam ayat 17, kita diberikan deskripsi yang indah tentang sifat hikmat yang benar. Hikmat yang datang dari atas adalah murni, pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah baik, yang itdak memihak dan tidak munafik. Dan ini adalah sifat-sifat yang harus kita usahakan dalam hidup kita, karena ketika kita hidup sesuai dengan hikmat yang dari atas, kita akan menghasilkan buah-buah yang membawa kemuliaan bagi Allah. Semua ini tidak serta merta terjadi tapi boleh terwujud dengan setiap anak-anak Tuhan senantiasa membangun relasi dan komunikasi dengan sumber hikmat yang dari atas tersebut, yaitu Kristus Yesus Tuhan kita.
Yesaya 65:17-25
Teks ini adalah sebuah pasal dalam Alkitab yang berbicara tentang janji-janji Tuhan terhadap umatNya. Ini adalah bagian dari nubuat Yesaya tentang masa depan dan pemulihan yang akan datang bagi orang-orang Israel setelah masa penderitaan mereka. Pesan yang disampaikan di sini adalah tentang pemulihan, kebahagiaan, dan kedamaian yang akan datang bagi umatNya. Ini adalah janji-janji Tuhan akan membangun kembali, memberkati, dan memberikan kebahagiaan kepada mereka yang setia kepadaNya.
- Ayat 17: Ini adalah janji Tuhan akan menciptakan sesuatu yang baru, sesuatu yang tidak terbayangkan, di luar batas-batas apa yang kita kenal. Janji ini memberikan harapan akan masa depan yang cerah, di mana kesedihan dan penderitaan masa lalu akan dilupakan.
- Ayat 18-19: Ini adalah gambaran tentang sukacita dan kedamaian yang akan datang. Tuhan menjanjikan bahwa tempat suciNya, Yerusalem, akan menjadi sumber kegembiraan bagi umat-Nya. Tidak akan ada lagi tangisan atau ratapan, hanya sukacita yang abadi.
- Ayat 20: Ini adalah janji akan umur yang panjang dan kesejahteraan bagi umat Tuhan. Tidak akan ada lagi kematian prematur atau penyakit. Semua akan hidup dalam kekuatan dan kesehatan, dan umur yang seratus tahun akan dianggap sebagai masa muda.
- Ayat 21-24: Ini adalah gambaran tentang kehidupan yang makmur dan berkelimpahan. Mereka akan menikmati hasil kerja keras mereka sendiri, tanpa takut akan perampokan atau penindasan. Semua upaya mereka akan diberkati oleh Tuhan dan akan berbuah hasil yang melimpah.
- Ayat 25: Ini adalah janji bahwa keturunan umat Tuhan akan mewarisi berkatNya. Mereka akan hidup dalam persekutuan dengan Tuhan dan menerima berkat-Nya secara turun-temurun.
Sungguhlah, Yesaya 65:17-25 adalah sebuah janji yang penuh harapan dan penghiburan bagi umat Tuhan. Ini adalah janji akan masa depan yang cerah di bawah kekuasaanNya yang adil dan penuh kasih.
Masmur 34:15
Teks ini adalah penghiburan bagi kita sebagai umat yang percaya bahwa kita tidak pernah sendiri. Bahkan dalam saat-saat sulit sekalipun, kita bisa yakin bahwa Tuhan mendengar dan peduli terhadap kita. Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang yang benar, dan hatiNya terbuka terhadap doa mereka. Ini mengingatkan kita bahwa Tuhan hadir dalam hidup kita dan mendengarkan ketika kita berbicara kepadaNya. Teks ini menyoroti pentingnya berdoa dan mencari Tuhan dalam semua situasi.
Benang Merah Teks Ketigas Teks Bacaan
Secara keseluruhan, ketiga teks ini menegaskan pentingnya hidup dalam kebijaksanaan dan kebaikan, serta mencari perdamaian dalam hubungan kita dengan Tuhan dan sesama. Hal ini memberikan harapan akan masa depan yang dijanjikan oleh Allah di mana kedamaian dan keadilan akan memenuhi dunia.
PENUTUP
”Cinta Damai/Suka Hidup Dalam Perdamaian” merupakan prinsip yang sangat penting dalam ajaran Kristen. Perdamaian bukanlah sekadar ketiadaan konflik, tetapi sebuah keadaan yang aktif diperjuangkan. Hidup dalam perdamaian berarti berkomitmen untuk menjaga hubungan yang harmonis dengan Allah, diri sendiri, dan sesama. Mari kita lihat beberapa prinsip yang dapat membantu kita hidup dalam perdamaian:
- Kristus adalah teladan sempurna tentang bagaimana hidup dalam perdamaian. Dia adalah Sang Juru Damai yang mengajarkan kepada kita untuk mencintai satu sama lain sebagaimana Dia telah mencintai kita (Yoh. 13:34-35). Melalui hidupNya, Dia menunjukkan bahwa perdamaian bukan hanya sebuah keadaan, tetapi suatu panggilan aktif untuk menjalin hubungan damai dengan Allah dan sesama.
- Hidup dalam Hikmat yang dari atas: Firman Tuhan mengajak kita untuk hidup dengan hikmat yang sesuai dengan ajaran Kristus. Hikmat adalah kemampuan untuk membuat keputusan yang baik dan benar, yang bersumber dari pemahaman yang mendalam tentang kebenaran dan kasih. Untuk itu hiduplah dalam persekutuan dengan Sang Sumber Hikmat, Yesus Kristus Tuhan kita.
- Perbuatan yang Baik: Firman Tuhan juga menekankan bahwa perbuatan yang baik haruslah dilakukan dengan rendah hati. Ini berarti kita tidak boleh memperlihatkan kesombongan atau keangkuhan dalam tindakan kita yang baik, tetapi sebaliknya, kita harus tetap rendah hati dan menghormati orang lain.
- Kebenaran dan Keadilan: buah dari hikmat yang dari atas adalah kebenaran dan keadilan. Ini menggarisbawahi pentingnya hidup sesuai dengan kebenaran dan keadilan dalam semua hubungan kita, baik dengan Tuhan maupun dengan sesama.
- Perdamaian: Keseluruhan teks bacaan kita menekankan pentingnya perdamaian. Di Yakobus 3:18 khususnya menyatakan bahwa mereka yang menanam benih perdamaian akan menuai buah damai. Ini mengajarkan bahwa dalam hubungan kita dengan orang lain, kita harus berusaha untuk menciptakan perdamaian dan harmoni, bukan konflik atau pertikaian.
- Menjadi Pembawa Damai: Yesus berkata, "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah" (Mat. 5:9). Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk menjadi pembawa damai di dunia ini. Ini berarti aktif berupaya memperbaiki konflik, menciptakan keharmonisan, dan menyebarkan kasih Allah kepada semua orang.
Hidup dalam perdamaian bukanlah tugas yang mudah, tetapi itu adalah panggilan yang penting bagi setiap pengikut Kristus. Dengan memperjuangkan perdamaian dalam hidup kita, kita mencerminkan karakter Allah yang adalah sumber perdamaian sejati.
Pdt. Melda br Tarigan-Runggun Bogor Barat
MINGGU 16 JUNI 2024, KHOTBAH 1 PETRUS 2:11-17
Invocatio :
Nehemia 5:5
Ogen :
Amos 5:18-24
Kotbah :
1 Petrus 2:11-17
Tema :
Mehamat Man Pemerentah
Minggu ini kita memasuki minggu gereja dan negara, minggu ini membawa kita supaya bisa melihat bagaimana Allah memilih seseorang penjadi pemimpin di dalam suatu negara sebagai perpanjangan tangan Tuhan untuk menunjukkan kasih-Nya kepada kita, dan juga bagaimana peran dan tanggungjawab kita sebagai orang-orang yang percaya kepada Tuhan.
Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum Bersama undang-undang serta kewenangan untuk mengatur komunitas di wilayah tertentu, yang umumnya adalah negara. Pemerintah juga adalah sebuah aktivitas pelayanan yang menjamin bekerjanya Lembaga-lembaga pemerintahana umum dan berfungsinya unit-unit pemerintahan baik internal maupun eksternal, terhadap para warganya.[1]
Sebagai orang Kristen kita memiliki dua kewarganegaraan yang pertama kita sebagai warga Kerajaan Allah, dan yang kedua kita sebagai warga negara yang masih hidup dunia ini. Dari konsep ini rasul Petrus menempatkan orang-orang Kristen sebagai seorang pendatang dan seorang perantau di dunia ini (ayat 11), oleh karena itu kita harus perilaku baik di Tengah-tengah kehidupannya, jadi bagaimana kita menjalani kehidupan ini? Yang pertama, orang Kristen harus menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging atau dengan kata lain orang Kristen harus menjaga dirinya supaya tidak dicemarkan oleh dunia. Yang kedua, orang Kristen harus melakukan perbuatan baik yaitu menjadi garam dan terang dunia (Lih Mat. 5:13-16).
Dalam lingkup pemerintahan, hubungan kita adalah sebagai warga negara, dan sikap kita harus ditandai dengan ketaatan dan menghormati pejabat pemerintah. Salah satu tuduhan yang selalu ditimpakan kepada umat Kristen abad pertama adalah bahwa mereka dikatakan penghianat terhadap pemerintah Romawi. Mereka di tuduh menolak menyembah Kaisar, karena mereka menyembah Yesus sebagai Raja. Karena itulah orang-orang Kristen abad pertama dianggap sebagai penghianat (Lih. Yoh 19:12 dan Kisah 25:8). Untuk membungkam fitnahan itu rasul Petrus melalui suratnya mengatakan yang harus dilakukan orang Kristen adalah menaati dan mematuhi lembaga pemerintahan. Berikut beberapa alasan yang sangat mendasar dalam nats kotbah 1 Petrus 2:13-14 mengapa ketaatan kepada pemerintah begitu penting bagi orang percaya.
- Takut akan Allah sebagai dasar ketaatan kepada pemerintah
Rasul Petrus memberikan nasihat kepada orang Kristen yang hidup ditengah-tengah bangsa kafir, ia berkata: Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik (1Ptr. 2:13-14). Schultz menyampaikan bahwa, tunduk kepada otoritas pemerintahan manusia “demi Tuhan” menunjukkan iman yang besar kepada Tuhan yang memiliki kekuasaan tertinggi. Orang percaya hanya dapat tunduk pada batasan penyerahan tersebut sebab kita percaya bahwaTuhan yang memegang kendali atas hidup kita.[2] Frasa “karena Allah”, Inggris: for the Lord’s sake; Yunani: διὰ τὸν κύριον (diá tón kýrion) oleh Expositor’s Greek Testamen menjelaskan artinya, ialah (1) retrospektif—yaitu, karena Yesus berkata, serahkan apa yang menjadi milik Kaisar kepada Kaisar, atau (2) perspektif demi Allah; kesetiaan Anda sebab penghargaan Anda terhadap Dia yang bertahta di surga. Dari perspektif lain, sebagai orang Kristen yang percaya bahwa Alkitab adalah firman Allah yang disampaikan melalui para penulis seperti rasul Petrus, maka ketaatan pada firman Tuhan tersebut merupakan suatu kemutlakan. Menurut Rita Wahyu menjelaskan bahwa ketaatan atau kepatuhan memiliki nuansa makna: mendengar, memperhatikan, merespons. Ini adalah sikap ketaatan dalam ungkapan lain “takut/hormat”, misalnya “takut akan Allah” sehingga gagasan dalam ketaatan artinya selalu mendengarkan dan melakukan apa yang diperintahkan Allah.[3] Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa iman, serta rasa takut dan hormat kepada Allah yang memiliki orotitas tertinggi menjadi landasan ketaatan kepada lembaga pemerintahan manusia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari perspektif rasul Petrus orang Kristen adalah warga yang taat hukum, cermat dan penuh disiplin.
- Pemerintah di tetapkan oleh Allah
Orang Kristen dinasihati agar tunduk pada otoritas pemerintah duniawi yang Allah tentukan selama mereka menantikan hari pemerintahan Allah atas dunia mencapai puncaknya. Oleh karena itu, ketaatan ini adalah penundukan kepada tatanan yang Allah tetapkan. Ridderbos menyampaikan bahwa pemerintah adalah institusi sementara yang Allah kehendaki selama umat-Nya hidup di dalamnya. Kita percaya bahwa semua kekuasaan ada karena rencana Allah, termasuk pemerintahan (Roma 13:1), oleh sebab itu menentang pemerintah berarti menentang tujuan Allah (Roma 13:2). Apa tujuan Allah itu?? pemerintah adalah wakil Allah/hamba-hamba Allah agar kebenaran dan keadilan dapat ditegakkan, (Roma 13:3-4), yaitu Tindakan yang jahat dihukum, perbuatan jahat ditahan melalui ketakutan akan hukuman serta kebaikan dikembangkan dan didorong. Dengan kata lain para penguasa adalah hamba-hamba Allah, wakil Allah untuk melaksanakan tujuan-Nya bagi dunia, maka setiap orang termasuk orang Kristen tunduk kepada pemerintah. Ketidaktundukan kepada pemerintah ialah perlawanan terhadap Allah.
- Kasih Sebagai Dasar Ketaatan kepada Pemerintah ayat 15-17
Ada dua kata yang menjadi dasar dari ketaatan yaitu mengasihi dan melakukan. Ketaatan yang sejati haruslah berdasarkan kasih. Karena itulah Kristus berkata, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” (Yohanes 14:15). Jika seseorang benar-benar mengasihi Tuhan, ia akan melakukan perintah Tuhan tersebut dan terasa ringan atau tidak berat (1 Yoh. 5:3). Ketaatan juga berkaitan erat dengan penundukan diri, yaitu Tindakan sukarela dari seseorang untuk menempatkan dirinya di bawah kuasa orang lain, sehingga Petrus katakan di ayat 16 hiduplah sebagai orang yang Merdeka, yang manaati pemerintah bukan karena keterpaksaan tetapi memang dari hati. Sebagai pengikut Kristus yang baik, orang Kristen diminta untuk menunjukkan sikap yang baik kepada pemerintah yaitu tunduk dan taat. Rasul Petrus tidak menyingkirkan tanggungjawab orang Kristen sebagai warga negara, tetapi justru mengajarkan kita supaya menjadi teladan dan terang termasuk dalam hal ketaatan.
Lalu yang menjadi pertanyaan ketika pemerintah tidak melakukan apa yang dikehendaki oleh Allah di dalam pemerintahannya, apakah orang Kristen tetap taat dan tunduk kepada pemerintah?? Allah memang menetapkan pemerintah, namun tidak menyetujui kejahatannya, sehingga orang Kristen tidak perlu menaati kejahatan dan hukum yang tidak alkitabiah yang di tetapkan pemerintah. Pemerintah berada di bawah hukum Allah, dan pemerintah bukanlah hukum Allah. Orang Kristen harus tetap mampu memperdengarkan suara kenabian ketika pemerintahan yang berjalan tidak sesuai dengan kehendak Allah, orang Kristen tidak boleh terkurung di dalam jona nyamannya, kerena Tuhan kita tidak akan menerima persembahan yang kita berikan, tidak akan menyukai nyanyian pujian yang kita lantunkan di ibadah-ibadah kita (bnd Amos 5:18-22), Ketika kita tidak peduli dengan sekitar kita yang membiarkan ketidakadilan terjadi di mana-mana, penindasan terjadi, kemiskinan dan kelaparan ada di depan mata tetapi kita hanya berdiam diri saja. Gereja memang tidak berpolitik, namun gereja (orang Kristen) bertanggung jawab terhadap kesejahteraan bangsa dan negara. Sebagai orang Kristen yang taat kepada Allah harus meneladani sikap Yesus yang amat tegas menyatakan kebenaran saat menghadapi Sanhedrin dan Pontius Pilatus (Mat.26:26; Luk 22:66-71; Yoh. 18:33-38; 19:10-11). Orang-orang Kristen sebagai gereja yang hidup harus berfungsi sebagai pagar politik bagi negara, kita memiliki tugas untuk mengingatkan negara tentang Batasan-batasan kekuasaan yang dimiliki negara dan tanggung jawab negara kepada Tuhan. negara dan tanggung jawab negara kepada Tuhan, dengan kata lain dapat dikatakan orang-orang Kristen dalam menyuarakan kebenaran harus sesuai Aturan dan hukum yang berlaku.
Sebagaimana yang telah dinasehatkan Petrus, kita harus siap untuk melakukan setiap perbuatan baik. Jangan hanya menyalahkan pemerintah. Apa lagi sampai membuat luntur sememangat kewarganegaraan kita. Bertanyalah kepada diri sendiri apa yang mampu kita lakukan untuk mendukung kekurangan yang sudah pasti ada di setiap pemerintahan. Mari kita mulai dari aktivitas-aktivitas dan lingkungan sehari-hari. Jika tiba saatnya membayar pajak, bayarlah tepat waktu dengan jumlah yang sesuai dengan peraturan. Saat lampu merah mulai menyala, berhentilah, jangan malah tancap gas, berpikirlah apa yang bis akitabisa kita lakukan untuk orang-orang di sekitar kita yang lemah ekonominya. Beberapa waktu belakangan ini, saya mengamati banyak postingan media sosial yang viral dan berdampak positif. Jalan yang rusak diperbaiki. Orang kesusahan mendapat bantuan. Hanya bermodal jari dan smartphone, mereka bisa melakukan perubahan. Gampang, bukan? Jadi, marilah kita berlomba-lomba untuk menjadi mitra pemerintah. Tentu saja, selama tidak melanggar perintah Allah (Kis. 5:29), penguasa kita yang utama.
Vic. Randa
[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintah,
[2] John Schultz, “Commantary First Peter” (www.Bible-Commantaries.Com, 2006), 13, https://www.bible-commentaries.com/source/johnschultz/BC_1Peter.pdfa, diakses pada 28 April 2024
[3] Rita Wahyu, “Shema: Dengar, Respon & Tanggung-Jawab,” Sarapan Pagi Biblika Ministry, last modified 2009, https://www.sarapanpagi.org/shema-dengar-respon-tanggung-jawab-vt3119.html, diakses 28 April 2024
MINGGU 09 JUNI 2024, KHOTBAH 2 TESALONIKA 3:1-5
Invocatio
: Berdoalah terus untuk kami, sebab kami yakin bahwa hati nurani kami adalah baik, karena di dalam segala hal kami menginginkan suatu hidup yang baik (Ibrani 13:18)
Ogen :
Keluaran 17:8-16 (Tunggal)
Khotbah :
2 Tesalonika 3:1-5 (Tunggal)
Tema : Ertoto Guna Serayan Dibata (Berdoa Untuk Hamba Tuhan)
I. Pendahuluan
Seperti ungkapan Rohani mengatakan “Tidak ada kata yang lebih indah selain Doa”. Ada beberapa kata doa dalam Perjanjian Lama untuk menunjukkan berdoa Tepilah artinya doa atau permohonan (Yun 2:7), inilah yang sering dipakai untuk kata doa. Palal artinya berdoa (1 Raj 18:28) dan paga artinya bersekutu dengan Allah (Yeh 7:16, Yes 53:12, 59:16). Disamping itu juga ada istilah zaaq artinya doa teriakan dan tangisan (Yun 1:5), halal yaitu doa pujian (Mzm 117:1, Kel 32;11) dan qara artinya doa seruan. Di dalam Perjanjian Baru beberapa istilah yang dipergunakan untuk menjelaskan tentang doa yaitu: prosekumai artinya doa pribadi (Bdk Mat. 7:7, 14:7, 27:20, Luk. 23:23, Kis. 9:2) inilah yang sering dipakai dalam kata doa. ganupeto yaitu doa meminta pertolongan (Kis. 8:22. 21:39, 26:3, Luk. 21:36), proskuneo yaitu doa penyembahan, doa bersama dalam ibadah umum (Kis. 10:28, Mat. 14:33). Dalam Perjanjian Lama berdoa adalah perbuatan yang penting dalam hubungan antara umat dengan Allah. Pada jaman bapa leluhur doa cenderung dipahami sebagai simbol hubungan yang erat antara Allah dengan para leluhur (Kej 12:1-3, 15:2, 26:25, 28:20-22). Doa di dalam Perjanjian Baru dibangun menurut teladan yang telah dilakukan oleh Yesus di dalam Doa Bapa Kami (Mat. 6:9-14).
Kata hamba dalam Perjanjian Lama yaitu “eved” atau “ebed”, yaitu budak, hamba, pelayan. Artinya, seseorang bekerja untuk keperluan orang lain, untuk melaksanakan kehendak orang lain atau ia adalah pekerja milik tuannya. Sedangkan kata Hamba dalam Bahasa Yunani adalah “Doulos” adalah budak, dahulu kala hamba itu diperjualbelikan, maka hidup seorang hamba ditentukan oleh tuannya, bahkan Ketika sesorang itu mendaftarkan kekayaannya seperti domba, lembu dan juga didaftarkan jumlah budak yang dia miliki. Dalam hidup keagamaan Israel kata itu dipakai untuk menunjukkan kerendahan diri seseorang dihadapan Tuhan. Jadi hamba Tuhan berarti orang yang menjadi milik Tuhan, berbakti dan melakukan pekerjaan-pekerjaan sebagai panggilan hidupnya serta mengabaikan kepentingan sendiri.
Pelayan Tuhan (Servant Of God) disebut juga Hamba Tuhan atau Hamba Allah adalah gelar yang diberikan kepada seorang individu dalam berbagai agama. Hamba adalah orang sepenuhnya taat kepada tuannya karena hidupnya sidah dibeli dan dirinya sepenuhnya bukan lagi haknya. Sehingga jika ingin lepas dari perhambaan harus ada penebusan. Tugas hamba Tuhan memiliki peran yang sangat penting dalam pertumbuhan iman jemaat. Tugas hamba Tuhan itu adalah sebagai Imam, sebagai gembala dan sebagai pemimpin. Di sisi lain berkaitan dengan tugas dan panggilannya bahwa gereja diutus ke dunia dan berada di Tengah-tengah dunia untuk melakukan Missio Dei, dunia yang Allah kasihi dan demi dunia inilah orang Kristen dipanggil untuk menjadi garam dan terang (Yohanes 3:16 dan Matius 5:13). Inilah yang seharusnya menjadi motivasi dari setiap orang Kristen Ketika menjalankan tugas dan fungsinya.
Firman Tuhan dalam 2 Tesalonika 3:1-5 yang diberi tema “Bekerja dan Berdoa” merupakan surat Rasul Paulus yang dialamatkan kepada jemaat yang ada di Tesalonika yang mengandung penguatan dan teguran untuk mendorong orang percaya untuk setia ditengah-tengah penganiayaan yang dialami. Meskipun demikian Rasul Paulus memuji jemaat yang memiliki iman yang teguh. Rasul Paulus menasihati supaya berdoa dan bekerja (Ora et Labora) menjadi bagian dalam hidup jemaat. Bekerja bagi Paulus adalah sebuah keharusan dan bekerja adalah wujud ketaatan kepada Tuhan yang telah menganugerahkan sebagai pekerja. Paulus terus mendorong jemaat agar jemaat termotivasi melakukan pekerjaan dan dengan demikian mereka makan dari hasil pekerjaannya sendiri dan tidak bergantung pada orang lain. Khusus dalam bahan kita kali ini membahasa bagaimana kaitan doa dengan hamba Tuhan dalam tugas pelayanannya.
Pelayan Tuhan (Servant of God), disebut juga Hamba Tuhan atau Hamba Allah,
adalah gelar yang diberikan kepada seorang individu dalam berbagai agama; dan secara
Pelayan Tuhan (Servant of God), disebut juga Hamba Tuhan atau Hamba Allah,
adalah gelar yang diberikan kepada seorang individu dalam berbagai agama; dan secara
Pelayan Tuhan (Servant of God), disebut juga Hamba Tuhan atau Hamba Allah,
adalah gelar yang diberikan kepada seorang individu dalam berbagai agama; dan secara
Pelayan Tuhan (Servant of God), disebut juga Hamba Tuhan atau Hamba Allah,
adalah gelar yang diberikan kepada seorang individu dalam berbagai agama; dan secara
Pelayan Tuhan (Servant of God), disebut juga Hamba Tuhan atau Hamba Allah,
adalah gelar yang diberikan kepada seorang individu dalam berbagai agama; dan secara
Pelayan Tuhan (Servant of God), disebut juga Hamba Tuhan atau Hamba Allah,
adalah gelar yang diberikan kepada seorang individu dalam berbagai agama; dan secara
Pelayan Tuhan (Servant of God), disebut juga Hamba Tuhan atau Hamba Allah,
adalah gelar yang diberikan kepada seorang individu dalam berbagai agama; dan secara
Pelayan Tuhan (Servant of God), disebut juga Hamba Tuhan atau Hamba Allah,
adalah gelar yang diberikan kepada seorang individu dalam berbagai agama; dan secara
Pelayan Tuhan (Servant of God), disebut juga Hamba Tuhan atau Hamba Allah,
adalah gelar yang diberikan kepada seorang individu dalam berbagai agama; dan secara
II. Isi
Kotbah: 2 Tesalonika 3:1-5
Ayat 1-2 “Selanjutnya, saudara-saudara, berdoalah untuk kami, supaya firman Tuhan beroleh kemajuan dan dimuliakan, sama seperti yang telah terjadi di antara kamu dan supaya kami terlepas dari para pengacau dan orang-orang jahat, sebab bukan semua orang beroleh iman”. Paulus mendorong jemaat agar berdoalah untuk kami (Paulus, Silas dan Timotius) supaya pemberitaan firman Tuhan yang dilakukan beroleh kemajuan dan dimuliakan. Kemajuan yang dimaksud supaya orang-orang menjadi percaya kepada-Nya dan memuliakan-Nya. Juga dengan berdoa terhindar dari setiap rancangan orang-orang jahat. Berdoa adalah cara orang percaya untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Berdoa adalah sebuah aktivitas yang dilakukan untuk memohon atau meminta sesuatu kepada-Nya, dengan harapan bahwa apa yang didoakan didengar dan dijawab oleh Tuhan. Doa adalah nafas hidup bagi orang percaya, jadi jika kita tidak berdoa maka kehidupan rohani akan mati. Doa merupakan bangunan iman dan kekuatan dari orang percaya dalam menjalani kehidupan spiritual juga dalam menghadapi tantangan. Dengan berdoa kita sadar bahwa orang percaya tidak bisa berbuat apa-apa dan ia hanya bergantung sepenuhnya kepada Tuhan. Walaupun saat ini banyak orang yang tidak lagi berdoa karena ia hanya mengandalkan kekuatan dan kecerdasannya.
Paulus menekankan bagaimana pentingnya berdoa, agar firman Tuhan beroleh kemajuan dan dimuliakan. Dengan kata lain agar pemberitaan Injil yang dilakukannya beroleh kemajuan dan berkembang dengan pesat. Kemajuan yang dimaksud agar semakin banyak orang menjadi percaya kepada Yesus Kristus. Kedua, agar ia terhindar dari para pengacau dan orang-orang jahat. Pengacau yang dimaksud yaitu orang-orang yang mengajarkan ajaran sesat. Mereka yang memusuhi pemberitaan Injil dan yang menganiaya orang percaya. Orang-orang jahat adalah mereka yang melakukan perbuatan yang dilarang Tuhan, melawan aturan dan hukum, mereka itulah orang-orang yang belum percaya.
Ayat 3-5 “Tetapi Tuhan adalah setia. Ia akan menguatkan hatimu dan memelihara kamu terhadap yang jahat”. Dalam ayat ini selanjutnya Paulus menunjukkan keyakinannya bahwa Tuhan akan menguatkan/meneguhkan hati mereka dan memelihara jemaat dari segala hal jahat. Bagi Paulus, Tuhan itu setia terhadap janji-janji-Nya. Ia percaya pada Tuhan, Dialah yang akan memampukan jemaat agar tetap konsisten dalam keyakinan iman, tetap berpegang teguh pada apa yang telah diajarkan oleh Paulus dan melakukannya. Paulus memiliki keyakinan yang besar bahwa jemaat Tesalonika akan terus melakukan apa yang mereka inginkan di masa depan, bahwa mereka akan terus melakukan apa yang kami perintahkan, hal ini dikarenakan jemaat Tesalonika telah mempercayai kabar baik dan firman-Nya, bahwa berjalan dalam ketaatan pada perintah Tuhan adalah jalan untuk mengalami kepuasan terbesar dalam hidup, serta hal ini sangat membutuhkan iman untuk meyakini dan melakukannya. Selanjutnya Paulus menegaskan bagaimana kepercayaannya kepada Tuhan dalam ayat 4 “Dan kami percaya dalam Tuhan” selama ini dalam pemberitaan Firman dari satu tempat ke tempat lain kekuatan Paulus tidak lain adalah Percaya dalam Tuhan. Dan ia memohon pada Tuhan agar jemaat memiliki hati untuk tetap mengasihi Allah dan meneladani ketabahan Kristus dalam menjalani penderitaan, inilah yang ditekankan Paulus dalam ayat 5 “Kiranya Tuhan tetap menujukan hatimu kepada kasih Allah dan kepada ketabahan Kristus” Ketabahan Kristus adalah berjalan dalam ketaatan kepada Bapa-Nya, percaya bahwa perintah-perintah Bapa-Nya adalah demi kebaikan-Nya, dan bahwa upah yang Bapa berikan sepadan dengan penderitaan yang mereka tanggung (Filipi 2:5-10). Inilah salah satu tema besar surat Tesalonika ini, yaitu bahwa dengan kasih mereka bertumbuh dalam iman, namun mereka juga harus memiliki ketabahan untuk menahan serangan dunia yang menimpa mereka. Dan kasih serta ketabahan ini berasal dari Tuhan kita.
Ogen: Keluaran 17:8-16
Dalam pembacaan kita dalam Kitab Keluaran 17:8-16 ini menunjukkan bagaimana kesatuan hati sebagai hamba-hamba Tuhan. Kesatuan hati itu terlihat dalam kerja sama Musa, Harun, Hur dan Yosua sebagai pemimpin bangsa Israel untuk melawan bangsa Amalek. Tugas Yosua adalah meminpin bangsa Israel untuk berperang, serta yang perlu dilihat disini khusus dalam ayat 10 “Lalu Yosua melakukan seperti yang dikatakan Musa kepadanya…Tetapi Musa, Harun dan Hur telah naik ke puncak bukit” dalam ayat ini sangat jelas bahwasanya dalam kerja sama itu jangan ada yang merasa lebih kuat atau merasa superior sehingga tidak lagi menghiraukan arahan dari pemimpin atau tidak menghiraukan rencana-rencana yang telah dibuat, hal ini akan membuat kegagalan bahkan kekalahan dalam peperangan. Sedangkan tugas Harun dan Hur menopang tangan Musa untuk dapat mengangkat tangannya ke atas selama peperangan berlangsung, karena Ketika tangan Musa turun maka bangasa Israel kalah berperang tetapi jika tangan Tuhan tetap terangkat ke atas maka bangsa Israel menang berperang. Tangan Musa ke atas ini memiliki arti Berdoa dan tetap meminta pertolongan kepada Tuhan, berarti dalam hal ini dapat kita katakan kebersamaan dan Kerjasama mereka merupakan Doa bersama atau saling mendukung dalam doa.
Invocatio: Heber 13:18
“Berdoalah terus untuk kami, sebab kami yakin bahwa hati nurani kami adalah baik, karena di dalam segala hal kami menginginkan suatu hidup yang baik” Dalam invocation ini diingatkan bagaimana pentingnya berdoa, dukungan doa ternyata sangat dibutuhkan sekali dalam kehidupan begitu juga dalam pelayanan, sehingga dikatakan “Berdoalah terus untuk kami”. Dalam pengertian berdoa itu tidak ada hentinya atau dengan kata lain selama kita hidup. Berdoalah apa yang akan dikerjakan dan dilakukan supaya kita diteguhkan dan tekun dalam menjalaninya. Doakan juga apa yang dicari dan diminta dalam nama-Nya, dengan meminta rahmat yang dijanjikan, kita harus bersyukur kepada Sang Pemberi Kehidupan dan mengakui kebergantungan kita kepada-Nya.
Kesimpulan
1. Bekerja dan berdoa adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Orang percaya tidak mungkin bekerja hanya mengandalkan kekuatan sendiri tanpa mengharapkan pertolongan Tuhan. Sebaliknya tidak mungkin pula hanya berdoa saja tanpa berusaha/bekerja. Antara berdoa dan bekerja harus berjalan seiring, tidak boleh yang satu diutamakan dan yang lain diabaikan. Jadi berdoalah untuk apa yang akan dikerjakan dan kerjakanlah apa yang telah didoakan, hanya dengan demikian orang percaya akan sukses menjalani kehidupan.
2. Martin Luther mengatakan doa adalah napas bagi orang percaya (kristen). Paulus mengatakan, “Tetaplah berdoa (I Tes. 5:17). Ada nyanyian yang syairnya berkata bahwa jarak antara Tuhan dan manusia hanyalah sejauh doa. Di dalam doa, selain kita bersyukur di dalamnya kita memohon dan meminta kepada Tuhan yang kita percayai. Tuhan senantiasa menantikan setiap orang percaya yang datang kepada-Nya, dengan memohon dan meminta dalam doa. “Dan apapun yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya” (Mat. 21:22).
3. Paulus sadar bahwa ia hanyalah alat Tuhan yang tidak bisa berbuat apa-apa tanpa pertolongan-Nya. Ia hanya mengandalkan kekuatan Tuhan semata-mata untuk mengerjakan tugas pelayanan dan dalam menghadapi segala tantangan, sehingga doa itu sangat penting dan utama bagi dia. Begitu juga ia memohon kepada jemaat untuk mendoakannya agar pelayanan yang dilakukannya beroleh kemajuan, bertumbuh dengan pesat seperti yang terjadi di Tesalonika, dimana semakin banyak orang menjadi percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Sekaligus ia berharap agar melalui saling mendoakan mereka dalam pelayanan terhindar dari setiap rancangan orang-orang jahat. Hanya dengan kekuatan doa dapat memampukan dia untuk mengerjakan segala sesuatu yang dipercayakan oleh Tuhan. demikianlah dalam bahan kotbah, ogen serta invocation ketiganya berorientasi dan menekankan tentang doa dan Kerjasama.
4. Hamba Tuhan harus berpusat pada Allah atau God Center, betapa pun kita mencintai suatu jemaat atau pelayanan yang telah Tuhan percayakan, bagian kita tetaplah pelayan. Arti sederhana dari pelayan adalah siap ketika sang tuan memberi perintah dan melakukan tugas yang baru walaupun menggangu zona kenyamanan kita. Sehingga Pelayanan itu harus berorientasi jiwa atau Man Oriented bukan program oriented atau sekedar berorientasi menjalankan program. Pernyataan tersebut baru bisa benar apabila orang yang melayani bergaul akrab dengan orang yang dilayani sehingga Pelayan itu harus melayani dengan kerendahan hati dan kasih (Matius 20:27-28). Begitu mulia tugas dan tanggung jawab seorang Hamba Tuhan, hendaklah jemaat juga mengambil bagian untuk mendukungnya dengan cara mendoakannya setiap saat, begitu juga antar Hamba Tuhan juga harus saling mendukung dalam doa.
Pdt Julianus Barus-Runggun Bandung Pusat