MINGGU 12 JANUARI 2025, KHOTBAH MARKUS 9:2-12
Invocatio :
“Besarlah TUHAN dan sangat terpuji” (Masmur 48:2)
Ogen :
Jesaya 43:1-5
Tema :
ANAK MANUSIA SI ISURUH DIBATA
Pengantar
Minggu ini kembali kita memasuki Minggu Epifani, di mana Tuhan menyatakan diriNya dalam Yesus Kristus. Dalam Minggu Epifani yang pertama ini kembali kita diingatkan untuk senantiasa menyambut kehadiran Yesus Kristus. Bukan hanya menyambut, tetapi kita juga diingatkan untuk lebih lagi mengenal Kristus, agar benar-benar mengetahui kehendakNya dalam hidup kita.
Penjelasan Bahan Alkitab
Bahan khotbah pada kesempatan ini menceritakan suatu peristiwa yang menakjubkan bagi murid-murid yang mengikuti Yesus, yaitu Yesus dimuliakan di atas gunung. Gunung dalam perikop ini tidak diceritakan di mana lokasinya. Gunung tinggi dalam tradisi Alkitab identik dengan tempat khusus di mana Allah menyatakan diriNya (Kej. 19; 24; 33-34; 1 Raj. 19; Mat. 4:8; 5:1; 28:6). Dalam konteks ini juga invocatio menceritakan tentang gunung Sion sebagai kota Allah, yang penuh dengan kekudusan dan kegirangan. Enam hari kemudian (setelah Yesus menceritakan tentang penderitaanNya kepada murid-muridNya), Dia mengajak Pertus, Yakobus dan Yohanes naik ke sebuah gunung yang tinggi. Dalam kisah yang sama, Luk. 9:28, diceritakan Yesus mengajak murid-muridNya ke atas gunung untuk berdoa. Kisah dalam Injil Lukas melengkapi keterangan bahwa gunung, dengan suasana yang sunyi, adalah tempat di mana Yesus dan murid-muridNya menenangkan diri untuk berdoa.
Setelah itu dikisahkan jubah yang digunakan Yesus secara tiba-tiba berubah menjadi sangat putih berkilauan. Markus menambahkan keterangan bahwa jubah seperti itu tidak ada di dunia ini. Keterangan tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa Yesus adalah seorang tokoh ilahi yang berasal dari sorga. Tidak hanya sampai di situ saja, muncul keajaiban lainnya, yaitu mucul dua tokoh penting dalam cerita Alkitab, yaitu Elia dan Musa. Dikisahkan mereka sedang berbincang-bincang dengan Yesus. Orang Yahudi percaya bahwa Elia dan Musa adalah nabi-nabi yang akan muncul pada zaman akhir (Ul. 18:15; Mal. 31). Dalam perikop ini mereka tampil sebagai wakil Taurat dan para nabi yang memberi kesaksian tentang jalan yang harus ditempuh Mesias. Dari kitab Taurat dan kitab para nabi diketahui bahwa Mesias harus menderita dan mati untuk masuk ke dalam kemuliaan, termasuk penggenapan kebangkitan serta kenaikan Yesus ke sorga. Saking bahagianya, Petrus menawarkan untuk mendirikan tiga pondok. Hadirnya dua tokoh PL, Musa dan Elia menunjukkan konfirmasi atas ke-Tuhanan Kristus.
Konfirmasi lain datang langsung dari langit. Allah Bapa sendiri menyatakan dengan suara yang terdengar oleh manusia: “Inilah Anak-Ku yang terkasih, dengarkanlah Dia” (terj. TB Ed. II). Awan adalah lambang kehadiran Allah, dan suara yang berkata itu adalah suara Allah yang kembali menegaskan tentang ke-Mesias-an Yesus sebagaimana yang pernah diucapkan pada Mrk. 1:11. Perintah agar mendengarkan Yesus adalah penegasan bahwa semua pengajaran Yesus adalah sangat berwibawa dan wajib dipercayai. Yesus adalah Nabi yang harus didengarkan sesuai dengan apa yang pernah dijanjikan Musa dalam Ul. 18:15. Peristiwa adikodrati dan begitu mengagumkan ini tentu tidak akan terlupakan seumur hidup ketiga rasul. Sayangnya sekalipun mereka sudah diyakinkan oleh Allah langsung bahwa Yesus adalah Kristus, Mesias dan Tuhan, tetapi mereka masih tidak mampu memahami bahwa Yesus akan menderita sengsara, disalibkan dan bangkit pada hari ketiga, sehingga Yesus kembali menekankan mengenai hal itu pada ay. 12. “Memang Elia akan datang dahulu dan memulihkan segala sesuatu. Hanya bagaimanakah dengan yang ada terlulis mengenai Anak Manusia, bahwa Ia akan banyak menderita dan akan dihinaka?
Seluruh peristiwa ajaib dalam perikop ini memperlihatkan bagaimana alur keselamatan yang telah dimulai sejak zaman Taurat dan para nabi, harus digenapi dalam diri Yesus Kristus sebagai Mesias, Anak Allah yang taat menjalankan perintah Allah dengan sempurna.
Bacaan Alkitab yang pertama (ogen) adalah tulisan Nabi Yesaya dalam konteks historis masa pemerintahan raja Yoyakim dari Kerajaan Yehuda. Pada saat itu, bangsa Israel sedang mengalami masa sulit karena mereka telah jatuh ke dalam penyembahan berhala dan melanggar perjanjian dengan Allah. Yesaya dipanggil oleh Allah untuk menyampaikan pesan-pesan penghakiman dan pengharapan kepada umatNya. Yesaya 43 mengandung pesan-pesan teologis tentang kasih dan pemulihan Allah terhadap umatNya. Allah berjanji untuk membebaskan umatNya dari perbudakan dan mengampuni dosa-dosa mereka jika mereka bertobat dan kembali kepadaNya. Secara khusus dalam bacaan kita kali ini, kembali ditegaskan oleh Yesaya bahwa Tuhan-lah satu-satunya Juruselamat yang akan menyelamatkan dan memulihkan mereka. Oleh karena itu jangan takut. Kalimat “jangan takut” dikatakan Nabi Yesaya dua kali dengan tujuan untuk meyakinkan bangsa Israel.
Aplikasi
Pesan Firman Tuhan melalui bacaan kita pada hari ini :
- Jangan meragukan Keilaian Kristus. Sebagaimana ogen menubuatkan bahwa Tuhan di dalam Yesus Kristus satu-satunya Juruslamat yang akan menyelamatkan dan memulihkan umatNya. Perikop Kotbah juga menyatakan baik melalui tokoh besar PL dan Allah sendiri bahwa Kristus Tuhan adalah Mesias, Juruslamat yang datang untuk menebus dosa-dosa manusia. Bagaimana dengan kita? Bagaimana dengan Saudara? Apakah masih ada di antara kita yang meragukan keilahian Kristus? Apakah kita sungguh-sungguh percaya, bukan hanya dengan mulut kita, juga kita wujudkan dalam seluruh perjalanan kehidupan kita. Ketika senang dan susah, suka cita dan dukacita datang tetap kita mengandalkan Tuhan. Kalaupun ada ketakutan dan kekuatiran kita mampu mengatasiNya karena pengharapan kepada Kristsus.
- Kemuliaan Tuhan harus terus terpancar dalam kehidupan para pengikutnya. Tahun boleh berganti tetapi kemuliaan Tuhan tetap sama dari dahulu, sekarang, dan sampai selama-lamanya. Kemuliaan Tuhan harus dapat kita nyatakan melalui pikiran, perkataan dan perbuatan yang menyenangkan Tuhan. Sebagaiman Kristus, melalui ketaataatanNya, melalui penderitaanNya Dia masuk dalam kemuliaan. Tidak ada jalan yang instan untuk sampai kepada kemuliaan. Sebagaiman Invocatio : Besarlah Tuhan dan sangat terpuji. Ula erkiteken pengkebet geluhta la terpuji gelar Tuhan.
- Allah yang sama tetap menyatakan diriNya dalam kehidupan kita sampai saat ini. KasihNya tidak pernah lekang oleh waktu, kualitas dan kuantitasnya tidak pernah berubah dalam kehidupan kita. Oleh karena itu tetap lah kita bersyukur. Bagaimanapun keadaan kita saat ini, tetaplah mengucap syukur kepada Tuhan di dalam Yesus Kristus.
Tema kita pada kesempatan ini mengingatkan kita bahwa tanpa ketaatan di dalam melakukan perintah Allah, maka keselamatan sejati itu tidak akan pernah terwujud. Yesus adalah Mesias yang telah dinubuatkan untuk menggenapi keselamatan sejati itu di tengah-tengah dunia ini. Dalam hal ini pun kita harus senantiasa mengucap syukur. Pada kesempatan ini kita diingatkan agar meneladani Yesus di dalam ketaatanNya melakukan perintah Tuhan. Melakukan perintah-perintah Tuhan tentu bukanlah hal yang mudah. Ada banyak tantangan yang harus dihadapi, bahkan kita harus mengalami banyak penderitaan sebagai konsekuensi ketaatan melakukan perintah Tuhan dalam hidup kita sehari-hari. Namun demikian, bacaan pertama (ogen) memberikan motivasi kepada kita bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan anak-anakNya yang setia dan taat.
Sudah lebih dari 10 hari kita menjalani kehidupan di tahun yang baru. Masih ada kurang lebih 350 hari lagi yang akan kita jalani. Tidak satupun dari kita yang mengetahui apa yang akan terjadi di hari-hari ke depan. Mungkin akan ada tantangan, kesulitan, kesedihan, tangis penderitaan. Mungkin juga sebaliknya, akan banyak keberhasilan, sukacita kebahagiaan yang akan kita alami. Keberhasilan kegagalan, kebahagiaan kesedihan, suka duka, tawa tangis, sehat sakit, sudah pasti ada dalam kehidupan kita. Tinggal bagaimana cara kita menjalaninya. Bila kita menjalaninya dengan iman bahwa kasih dan penyertaan Tuhan itu ada, maka kita akan menjalaninya dengan penuh ucapan syukur. Oleh karena itu tetaplah berjalan dengan penuh keyakinan dan pengharapan bahwa kita akan dimampukan Tuhan melalui semua yang harus kita alami di tahun 2025 ini.
Pdt. Larena Sinuhadji