MINGGU 19 JANUARI 2025, KHOTBAH MAZMUR 24:1-10

Invocatio :

Yeremia 31:35, “Beginilah firman TUHAN, yang memberi matahari untuk menerangi siang, yang menetapkan bulan dan bintang-bintang untuk menerangi malam, yang mengharu biru laut, sehingga gelombang-gelombangnya ribut, — TUHAN semesta alam nama-Nya:”

Ogen  :

Wahyu 21:1-8

Kotbah   :

Mazmur 24:1-10

Tema  :

Tuhanlah Yang Empunya Bumi Serta Segala Isinya.

 

Pengantar

Jika kita memiliki sesuatu barang yang menjadi favorit maka kita pun akan menjaga dan merawatnya dengan sepenuh hati. Cara menjaga atu merawat tentu berbeda-beda, ada yang saking sukanya dipakai atau dilihat setiap hari namun ada juga yang sebaliknya disimpan dengan sangat baik dan jarang dipergunakan sehingga awet. Kita juga mengenal istilah posesif yang artinya sifat ketika seseorang takut dan khawatir secara berlebihan kehilangan orang yang dicintainya. Saking takutnya, orang yang posesif akan mengontrol aktivitas pasangannya, bahkan melarang pasangannya untuk berteman dengan orang tertentu, dan meras hanya dia yang berhak atas pasangannya. Sikap memiliki yang berlebihan dan cenderung toxic dalam sebuah relasi.

Kepemilikan yang artinya hak untuk menguasai dan menggunakan sesuatu secara eksklusif serta memiliki kekuasaan untuk memanfaatkannya sesuai dengan kehendak pemiliknya. Dalam kekristenan kita percaya bahwa segala sesuatunya adalah kepunyaan Allah karena DIA lah sang Pencipta, kita manusia pun adalah milik Allah dan bisa digunakan dan dimanfaatkan sesuai kehendakNya namun secara Istimewa Allah mengasihi manusia ciptaanNya bahkan ditebusNya.

Isi

Mazmur 24 adalah salah satu mazmur yang dinyanyikan ketika bangsa Israel memasuki Rumah Tuhan pada masa itu. Di dalamnya terkandung pengakuan iman bahwa Tuhanlah empunya seisi dunia ini. Dia yang menciptakannya dan Dialah yang berdaulat atasnya. Pandangan ini mematahkan kepercayaan kuno pada masa itu tentang kekuasaan ilah-ilah lain dan keperkasaan manusia. Jika di Kej 1:2 disebutkan bahwa bumi belum berbentuk dan kosong, gelap gulita menutupi samudera raya (chaos/ kekacauan) maka dalam perikop ini dinyatakan bahwa Tuhanlah yang menjadikan segala sesuatunya menjadi teratur karena DIA lah yang empunya bumi serta segala isinya dan dunia serta yang diam didalamnya (ay 1). Dan Tuhan juga yang mendasarkannya (Karo: ipajekkenNa palasna) diatas lautan dan menegakkannya diatas Sungai (ay 2).

Dalam Kejadian 1:28, manusia diberi mandat untuk mengelola bumi (seluruh ciptaan). Tuhanlah pemilik bumi dan segala isinya, manusia bukanlah pemilik hanaya pengelola. Namun jika melihat situasi kondisi bumi sekarang, manusia merasa sebagai pemilik yang dengan sesuka hati memanfaatkan namun seringkali lupa menjaga, merawat dan melestarikan, karena berprinsip untuk mendapatkan untung sebanyak-banyaknya namun orang percaya tidaklah dapat berlaku demikian karena seperti Rasul Paulus tuliskan bahwa orang-orang yang di dalam Kristus adalah ciptaan baru (2Kor. 5:17). Jika memahami konteksnya, maka kuasa kebangkitan Kristus tidak hanya melahirbarukan manusia yang berdosa. Tetapi juga memulihkan keadaan ciptaan yang tercemar oleh dosa. Panggilan kita sebagai orang percaya adalah bekerja selaras dengan konsep ciptaan baru itu, yang nantinya akan terwujud secara penuh ketika Kristus datang kedua kalinya (Why. 21:5). Contoh sederhana, seorang pengusaha Kristen tidak akan mau mengeruk keuntungan banyak dari penebangan liar, yang merusak alam, seorang pejabat Kristen tidak akan mengambil keuntungan dengan mengeluarkan izin usaha yang merusak alam, atau menutup mata atas pengusaha jahat yang hendak mengambil keuntungan dengan eksploitasi berlebihan.

Penafsir juga menghubungkan perikop ini dengan 2 Samuel 5-6, saat Daud baru saja dinobatkan sebagai raja atas Israel dan memukul kalah orang Filistin. Tabut Tuhan sebagai lambang kehadiran Allah diarak naik ke Yerusalem. Tidak ada kemuliaan yang setara dengan kemuliaan Tuhan. Sebab itu Tuhan disebut sebagai Raja kemuliaan karena bagi Daud kemenangan yang diraihnya bukan karena kuasa dan kekuatannya, melainkan Tuhan yang telah menyertainya. Kepala yang tertunduk akan diangkat untuk menyaksikan Raja Kemuliaan masuk melalui pintu gerbang Yerusalem. Sebuah sambutan yang gegap gempita penuh sorak- sorai kemenangan karena bangsa yang tertunduk oleh musuh kini sedang merayakan kemenangan oleh karena Raja Kemuliaan telah kembali dalam kejayaan dan keperkasaan-Nya. Pernyataan bahwa Tuhan adalah Raja Kemuliaan menjadi penekanan dalam mazmur ini karena dinyatakan sampai 5 kali (7-10). Dan orang yang dapat menerima berkat Raja Mulia adalah orang yang bersih, murni, dan yang mencari wajah Allah (ay 4-6).

Secara teologis, mazmur ini dapat ditafsirkan sebagai nubuat tentang penyambutan terhadap Kristus sebagai Raja Kemuliaan ketika Ia datang untuk yang kedua kalinya nanti. Kristus akan berjalan masuk melalui pintu-pintu gerbang yang sudah berabad-abad menantikan-Nya. Ia akan disambut dengan meriah oleh umat-Nya yang dengan setia menantikan-Nya.

Aplikasi

  1. Minggu Epiphanias kedua, minggu manifestasi/ penampakan jelas Tuhan Yesus Kristus kepada dunia. Dapat kita renungkan Allah tampak dengan jelas didalam segala ciptaanNya dan itu menyadarkan kita sebagai manusia bahwa DIA yang empunya segalanya. Maka bagi DIA lah segala hormat dan puji dan penyembahan, sang Raja Kemuliaan.
  2. Sebelum memasuki rumah Tuhan, bangsa Israel diingatkan bahwa Tuhanlah yang menciptakan dan berdaulat atas dunia ini. Itu membuat mereka menyiapkan hati dengan benar sebelum masuk hadirat Tuhan. Demikian pula hendaknya melalui mazmur ini kita mengorientasikan seluruh hidup kita untuk hidup dengan cara yang berkenan pada Tuhan.
  3. “Belajarlah dari tukang parkir, yang tidak merasa memiliki, tetapi dititipi.” Semewah apapun mobil yang diparkirnya, seorang tukang parkir (vallet parking) akan mengembalikan kunci dan mobil kepada pemiliknya. Orang yang merasa dititipi Tuhan pun demikian. Dia tidak akan kecewa berlebihan ketika apa yang dimilikinya di dunia ini suatu saat hilang. Entah karena musibah, kejahatan, atau kematian. Serta, dia juga akan menggunakan apa yang dimilikinya di dunia ini sesuai dengan kehendak Pemilik sesungguhnya, yaitu Tuhan.
  4. Kerusakan memang telah terjadi dan butuh bertahun-tahun untuk memperbaikinya, itupun jika seluruh manusia (bangsa dan negara) di bumi ini mau bersatu secara kompak untuk mulai melakukan hal itu. Tetapi ingatlah bahwa meski kita hanya sebagian yang sangat kecil dari komunitas dunia, namun kita tetap bisa mulai melakukan sesuatu. Mungkin dari halaman kita, dari lingkungan kita, dan biarlah itu menjadi awal dari sebuah pergerakan kepedulian lingkungan yang akan terus membesar. Salah satu panggilan Tuhan yang penting adalah untuk menguasai dan menaklukkan bumi beserta isinya, menjaga kelestarian dan keindahannya agar bisa dinikmati oleh anak cucu kita kelak. We can make a change!

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD