MINGGU 24 DESEMBER 2024, KHOTBAH MATIUS 1:1-17
Renungan :
Matius : 1: 1-17
Tema :
Raja Penampat si I Padanken Dibata (Juru selamat yang dijanjikan)
Pengantar
Penulis Injil Matius ini sebenarnya masih belum jelas namun gereja-gereja tua mengambil satu kesimpulan yang menulis adalah murid Yesus yang bernama Matius sendiri di karenakan di antara murid-murid yang lain Matius yang seorang pemungut cukai pasti mahir membuat catatan-catatan. Kitab Matius ini di tulis sekitar tahun 65 sesudah Masehi.
Pendalaman teks
Pasti ada hal yang penting mengapa kitab Matius menuliskan silsilah Yesus Kristus ini. Dalam tradisi Yahudi seorang anak memperoleh hak penuh jika seorang laki-laki menerimanya sebagai anak dan memberikan nama baginya (Matius 1 :25) dengan jalan inilah Yesus menjadi Keturunan Daud.
Pentingnya silsilah Yesus menandakan kehadiran Yesus ke dunia ini sebuah fakta sejarah bukan dongeng atau cerita rakyat. Jika ada yang meragukan eksistensi Yesus pernah lahir dan hidup di dunia ini maka itu dapat terbantahkan lewat silsilah. Dari silsilah maka benar dia pernah ada dan hidup di dunia. Dengan adanya silsilah kita tahu siapa orang tuanya, siapa kakek dan neneknya (Ayat 17). secara khusus memperlihatkan bahwa Allah bekerja dengan teratur. Dari Abraham sampai ke Daud ada 14 keturunan, dari Daud sampai ke pembuangan di Babil ada 14 keturunan, dan dari pembuangan keBabil sampai kelahiran Yesus ada 14 keturunan.
Dalam silsilah Yesus kita melihat satu anugerah Allah yang luar biasa. Secara tidak lazim dalam silsilah orang Yahudi, disebut ada 5 nama perempuan. Pertama Rut, seorang kafir dan nenek Daud, tetapi dia menjadi perempuan yang beriman. Kedua Rahab, seorang kafir memiliki moral dan karakter yang di pertanyakan lalu menjadi perempuan beriman. Ketiga tamar yang terlibat tipu daya namun dia juga ada dalam silsilah Yesus. Ke empat, ibu salomo yang dicuri Daud dari suaminya Uria. Ke lima Maria seorang perempuan muda, suci dan masih perawan. Janji kelahiran Yesus dari orang-orang yang mau diubahkan. Kemudian dari keturunan orang beriman yang di pilih Allah seperti Abraham (kej 12:3) dan kepada Daud(2 sam 7:12). Namun tidak hanya orang yang baik yang di pilih Allah untuk mencapai tujuanNya, ada juga orang yang tidak baik, Penipu, pezinah orang kafir yang mengalami pertobatan masuk dalam daftar nenek moyang Yesus. Allah dapat memakai siapa saja untuk mengenapi janji keselamatan.
Silsilah Yesus membuktikan bahwa dia adalah manusia sejati dan juga Mesias yang dinubuatkan dan di genapi dengan kelahiran Yesus bahwa dia adalah keturunan Daud. Dia adalah Mesias yang di urapi dan di utus untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Penting nya fakta ini berhubungan dengan karya penyelamatan. Karena kalau dia tidak menjadi manusia dan tidak memiliki sifat seperti manusia. Dia tidak memahami penderitaan manusia dan tidak mengalami kematian. Karena hanya melalui kematianlah dosa dapat di tebus.
Bacaan Jesaya 62:1-5
Nabi yang di utus untuk membawa kabar baik kepada sion yang sebagian besar masih terdapat reruntuhan dalam satu negri yang tidak aman terlebih umat yang sudah putus asa akan pengenapan akan janji keselamatan. Sepanjang waktu nabi-nabi memohon dalam doanya untuk mengingatkan Tuhan akan janji NYa dan mendesak agar janji itu di genapi. Dalam pemberitaannya ia bersaksi kepada israel bahwa Tuhan pasti akan mengenapi janjinya. Keselamatan akan menyala seperti suluh bagi sion.
Hubungan baru antara Tuhan dengan Yerusalem, kota akan dibangun sehingga kemuliaan Tuhan di pantulkan dalam kemuliaan Yerusalem (ayat 2,3). negeri tidak lagi dikatakan yang sunyi dan di tinggalkan suami artinya tidak lagi menjadi negeri yang tandus dan tidak berpenghuni. Yerusalem mendapat nama baru “yang berkenan kepadaKu”dan bersuami.
Penutup
- Nubuatan dalam Pl tentang kedatangan Yesus sungguh sangat mendetail, dia akan di lahirkan dari keturunan Daud (yesaya 11:1), Dia akan di lahirkan di Betlehem (mikha 5:2), dia akan dilahirkan dari seorang perawan dan namaNya akan disebut Imanuel (Yesaya 40:3).
- Ketika Allah menjanjikan sesuatu, hal itu akan terjadi, namun ketika manusia menjajikan sesuatu tunggu saja dan lihatlah. Manusia mungkin mengecewakan kita, tetapi Allah tidak pernah gagal dalam menepati janji-janjiNya. Ketika kita berpegang teguh pada janji itu dengan iman, kita akan melihat bahwa janji itu akan di tepatiNya meski kita harus menunggu waktu Tuhan untuk janji itu.
Pdt Elia
MINGGU 22 DESEMBER 2024, KHOTBAH LUKAS 1:39-44
Ogen :
Mikha 5: 2-5a
Khotbah :
Lukas 1:39-44
Tema :
Berita idur Tuhan, tuhu-tuhu terjadi (Kabar dari Tuhan, benar benar terjadi)
Pendahuluan:
Saat Natal tiba, kita sering kali diingatkan tentang janji-janji Tuhan yang digenapi. Natal bukan sekadar perayaan tahunan, tetapi juga penegasan bahwa segala kabar yang datang dari Tuhan adalah benar dan pasti terjadi. Dalam teks Lukas 1:39-44, kita menyaksikan reaksi Elisabet ketika Maria, yang telah menerima kabar dari malaikat Gabriel tentang kehamilannya, mengunjunginya. Elisabet dan janin dalam rahimnya langsung merespons dengan sukacita, karena apa yang Tuhan katakan benar-benar terjadi.
Isi:
- Konteks Historis dan Teologis dari Lukas 1:39-44
Perikop Lukas 1:39-44 terjadi dalam konteks budaya Yahudi abad pertama, di mana kehamilan dan kelahiran seorang anak dianggap sebagai anugerah dan berkat Tuhan yang besar, terutama bagi perempuan seperti Elisabet yang telah lama menanti keturunan. Elisabet dan Maria berada dalam posisi yang secara manusiawi tidak mungkin mengandung anak—Elisabet yang tua dan Maria yang perawan—sehingga peristiwa ini menunjukkan dimensi supranatural dari rencana Tuhan.
Secara teologis, kehamilan Maria bukan hanya fenomena biologis, tetapi merupakan penggenapan dari nubuat Mesias yang telah lama dinanti dalam tradisi Yahudi. Hal ini sejalan dengan nubuat dari Yesaya 7:14, yang menyatakan bahwa seorang perawan akan mengandung dan melahirkan anak yang akan disebut Immanuel, “Allah beserta kita.” Dalam konteks ini, Lukas ingin menekankan bahwa karya Tuhan dalam sejarah umat manusia terjadi secara nyata dan melibatkan campur tangan ilahi yang melebihi hukum-hukum alam biasa.
Selain itu, perikop ini menguatkan tema besar dalam Injil Lukas tentang pembalikan tatanan sosial: mereka yang lemah, kecil, atau tidak diperhitungkan, justru menjadi instrumen utama dalam penggenapan rencana Tuhan. Maria dan Elisabet adalah perempuan dari latar belakang sederhana yang berperan penting dalam sejarah keselamatan.
- Perjumpaan Antara Maria kepada Elisabet
Kehadiran Roh Kudus sangat menonjol dalam perikop ini. Elisabet, dalam responsnya terhadap salam Maria, dipenuhi oleh Roh Kudus (Lukas 1:41). Hal ini sangat signifikan dalam narasi Injil Lukas, yang secara konsisten menggambarkan Roh Kudus sebagai agen aktif dalam peristiwa-peristiwa kunci dalam sejarah keselamatan. Lukas menempatkan peran Roh Kudus dalam setiap langkah proses penyelamatan, mulai dari konsepsi Yesus hingga pelayanan-Nya di kemudian hari.
Pekerjaan Roh Kudus dalam diri Elisabet juga memiliki dimensi pneumatologis yang memperlihatkan bahwa pengenalan terhadap karya Allah tidak sepenuhnya bersifat rasional, tetapi sering kali merupakan hasil dari pencerahan ilahi. Elisabet, dalam kuasa Roh Kudus, langsung mengenali bahwa Maria sedang mengandung Tuhan, bahkan sebelum Maria menjelaskan keadaannya. Dalam hal ini, Elisabet bukan hanya bertindak sebagai kerabat, tetapi sebagai seorang nabi yang menyampaikan realitas ilahi tentang kehadiran Mesias.
- Peranan Kabar Sukacita dalam Rencana Keselamatan
Kabar yang diterima Maria dari malaikat Gabriel dan dikonfirmasi oleh Elisabet mengandung elemen penggenapan eskatologis. Yesus, yang dikandung oleh Maria, adalah Anak Allah yang diutus untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa. Kehadiran Yesus menggenapi janji Tuhan yang sudah diberikan kepada nenek moyang Israel, terutama janji kepada Abraham dan keturunannya (Kejadian 12:3), bahwa melalui keturunannya, seluruh bangsa akan diberkati.
Penting untuk diperhatikan bahwa Elisabet tidak hanya melihat kehadiran Maria secara personal, tetapi ia mengaitkannya dengan dimensi yang lebih besar dari rencana Allah. Dalam pernyataannya, Elisabet berkata, "Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?" (Lukas 1:43). Penggunaan kata "Tuhanku" dalam konteks ini merupakan deklarasi mesianis, di mana Elisabet, di bawah pimpinan Roh Kudus, mengakui status Yesus sebagai Tuhan yang dijanjikan. Dengan demikian, perikop ini bukan hanya tentang pertemuan pribadi, tetapi tentang penggenapan janji-janji Tuhan dalam sejarah keselamatan.
- Teologi Penggenapan Janji Tuhan
Peristiwa dalam Lukas 1:39-44 adalah bagian dari narasi yang lebih besar tentang inkarnasi, di mana Allah menjadi manusia melalui pribadi Yesus Kristus. Inkarnasi adalah inti dari teologi Kristen, yang mengajarkan bahwa Allah mengambil bentuk manusia untuk menyelamatkan umat-Nya dari dosa. Hal ini menunjukkan bahwa janji Tuhan tidak hanya berupa konsep teologis abstrak, tetapi diwujudkan secara nyata dalam sejarah manusia. Inkarnasi adalah realisasi dari janji-janji di Perjanjian Lama, di mana Allah terlibat langsung dalam dunia ciptaan-Nya untuk menggenapi rencana keselamatan.
Lukas secara halus tetapi tegas ingin menunjukkan bahwa apa yang terjadi pada kehamilan Maria bukanlah kebetulan atau peristiwa natural biasa. Kehadiran Yesus sebagai Mesias adalah penggenapan janji-janji Allah yang telah dinyatakan dalam Perjanjian Lama, dan sekarang terjadi dalam realitas kehidupan Maria dan Elisabet. Teologi penggenapan ini menegaskan bahwa Allah yang setia memegang kendali sejarah dan menuntun segala sesuatu menuju tujuan-Nya yang agung.
Aplikasi:
- Percaya pada Janji Tuhan dalam Hidup Kita
Sama seperti Maria dan Elisabet yang merespons kabar Tuhan dengan iman, kita juga dipanggil untuk percaya bahwa janji-janji Tuhan dalam hidup kita pasti digenapi. Terkadang kita mungkin merasa ragu atau bimbang ketika menghadapi situasi sulit, tetapi kisah ini mengajarkan bahwa kabar dari Tuhan pasti terjadi pada waktu-Nya. Kita harus berani berjalan dalam iman, meskipun kita belum melihat penggenapannya secara langsung.
- Membawa Kabar Sukacita kepada Orang Lain
Elisabet tidak hanya merespons kabar itu dengan sukacita, tetapi juga dengan pengakuan dan pujian. Demikian juga, kita dipanggil untuk berbagi kabar sukacita tentang Yesus kepada orang lain. Natal adalah saat yang tepat untuk mengingatkan orang-orang di sekitar kita bahwa Yesus telah datang dan janji keselamatan tersedia bagi semua manusia.
- Menjalani Hidup yang Dipimpin oleh Roh Kudus
Elisabet dipenuhi oleh Roh Kudus, hidup kita juga harus dipimpin oleh Roh. Roh Kudus meneguhkan kita dalam iman dan mengingatkan kita akan janji-janji Tuhan. Dalam hidup sehari-hari, kita harus peka terhadap suara Roh Kudus yang membimbing kita untuk memahami kebenaran firman Tuhan dan menerapkannya di dalam kehidupan kita.
Penutup:
Kisah kunjungan Maria kepada Elisabet dalam Lukas 1:39-44 mengingatkan kita bahwa kabar dari Tuhan bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh. Tuhan adalah Allah yang setia, dan apa yang Ia katakan pasti terjadi. Natal adalah bukti bahwa janji-janji Tuhan benar dan bisa dipercaya. Sama seperti Maria dan Elisabet, kita dipanggil untuk merespons kabar dari Tuhan dengan iman, sukacita, dan pengakuan bahwa Yesus adalah penggenapan dari segala yang Tuhan janjikan. Mari kita merayakan Natal dengan penuh keyakinan bahwa kabar dari Tuhan tidak pernah gagal—Ia setia menggenapi segala firman-Nya.
Bujur ras Mejuah-Juah.
Pdt. Joe
MINGGU 15 DESEMBER 2024, KHOTBAH MATIUS 25:1-13
Kata Pembuka
Dalam segala hal dibutuhkan persiapan. Misalnya saja saat akan berangkat ke suatu tempat, baik untuk bekerja, pergi ke pesta, berwisata atau hadir ke acara penting, maka mempersiapkan diri tidak boleh dilewatkan. Apa yang mau dibawa, dikenakan, bagaimana perjalanannya, hendak pergi bersama siapa, semua membutuhkan persiapan. Agar tidak ada yang terlupa atau ketinggalan.
Jangan sampai seperti seorang pemuda yang pulang larut malam karena asik begadang dengan teman-temannya. Sesampainya di rumah, dia tidak lagi sempat melakukan apa-apa, karena sudah lelah dan mengantuk. Padahal besok adalah hari presentasi tugas di kelasnya. Dia tidak mempersiapkan barang-barangnya, karena berharap menyempatkannya besok. Pagi harinya, ternyata pemuda tersebut terlambat bangun. Akhirnya dia mempersiapkan diri dengan terburu-buru. Bahkan sarapan dan mandi pun tidak lagi sempat. Dia bergegas tanpa memperhatikan lagi perlengkapan yang harus dibawanya.
Saat tiba di kelas, dia menyadari catatan yang berisi tugas presentasinya tertinggal di rumah. Untuk kembali pulang tidak lagi ada waktu, sehingga mau tidak mau dia menerima resiko ditegur dan berkurang nilai karena ketidaksiapannya. Ditambah lagi perutnya lapar dan badannya yang tidak sempat mandi tadi, semakin menambah gerah dan mulai beraroma tidak sedap. Hal ini sangat mengganggu konsentrasinya sepanjang perkuliahan. Dari sinilah pemuda itu menyesal tidak mempersiapkan diri dengan lebih baik saat ada kesempatan.
Dari gambaran pengalaman ini, kita juga diingatkan bahwa segala sesuatu membutuhkan persiapan. Karena hidup dan pilihan, merupakan hal yang akan dipertanggungjawabkan dan upahnya pun akan diterima masing-masing sesuai keputusan pilihan yang telah diambil. Dalam hal apapun yang tidak dipersiapkan dengan baik maka hasilnya tidak akan maksimal bahkan dapat menjadi penyesalan. Termasuk dalam kehidupan beriman. Seorang Kristen harus mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh baik, dalam menantikan kedatangan Yesus kembali.
ISI
Matius 25:1-13 Yesus memberi perumpamaan tentang Kerajaan Surga dengan gambaran sepuluh gadis yang membawa pelita untuk menyongsong mempelai laki-laki. Menurut tradisi setempat di zaman itu, mempelai laki-laki akan mendatangi rumah orang tua mempelai perempuan, untuk menjemput sang mempelai perempuan. Setelah itu, para gadis dan tamu lain akan pergi bersama kedua pengantin ke rumah mempelai laki-laki dan disanalah akan diadakan perjamuan kawin (ay 1).
Dalam perumpamaan ini, ada lima gadis yang bodoh dan lima lainnya bijaksana (ay 2). Mereka bertugas menantikan kedatangan mempelai, yang tidak dapat dipastikan waktunya tetapi pelita harus terus menyala. Gadis-gadis bijak membawa pelita sekaligus minyak sebagai persiapan, tetapi gadis-gadis bodoh hanya membawa pelita tanpa persediaan minyak. Setelah menanti mempelai yang tidak kunjung datang dengan cukup lama, mereka tertidur (ay 3-5).
Pada saat mempelai datang, semua bangun dan bersiap menyongsongnya, termasuk memastikan pelita tetap menyala. Ternyata, pelita mereka hampir padam. Gadis-gadis bijak menungkan minyak agar pelita tetap menyala. Sementara gadis-gadis bodoh meminta persediaan minyak gadis-gadis bijaksana. Namun, tentu saja mereka tidak dapat membaginya karena tidak cukup untuk semua (ay 6-9). Saat gadis-gadis bodoh pergi membeli minyak, mempelai telah datang dan semua orang diajak masuk ke perjamuan kawin dan pintu ditutup. Gadis-gadis bodoh yang datang terlambat, memohon agar pintu dibukakan. Tetapi mereka tidak lagi diperkenankan masuk (ay 10-12). Yesus menutup perumpamaan ini dengan berkata, ‘..Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.’ (ay 13).
Perumpamaan ini disampaikan Yesus sebagai gambaran janji kedatangan kerajaan Surga yang tidak diketahui waktunya. Dalam perumpamaan-perumpamaan Yesus yang lainnya pun (Mat 22:1-14, 24:29-36, 24:37-44, 24:45-51) kita diingatkan bahwa jika tiba waktu Tuhan, orang yang bersiap dan yang melalaikan kesempatan tidak akan menerima bagian yang sama. KedatanganNya tidak diberitahukan waktunya dan bisa terjadi dengan tiba-tiba. Oleh sebab itu seperti gambaran gadis-gadis yang membawa pelita, sebagai orang percaya kita harus bersiap dan berjaga-jaga menantikan Tuhan dengan setia. Bagi yang tidak mempersiapkan diri, yang tidak mempergunakan kesempatan hidupnya dengan berbenah iman, maka saat Yesus datang kembali, tidak ada jalan untuk mengulang lagi. Maka selagi ada kesempatan hidup, kita perlu mempersiapkan dan memperlengkapi diri dalam iman. Yesus ingin mengajarkan untuk selalu siap, setia dan hidup taat akan perintah dan janjiNya. Jangan lalai atau terlena dengan keinginan dunia yang penuh dengan tantangan untuk setia pada Tuhan.
Yesaya 6:1-6 Merupakan nyanyian pujian karena kelepasan dan penghakiman yang diberikan Allah. Yesaya memproklamasikan, Allah adalah gunung batu yang kekal, yang memberi kepada umatNya kota yang kuat dan memasang tembok, benteng penyelamat. Karena itulah setiap umatNya harus membuka pintu-pintu gerbang dan masuk sebagai bangsa yang hidup benar dan tetap setia (ay 1-2). Hanya dalam Tuhan, didapatkan hati yang teguh, damai sejahtera bagi orang percaya bahkan tersedia hingga kekal (ay 3-4).
Yesaya menyatakan kepada umat Tuhan, gambaran kuasa Allah yang akan meruntuhkan kubu-kubu benteng musuh. Dia membuka semua kemungkinan menjadi jalan-jalan dan pintu-pintu yang terbuka bagi umatNya. Sehingga dalam sengsara sekalipun, tidak ada hal yang menjadi ketakutan bagi umatNya, selain dari hidup jauh akan Tuhan (ay 5-6).
Kehidupan orang percaya haruslah mengimani keselamatan yang Allah sediakan. Akan selalu ada pengharapan: yang mati dibangkitkan, yang runtuh dibangunkan, yang usang diperbarui, yang hancur dipulihkan. Walaupun berat dan banyak tantangan untuk hidup taat dan setia hingga kedatanganNya, tetapi janji Tuhan seperti yang dinyatakan Yesaya menjadi komitmen iman. Perumpamaan yang Yesus ajarkan juga menjadi pegangan untuk selalu bersiaga menantikan penggenapan. Maka setiap orang percaya, harus berani memegang dan memberitakan pengharapan akan Tuhan. Jangan takut apalagi putus asa dalam penantian.
Lukas 1:30, adalah berita dari Malaikat bagi Maria. "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah.” Walau sebenarnya sangat tidak mudah bagi Maria menerima rencana dan kehendak Tuhan bagi dunia melalui dirinya, tetapi Tuhan sendiri yang juga memampukannya. Maria yang awalnya khawatir juga takut, memilih untuk tetap setia. Dia mempersiapkan dirinya untuk menerima berkat Tuhan dalam pengharapan iman. Karena Tuhan menjanjikan kasih karunia baginya.
APLIKASI
Tidaklah mudah untuk tetap percaya dan memiliki pengharapan iman di tengah situasi hidup yang sulit dan penuh tantangan. Namun, Firman Tuhan tetap menyatakan bahwa orang-orang yang bersiaga dan tetap percaya, akan diselamatkan dan menerima kehidupan bersama Tuhan dalam Kerajaan Surga. Maka kita harus terus taat menanti, berdoa dan menjaga hidup menyongsong akan datangnya Kristus kembali. Dalam Minggu Advent ini kita tidak sekedar bersukacita merayakan Yesus yang sudah lahir bagi kita sebagai tanda kasih Tuhan. Tetapi juga mempersiapkan diri di dalam menyambut hari kedatanganNya. Disaat itulah Tuhan akan memberi upah dalam rangka kasih dan keadilanNya bagi setiap orang. Sejauh mana persiapan itu kita kerjakan? Adakah nantinya Tuhan mendapati kita tetap setia dan siaga?
Menunggu memang membosankan dan melelahkan, apalagi jika kita tidak tahu kapan datang waktuNya. Tetapi jika kita mau aktif melakukan dengan terus belajar, bekerja dan berkarya seturut kebenaran Firman Tuhan, maka penantian itu tidak akan sia-sia. Di ujungnya nanti, kita pun layak menerima keselamatan yang telah disediakanNya. Ingat bahwa tidak seorang pun tahu kapan Tuhan datang. Yang kita tahu adalah Tuhan pasti datang. Kesiapan diri dalam menyambut kedatangan Tuhan adalah cermin dari kesetiaan. Hanya orang yang menantikan dengan setia dalam arti sabar dan mempersiapkan diri dengan baik, yang akan mendapat upah kekal seperti janji Tuhan. Sedangkan yang hanya sibuk melewatkan kesempatan, akan menjadikan pengharapannya hilang, menggantungkan hidupnya pada kefasikan, akan menerima upah juga. Mereka tidak akan diperkenankan Tuhan menerima sukacitaNya.
Kesiapan kita menantikan Tuhan, perlu diwujudkan dalam sikap hidup yang konkret. Maka tetaplah :
- Berjaga-jaga dalam doa. Doa menjadi kekuatan bagi orang percaya yang menyadari kerapuhannya. Berdoalah senantiasa agar dapat tetap teguh melakukan kehendak Tuhan. Karena hanya dengan membangun hubungan dengan Tuhan yang penuh kesungguhan, kita ditolong memahami kehendakNya dan mengisi penantian dengan kehidupan yang baik.
- Hiduplah taat dan tertib seturut Firman Tuhan. Firman Tuhan adalah tuntunan hidup yang membuat kita mengerti kebenaran dan kehendakNya. Maka, teruslah hidup dalam persekutuan dan membuka hati untuk siap diajari oleh Firman Tuhan. Agar dalam penantian kita, ada hidup yang dibaharui dalam pertobatan. Tidak lagi fokus hanya untuk hal-hal dunia yang fana.
- Beritakan Sukacita menantikan Tuhan. Jangan hanya berdiam diri atau menanti dengan khawatir dan cemas. Tetapi bersukacitalah. Tetap tunaikan tugas dalam setiap kesempatan. Agar tidak hanya diri kita sendiri yang menantikan Tuhan dengan pengharapan. Melainkan orang lain juga turut melakukan kehendak Tuhan lewat kesaksian hidup kita.
Bersiapsedialah selalu, jangan membiarkan semua menjadi penyesalan. Hidup yang kita jalani saat ini adalah kesempatan yang dianugerahkan kepada kita untuk bersiap-siap menyambut kedatangan Tuhan. Bukan hanya dalam tradisi gerejawi, kemeriahan pesta, sambutan-sambutan penuh kesibukan yang ingin menunjukkan bahwa Yesus sudah lahir bagi kita. Layaklah kita bersukacita. Tetapi jangan lupa, menantikan kedatanganNya kembali juga membawa kita dalam refleksi janji Tuhan. Meneduhkan kembali hati yang mau menanti. KedatanganNya kembali akan menjadi kesempurnaan keselamatan bagi orang yang percaya. Sayangnya, banyak orang mengabaikannya dan belum menjalani hidupnya dengan bertanggung jawab akan iman. Maka jangan sampai kita terlambat untuk sadar, tetapi jadilah bijaksana dan setia dalam pengharapan, apapun tantangannya. Selamat bersiap menyambutNya, Tuhan memberkati! Amin.
Pdt. Deci Br Sembiring