• WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.57

  • 20170204 143352
  • 1 peresmian rumah dinas surabaya
  • WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.58
  • pencanangan tahun gereja bks dps
  • WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.57 1
  • BPMK GBKP KLASIS BEKASI DENPASAR PERIODE 2020-2025
  • PERESMIAN RUMAH PKPW GBKP RUNGGUN SURABAYA

Jadwal Kegiatan

Kunjungan Moderamen GBKP ke GBKP Klasis Bekasi-Denpasar

Minggu 14 Mei 2017:

1. GBKP Runggun Bandung Pusat

2. GBKP Runggun Bandung Timur

3. GBKP Runggun Bandung Barat

4. GBKP Runggun Bekasi

5. GBKP Runggun Sitelusada

MINGGU 30 JUNI 2024, KHOTBAH KOLOSE 3:5-11

Invocatio :

Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah

(1Yoh 4:7)

Ogen  :

Bilangan 27 : 1 -11

Khotbah :

Kolose, 3 : 5 -11

Tema  :

Ersada ras Kerinana / Bersatu dengan Semua.

 

Pendahuluan.

Saudara-saudara yang terkasih, minggu ini disebut sebagai Minggu HAM, yaitu Gereja sebagai Tubuh Kristus diajak untuk ikut memperjuangakan Hak Azasi Manusia. Secara Global Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa memproklamirkan 'Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia' pada tahun 1948, hak asasi manusia telah menjadi isu sentral dalam wacana moral dan politik dan telah menjadi landasan hukum internasional. Perjuangan HAM ini mendukung pembebasan dan emansipasi manusia pada umumnya.

Hak Asasi Manusia (HAM) diadakan bukan karena pemberian oleh negara atau masyarakat tetapi karena manusia adalah makhluk hidup yang bermartabat. Tuhan menciptakan manusia untuk menguasai dan mengelola dunia ini dengan kemampuan berfikir, beradaptasi, bertumbuh dan berperasaan. Hal tersebut yang menjadikan manusia mempunyai martabat yang paling tinggi diantara semua makhluk hidup ciptaan Tuhan. Jika kita mendasarkan hak asasi manusia pada firman Allah, kita harus mendasarkanya pada keadilan Tuhan, kita harus melihat tindakan adil Tuhan yang menjadi dasar keadilan kehendak-Nya. Oleh kareanya Gereja disepanjang zaman harus tetap memperjuangkan HAM karena gereja diutus oleh Alah di dunia untuk mewujudnyatakan kebenaran dan keadilan Allah.

Maka dari itu pengakuan atau eksistensi manusia patut diapresiasikan secara benar dan terhormat. Sejatinya HAM harus kita junjung tinggi, hormati, dan lindungi demi kehormatan dan martabat manusia. Para pendiri bangsa (founding father) yang telah membangun bangsa Indonesia dengan berlandaskan hukum dan menjamin rakyatnya dengan hak asasi manusia yang tertuang dalamUUD Negara Republik Indonesia tahun 1945

Perjuangan untuk kesetaraan HAM ini, tidaklah semudah mengucapkannya Kita hendaknya mendasarinya dengan persepektif yang sama yaitu kesatuan di dalam Kristus, hal inilah menjadi dasar yang melandasi cara berfikir dan bertindak untuk memperjuangkan HAM.

Pembahasan Teks.

Kolose adalah salah satu jemaat dari beberapa jemaat yang mendapat kiriman surat oleh Rasul Paulus walaupun kota Kolose adalah kota yang kecil, Namun di tengah kesibukannya, Rasul Paulus meluangkan waktu untuk menulis surat bagi jemaat di Kolose. Jika kita membaca Kitab Kolose ini, maka kita akan menemukan bahwa jemaat di Kolose adalah jemaat yang sudah memiliki iman kepada Tuhan Yesus Kristus, hidup dalam kasih dan memiliki pengharapan akan hidup yang kekal lewat pemberitaan Injil. Namun ternyata ada masalah pengajaran dalam jemaat Kolose yang kemudian berpengaruh kepada perilaku hidup mereka sehari-hari.(Kol 1:3-6). Jemaat di Kolose adalah jemaat yang sudah mengalami kelahiran baru, tetapi mereka masih dipengaruhi dengan kebiasaan hidup yang lama. Mereka tidak menyadari bahwa sebagai orang yang sudah percaya kepada Kristus harus hidup dalam realitas yang baru. “Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia.” (Kol 2:6)

Paulus menasehatkan untuk hidup seperti Yesus Kristus. Perikop ini bergantung pada dua perintah utama yaitu pertama untuk "mematikan” (membunuh)". Perintah dalam Kol. 3: 5 Paulus membuat daftar keinginan dosa yang harus dimatikan/dibunuh. Paulus menyebutkan lima keinginan berdosa khusus yang harus dibunuh: imoralitas seksual/percabulan(porneian, kata umum yang digunakan untuk imoralitas yang bersifat seksual), kenajisan (akatharsian, negasi atau tidak adanya kemurnian), nafsu (pathos, hasrat / nafsu), keinginan jahat (kakus epithumian, kerinduan jahat), dan keserakahan (keserakahan didefinisikan sebagai penyembah berhala).

KOL. 3: 6 nasehat sebagai peringatan kuat jika melakukan dosa tersebut diatas: "Karena hal-hal ini, menimbulkan murka Allah menimpa orang yang tidak taat." Murka Allah dimaksudkan di sini jika jemaat Kolose gagal untuk mematikan keinginan jahat ini, mereka akan dapat mendapatkan penghakiman Tuhan dengan pasti.

Kol. 3: 7-8a berisi perintah kedua Paulus. Terlepas dari kenyataan bahwa orang Kolose pernah berjalan dalam pola dosa ini (3: 7), mereka harus "mensingkirkan" atau "membuang (seperti sampah)" tindakan berdosa tertentu. Paulus mendaftarkan tindakan berdosa dalam ay 8b-9a yang harus mereka singkirkan. Tiga yang pertama membahas sikap mereka (amarah, geram, kedengkian) dan yang ketiga membahas kata-kata mereka (fitnah, bahasa kotor, kebohongan).

Kol. 9b-11 memberikan nasihat agar jemaat Kolose menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru yang terus menerus diperbaharui. Di sini Paulus menyinggung jenis pakaian yang dipakai untuk pakaian jemaat Kolose. Mereka telah melepas pakaian lama dan memakai pakaian baru. Penafsiran umum dari ayat-ayat ini adalah Paulus mengatakan bahwa jemaat Kolose memiliki dua kodrat - yang lama dan yang baru - dan Paulus mengimbau agar mereka hidup sesuai dengan kodrat baru mereka.. Paulus mempertentangkan identitas mereka di hadapan Kristus (mereka adalah bagian dari manusia lama dengan praktik-praktiknya) dan setelah mengenal dan menerima Kristus (mereka adalah bagian dari manusia baru). Dalam Kristus, jemaat Kolose adalah umat-Nya yang baru seperti. "Manusia baru" yang mulai mereka kenakan adalah kemanusiaan baru yang sedang "Allah perbarui" (ayat 10) ke dalam gambar-Nya. Kemanusiaan baru ini ditandai dalam ay 11 dengan :

1) penghapusan perbedaan ras, budaya, dan sosiologis (tidak ada lagi orang Yahudi atau Yunani, sunat atau tidak sunat, biadab, Skit, budak atau bebas);

2) kesatuan dalam Kristus (“Kristus adalah semua dan di dalam semua”). Paulus berkata, “Kristus adalah yang terpenting, dan Ia ada di dalam kita semua, terlepas dari perbedaan kita.” Jadi, orang Kolose memiliki status baru dalam Kristus yang melampaui perbedaan mereka. Paulus menyatakan status baru mereka sebagai anggota umat Allah sebagai alasan kepatuhan mereka terhadap perintah-Nya untuk mengesampingkan tindakan berdosa mereka.

Paulus memperingatkan jemaat Kolose agar hidup sesuai dengan status baru yaitu manusia baru. Sehingga satu keharusan bagi jemaat agar patuh dan taat kepada Kristus. Oleh karena itu Manusia baru sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihiNya, kenakanlah (Baca Kol. 3:12-13):

- Belas kasihan, Kemurahan, Kerendahan hati, Kelemah lembutan, Kesabaran, Mengampuni kesalahan orang lain

- Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perbuatan atau perkataan, lakukanlah semuanya itu didalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita. (Kol. 3 :17).

Ogen, Kitab Bilangan 27 : 1 -11 Menceritakan tentang masalah hukum yang belum ada penyelesaiannya dalam peraturan yang ada. Kasusnya adalah lima anak perempuan Zelafehad dari suku Manasye yang kehidupannya terancam karena ayah mereka tidak memiliki penerus (3-4).

Dalam keadaan biasa, tanah keluarga jatuh ke tangan anak laki-laki karena hanya kaum laki-laki yang mempunyai hak untuk mewarisi nama keluarga dan tanah. Tanpa anak laki-laki, nama keluarga mereka akan hilang dari bangsa Israel dan tidak ada tanah yang diwariskan. Tanpa hak waris, mereka tidak bisa ikut mewarisi perjanjian Allah bagi Israel.

Hal inilah yang membuat kasus anak perempuan ini mendesak sekali untuk direspons. Mereka memohon keadilan Tuhan. Mereka tidak ingin menghilang dari umat Tuhan. Hal yang menarik adalah Tuhan memenuhi permintaan mereka sehingga Ia memunculkan peraturan baru (7-11). Kaum perempuan pun dapat mengeklaim hak dan nama keluarganya supaya tidak terhapuskan dari masyarakat.

Kondisi ini menunjukkan keadilan Allah. Bagi Allah, laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama. Kasus ini membantu kita untuk berlaku adil kepada siapa pun. Laki-laki atau perempuan memiliki hak yang sama dalam masyarakat. Di dalam berkat perjanjian Tuhan, tidak ada seorang pun yang ditinggalkan. Seperti kelima perempuan ini, kita pun perlu memperjuangkan keadilan, baik untuk diri sendiri maupun mereka yang berhak mendapatkan bagiannya.

Mari kita bersyukur karena Allah kita bukanlah Allah yang membeda-bedakan manusia. Laki-laki maupun perempuan mendapat bagian dalam berkat pemeliharaan Allah. Sebagai umat Tuhan, sudah sepatutnya kita memperjuangkan hak orang-orang di sekitar kita.

Marilah kita wujudkan rasa syukur dengan memperlakukan orang-orang di sekitar kita dengan kasih dan keadilan. Sebagai orang yang telah dimerdekakan oleh Allah, kita sebaiknya tidak mengumbar tindakan yang membuat orang lain menjadi tertindas.

Refleksi

  1. HAM adalah anugerah Allah bagi setiap manusia ciptaannya, setiap ciptaan harus saling menghargai satuyang satu sama lain memang berbeda, tetapi perbedaan itu tidak harus menjadi tembok pemisah di antara kita. Dahulu kita adalah orang-orang yang hidup tanpa Kristus, bukan umat pilihan seperti Israel, tidak mendapatkan bagian dalam janji-janji Allah, dan hidup kita tanpa Allah di dunia ini. Tetapi, sekarang di dalam Kristus, kita mendapatkan bagian dalam Kerajaan Allah sebab darah Kristus telah menjadikan kita dekat. Kedekatan dengan Allah, dan kedekatan satu sama lain sebagai sesama umat Allah. Oleh Kristus, baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi sama-sama memperoleh jalan masuk kepada Allah.
  2. Kristus telah meruntuhkan tembok pemisah, status, golongan, gender,dll, sungguh tidak layak jika kita membangunnya kembali. Jika Allah tidak pernah membeda-bedakan manusia, mengapa kita memperlakukan sesama kita secara berbeda-beda? Semestinya kita sebagai orang percaya bersatu di dalam Kristus, saling mengasihi dan saling menolong dalam menanggung beban (Gal. 6:2). Alih-alih memecah belah, mari kita merayakan kesatuan kita di dalam Kristus.

Pdt. Togu P. Munthe

MINGGU 23 JUNI 2024, KHOTBAH JAKUB 3:13-18

Invocatio  :

Masmur 34:15

“Tadingkenlah kejahaten, lakokenlah kai si mehuli, bulatkenlah ukurndu erbahan perdamen”

Ogen  :

Jesaya 65:17-25 (Tunggal)

Kotbah  :

Jakub 3:13-18 (Tunggal)

Tema :

Erngena Ate Nandangi Perdamen (Cinta Damai/Suka Hidup Dalam Perdamaian)

 

PENDAHULUAN

Rasanya semua orang tentu menginginkan kehidupan dunia yang damai. Tidak ada peperangan, tidak ada kerusuhan, tidak ada kekerasan, kejahatan dan tidak ada perselisihan. Bayangkan betapa indahnya jika semua manusia hidup berdampingan secara harmonis. Tidak ada yang mengedepankan perbedaan tapi mencari persatuan di atas keragaman. Itu bentuk dunia yang diimpikan oleh banyak orang. Sayangnya itu hanyalah utopia saja, karena ada banyak sekali orang yang berhenti hanya pada bermimpi dan berharap. Dalam menjalani kehidupannya manusia cenderung masih menerapkan begitu banyak sekat-sekat pembatas. Terus fokus pada perbedaan dan akibatnya hidup dikuasai permusuhan. Ada pula yang bahkan bertindak lebih jauh dengan menghalalkan kekerasan terhadap orang-orang yang berbeda pandangan dengan mereka. Apakah itu didasari oleh perbedaan keyakinan, perbedaan ideologi, perbedaan suku, bangsa, budaya, perbedaan pendapat, dan lain-lain, semua itu akan semakin mempersulit terciptanya kedamaian. Make love not war, slogan yang kencang dikumandangkan di akhir tahun 60 an sampai awal 70an ketika Amerika memutuskan perang terhadap Vietnam, lalu ada pula slogan peace on earth, akhirnya berhenti hanya sebatas slogan dan harapan yang sulit untuk diwujudkan. Maka melalui Minggu Perdamaian ini kita diingatkan kembali dan diajak belajar terus dari Firman Tuhan, sehingga kita menjadi pribadi-pribadi yang cinta damai/suka hidup dalam perdamaian dan mewujudkannya dalam kehidupan bersama.

PEMBAHASAN TEKS

Yakobus 3:13-18

Kitab Yakobus ditulis oleh Yakobus, yang dianggap oleh sebagian besar tradisi Kristen sebagai saudara Yesus. Surat ini ditujukan kepada para jemaat Kristen yang tersebar di seluruh dunia pada masa itu. Yakobus menulis surat ini dengan tujuan memberikan nasihat praktis dalam menjalani kehidupan Kristen sehari-hari. Dia menyoroti berbagai isu, termasuk pengendalian lidah, perlakuan terhadap orang miskin, iman yang hidup, dan pentingnya perbuatan sebagai bukti iman yang sejati. Latar belakang historisnya mencakup periode awal gereja Kristen, di mana para pengikut Yesus tersebar luas dan menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam maupun dari luar. Surat Yakobus memberikan panduan moral dan rohani untuk menghadapi masalah-masalah tersebut dan hidup sesuai dengan ajaran Kristus.

Kitab Yakobus pasal 3, diawali penulis dengan mengajak kita untuk merenungkan kekuatan dan bahaya lidah. Namun, dalam teks yang menjadi bahan khotbah kita Yakobus 3:13-18, penulis tidak hanya berbicara tentang bahaya ucapan, tetapi juga menyoroti perbedaan antara hikmat dari atas dan hikmat dunia.

Ayat 13 membuka dengan pertanyaan yang sangat penting, "Siapakah di antara kamu yang bijak dan berbudi?" Pertanyaan ini menuntun kita untuk merenungkan sumber sejati hikmat. Bukankah kita seringkali cenderung memandang hikmat sebagai sesuatu yang bisa diperoleh melalui pengalaman atau pengetahuan semata? Namun, firman Tuhan menegaskan bahwa hikmat yang sesungguhnya berasal dari Allah. Kemudian, kita diperingatkan tentang sifat hikmat yang benar, yakni "berlaku dengan perbuatan baik, benar dan sopan." Hikmat yang dari atas tidak hanya tentang pengetahuan atau pemahaman, tetapi juga tentang bagaimana kita hidup dan bertindak. Hikmat yang datang dari atas akan menciptakan karakter yang santun dan penuh kasih.

Dalam ayat 15, kita diberitahu tentang perbedaan antara hikmat dunia dan hikmat yang dari atas. Hikmat dunia cenderung bermuara pada kepentingan diri sendiri, penuh dengan iri hati dan dusta. Namun, hikmat yang datang dari atas membawa buah-buah yang berlawanan, yaitu Hikmat dari atas memancarkan buah Roh, seperti yang tercantum dalam Galatia 5:22-23: "Namun buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri."

Untuk itu, kita harus berhati-hati dalam membedakan antara hikmat dunia dan hikmat yang dari atas. Kita hidup di dunia yang sering kali menekankan pada kesuksesan materi dan keunggulan pribadi, tetapi hikmat yang dari atas tidak diukur oleh standar dunia ini. Akhirnya, dalam ayat 17, kita diberikan deskripsi yang indah tentang sifat hikmat yang benar. Hikmat yang datang dari atas adalah murni, pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah baik, yang itdak memihak dan tidak munafik. Dan ini adalah sifat-sifat yang harus kita usahakan dalam hidup kita, karena ketika kita hidup sesuai dengan hikmat yang dari atas, kita akan menghasilkan buah-buah yang membawa kemuliaan bagi Allah. Semua ini tidak serta merta terjadi tapi boleh terwujud dengan setiap anak-anak Tuhan senantiasa membangun relasi dan komunikasi dengan sumber hikmat yang dari atas tersebut, yaitu Kristus Yesus Tuhan kita.

Yesaya 65:17-25

Teks ini adalah sebuah pasal dalam Alkitab yang berbicara tentang janji-janji Tuhan terhadap umatNya. Ini adalah bagian dari nubuat Yesaya tentang masa depan dan pemulihan yang akan datang bagi orang-orang Israel setelah masa penderitaan mereka. Pesan yang disampaikan di sini adalah tentang pemulihan, kebahagiaan, dan kedamaian yang akan datang bagi umatNya. Ini adalah janji-janji Tuhan akan membangun kembali, memberkati, dan memberikan kebahagiaan kepada mereka yang setia kepadaNya.

  • Ayat 17: Ini adalah janji Tuhan akan menciptakan sesuatu yang baru, sesuatu yang tidak terbayangkan, di luar batas-batas apa yang kita kenal. Janji ini memberikan harapan akan masa depan yang cerah, di mana kesedihan dan penderitaan masa lalu akan dilupakan.
  • Ayat 18-19: Ini adalah gambaran tentang sukacita dan kedamaian yang akan datang. Tuhan menjanjikan bahwa tempat suciNya, Yerusalem, akan menjadi sumber kegembiraan bagi umat-Nya. Tidak akan ada lagi tangisan atau ratapan, hanya sukacita yang abadi.
  • Ayat 20: Ini adalah janji akan umur yang panjang dan kesejahteraan bagi umat Tuhan. Tidak akan ada lagi kematian prematur atau penyakit. Semua akan hidup dalam kekuatan dan kesehatan, dan umur yang seratus tahun akan dianggap sebagai masa muda.
  • Ayat 21-24: Ini adalah gambaran tentang kehidupan yang makmur dan berkelimpahan. Mereka akan menikmati hasil kerja keras mereka sendiri, tanpa takut akan perampokan atau penindasan. Semua upaya mereka akan diberkati oleh Tuhan dan akan berbuah hasil yang melimpah.
  • Ayat 25: Ini adalah janji bahwa keturunan umat Tuhan akan mewarisi berkatNya. Mereka akan hidup dalam persekutuan dengan Tuhan dan menerima berkat-Nya secara turun-temurun.

Sungguhlah, Yesaya 65:17-25 adalah sebuah janji yang penuh harapan dan penghiburan bagi umat Tuhan. Ini adalah janji akan masa depan yang cerah di bawah kekuasaanNya yang adil dan penuh kasih.

Masmur 34:15

Teks ini adalah penghiburan bagi kita sebagai umat yang percaya bahwa kita tidak pernah sendiri. Bahkan dalam saat-saat sulit sekalipun, kita bisa yakin bahwa Tuhan mendengar dan peduli terhadap kita. Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang yang benar, dan hatiNya terbuka terhadap doa mereka. Ini mengingatkan kita bahwa Tuhan hadir dalam hidup kita dan mendengarkan ketika kita berbicara kepadaNya. Teks ini menyoroti pentingnya berdoa dan mencari Tuhan dalam semua situasi.

Benang Merah Teks Ketigas Teks Bacaan

Secara keseluruhan, ketiga teks ini menegaskan pentingnya hidup dalam kebijaksanaan dan kebaikan, serta mencari perdamaian dalam hubungan kita dengan Tuhan dan sesama. Hal ini memberikan harapan akan masa depan yang dijanjikan oleh Allah di mana kedamaian dan keadilan akan memenuhi dunia.

PENUTUP

”Cinta Damai/Suka Hidup Dalam Perdamaian” merupakan prinsip yang sangat penting dalam ajaran Kristen. Perdamaian bukanlah sekadar ketiadaan konflik, tetapi sebuah keadaan yang aktif diperjuangkan. Hidup dalam perdamaian berarti berkomitmen untuk menjaga hubungan yang harmonis dengan Allah, diri sendiri, dan sesama. Mari kita lihat beberapa prinsip yang dapat membantu kita hidup dalam perdamaian:

  1. Kristus adalah teladan sempurna tentang bagaimana hidup dalam perdamaian. Dia adalah Sang Juru Damai yang mengajarkan kepada kita untuk mencintai satu sama lain sebagaimana Dia telah mencintai kita (Yoh. 13:34-35). Melalui hidupNya, Dia menunjukkan bahwa perdamaian bukan hanya sebuah keadaan, tetapi suatu panggilan aktif untuk menjalin hubungan damai dengan Allah dan sesama.
  2. Hidup dalam Hikmat yang dari atas: Firman Tuhan mengajak kita untuk hidup dengan hikmat yang sesuai dengan ajaran Kristus. Hikmat adalah kemampuan untuk membuat keputusan yang baik dan benar, yang bersumber dari pemahaman yang mendalam tentang kebenaran dan kasih. Untuk itu hiduplah dalam persekutuan dengan Sang Sumber Hikmat, Yesus Kristus Tuhan kita.
  3. Perbuatan yang Baik: Firman Tuhan juga menekankan bahwa perbuatan yang baik haruslah dilakukan dengan rendah hati. Ini berarti kita tidak boleh memperlihatkan kesombongan atau keangkuhan dalam tindakan kita yang baik, tetapi sebaliknya, kita harus tetap rendah hati dan menghormati orang lain.
  4. Kebenaran dan Keadilan: buah dari hikmat yang dari atas adalah kebenaran dan keadilan. Ini menggarisbawahi pentingnya hidup sesuai dengan kebenaran dan keadilan dalam semua hubungan kita, baik dengan Tuhan maupun dengan sesama.
  5. Perdamaian: Keseluruhan teks bacaan kita menekankan pentingnya perdamaian. Di Yakobus 3:18 khususnya menyatakan bahwa mereka yang menanam benih perdamaian akan menuai buah damai. Ini mengajarkan bahwa dalam hubungan kita dengan orang lain, kita harus berusaha untuk menciptakan perdamaian dan harmoni, bukan konflik atau pertikaian.
  6. Menjadi Pembawa Damai: Yesus berkata, "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah" (Mat. 5:9). Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk menjadi pembawa damai di dunia ini. Ini berarti aktif berupaya memperbaiki konflik, menciptakan keharmonisan, dan menyebarkan kasih Allah kepada semua orang.

Hidup dalam perdamaian bukanlah tugas yang mudah, tetapi itu adalah panggilan yang penting bagi setiap pengikut Kristus. Dengan memperjuangkan perdamaian dalam hidup kita, kita mencerminkan karakter Allah yang adalah sumber perdamaian sejati.

Pdt. Melda br Tarigan-Runggun Bogor Barat

MINGGU 16 JUNI 2024, KHOTBAH 1 PETRUS 2:11-17

Invocatio  :

Nehemia 5:5

Ogen  :

Amos 5:18-24

Kotbah  :

1 Petrus 2:11-17

Tema :

Mehamat Man Pemerentah

 

Minggu ini kita memasuki minggu gereja dan negara, minggu ini membawa kita supaya bisa melihat bagaimana Allah memilih seseorang penjadi pemimpin di dalam suatu negara sebagai perpanjangan tangan Tuhan untuk menunjukkan kasih-Nya kepada kita, dan juga bagaimana peran dan tanggungjawab kita sebagai orang-orang yang percaya kepada Tuhan.

Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum Bersama undang-undang serta kewenangan untuk mengatur komunitas di wilayah tertentu, yang umumnya adalah negara. Pemerintah juga adalah sebuah aktivitas pelayanan yang menjamin bekerjanya Lembaga-lembaga pemerintahana umum dan berfungsinya unit-unit pemerintahan baik internal maupun eksternal, terhadap para warganya.[1]

Sebagai orang Kristen kita memiliki dua kewarganegaraan yang pertama kita sebagai warga Kerajaan Allah, dan yang kedua kita sebagai warga negara yang masih hidup dunia ini. Dari konsep ini rasul Petrus menempatkan orang-orang Kristen sebagai seorang pendatang dan seorang perantau di dunia ini (ayat 11), oleh karena itu kita harus perilaku baik di Tengah-tengah kehidupannya, jadi bagaimana kita menjalani kehidupan ini? Yang pertama, orang Kristen harus menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging atau dengan kata lain orang Kristen harus menjaga dirinya supaya tidak dicemarkan oleh dunia. Yang kedua, orang Kristen harus melakukan perbuatan baik yaitu menjadi garam dan terang dunia (Lih Mat. 5:13-16).

Dalam lingkup pemerintahan, hubungan kita adalah sebagai warga negara, dan sikap kita harus ditandai dengan ketaatan dan menghormati pejabat pemerintah. Salah satu tuduhan yang selalu ditimpakan kepada umat Kristen abad pertama adalah bahwa mereka dikatakan penghianat terhadap pemerintah Romawi. Mereka di tuduh menolak menyembah Kaisar, karena mereka menyembah Yesus sebagai Raja. Karena itulah orang-orang Kristen abad pertama dianggap sebagai penghianat (Lih. Yoh 19:12 dan Kisah 25:8). Untuk membungkam fitnahan itu rasul Petrus melalui suratnya mengatakan yang harus dilakukan orang Kristen adalah menaati dan mematuhi lembaga pemerintahan. Berikut beberapa alasan yang sangat mendasar dalam nats kotbah 1 Petrus 2:13-14 mengapa ketaatan kepada pemerintah begitu penting bagi orang percaya.

  1. Takut akan Allah sebagai dasar ketaatan kepada pemerintah

Rasul Petrus memberikan nasihat kepada orang Kristen yang hidup ditengah-tengah bangsa kafir, ia berkata: Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik (1Ptr. 2:13-14). Schultz menyampaikan bahwa, tunduk kepada otoritas pemerintahan manusia “demi Tuhan” menunjukkan iman yang besar kepada Tuhan yang memiliki kekuasaan tertinggi. Orang percaya hanya dapat tunduk pada batasan penyerahan tersebut sebab kita percaya bahwaTuhan yang memegang kendali atas hidup kita.[2] Frasa “karena Allah”, Inggris: for the Lord’s sake; Yunani: διὰ τὸν κύριον (diá tón kýrion) oleh Expositor’s Greek Testamen menjelaskan artinya, ialah (1) retrospektif—yaitu, karena Yesus berkata, serahkan apa yang menjadi milik Kaisar kepada Kaisar, atau (2) perspektif demi Allah; kesetiaan Anda sebab penghargaan Anda terhadap Dia yang bertahta di surga. Dari perspektif lain, sebagai orang Kristen yang percaya bahwa Alkitab adalah firman Allah yang disampaikan melalui para penulis seperti rasul Petrus, maka ketaatan pada firman Tuhan tersebut merupakan suatu kemutlakan. Menurut Rita Wahyu menjelaskan bahwa ketaatan atau kepatuhan memiliki nuansa makna: mendengar, memperhatikan, merespons. Ini adalah sikap ketaatan dalam ungkapan lain “takut/hormat”, misalnya “takut akan Allah” sehingga gagasan dalam ketaatan artinya selalu mendengarkan dan melakukan apa yang diperintahkan Allah.[3] Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa iman, serta rasa takut dan hormat kepada Allah yang memiliki orotitas tertinggi menjadi landasan ketaatan kepada lembaga pemerintahan manusia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari perspektif rasul Petrus orang Kristen adalah warga yang taat hukum, cermat dan penuh disiplin.

  1. Pemerintah di tetapkan oleh Allah

Orang Kristen dinasihati agar tunduk pada otoritas pemerintah duniawi yang Allah tentukan selama mereka menantikan hari pemerintahan Allah atas dunia mencapai puncaknya. Oleh karena itu, ketaatan ini adalah penundukan kepada tatanan yang Allah tetapkan. Ridderbos menyampaikan bahwa pemerintah adalah institusi sementara yang Allah kehendaki selama umat-Nya hidup di dalamnya. Kita percaya bahwa semua kekuasaan ada karena rencana Allah, termasuk pemerintahan (Roma 13:1), oleh sebab itu menentang pemerintah berarti menentang tujuan Allah (Roma 13:2). Apa tujuan Allah itu?? pemerintah adalah wakil Allah/hamba-hamba Allah agar kebenaran dan keadilan dapat ditegakkan, (Roma 13:3-4), yaitu Tindakan yang jahat dihukum, perbuatan jahat ditahan melalui ketakutan akan hukuman serta kebaikan dikembangkan dan didorong. Dengan kata lain para penguasa adalah hamba-hamba Allah, wakil Allah untuk melaksanakan tujuan-Nya bagi dunia, maka setiap orang termasuk orang Kristen tunduk kepada pemerintah. Ketidaktundukan kepada pemerintah ialah perlawanan terhadap Allah.

 

  1. Kasih Sebagai Dasar Ketaatan kepada Pemerintah ayat 15-17

Ada dua kata yang menjadi dasar dari ketaatan yaitu mengasihi dan melakukan. Ketaatan yang sejati haruslah berdasarkan kasih. Karena itulah Kristus berkata, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” (Yohanes 14:15). Jika seseorang benar-benar mengasihi Tuhan, ia akan melakukan perintah Tuhan tersebut dan terasa ringan atau tidak berat (1 Yoh. 5:3). Ketaatan juga berkaitan erat dengan penundukan diri, yaitu Tindakan sukarela dari seseorang untuk menempatkan dirinya di bawah kuasa orang lain, sehingga Petrus katakan di ayat 16 hiduplah sebagai orang yang Merdeka, yang manaati pemerintah bukan karena keterpaksaan tetapi memang dari hati. Sebagai pengikut Kristus yang baik, orang Kristen diminta untuk menunjukkan sikap yang baik kepada pemerintah yaitu tunduk dan taat. Rasul Petrus tidak menyingkirkan tanggungjawab orang Kristen sebagai warga negara, tetapi justru mengajarkan kita supaya menjadi teladan dan terang termasuk dalam hal ketaatan.

Lalu yang menjadi pertanyaan ketika pemerintah tidak melakukan apa yang dikehendaki oleh Allah di dalam pemerintahannya, apakah orang Kristen tetap taat dan tunduk kepada pemerintah?? Allah memang menetapkan pemerintah, namun tidak menyetujui kejahatannya, sehingga orang Kristen tidak perlu menaati kejahatan dan hukum yang tidak alkitabiah yang di tetapkan pemerintah. Pemerintah berada di bawah hukum Allah, dan pemerintah bukanlah hukum Allah. Orang Kristen harus tetap mampu memperdengarkan suara kenabian ketika pemerintahan yang berjalan tidak sesuai dengan kehendak Allah, orang Kristen tidak boleh terkurung di dalam jona nyamannya, kerena Tuhan kita tidak akan menerima persembahan yang kita berikan, tidak akan menyukai nyanyian pujian yang kita lantunkan di ibadah-ibadah kita (bnd Amos 5:18-22), Ketika kita tidak peduli dengan sekitar kita yang membiarkan ketidakadilan terjadi di mana-mana, penindasan terjadi, kemiskinan dan kelaparan ada di depan mata tetapi kita hanya berdiam diri saja. Gereja memang tidak berpolitik, namun gereja (orang Kristen) bertanggung jawab terhadap kesejahteraan bangsa dan negara. Sebagai orang Kristen yang taat kepada Allah harus meneladani sikap Yesus yang amat tegas menyatakan kebenaran saat menghadapi Sanhedrin dan Pontius Pilatus (Mat.26:26; Luk 22:66-71; Yoh. 18:33-38; 19:10-11). Orang-orang Kristen sebagai gereja yang hidup harus berfungsi sebagai pagar politik bagi negara, kita memiliki tugas untuk mengingatkan negara tentang Batasan-batasan kekuasaan yang dimiliki negara dan tanggung jawab negara kepada Tuhan. negara dan tanggung jawab negara kepada Tuhan, dengan kata lain dapat dikatakan orang-orang Kristen dalam menyuarakan kebenaran harus sesuai Aturan dan hukum yang berlaku.

Sebagaimana yang telah dinasehatkan Petrus, kita harus siap untuk melakukan setiap perbuatan baik. Jangan hanya menyalahkan pemerintah. Apa lagi sampai membuat luntur sememangat kewarganegaraan kita. Bertanyalah kepada diri sendiri apa yang mampu kita lakukan untuk mendukung kekurangan yang sudah pasti ada di setiap pemerintahan. Mari kita mulai dari aktivitas-aktivitas dan lingkungan sehari-hari. Jika tiba saatnya membayar pajak, bayarlah tepat waktu dengan jumlah yang sesuai dengan peraturan. Saat lampu merah mulai menyala, berhentilah, jangan malah tancap gas, berpikirlah apa yang bis akitabisa kita lakukan untuk orang-orang di sekitar kita yang lemah ekonominya. Beberapa waktu belakangan ini, saya mengamati banyak postingan media sosial yang viral dan berdampak positif. Jalan yang rusak diperbaiki. Orang kesusahan mendapat bantuan. Hanya bermodal jari dan smartphone, mereka bisa melakukan perubahan. Gampang, bukan? Jadi, marilah kita berlomba-lomba untuk menjadi mitra pemerintah. Tentu saja, selama tidak melanggar perintah Allah (Kis. 5:29), penguasa kita yang utama.

Vic. Randa

 

[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintah,

[2] John Schultz, “Commantary First Peter” (www.Bible-Commantaries.Com, 2006), 13, https://www.bible-commentaries.com/source/johnschultz/BC_1Peter.pdfa, diakses pada 28 April 2024

[3] Rita Wahyu, “Shema: Dengar, Respon & Tanggung-Jawab,” Sarapan Pagi Biblika Ministry, last modified 2009, https://www.sarapanpagi.org/shema-dengar-respon-tanggung-jawab-vt3119.html, diakses 28 April 2024

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD