MINGGU 17 NOVEMBER 2024, KHOTBAH ULANGAN 12:25-28
Invocatio :
Mazmur 103: 17 “Tetapi Kasih setia Tuhan dari selama lamanya atas orang-orang yang takut akan Dia, dan keadilanNya bagi anak cucu,”
Bacaan :
Lukas 2:41-51
THEMA :
KELUARGA YANG SETIA MENYEMBAH KEPADA TUHAN
Minggu ini kita rayakan sebagai Minggu Keluarga. Keluarga adalah berkat terbesar kedua setelah penebusan Tuhan memberkati kita di dalam dan melalui keluarga. Keluarga juga arena peperangan rohani pelbagai serangan cobaan, konflik dan luka akan kita rasakan di dalam lembaga ini. Membangun fondasi yang kuat di dalam keluarga merupakan tanggungjawab bersama suami dan istri. Bagaimana membangun ulang visi orangtua dan membangun ulang kesetiaan dalam menyembah Tuhan? Melalui perikop kita kali ini, kita akan membahasnya lebih dalam.
Ulangan 12:25-28
Sebuah perintah Tuhan yang disampaikan oleh Musa bagi bangsa Israel. Ketetapan dan peraturan yang diperdengarkan supaya dapat dipelajari dan dilakukan oleh bangsa ini dengan setia. Dan ketetapan peraturan ini juga dapat diajarkan kepada seluruh keluarga dan anak cucu kaum Israel kemana pun dan bagaimana pun keadaan mereka di tanah yang Tuhan berikan kepada mereka. Bagaimana tugas mereka memusnahkan tempat-tempat ibadah yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak menyembah kepada Tuhan. Seperti penyembahan di gunung-gunung tinggi, bukit-bukit dan dibawah pohon-pohon yang rimbun. Kaum Israel haruslah melakukan penyembahan yang benar menurut Tuhan. Ada beberapa aturan dalam melakukan penyembahan dan memberikan persembahan kepada Tuhan yakni:
- Kaum Israel haruslah memberi persembahan ternak mereka yang terbaik seperti sapi dan kambing domba. Namun daging sapi dan daging kambing domba ini boleh dimakan oleh mereka, tetapi darahnya tidak boleh diminum. Karena darah itu merupakan nyawa yang harus dicurahkan kembali ke bumi seperti air. Dengan tidak mengkonsumsi darah tersebut, maka dipercaya bahwa umat Israel akan mengalami kebaikan bersama dengan anak cucunya. Karena telah melakukan yang benar di mata Tuhan. Artinya bahwa menyembah Tuhan merupakan perintah Tuhan dan yang wajib dilakukan oleh setiap umat yang percaya. Ada kesadaran bahwa menyembah Tuhan itu adalah keharusan bagi umat Tuhan, jika itu tidak dilakukan dengan benar dan sungguh-sungguh, maka setiap umat tidak dapat merasakan kebaikan Tuhan dalam hidupnya (ayat 25). Dan ketika itu dilakukan secara konsisten maka sampai kepada anak cucu mereka akan mendapatkan kebaikan Tuhan Sehingga setiap orang yang menyadari bahwa mereka adalah orang-orang yang sudah diselamatkan maka mereka pasti akan menyembah Tuhan dalam hidupnya. Karena hakekat hidup orang yang sudah diselamatkan adalah mengucap syukur.
- Persembahan kudus dan korban nazar haruslah ke tempat yang dipilih oleh Tuhan. Artinya dalam menyembah Tuhan tidak cukup dilakukan hanya sebagai sebuah rutinitas biasa saja, tetapi merupakan beberapa bagian aturan yang tidak dapat dipisahkan dengan cara menyembah Tuhan dalam Roh dan kebenaran. Mempersembahkan korban kepada Tuhan haruslah sesuai dengan yang Tuhan inginkan dalam hal ini dimaksudkan ialah tempat yang dipilih oleh Tuhan. Artinya seluruh persembahan itu berdasarkan kehendak Tuhan, tempat yang dipilih oleh Tuhan, setiap orang yang membawa persembahan ini tentulah mengikuti aturan yang Tuhan inginkan. Menyingkirkan keegoisan diri sendiri, kemauan sendiri, tetapi lebih kepada kerendahan hati mengikuti kehendah Tuhan.
- Terlebih dahulu mengolah korban bakaran tersebut, daging dan darahnya. Daging dan darahnya itu haruslah dipersembahkan di atas mezbah Tuhan dan darah korban sembelihan itu kemudian harus dicurahkan ke atas mezbah tersebut meskipun dagingnya boleh dimakan. Beberapa persiapan yang diperlukan dalam memberi persembahan kepada Tuhan. Dalam hal ini ada ketetapan yang harus mereka jalankan. Perintah tidak boleh mengkonsumsi darah ini sejatinya berkaitan dengan pemahaman bahwa darah adalah lambang dari kehidupan. Sehingga itu kembali harus dibawa dipersembahkan di mezbah Tuhan. Hanya Tuhan saja yang berkuasa menciptakan dan mengakhiri kehidupan. Dalam rangka menghormati kehidupan itulah, darah tidak boleh dikonsumsi. Prinsip yang mau diungkapkan dalam penyembahan ini adalah bagaimana penghargaan atas kehidupan dan keadilan. Sehingga memerlukan khikmat untuk mengaplikasikan prinsip ini dalam hidup sehari hari.
- Semua perintah ini berguna untuk kebaikan mereka sendiri sampai kepada anak-anak mereka yang kemudian untuk selama-lamanya apabila ini dilakukan dengan baik dan benar di mata Tuhan. Semua aturan ini harus mereka perhatikan dan lakukan dengan baik. Ini menjadi syarat untuk membuat orang Israel dan keturunannya dapat menjalani kehidupan mereka dengan baik dan benar.
Lukas 2:41-51
Kitab ini bercerita tentang kehidupan dan pelayanan Yesus. Khususnya tentang masa kecil Tuhan Yesus Kristus yaitu saat Tuhan Yesus berusia 12 tahun. Orangtua Yesus yang dengan setia membawa Yesus ke Yerusalen pada hari Raya Paskah. Dalam perjalanan pulang ke rumah, Yesus menghilang yang membuat Maria dan Yusuf merasa sangat khawatir. Maria dan Yusuf kembali ke Yerusalem dan mencari Yesus dan menemukanNya di Bait Allah. Perasaan cemas dan niat mereka mencari Yesus merupakan bentuk tanggungjawab mereka sebagai orangtua. Di dalam perikop ini juga menggambarkan sebuah kebersamaan keluarga yang ditampilkan oleh keluarga Yusuf antara lain saat Maria dan Yusuf bersama sama menempuh perjalanan ke Betlehem, lalu bersama sama mengungsi ke Mesir mencari Yesus ke Yerusalem, bahkan Maria hadir saat Yesus sampai disalibkan. Artinya Yusuf peduli penuh kasih sayang, dan Maria adalah ibu yang selalu hadir bagi anaknya. Apa yang Yesus lakukan pada masa itu tidak terlepas dari didikan dan ajaran orangtuanya, sehingga Yesus memiliki sifat kepatuhan terhadap BapaNya. Dengan tenang berada di dalam rumah ibadah dan bagaimana Yesus sudah sejak dini mengenal tentang Taurat sehingga Yesus berani duduk bersama dengan para alim ulama dengan pemikiran-pemikirannya yang cerdas karena Yesus sendiri telah mendapatkan pengajaran tersebut dari orangtuanya yang sangat setia dan patuh menyembah Tuhan dalam kehidupannya. Terlihat dari Yesus berada dalam rumah ibadah mendengar dan berbicara tentang Tuhan dan hukum taurat.
Mazmur 103:17
Berbicara tentang Daud yang mengetahui secara langsung betapa dosanya yang begitu besar dan betapa dia sudah diampuni oleh Tuhan. Daud menggugah hatinya dengan menceritakan belas kasihan Tuhan dalam keadilan, pengampunan yang besar, membuang dosa, karena KasihNya yang kekal. Artinya Daud mau mengatakan bahwa Tuhan selalu menyertainya bahkan sampai kepada anak cucunya mendapatkan kebaikan dan keadilan Tuhan, karena itulah Daud tetap menyembah Tuhan dalam hidupnya.
Aplikasi
Pendidikan Agama Kristen yang pertama sekali berada di dalam keluarga. Perlu dibangun kembali visi sebagai orangtua dalam mengasuh anak-anaknya. Orangtua adalah pendidik utama. Orangtua berperan dalam pertumbuhan iman anak-anak. Orangtua juga berperan dalam pembentukan karakter pada anak. Bagaimana keadailan kebenaran dapat mereka aplikasikan dalam hidup mereka. apa yang salah dan apa yang berkenan di mata Tuhan. Bagaimana teladan orangtua menjadi hal utama di dalam sebuah parenting (pola asuh anak). Memberi ruang pada anak-anak untuk berdiskusi, bertanya, mendidik anak sesuai kepribadian mereka. Memperhatikan kebutuhan secara fisik boleh saja, tapi juga perlu memperhatikan kesehatan mental di tengah keluarga kita. Keluarga yang berdoa bersama akan ada tawa bersama, duka bersama. Orang tua dan anak sama-sama menjadi cermin Inji Kristus. Keluarga yang setia menyembah Tuhan merupakan dambaan setiap keluarga. Dan hendaknya ini menjadi hal yang utama dilakukan di tengah keluarga Kristen, karena menyembah Tuhan merupakan sebuah kebaikan dan kesukacitaan. Perlu dipersiapkan dengan baik setiap keluarga untuk bisa menyembah Tuhan dalam Roh dan kebenaran. Bukan hanya bentuk rutinitas tetapi bagaimana setiap keluarga menikmati pertemuannya di Mezbah Tuhan. Secara sederhana kita bisa lakukan melalui ibadah keluarga, saat teduh atau doa bersama, dan lakukan secara rutin dan menjadi sebuah kebiasaan. Melibatkan seluruh anggota keluarga di dalam pembawa pujian, doa, renungan, dll. Sehingga setiap anggota keluarga dapat merasakan kedekatan bersama Tuhan sepanjang kehidupannya. Membiasakan diri untuk beribadah setiap hari Minggu ke Gereja. Dan masing-masing mengingatkan dan mempersiapkan diri setiap saat untuk hadir di tengah-tengah persekutuan yang ada di Gereja kita; misalnya, Ibadah Pekan Keluarga, Ibadah Pekan Doa, PJJ, Moria hadir di PA Moria, Permata hadir di persekutuan permata, begitu juga dengan mamre, KAKR, dan SAITUN.
MINGGU 10 NOVEMBER 2024, KHOTBAH 1 KORINTUS 6:12-20
Invocatio :
Saudaraku yang kekasih, aku berdoa, semoga engkau baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala sesuatu , sama seperti jiwamu baik-baik saja. (3 Yoh 1:2 )
Bacaan :
Kel. 23 : 25 – 26 (T)
Tema :
Muliaken Dibata Arah kula (Memuliakan Allah Dengan Tubuh/Muliakanlah Allah Dengan Tubuhmu)
1. Pembukaan:
Mens sana in corpore sano, adalah sebuah Motto dalam bahasa Latin yang artinya "Jiwa yang sehat dalam tubuh yang sehat." Maksudnya jika jiwa seseorang sehat, maka tubuhnya akan sehat juga. Motto ini mengajarkan bahwa penting untuk menjaga kesehatan tubuh, karena akan sangat berpengaruh kepada kesehatan jiwa.
Bagi orang percaya Kesehatan adalah berkat dan anugrah dari Tuhan, oleh karena itu menjaga kesehatan adalah salah satu cara mensyukuri berkat yang dari Tuhan.
Manusia dapat dikatakan sebagai manusia yang penuh dengan kebebasan. Kebebasan berkata-kata, kebebasan berprilaku, bebas makan apa saja dan lain-lain. Namun, sebagai seorang Kristen, bagaimana cara kita menghargai kebebasan dalam hidup yang diberikan Tuhan ini?
2. PENJELASAN
Kota Korintus, kota pelabuhan yaitu Lekheum di bagian Barat dan Kenkhrea di bagian Timur sehingga Korintus menjadi pusat perdagangan, pusat perekonomian dan pusat industri terjadi perjumpaan dari berbagai bangsa. Kuil-kuil penyembahan berhala sangat banyak, yang paling menonjol adalah kuil dewi Afrodite (dewi asmara) yang berada di gunung dengan ketinggian 2000 kaki di Akropolis Di kuil tersebut, ada 1.000 pelacur sakral, maka di Korintus terjadi pelacuran bakti, sehingga kata Korintus yang berasal dari kata korinthiazomai mengandung arti percabulan oleh karena itu percabulan dianggap biasa oleh orang Korintus.
Sebagian jemaat Korintus keliru dalam memahami konsep tentang kebebasan di dalam Kristus, Mereka menganggap bahwa kebebasan dari Hukum Taurat melalui karya penebusan Kristus telah menjadikan mereka bebas dari semua perintah. antinomianisme (tidak peduli dengan hukum atau aturan-aturan). Mereka merasa benar-benar bebas melakukan apapun.
Ay 12. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun
Bagi orang Korintus “segala sesuatu halal” Kata “halal” diambil dari bahasa Yunani EXESTIN yang diterjemahkan “diperbolehkan”. Konsep ini kemungkinan juga karena pengaruh salah satu filsafat Yunani kuno yang sangat dipengaruhi oleh pemikiran dualistik: yang material adalah buruk atau tidak sempurna, sedangkan yang non-material adalah baik atau sempurna. Dengan perspektif semacam ini semua hal yang bersifat jasmaniah dianggap tidak berharga. Yang material akan musnah. slogan jemaat Korintus “Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan: tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah”. Oleh karena itu tubuh tidak penting sehingga bisa digunakan untuk apapun juga. Apa yang dilakukan pada tubuh (aspek jasmaniah) tidak berpengaruh terhadap jiwa/roh (aspek rohaniah). Setiap orang berhak atau bebas melakukan apapun atas dirinya sendiri! Dalam hal ini Paulus memberikan penjelasan:
- Kebebasan harus berguna bagi orang lain (12a) Sebagian jemaat Korintus hanya berkutat pada isu boleh atau tidak boleh, sementara Paulus melangkah lebih jauh. Moralitas Kristiani berbicara tentang sesuatu yang “tepat” sekaligus “berguna.” Kata “berguna” (sympherō) lebih mengarah pada kegunaan bagi orang lain. Ide tentang “berguna” disejajarkan dengan “membangun” Kebebasan tidak meniadakan tanggung jawab terhadap banyak orang. Sebaliknya, setiap orang Kristen dipanggil untuk menggunakan kebebasannya bagi kepentingan orang lain. Menurut Paulus, iman dalam Kristus tidak bersifat individualistik dan bukan berbicara tentang menggunakan hak. Sebaliknya, iman dalam Kristus bersifat komunal dan melepaskan hak. Mengurbankan kebebasan demi orang lain merupakan cerminan Injil.
- Kebebasan tidak boleh menjadi perbudakan (12b) Kepada jemaat Korintus yang terlalu mengagungkan kebebasan, Paulus memberikan peringatan yang cukup keras: “tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun.” Kata “oleh apapun” (hypo tinos) menjelaskan bahwa setiap orang yang merasa berhak melakukan apapun yang dia anggap benar, sebenarnya mereka telah diperbudak. Jika seseorang merasa dirinya bebas, dia seharusnya benar-benar bebas untuk menggunakan atau tidak menggunakan kebebasan itu. Jika dia selalu menggunakan kebebasan itu, bukankah hal itu membuktikan bahwa dia sedang dibelenggu oleh kebebasannya sendiri? Ingatlah, kita mungkin memiliki hak, tetapi kita juga berhak untuk melepaskan hak itu.
Ayt 13. Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan: tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah. Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh.
Kelompok elit dalam gereja Korintus secara khusus pada mereka yang kaya dan berkuasa. berpikir bahwa mereka bebas melakukan apa saja yang mereka mau termasuk melakukan percabulan dan mengikuti perjamuan makan yang dipersembahkan pada berhala di kuilkuil penyembah berhala Di bagian ini Paulus menegaskan kepada mereka bahwa mereka tidak bebas melakukan percabulan karena tubuh mereka bukan untuk mereka sendiri tetapi untuk Tuhan Oleh sebab itu, mereka harus menghindarkan diri dari imoralitas seksual.
Ayt. 14 Allah, yang membangkitkan Tuhan, akan membangkitkan kita juga oleh kuasa-Nya.
Di ayat 14 Paulus menjelaskan karena “Allah telah membangkitkan Tuhan Yesus secara badani,” maka “Ia akan membangkitkan kita juga secara badani. Sebagai akibatnya, semua orang Kristen harus mempersembahkan tubuh mereka untuk Tuhan dengan tidak mencemarkan tubuh mereka dari percabulan karena tubuh mereka akan diperbarui pada saat kebangkitan nanti. Bagi Paulus, doktrin kebangkitan adalah fondasi dari larangan percabulan dan perintah untuk mempersembahkan tubuh bagi Tuhan.
Sebagian orang Kristen di Korintus berpikir bahwa tubuh mereka akan dihancurkan pada akhir zaman, sehingga mereka merasa percabulan tidak berkaitan apa-apa dengan keadaan mereka pada akhir zaman. Orang-orang pada zaman Paulus memberikan penekanan yang sangat besar pada roh daripada tubuh karena mereka berpikir bahwa roh itu kekal, sedangkan tubuh itu fana.( pandangan dualistik Yunani). Sebagian orang Kristen Korintus memiliki pandangan overrealized eschatology. Pandangan ini, percaya bahwa akhir zaman sedang berlangsung saat itu, mereka percaya bahwa manifestasi karunia-karunia rohani yang sifatnya supranatural, secara khusus bahasa roh, adalah tanda bahwa mereka telah memasuki “spiritualitas yang penuh” dan mulai mengalami “bentuk keberadaan malaikat.” Akibatnya, mereka merasa bahwa tubuh itu tidak penting dan dosa percabulan tidak mempengaruhi keadaan rohani mereka sama sekali.
Selanjutya Paulus memberikan alasan mengapa mempersembahkan tubuh untuk Tuhan.
1: Tubuh Orang Kristen Adalah Anggota Tubuh Kristus (ay. 15)
Paulus membangun argumennya dalam tiga bagian, di mana di awal tiap bagian itu dimulai dengan formula (“tidak tahukah kamu bahwa”, 15,16,19). Dengan menggunakan formula ini, ia mengingatkan orang Kristen Korintus tentang sesuatu yang seharusnya mereka telah ketahui sebagai hal yang sangat prinsip dalam iman Kristen. Kata anggota tubuh menggunakan kata melos diterjemahkan sebagai kaki atau tangan atau bagian dari tubuh manusia. Artinya kita umatNya tidak dapat dipisahkan dengan Kristus Yesus, sama dengan kaki dan tangan tidak dapat dipisahkan dari tubuh, tidak mungkin anggota tubuh dicabut dan dipersekutukan dengan pelacur. Jadi anggota tubuh Kristus tidak boleh hidup dalam percabulan. Orang yang berbuat cabul dengan seorang pelacur adalah seperti anggota tubuh yang dicabut dari tubuh Kristus dan dipersekutukan dengan tubuh pelacur itu. Percabulan dengan orang lain sama dengan mencabik tubuh orang Kristen itu sebagai anggota tubuh Kristus dan menyekutukannya dengan tubuh pasangan seksualnya. Karena keseriusan dari dosa percabulan ini, setiap orang percaya mesti waspada agar mereka tidak jatuh ke dalamnya. (“Apakah aku akan mengambil anggota-anggota Kristus dan membuat mereka anggota seorang pelacur?”) (“Sekali-kali tidak!”). Hal ini berarti bahwa Paulus sangat menentang hubungan seksual dengan seorang pelacur karena tindakan itu tidak sesuai dengan iman Kristen
2: Tubuh Orang Kristen Telah Dipersatukan dengan Kristus (ay. 16-18)
Paulus dengan sengaja mengutip Kejadian 2:24, untuk menekankan relasi yang sangat dekat dan eksklusif yang menuntut kesetiaan total dari kedua pihak., Paulus hendak menekankan paling sedikit dua hal.
Pertama, hubungan antara orang percaya dengan Kristus mirip dengan ikatan seorang suami dengan istrinya, yaitu relasi yang mutual. suami dan istri yang saling memiliki satu dengan yang lain, demikian juga orang percaya dan Kristus. Konsekuensinya, hubungan antara orang percaya dan Kristus adalah relasi yang ekslusif yaitu tubuh orang percaya adalah bagi Kristus saja (bukan untuk pelacur) dan Kristus bagi orang percaya.
Kedua, jika hubungan orang percaya mirip dengan ikatan suami istri maka pernikahan rohani antara orang percaya dengan Kristus. implikasinya adalah iman yang dimiliki orang Kristen pada Kristus menuntut kesetiaan dan kemurnian dari orang percaya itu. Dalam hal ini harus dilakukan dengan lari dari percabulan (ay. 18). Kata “jauhkanlah” dalam bahasa Yunani FEUGO artinya “larilah”. Artinya jangan lambat, jangan tunda, harus segera dilakukan, bertindak cepat, larilah dari percabulan, larilah dan tinggalkan perzinahan sebab perbuatan itu menajiskan diri sendiri dan menghina kekudusan Allah.
Dengan demikian, orang Kristen harus terus menunjukkan kesetiaan mereka kepada Kristus dengan hidup kudus sehingga pada akhir zaman mereka akan dinyatakan tidak bercacat.
3. Tubuh orang Kristen adalah Bait Roh Kudus (19a)
Bait mempunyai sifat: Kudus sebab itu adalah tempat kediaman Allah dan tidak boleh di najiskan orang, di dalam Alkitab kita melihat Yesus jarang marah, tapi Dia sangat marah ketika Bait Allah di jadikan sarang penyamun. Tubuh Kita Didiami Oleh Roh Allah. Allah yang Maha Tinggi berkenan diam dalam diri kita. Hal ini menyatakan sungguh besar kuasa dan anugerah-Nya yang diberikan kepada kita. Namun di sisi lain, ada tanggung jawab yang besar bagi kita untuk menjaga kesehatan bait Allah/tubuh kita, baik secara fisik maupun secara spiritual. Kita harus menghargai dan memberi perhatian kepada tubuh jasmani dan rohani kita serta menjaga kekudusan hidup kita demi kemuliaan Nama Tuhan
4: Tubuh Orang Kristen Adalah Milik Allah (ay. 19b-20)
Beberapa orang Kristen yang melakukan dosa seksual mungkin berpikir “Ini adalah tubuhku sendiri, jadi aku dengan bebas boleh melakukan apa pun yang aku inginkan.”
Kata Milik/kepemilikan dan dibeli/pembelian yang berhubungan istillah perbudakan, menekankan bahwa Tubuh Kita Bukan Milik Kita. Tubuh kita ini adalah milik Allah, karena sudah dibeli oleh Kristus melalui kematian-Nya di atas kayu salib. Kristus telah menebus orang percaya sehingga mereka dimerdekakan dari dosa. kemerdekaan ini mengandung arti mereka harus taat secara total kepada Tuan mereka yang baru, yaitu Kristus. Kita tidak lagi menjadi budak dosa, tetapi menjadi hamba yang melayani Kristus.
Semua orang Kristen dipanggil untuk memuliakan Allah bukan hanya dalam ibadah tetapi juga melalui kehidupan mereka yang menjauhi perbuatan-perbuatan yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Kita harus menghargai tubuh ini dan menggunakan tubuh kita untuk muliakan Allah. Memuliakan Tuhan dengan tubuh, berarti menjaga tubuh kita dari perbuatan yang tidak bermoral, seperti percabulan, penyalahgunaan narkoba, dan tindakan kekerasan. Ini juga melibatkan menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh kita, serta menggunakan tubuh ini sebagai alat untuk melakukan kebaikan dan melayani sesama.
3.REPLEKSI
Perkembangan dunia digital semakin terasa, dunia berubah dengan begitu cepat. Kemerosotan moral menjadi salah satu hal yang tidak dapat dihindari. Hal ini disebabkan karena kecanggihan dan kemajuan teknologi yang membuat kita bisa masuk menjelajah ke mana saja, sebab segala sesuatu bisa diakses dengan begitu mudah tetapi juga murah. Belum lagi tema pergaulan bebas kini menjadi sesuatu yang sangat digemari. Dengan alasan bebas berekspresi, konten berbau pornografi semakin banyak menghiasi media-media sosial yang ada. Bukannya sadar dengan kejatuhan ini dan beralih dari berbagai kenajisan ini, banyak orang percaya justru mulai kehilangan kekaguman akan orang-orang yang hidup mempertahankan kekudusan. Mereka justru menertawakan dan menganggap menjaga kekudusan sebagai sesuatu yang bodoh dan kurang gaul. Perselingkuhan, perzinahan, seks bebas dan gaya hidup bebas lainnya sedang menjadi tren dan sesuatu yang keren. Bahkan hal ini dibenarkan dengan slogan “ini hidupku bukan hidupmu”.Apakah orang percaya harus terjebak pada situasi ini? Benarkah kekudusan bukanlah sesuatu hal yang penting lagi dalam Kekristenan?
Bagi orang-orang Kristen di sepanjang zaman, tidak ada alasan untuk menyalahgunakan tubuhnya untuk pemenuhan hawa nafsu yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Segala keberadaan tubuh harus diarahkan untuk memuliakan Allah. Oleh karena itu, mari, kita rawat tubuh kita dalam tampilan luar maupun dalam, juga tubuh jasmani maupun rohani kita untuk kemuliaan Tuhan.
MINGGU 03 NOVEMBER 2024, KHOTBAH 2 KORINTUS 1:3-7
Invocatio :
Galatia 6:9
Ogen :
Amsal 3:27-34
Tema :
Dihibur Untuk Menghibur / Iapuli Tuhan Guna Ngapuli
Pengantar
“Setiap orang memiliki persoalan hidupnya menurut versinya masing-masing”. Kalimat ini mau membawa kita kepada sebuah perenungan bahwa tidak ada manusia hidup yang tidak memiliki masalah hidupnya. Tidak ada yang berani dengan tegas mengatakan bahwa dia tidak memiliki persoalan dalam kehidupannya. Setiap kita dalam versi yang berbeda-beda. Namun, di balik persoalan kehidupan kita yang berbeda-beda itu pula, kita dipanggil untuk saling menghibur, saling menguatkan dan saling memotivasi satu dengan yang lain. Kita berada dalam komunitas yang dihimpun, dipersiapkan dan diutus untuk menjadi mencintai dan memperhatikan.
Pemahaman teks
Tidak dapat diragukan lagi bahwa penulis surat 2 korintus adalah Paulus, pada saat dia berada di Makedonia. Ada satu keunikan yang dapat kita temukan dalam tulisan Paulus 2 Korintus ini, jika kita bandingkan dengan surat-surat Paulus yang lain (Efesus, Filipi, 1 & 2 Tesalonika dan lain-lain), umumnya pada pembuka surat atau ucapan syukur yang disampaikan oleh Paulus berkaitan dengan kondisi jemaat terutama tentang iman serta kesetiaan mereka. Namun kali ini, ucapan syukur Paulus justru berada di seputar kekuatan yang dia terima untuk dapat bertahan dalam berbagai penderitaan dalam pelayanannya termasuk di tengah-tengah jemaat Korintus. Tentu yang jadi pertanyaan bagi kita adalah, mengapa bisa berbeda orientasi ucapan syukurnya dengan surat-surat yang lain?
Jika kita melihat secara keseluruhan teks 2 Korintus, kita akan menemukan 3 isu yang dikembangkan oleh Paulus dalam suratnya ini:
- Pasal 1-7, memuat sebuah permasalahan berkaitan dengan hubungan antara Paulus dengan jemaat Korintus (1:12-2:4; 7:2-4). Kita menemukan adanya upaya Paulus untuk melakukan rekonsiliasi dengan cara menegaskan ketulusan hati Paulus dalam melayani.
- Pasal 8-9, memuat sebuah permintaan agar jemaat kembali menyelesaikan komitmen mereka untuk membantu jemaat di Yerusalem.
- Pasal 10-13, memuat pembelaan Paulus mengingat adanya orang atau kelompok yang berusaha menghasut jemaat dengan melakukan pengajaran yang berseberangan dengan pengajaran Paulus.
Dengan melihat isu-isu yang dikembangkan oleh Paulus dalam suratnya, kita menemukan bahwa Paulus sedang membantah tuduhan-tuduhan yang disampaikan kepadanya. Paulus meminta jemaat Korintus untuk melihat kembali bagaimana hidupnya selama ia bersama mereka.
Melalui teks khotbah kita di 2 Korintus 1:3-7, dengan sangat jelas Paulus mengungkapkan perasaanya akan apa yang telah dirasakan melalui pengalaman selama melakukan pemberitaan tentang Yesus. Ada indikasi bahwa Paulus sedang mencari pembelaan dirinya. Namun, melalui ungkapan yang disampaikan dalam ucapan syukurnya, bahwa sebenarnya Paulus sedang mempertahankan sebuah kebenaran dan keyakinan bahwa Allah itu penuh belas kasihan dan sumber segala penghiburan (3). Dia melayani bukan untuk mencari keuntungan dan popularitas. Tetapi pemberitaan yang dia lakukan karena sebuah panggilan hidup.
Melalui pasal 6:4-10, kita mendapatkan informasi akan penderitaan secara fisik yang dialami oleh Paulus, dia dipenjara, merasakan kerusuhan, dia merasakan siksaan ataupun penganiayaan dan bahkan nyaris mati dan tekanan mental yang dialami, dia dianggap sebagai penipu, sering mendapat hinaan, tidak dianggap dan harus berjuang dengan penuh kesabaran dan kemurnian hati. Ungkapan yang disampaikan bukan untuk membela dirinya supaya jemaat simpati dan mempercayai dia kembali karena telah disesatkan oleh kelompok lain. Tetapi, situasi penderitaan ini disampaikan untuk mengatakan bahwa panggilan dan pemberitaan yang ia lakukan adalah sebuah ketulusan untuk keselamatan orang banyak. Prinsip hidup Paulus ini juga sama seperti yang tertuang dalam 1 Petrus 3:17 “sebab lebih menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat.” Dengan segala penderitaan yang ia alami, semua dapat ia lalui karena ada Allah yang selalu menghibur dan menguatkan dia. Paulus dengan tegas mengatakan bahwa jika kami berlimpah kesengsaraan, demikian pula oleh Kristus, kami menerima penghiburan (5). Siksaan dan hinaan bisa saja melemahkan fisik Paulus, tetapi semangat pelayananya tidak dapat dihentikan oleh penderitaannya itu. Sebaliknya, prinsip yang ada pada diri Paulus adalah: penderitaannya bertujuan untuk dapat menghibur mereka yang ia layani termasuk jemaat Korintus (6). Maksud Paulus adalah mengatasi keterbatasan tubuhnya dengan melihat kekuatan Allah yang bekerja. Sehingga tubuhnya yang terbatas, tidak menghambat dia untuk melakukan gerakan kebaikan bagi orang lain. Dan Paulus mau menceritaan bahwa gerakan kebaikan yang ia lakukan bukan karena kekuatannya, tetapi karena Tuhan. Dengan kesetiaan dan kesabaran Paulus memberikan ruang bagi Allah untuk berkarya bagi dirinya. Tentunya pengalaman ini akan menjadi sebuah modal berharga bagi dirinya untuk menghibur orang yang mengalami penderitaan hidup khususnya bagi jemaat-jemaatnya yang mengalami beban hidup yang begitu berat. Paulus juga mau mengajak kita untuk melihat bahwa Tuhan tidak menutup mata akan penderitaan yang dialami oleh anak-anakNya. Ketika dia dikutkan oleh Allah, dia dipanggil untuk menguatkan orang lain.
Aplikasi
Seperti kalimat yang kami tuangkan di awal tadi bahwa setiap kita manusia memiliki persoalan/penderitaan hidup yang berbeda-beda. Dalam keterbatasan kita sebagai manusia, kita merasa tidak mampu melewatinya. Namun, melalui pengalaman hidup iman kita, tentu kita merasa ada kekuatan Ilahi yang selalu dengan setia menguatkan, menghibur, memotivasi dan mengajari kita. Ada Tuhan yang selalu memberikan hikmat, pengertian bagi kita dalam menjalaninya. Melalui pengalaman Paulus dari pembacaan Firman Tuhan dan melalui pengalaman hidup kita. memberikan pengajaran baru kepada kita bahwa masalah kita tidak menjadi alasan untuk menghentikan kita memperhatikan orang lain. Di dalam pembacaan 1/ogen dengan sangat jelas dikatakan “janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya (Amsal 3:27a).” Di minggu ini juga mengajak kita untuk melihat pelayanan diakonia yang ada di tengah-tengah GBKP yaitu YKPD Alpha Omega, PPOS, dan PAK Gelora Kasih.
Firman Tuhan mengingatkan kita, bahwa saudara/saudari dan orang tua kita yang ada di tiga unit pelayanan ini juga sangat membutuhkan perhatian dari kita, baik dukungan dana, doa dan motivasi. Seperti Paulus terpanggil dan tidak merasa dibebani untuk menguatkan orang lain, kita juga mengalami hal yang sama. Kita dipanggil untuk menguatkan dan mengambil bagian dalam menciptakan penghargaan, perhatian, kebahagiaan, semangat hidup bagi mereka.
Pdt. Irwanta Tarigan, S.Th
GBKP Rg. Banjarmasin