SABTU 19 APRIL 2025, KHOTBAH JOHANES 19:38-42
Invocatio :
"Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir", (Ibrani 6:19).
Ogen :
Mazmur 130:1-8
Tema :
Yesus di Kuburkan
Pembukaan.
Syalom, mejuah-juah salam sejahtera bagi kita sekalian. Pada hari ini Gereja melanjutkan permenungan peristiwa pra paskah tetang proses penyelamatan Allah bagi manusia melalui penderitaan dan wafat Kristus yang kini berada di dalam makam. Peristiwa ini disebut sebagai Sabtu Pengharapan, Sabtu sunyi, sabtu suci dan disebut juga Sabtu Vigili Paskah, vigili berasal dari bahasa Latin vigilis yang berarti berjaga-jaga atau bersiap-siap, menyongsong kebangkitan Yesus Kristus.
Hari ini kita diajak untuk menghayati kesunyian kubur Yesus, Sabtu Sunyi/Suci adalah masa transisi antara KEMATIAN dan KEBANGKITAN, antara DUKA dan HARAPAN. Keduanya dilabuhkan dalam sikap iman seraya merenungkan makna kematian Yesus untuk mendatangkan pengharapan akan kehidupan kekal bagi manusia, dengan mempertimbangkan dunia akan dipenuhi kegelapan tanpa harapan, oleh karenanya sikap pengharapan yang dilandasi percaya dalam iman saja akan dapat memperoleh pencerahan hidup dengan meyakini bahwa seluruh janji Allah akan digenapi dan segala pengharapan yang dilandaskan kepadaNya tidak akan sia-sia.
Pendalaman Teks.
Khotbah Johanes, 19:38-42.
Apa yang terjadi pada hari Sabtu Suci?
Setelah matahari terbenam pada hari Jumat, para imam kepala dan orang Farisi mengunjungi Pontius Pilatus. Mereka meminta Pilatus untuk berjaga-jaga untuk makam Yesus. Mereka mengingat Yesus yang menyatakan bahwa Dia akan bangkit kembali dalam tiga hari (Yohanes 2:19-21) dan ingin mencegah Kristus bangkit dari kubur.
Mengutip berbagai sumber, para murid telah bubar ketika Yesus ditangkap (Markus 14:50), dan mereka menghabiskan Hari Sabtu Suci pertama bersembunyi karena khawatir juga ditangkap (Yohanes 20:19). Hari antara penyaliban Kristus dan kebangkitan-Nya akan menjadi momen keputusasaan dan kebingungan ketika para murid berusaha untuk memahami pembunuhan Yesus dan pengkhianatan Yudas.
Nats khotbah sabtu pengharapan ini mencatat tentang kematian Yesus dan bagaimana Yesus dikuburkan. Ada dua orang yang terlibat sekali dalam penguburan Yesus yaitu :
- Yusuf dari Arimatea (ayat 38)
Dari ketiga Injil Sinoptik kita mengerti bahwa Yusuf dari Arimatea adalah seorang anggota Majelis Besar yang terkemuka, dia kaya, dia menantikan kedatangan Kerajaan Allah, dia baik, dan dia tidak setuju dengan putusan dan tindakan mereka. Yusuf dari Arimatea menurunkan jenazah Yesus untuk dimakamkan (38). Ia telah mendapat izin dari Pilatus.
Menurut hukum Roma, mayat mereka yang dihukum mati biasanya diserahkan kepada keluarga mereka, tetapi kalau mereka dihukum mati karena pemberontakan atau penghasutan, mayat dibiarkan di salib. Orang-orang Yahudi selalu mengizinkan penguburan segala penjahat, tetapi bukan di dalam kuburan biasa, supaya mayat itu tidak dapat menajiskan kuburan itu. Penjahat biasanya dikuburkan bersama-sama di dalam sebuah kubur umum yang hina.
Oleh karena dia berkedudukan tinggi di Mahkama Agung, Yusuf dapat berbicara dengan Pilatus. Permohonan Yusuf cukup berbahaya, karena Tuhan Yesus dihukum sebagai pemberontak, dan karena anggota-anggota Mahkama Agung yang lain pasti tidak setuju dengan tindakan Yusuf. Barangkali Pilatus meluluskan permintaan itu karena dia yakin bahwa Tuhan Yesus bukan seorang pemberontak, dan karena dia mau menghina para pemimpin Yahudi sekali
- Nikodemus (ayat 39-40)
Dialah yang mula-mula datang waktu malam kepada Yesus. Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu, kira-kira lima puluh kati beratnya. Jumlah rempah-rempah itu luar biasa banyaknya hanya seorang raja yang biasanya berkafan dengan rempah-rempah sebanyak itu (ayat 50 kati = 30 kg). Bagi Nikodemus, Yesus adalah rajanyaBersama dengan Yusuf dari Arimatea, Mereka kemudian memakamkan Yesus secara layak (40-41). Di hadapan umum, Yusuf dan Nikodemus menunjukkan simpati dan penghormatan kepada jenazah Yesus. Mereka memakamkan Dia sebagai raja (bdk. 2Taw. 16:14).
Ogen : Masmur. 130:1-8.
Perikop Mazmur 130 dengan; SERUAN DALAM KESUSAHAN, Kita memang tidak tahu secara persis apa latar belakang dari pemazmur hingga menuliskan Mazmur ini. Di awal pemazmur mengatakan “dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya Tuhan!” (ay. 1b). Dari sini terlihat seolah-olah pemazmur sedang menghadapi suatu kesusahan yang besar. Dalam kesusahan yang dialaminya itu, pemazmur menyadari, bahwa jangan-jangan karena dosa-dosanya kepada Tuhanlah sehingga ia mengalami kesusahan saat ini. Itulah sebabnya pemazmur memohonkan pengampunan kepada Tuhan. Karena pemazmur tahu bahwa Allah adalah Allah yang penuh kasih.
Pemazmur yakin bahwa Allah akan memberikan pengampunan kepadanya. Itulah sebabnya pemazmur berkata, “tetapi pada-Mu ada pengampunan” (ay. 4a). Pemazmur juga yakin Tuhan akan segera menolongnya keluar dari kesusahan yang dialaminya karena ia percaya pada kasih setia Tuhan yang seringkali melakukan penyelamatan. Itulah sebabnya pemazmur mengatakan, “Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel! Sebab pada Tuhan ada kasih setia, dan Ia akan mengadakan pembebasan” (ay. 7).
Firman ini mengajarkan kita untuk tetap berharap kepada TUHAN sambil mengakui dosa dan memohon pengampunan dari Tuhan, Tuhan tidak pernah meninggalkan orang yang dikasihi-Nya. Karena itu, berharaplah hanya kepada TUHAN saja, sebab Ia akan menolong dan melindungi kita setiap saat.
Renungan / Refleksi.
Saudaraku yang terkasih di dalam Kristus, melalui ibadah dan dasar Firman Tuhan yang kita renungkan dalam ibadah ini ada beberapa hal yang menjadi Permenungan bagi kita sekalian :
- Kematian Yesus bukanlah sebuah kegagalan.
Kematian sering kali di identikkan dengan kekalahan dan kegagalan, terlebih ketika di perhadapkan kepada sebuah peristiwa pertentangan antara 2 kelompok yang bertikai, yang hidup menang dan yang kalah mengalami kematian. Peristiwa kematian Tuhan Yesus di Kayu salib adalah “kekalahan” bagi para Murid yang selama ini mengikut Yesus, mereka begitu takut sehingga bersembunyi di berbagai tempat. Hal itu terjadi karena mereka memaknai bahwa kematian Yesus adalah kekalahan dan kehancuran bagi Yesus dan pengikutnya. Mereka tidak mengingat perkataan Tuhan Yesus bahwa kematianNya adalah proses dari sebuah kemenangan Kekal. Berbeda dengan Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus, peristiwa kematian Yesus membuka mata rohani mereka, selama ini mereka belum terlalu Yakin dengan pengajaran Yesus, sehingga mereka dengan sembunyi-sembunyi mendengarkan dan mengikut Yesus, namun pertiwa kematian Yesus sekali lagi menumbuhkan iman mereka dan secara terbuka melakukan tindakan yang cukup berbahaya bagi keselamatan mereka dan keluarganya, dengan berani mereka melakukan prosesi penguburan Yesus dengan luar biasa.
- Yesus Benar-benar Mati secara Jasmani.
Nrasi ini juga menegaskan kepada kita bahwa Yesus benar-benar mati, Dia punya mayat (jenazah), dan mayat itulah yang diturunkan (diambil) oleh Yusuf untuk selanjutnya dikuburkan. Tubuh (the body: versi King James) atau mayat/jenazah itu adalah mayat Yesus, dan bukan mayat orang lain, bukan mayat palsu. Yesus benar-benar mati, dan bukan mati suri. Bukan hanya Yusuf yang ada pada waktu itu, ada lagi orang lain dari kelompok Farisi yang turut menyaksikan penurunan mayat Yesus, yaitu Nikodemus. Kedua orang ini mewakili kaum atau kelompoknya masing-masing yang secara organisatoris menolak Yesus. Nikodemus mengikuti tradisi penguburan di dunia Timur Tengah pada waktu itu. Yusuf dan Nikodemus menguburkan Yesus dengan terlebih dahulu melaksanakan kebiasaan atau tradisi Yahudi terhadap orang mati pada saat penguburannya. Dikatakan bahwa mereka mengapaninya dengan kain lenan dan membubuhinya dengan rempah-rempah. Tindakan-tindakan ini menunjukkan bahwa Yesus benar-benar mati, dan karenanya tradisi penguburan harus dilakukan pada-Nya. Peristiwa kematian Yesus adalah fakta yang sudah di nubuatkan sebelumnya, bahwa Anak Manusia harus mati, karena tubuhnya adalah persembahan penebusan tubuh manusia yang berdosa. Dan melalui kebangkitanNya kita juga beroleh kahidupan baru.
- Tetap Hidup dalam Pengharapan.
Peristiwa sabtu pengharapan yang kita rayakan dalam ibadah pra paskah menjadi dasar yang kuat bagi umat Kristiani untuk memiliki pengharapan yang teguh hanya kepada Allah. Setiap orang yang berharap kepadaNya tidak akan pernah kecewa. Bahkan kepada orang berdosa sekalipun harus memiliki pengharapan, namun pengharapan yang disertai dengan pengakuan dosa, karena selama Kita hidup di tengah dunia akan diperhadapkan dengan berbagai pergumulan, Pengharapan menjadi pendorong bagi kita untuk tetap kuat dan tabah karena dibalik itu semua ada kelegaan ada kemenangan yang akan dianugerahkan Allah bagi kita, Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir. Selamat menyongsong Paskah…!!!.
Pdt. Togu P Munthe-Ketua BPMK GBKP Klasis Jakarta Kalimantan