SUPLEMEN PEKAN DOA GBKP TAHUN 2024 WARI III, 1 JOHANES 3:11-18

Invocation :

Kuan-kuanen 22:9

Renungen :

1 Johanes 3:11-18

Thema :

Kekelengen Teridah arah Perbahanen

 

I. Pendahuluan

Sebagai orang percaya dan sudah dimenangkan oleh Yesus Kristus, dalam kasih tanpa batas yang jelas nyata kita lihat dalam perbuatan yang ia berikan untuk kita manusia yaitu pengorbananNya, inisiatif dan tindakannya yang bisa kita lihat nyata dalam peristiwa Golgota, adalah bukti nyata betapa ia mengasihi kita dan Nampak dari aksi nyata perbuatannya, sehingga melalui kasih dan tindakan tersebut sudah selayaknya kita orang percaya melakukan teladan yang ia berikan tersebut, dimana kita juga di arahkan untuk memberikan kasih yang terlihat dari tindakan perbuatan kita. Kita mampu untuk melakukan Tindakan kasih tersebut karena kita terlebih dahulu sudah mendapatkan kasih dari Allah, dengan kata lain karena Allah sudah lebih dahulu mengasihi kita sehingga kita mampu mengasihi dengan perbuatan nyata kepada sekitar kita. Orang yang hidup percaya dan selalu memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan melalui doa adalah orang yang sudah dipenuhi oleh kasih Tuhan yang memampukan dia hidup saling mengasihi, yang terlihat dari Tindakan hidupnya.

Orang yang hidup dalam Kasih Kristus adalah orang yang hidup di dalam doa, jelas saja kita ketahui seperti yang dikatakan Martin luther, “doa adalah nafas kehidupan orang percaya” jika kita hidup dalam doa otomatis kita juga akan hidup dalam kasih yang boleh kita perlihatkan dalam Tindakan kita sehari-hari. Dimana doa ini yang memberikan kekuatan, proses dengar-dengaran dari Tuhan agar kita benar-benar boleh melakukan Tindakan kasih yang murni untuk kemuliaan nama Tuhan dan seturut kehendakNya, bukan karena memiliki motif atau kepentingan duniawi, kita memberi kasih dalam Tindakan murni karena itu sudah gaya hidup orang percaya.

II. Isi

Kekeristenan sangatlah terkenal dengan yang Namanya “Kasih” Karena dengan kasih yang diberikan Allah melalui Yesus kepada kita sehingga kita menjadi manusia baru yang menghantarkan kita mampu mengasihi saudara sebagai tanda bahwa kita sudah hidup baru seperti yang dinyatakan dalam prikop1 Yohanes 3: 11- 18. Jelas dalamnya nyata penekanan bahwa hubungan pribadi dengan Kristus akan menghantarkan kita sebagai orang percaya memperlakukan dan mengasihi saudara seiman yang Nampak dalam tindakan nyata kehidupan sehari-hari kita.

Bahan renungan kita mengingatkan bagaimana kita manusia yang sudah hidup baru di ayat 11 dikatakan bahwa kita harus saling mengasihi karena Allah lebih dahulu mengasihi kita (Yoh13:34). Ketika seseorang sudah percaya pada Kristus otomatis ia tidak lagi dikuasai dosa, ia tidak jahat, ia tidak membunuh saudaranya dan tidak ada dengki, iri dalam hatinya tetapi buah roh nyata dalam kehidupannya. Dan perlahan ia mulai melakukan apa yang benar dan mengasihi saudaranya.

Renungan kita memakai kisah Kain sebagai contoh kegagalan dalam mengasihi, Kain gagal karena tidak beriman, lalu lahirlah ketidaktaatan yang berakhir kepada kebencian, lahirlah kesombongan yang menghasilkan panas hati (Kej 4:5) dan semua ini adalah kesukaan dunia, yang mebcerminkan belum adanya kuasa Kasih Allah dalam hatiNya.

Tetapi karena kita bukan berasal dari dunia dan karena kita sudah berpindah dari maut ke dalam hidup. Secara otomatis maka kita mampu mengasihi saudara kita, jika tidak begitu maka kita masih saja hidup dalam maut,(15)  karena setiap orang yang membenci saudaranya sajapun adalah seorang pembunuh sekalipun dia tidak membunuh tetapi tidakan sikap hatinya sama karena ada dalam hatinya terselip harapan bahwa orang itu bisa lenyap, kerena penolakan terhadap seseorang juga berarti memperlakukan orang itu seolah-olah telah mati. Dan Tindakan ini akan menghantarkan kepada kehidupan yang tidak kekal dan penuh kepenatan tidak memiliki damai Sejahtera dari Allah, karena dia akan selalu merasa kurang dan ada saja yang menghantui untuk melakukan kejahatan.

Sehingga kita di bawa kepada pemahaman yang benar bahwa kita sudah diberikan kasih tanpa batas dalam Kristus yaitu Ia telah menyerahkan nyawaNya untuk kita sebagai wujud kasih paling dalam sehingga kita diajak juga untuk memberikan kasih tanpa Batasan untuk saudara-saudara kita. Teladan kasih nyata ini harus ada dalam setiap manusia yang sudah hidup baru, dan menempatkannya pada tingkat tertinggi sedemikian kuat sehingga membuat kita selalu memberikan yang terbaik demi kebaikan jemaat, demi keamanan dan keselamatan saudara-saudara terkasih kita, yang dapat kita lihat pada pelayanan-pelayanan kita.

Kasih kepada saudara juga harus sampai pada tingkat tindakan sehari-hari yaitu : penyayang, murah hati, dan yang paling penting adalah peka terhadap sekitar. Ayat 17 mengatakan kepada kita bahwa setiap kita sudah di aturkan Tuhan dalam penerimaan berkat, mungkin ada yang berlebih, ada juga yang pas-pasan, bahkan ada juga yang kekurangan, dalam hal ini jelas ditegaskan kepada kita siapa yang mempunyai harta duniawi haruslah saling berbagi berkat, tetapi siapa yang menutup hatinya dan tidak mau berbagi bahkan menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, maka kita akan meragukan kasih Allah yang katanya ada dalam hatinya itu. Allah memberikan kepelbagaian di kehidupan ini memiliki tujuan yaitu untuk kita boleh saling memperlengkapi satu dengan yang lainnya, karena itu yang disebut saling memperlengkapi dalam tubuh Kristus. Sehingga kita sebagai orang percaya di ingatkan Kembali bahwa kasih yang kita miliki bukan kasih sebatas perkataan atau dengan lidah saja tetapi kasih yang dapat di wujudnyatakan dirasakan dengan perbuatan dalam kebenaran dengan kepekaan yang tinggi.

Mereka yang mengatakan dirinya sebagai Kristen harus saling mengasihi.

Ini bukan tugas, melainkan bukti bahwa ia Kristen sejati, karena dimana tidak ada kasih, maka disitu juga iman mati, maka sudah sewajibnya kita saling mengasihi. Kristen sejati juga bukanlah hanya perkataan atau memiliki rencana dalam hati dan ucapan mulut, tetapi nyata melalui Tindakan. Ujian mengasihi juga bukan hanya melakukan Tindakan dramatis.

Berbagi makanan dengan mereka yang kelaparan, berbagi rezeki dengan mereka yang kekurangan merupakan kasih yang nyata. Jangan biarkan kasih kita hanya ada di bibir saja tanpa aksi nyata. Kita harus menyatakan kasih dalam tindakan dan kebenaran dalam aksi dan dalam kejujuran.

Invocation kita juga menekankan kepada kita kasih nyata dalam tindakan kebaikan hati dalam berbagi . orang yang baik hati yang sering juga disebut sebagai orang yang murah hati, memiliki pandangan yang tulus tidak kikir, melainkan ia mencari kepada siapa lagi ia bisa berbuat baik, Ketika ia melihat orang yang berkekurangan, dan mengalami kesusahan timbul belas kasihan dalam hatinya. Sambil memberikan sesuatu, ia memberikan dengan tatap yang sopan dan menyenangkan, tanpa merendahkan penerima, sehingga penerimaya semakin senang pada saat menerimanya dan menerima dengan tangan terbuka. Ia berbagi berkat kepada keluarga dan kepada yang membutuhkan. Dan jelas sekali orang yang seperti ini akan semakin diberkati oleh Allah dalam doa-doa yang di panjatkannya.

III. Refleksi Teologis

Pekan doa hari ke III ini menggiring kita untuk menjadi orang Kristen yang menyadari bahwa kita sudah terlebih dahulu mendapatkan kasih tanpa batas dari Tuhan kita dimana, Ia sudah memberikan yang paling berharga dalam pengorbanan nyawanya di bukit Golgota. Kasih yang di berikannya tersebut adalah kasih yang nyata dalam tindakan bukan hanya perkataan saja. Demikian juga halnya kita sebagai anak Allah yang sudah mendapatkan kasih tersebut khususnya di Pekan Doa ke 3 ini, sudah sewajarnya kehidupan kita di dalam doa atas kasihNya kita tunjukan dalam tindakan untuk peka (memiliki kecerdasan sosial/ sigap akan keadaan sekitar apa yang boleh kita lakukan) dan terbeban dalam mengasihi saudara-saudara kita yang membutuhkan bantuan, karena jelas nyata sebenarnya apa yang kita doakan itu adalah Tindakan yang harus kita usahakan ataupun wujud nyatakan dan selebihnya Tuhan yang bekerja, jangan hanya kita doakan tapi tidak ada wujud nyata dalam usaha.

Sebagai anak Allah kasih yang sebatas ucapan bibir saja tidaklah hidup, tetapi kasih yang hidup itu adalah perkataan dan Tindakan harus sejalan, kasih juga bukan drama untuk dipertontonkan untuk motif tertentu dan kasih juga bukan ajang untuk menunjukan bahwa kita yang paling dibutuhkan, tetapi kasih itu adalah wujud nyata untuk kita menunjukan bahwa kita sudah dikuasi oleh kasih Tuhan, orang lain akan melihat kita sebagai perwujudan Allah yang boleh mereka rasakan dari setiap tindakan yang kita lakonkan dalam hidup baru yang sudah ada di hidup kita. Dan jagan lupa tetap dengar-dengaran dengan DIA melalui doa dan penyebembahan untuk kita lebih dimampukan memberikan kasih kepada siapa saja.

“Tunjukanlah KasihMu dari tingkah lakumu, sehingga orang mengenal siapa Tuhan yang kau sembah”

Vic. Stevent Brakasipa Brahmana. S.Th

SUPLEMEN PEKAN DOA GBKP TAHUN 2024 WARI II, FILEMON 1:4-7

KHOTBAH :

Filemon 1: 4-7

TEMA  :

“KUINGET KAM I BAS PERTOTONKU”

 

Pengantar

Berdoa adalah kebutuhan kita. Sedemikian banyak topik doa pribadi, kita juga diajak untuk mendoakan orang lain. Sekalipun kita mempunyai pergumulan sendiri, kita perlu tetap berdoa bagi pergumulan orang lain. Berdoa bagi orang lain adalah cara kita mengasihi mereka. Dalam Alkitab banyak tercatat Yesus berdoa bagi orang lain. Yesus berdoa untuk iman Simon (Lukas 22: 32), Yesus berdoa agar semua orang percaya menjadi satu (Yohanes 17: 11), Yesus berdoa untuk pengudusan mereka (Yoh 17: 17), dan masih banyak lagi termasuk semua mujizat yang dilakukanNya. Kita bisa bertahan karena kita saling menguatkan, dan kita saling menguatkan dalam saling mendoakan.

Penjelasan Teks

Filemon 1: 4-7

Surat ini adalah surat yang pendek, hanya 1 pasal berisi 25 ayat. Ayat 4-7 adalah bagian pengucapan syukur. Paulus menuliskan ini dari dalam penjara. Dalam penjara ia tetap memikirkan pelayanan. Sekalipun dirinya tidak dalam posisi nyaman, ia tetap memikirkan orang lain. Baik dalam doa juga lewat tulisan-tulisannya. Paulus membuktikan doa tidak bisa dibatasi oleh gelap dan lembabnya jeruji penjara. Lewat tulisannya, Paulus mengapresiasi karya nyata yang sudah dikerjakan oleh Filemon bagi jemaat di Kolose. Karena itu selain Filemon, surat ini juga ditujukan pada Apfia, Arkhipus, dan kepada jemaat di rumah Filemon.

Penerima surat ini adalah Filemon, ia salah satu orang yang menjadi pengikut Kristus dari hasil pekabaran Injil Paulus. Ia adalah seorang tokoh kaya dan terpandang jemaat di Kolose, ia menyokong pertumbuhan jemaat Kristen. Salah satunya dengan menyediakan rumahnya sebagai tempat berkumpul. Secara keseluruhan, inti surat ini adalah Paulus meminta kepada Filemon agar menerima kembali Onesimus yang dulu adalah hamba milik Filemon. Onesimus pernah melakukan kesalahan sehingga ia melarikan diri dari Filemon. Paulus meminta agar Filemon menerima kembali kehadiran Onesimus bukan lagi sebagai hamba tapi sebagai saudara seiman. Bagian di ayat 4-7 ini adalah cara Paulus menunjukkan kebaikan-kebaikan yang sudah dilakukan oleh Filemon. Tanda bahwa Paulus sangat mengenal Filemon dengan baik. Paulus berdoa bagi Filemon. Paulus bersyukur pada Tuhan setiap kali mengingat Filemon. Paulus menuliskan kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan Filemon: kasih kepada semua orang kudus, iman kepada Tuhan Yesus, menghiburkan hati orang-orang kudus. Dari sini kita bisa melihat bagaimana hidup Filemon menjadi berkat bagi banyak orang. Identitas Kekristenannya terlihat nyata dalam perbuatan. Hal ini dituliskan Paulus sebelum meminta Filemon menerima kembali Onesimus. Agaknya Paulus berusaha membuat Filemon mengingat betapa dirinya penuh kasih dan sudah melakukan banyak hal bagi orang lain karena iman kepada Tuhan Yesus. Karena itu menerima kembali orang yang sudah melakukan kesalahan dan melarikan diri bukan sebuah kemustahilan. Paulus tidak memposisikan dirinya sebagai pemimpin rohani yang bisa saja memberi perintah, melainkan membuat sebuah permintaan dengan dasar kasih (ayat 8). Paulus tahu bahwa ketaatan karena kasih adalah lebih baik daripada ketaatan karena takut terhadap otoritas.

Melalui Filemon, jemaat Kristen dan semua pelayan Tuhan di Kolose merasa terbantu dan sangat terberkati. Melalui Paulus, terjadi rekonsiliasi antara Filemon dan Onesimus. Ini semua didasari dari kasih yang tulus, yang bukan sekedar kata-kata. Kasih itu nyata dalam perbuatan, kasih itu mendasari kita berdoa. Pengenalan yang benar akan Allah mengubahkan seseorang, sehingga hidupnya dan semua yang ia miliki bukan lagi untuk kenikmatan sendiri, tetapi menjadi kebaikan bagi orang lain juga. Perbuatan sehari-hari yang penuh kasih, keramahtamahan (hospitality) adalah bukti iman yang bertumbuh.

Pointer Aplikasi

  1. Surat Paulus kepada Filemon menekankan pentingnya mengasihi dengan tindakan. Sejalan dengan Sasaran Pelayanan GBKP “Berkarya dan Berguna Untuk Orang Lain”, mestinya kasih yang kita miliki dinyatakan dalam aksi kasih yang tepat guna, bukan sekedar kata-kata.
  2. Paulus mengucap syukur kepada Tuhan saat mengingat iman dan kasih Filemon bagi jemaat Tuhan. Kiranya menjadi perenungan bagi kita, saat orang lain berdoa bagi kita, apakah ia bersyukur pada Tuhan atau mengeluh kepada Tuhan? Apakah kita sesuatu yang orang syukuri, atau sesuatu yang orang pergumulkan saat ia berkomunikasi dengan Tuhan? Renungkanlah dan jadikan evaluasi diri.
  3. Mendoakan orang lain mengalihkan fokus kita dari diri sendiri kepada orang lain di sekeliling kita. Sehingga arah iman kita bukan untuk diri sendiri, tetapi menjadi berkat bagi orang lain juga. Doa bagi orang lain mengubah diri kita dari seorang yang egois menjadi seorang yang mengasihi, yaitu mengasihi Tuhan dan sesama. Selain secara pribadi, gereja juga harus menjadi pendoa bagi hal-hal di luar gereja. Doa syafaat janganlah hanya berkutat tentang program rutin gereja, pergumulan internal gereja, tetapi juga berdoa bagi bangsa, untuk korban bencana alam, korban peperangan, orang-orang miskin, dan masih banyak lagi. Gereja yang mengasihi adalah gereja yang berdoa. Dengan berdoa bagi orang lain, kita ikut memikul beban berat itu, sehingga menjadi lebih ringan.
  4. Mendoakan orang lain tidak selamanya menunjukkan bahwa kita lebih baik, lebih rohani, lebih benar dari mereka. Saat kita mendoakan orang lain, menyebutkan nama-nama mereka, saat itu kita melatih diri untuk semakin mengasihi. Dan karena itu kita semakin menyerupai Kristus.

Pdt Yohana br Ginting-GBKP Rg Cibubur

SUPLEMEN PEKAN DOA GBKP TAHUN 2024 HARI I, LUKAS 10:25-37

Invocatio :

Mazmur 143:8

Renungan :

Lukas 10:25-37

Tema :

Ertoto Guna Kerina Teman Manusia/Berdoa bagi semua Manusia

 

I. Pendahuluan

Dalam kehidupan sosial manusia khususnya orang Kristen, tentunya tidak ada manusia yang bisa bertahan dalam hidupnya tanpa adanya campur tangan dari orang di sekitarnya. Seorang bayi yang baru lahir tidak akan bisa langsung mandiri menjalani hidupnya. Tentunya membutuhkan bantuan dari orang-orang di sekitarnya. Mengingat banyaknya pengaruh dari orang di sekitar kita dalam membantu kita menjalani hidup maka sepantasnya sebagai orang beriman kiita berdoa bagi sesama manusia. Pekan Doa GBKP hari pertama ini kita diajak merenungkan dan mendoakan sesama manusia secara umum, bahkan berdoa bagi semua manusia. Mari kita perdalam dalam bahan ini..

II. Tafsiran Teks

Dalam nas invocatio melihat bahwa Pemazmur memohon agar ia dilepaskan dari segala tekanan dan kesesakan bukan karena ia baik tetapi semata karena kebaikan Allah. Pemazmur memercayakan seluruh kehidupannya kepada Allah. Percaya berarti pasrah pada kehendak Tuhan. Pemazmur menegaskan bahwa percaya berarti kerelaan menerima dan menempuh kehendak Tuhan. Kerelaan melakukan kehendak Tuhan (ay. 8, 9) adalah buah dari percaya. Pemazmur memahami bahwa kehendak Allah lebih dari segala sesuatu. Ia memang ingin keluar dari krisis, tetapi ia tetap ingin agar Allah sendiri yang menuntunnya melewati hari-hari yang sukar. Mazmur ini ditutup dengan seruan agar dirinya dihidupkan kembali (ay. 11). Penghidupan kembali ini bukanlah sekadar penghidupan fisik, tetapi secara mental, psikologis, dan spiritual. Ia perlu mendapatkan kesegaran dan kekuatan baru untuk hidup. Pemazmur juga mengatakan bahwa ia akan mengangkat jiwanya kepada TUHAN. Apa maksud kuangkat jiwaku? Tumbuhan hanya mempunyai tubuh, tidak bisa berpindah tempat; hewan memiliki tubuh dan jiwa yang dapat menggerakkannya berdasarkan naluri. Namun, hewan tidak bisa mengangkat jiwanya, karena tidak memiliki roh.

Lukas 10: 25-37 adalah percakapan Yesus dengan seorang ahli Taurat tentang “orang Samaria yang baik hati.” Inti percakapan itu, “Siapakah sesamaku manusia?” Pertanyaan ini bertitik tolak dari hukum kasih, “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Luk. 10: 27). Sekalipun bertujuan untuk mencobai Yesus, seorang hukum Taurat bertanya kepada Yesus “siapakah sesamaku manusia?” Bagi orang Yahudi, sesama adalah satu agama dan satu bangsa. Penulis Injil Lukas menulis jawaban Yesus, bahwa sesama tidak dibatasi oleh bentuk identitas apapun. Lukas menonjolkan, bahwa Yesus sangat peduli terhadap orang-orang yang miskin/tidak berdaya (Luk. 4: 18-19). Itu sebabnya, dalam percakapan tersebut, Lukas menekankan, “sesama manusia” adalah semua orang, sekalipun berbeda, bahkan orang yang dianggap musuh atau memusuhi harus dikasihi dan ditolong. “sesamaku manusia” adalah penyataan kasih Allah kepada manusia. Penulis injil Lukas menuliskan tujuan kedatangan Yesus ke dunia untuk menyelamatkan seluruh bangsa (Luk. 2: 10-11). Dia datang ke dunia, karena Allah mengasihi dunia supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3: 16). Rasul Paulus berkata kepada jemaat di Roma, “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani” (Rm. 1: 16). Allah mengasihi semua manusia ciptaan-Nya. Itu sebabnya, demi keselamatan manusia, Dia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, yaitu Yesus.

Ahli Taurat itu mengajukan pertanyaan yang luar biasa penting kepada Yesus tentang bagaimana orang dapat mewarisi hidup kekal. Sayang ia bertanya dengan motivasi salah dan praanggapan keliru. Ia bertanya bukan karena ia sungguh sedang menggumuli pertanyaan itu tetapi karena ia ingin mencobai Yesus (ayat 25). Ia tidak sedang mencari jawaban sebab ia sudah punya pranggapan bahwa orang dapat mewarisi hidup kekal melalui perbuatan membenarkan diri (ayat 25,29). Terasakah oleh Anda betapa mengejutkan jawaban Yesus? Dengan mengacu kepada sari Taurat (Ul. 6:5), Yesus ingin menyadarkan dia bahwa hidup kekal bukan masalah warisan tetapi masalah hubungan. Faktor intinya bukan perbuatan tetapi kondisi hati. Kasih Allah yang telah mengaruniakan hidup dengan menciptakan manusia dan memberikan hukum-hukum-Nya, patut disambut dengan hati penuh syukur dan kasih di pihak manusia. Mungkinkah orang mengalami kasih Allah dan hidup dalam kasih yang riil kepada-Nya namun hatinya tertutup terhadap rintih tangis sesamanya? Tidak, sebab kasih kepada Allah pasti akan mengalir dalam kasih kepada sesama. Namun, siapakah sesama yang harus kita kasihi itu? Itu menjadi pertanyaan berikut si ahli Taurat kepada Yesus. Lalu, lahirlah jawab menakjubkan dari Yesus tentang perumpamaan orang Samaria yang baik. Pertama, orang-orang yang dalam praanggapan si ahli Taurat pasti akan berbuat benar, ternyata tidak. Kedua, orang yang dalam praanggapan si ahli Taurat pasti salah, ternyata berbuat benar sebab memiliki kasih. Ketiga, ahli Taurat itu seharusnya tidak bertanya siapakah sesamanya tetapi bertanya apakah ia sedang menjadi sesama bagi orang lain.

Kita harus mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri, dan hal ini dapat kita lakukan dengan mudah, jika kita lebih mengasihi Allah daripada diri kita sendiri. Kita harus mengharapkan hal-hal yang baik bagi semua orang dan tidak mengharapkan yang jahat bagi siapa pun. Di dunia ini kita harus berbuat baik sedapat mungkin dan tidak menyakiti siapa pun, dan, dengan memegangnya sebagai suatu aturan, memperlakukan orang lain sama seperti kita ingin mereka memperlakukan kita. Inilah arti mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri. Pembenaran Kristus atas apa yang dikatakan orang itu (ay 28). Walaupun dia datang untuk mencobai-Nya, Kristus tetap memuji perkataannya yang bagus itu: Jawabmu itu benar. Kristus sendiri memegang kedua perintah tersebut sebagai yang terutama di dalam hukum (Mat. 22:37). Jadi kedua belah pihak sama-sama setuju dalam hal ini. Orang-orang yang berbuat baik akan mendapatkan pujian yang sama, demikian pula orang-orang yang mengatakan hal yang baik. Sejauh ini semuanya berjalan dengan benar, namun masih ada bagian tersulit yang harus dikerjakan: "Perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup. Engkau akan mewarisi hidup yang kekal." Upaya orang itu untuk menghindari keyakinan yang sekarang akan diterapkan dalamnya. Ketika Kristus berkata, Perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup, orang ini mulai menyadari bahwa Kristus bermaksud memancing pengakuannya bahwa dia belum melakukan hal ini, dan itulah sebabnya mengapa ada pertanyaan tentang apa yang harus dilakukannya, jalan mana yang harus dicarinya, supaya dosa-dosanya diampuni. Dia juga perlu mengakui bahwa dia tidak mampu melakukan hal ini dengan sempurna dengan kekuatannya sendiri, dan oleh karena itu ada pertanyaan tentang cara bagaimana ia bisa memperoleh kekuatan untuk mampu melakukannya.

III. Aplikasi

  1. Berdoa bagi sesama manusia berarti mendoakan setiap orang. Kita bisa merenungkan dari perbuatan orang Samaria yang pada dasarnya tidak mengenal korban sama sekali. Bahkan jika dilihat lebih jauh, maka menurut orang Yahudi mereka tidaklah berharga atau bukan termasuk orang yang patut disenangi. Namun karena hatinya penuh belas kasihan maka dia mau membantu orang yang sedang dalam kesusahan.
  2. Banyaknya mendengar atau membaca firman tidaklah menjamin kita bisa mengerti dan menjalankannya dalam kehidupan. Kalau pemahaman kita hanya sebatas sesame adalah orang yang dekat dengan kita, lebih dalam lagi, sesame manusia itu adalah setiap manusia tanpa memandang latar belakang apapun. Maka iman tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati. Seperti orang Lewi yang tinggal di Bait Allah juga seorang imam, petinggi agama yang seharunya jauh lebih mengerti tentang menolong orang lain. Tetapi itu tidak dilakukannya.
  3. Perjalanan dari Yerusalem menuji Yerikho adalah perumpamaan gambaran perjalanan Yesus dari surga menuju dunia yang telah rusak. Menemui kita yang telah terampas dosa dan keinginan duniawi yang membuat kita hamper mati. Tetapi Yesus datang dan memperbaiki semuanya, membantu kita dan menyelamatkan kita.
  4. Berdoa bagi sesama manusia haruslah menggunakan istilas “ora et la bora” yang artinya tidaklah cukup jika hanya doa saja tanpa Tindakan. Maka lakukanlah apa yang kita doakan sehingga iman dari doa kita terlihat dari perbuatan dan Tindakan kita.
  5. Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri merupakan ungkapan yang menyatakan bahwa sebagai seorang Kristen haruslah mau bekerja dan berkarya bagi orang lain. Kasih ditunjukan dari dampak perbuatan kita kepada orang lain. Orang yang mengaku mengasihi Allah tentunya lebih dahulu menunjukkan bahwa dia mengasihi sesamanya manusia. berdoalah bagi semua manusia dan mengasihi semua manusia.

 

Vicaris Roy

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD