SUPLEMEN PEKAN KEBAKTIAN KELUARGA TAHUN 2024, WARI IV

Invocatio :

“Jadi iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus” (Roma 10 : 17)

Ogen :

2 Timotius 3 : 10 – 17

Khotbah :

Amsal 2 : 1 – 8

Tema :

Tempat Untuk Mendapatkan Pengetahuan Dan Hikmat (Ingan Ndarami Pemeteh Ras Pengertin)

 

I. Pengantar

Dunia boleh saja mengagungkan harta dan mencoba terus mempengaruhi kita dengan itu, tapi penulis Amsal justru mengajarkan hal yang berbeda. Bukan harta, bukan emas dan perak, melainkan hikmat. Hikmat ini dikatakan jauh lebih bernilai dibandingkan harta, karenanya inilah yang harus kita prioritaskan lebih dari sekedar menimbun harta duniawi. Kita bisa melihat langsung contoh mengenai itu dari Salomo sendiri. Perhatikan bahwa ia memulai segala sesuatu lewat hikmat. Ia diberikan hikmat yang melebihi siapapun yang pernah, masih dan akan hidup di dunia ini. Alkitab belakangan mencatat bahwa Salomo merupakan orang terkaya yang pernah ada. Salomo memulainya bukan dari menimbun harta tapi dari anugerah hikmat yang ia terima dari Tuhan, dan kekayaan dengan sendirinya hadir mengikuti. Hikmat itu sangatlah penting. Dengan hikmat kita pun nantinya akan bijaksana dalam mengelola dan mempergunakan setiap berkat yang Tuhan titipkan kepada kita.

II. Isi/ Tafsiran

Ogen : 2 Timotius 3 : 10 – 17

Dalam konteks memperkuat karakter Timotius sebagai seorang pengikut Kristus yang akan meneruskan estafet pelayanan Paulus, ia dengan serius mengingatkan Timotius untuk terus bertekun dalam pengetahuannya sehingga ia dapat menghadapi tantangan pengajar-pengajar sesat. Timotius harus terus memperbarui diri dan memperkuat karakter pelayanannya. Bagian dari upaya Paulus ini adalah mengingatkan Timotius untuk mengikuti teladan yang ditunjukkan Paulus, yang telah memberi teladan melalui pelayanannya. Pokok nasihat Paulus kepada Timotius, yang muncul dalam perikop ini, adalah menjadikan kitab suci sebagai sumber rujukan dalam memberi nilai pada pengalaman-pengalaman (teladan) yang ditunjukkan Paulus sehingga ia dapat terus memperkuat karakter pelayanannya dalam teladan hidup di tengah-tengah arus penyesatan dan penganiayaan yang ia gumuli dalam proses, baik itu proses pendidikan maupun proses pelayanan, yang dialami Timotius. Secara ringkas dapat disebutkan bahwa Paulus menasihatkan Timotius agar terus berbuat baik yang berdasarkan pada kebenaran Firman Tuhan sebagai karakter pelayanannya di tengah-tengah tantangan yang ia gumuli karena itu akan memberi hikmat padanya dan menuntun ia kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus. Firman Tuhan adalah pedoman hidup dalam kebenaran yang berguna untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran sehingga setiap orang diperlengkapi untuk berbuat baik,

Invocatio : Roma 10 : 17

Paulus mengingatkan kita melalui tulisannya kepada jemaat di Roma. Dengarkanlah Firman Kristus, karena oleh firman ini kita mendapatkan iman. Oleh iman kita menemukan pengharapan. Ketika Injil kita dengarkan, kita sampaikan kepada diri kita, ketika Alkitab dengan jelas membukakan kebenaran Injil yang sangat indah dan menakjubkan. Maka kita percaya dan menemukan inilah tujuan hidup. Pada saat inilah iman itu muncul, ketika Injil diberitakan kepada kita, ketika kuasa Allah bekerja di dalam diri. Kita menemukan diri kita yang baru dengan pengertian yang baru dan melimpah. 

Khotbah Amsal 2 : 1 - 8

Amsal pasal 2 ini berisi didikan yang berupa teguran yang menuntut hikmat dan berisi nasihat/ petuah yang panjang dari seorang bapa kepada anaknya, dengan mendorong sang anak untuk mengejar hikmat secara aktif sehingga sang anak menemukan rasa takut akan Tuhan dengan segala kelakuan dan pengertian yang beretika. Hikmat ini akan menyelamatkan sang anak dari segala macam masalah dalam hidupnya, termasuk bahaya oleh wanita asing/ Perempuan jalang yang bisa membawa pengaruh yang negated dalam kehidupan orang muda. Pasal 2 ini diakhiri dengan deklarasi bahwa siapa yang jujur atau tidak bersalah (orang yang mempeerhatikan kata-kata bapa dan menemukan rasa takut akan Tuhan), akan diperbolehkan untuk tinggal di tanah yang dijanjikan (menerima dan menikmati janji dan berkat Tuhan), tetapi siapa yang tidak demikian akan dihapus dari tanah yang dijanjikan.

  • Amsal 2 : 1 Hai anakku, jikalau engkau menerima perkataanku dan menyimpan perintahku di dalam hatimu,

Ayat ini dimulai dengan protasis (klausa 'jikalau') dari kalimat kondisional di mana bapa menunjukkan dan mendorong anaknya agar mendengarkan ajaran-ajarannya dan mengejar hikmat. Bapa menginginkan bahwa anaknya melakukan lebih dari sekedar mendengarkannya, yaitu kesediaan untuk menerima apa yang dikatakan bapa, tidak hanya untuk membuka pikiran. Kata 'perintah' secara khusus seringkali muncul dalam alkitab, dimana kata 'perintah' ini dihubungkan dengan hukum Allah.

  • Amsal 2 : 2 sehingga telingamu memperhatikan hikmat, dan engkau mencenderungkan hatimu kepada kepandaian,

Orang mendengarkan menggunakan telinga, tetapi bapa membutuhkan tindakan sang anak yang lebih dari sekedar mendengarkan. Hati melambangkan kepribadian dan karakter seseorang. Meskipun hati merupakan keseluruhan dalam diri seseorang, pada keadaan tertentu ada penekanan pada kognitif. Telinga maupun hati menjadi sarana pengembangan internal maupun eksternal. Penerimaan terhadap pengajaran bapa melibatkan tindakan yang lebih dari hanya sekedar mendengarkan; orang harus mengarahkan dirinya pada hikmat untuk mendapatkan manfaat darinya.

  • Amsal 2 : 3 ya, jikalau engkau berseru kepada pengertian, dan menujukan suaramu kepada kepandaian,

Bapa ingin agar anak mengambil langkah selanjutnya dalam mencari hikmat. Anak tidak hanya terbuka terhadap pengaruh hikmat yang datang kepadanya, tetapi anak harus juga mengejarnya secara aktif. Anak didorong untuk menggunakan suaranya untuk memanggil hikmat

  • Amsal 2 : 4 jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam,

Ayat ini menjelaskan jenis-jenis tindakan yang diinginkan oleh sang bapa terhadap anaknya untuk memperoleh hikmat dan menyampaikan perlunya peningkatan. Pencarian hikmat berhubungan dengan istilah "kepandaian" dan pengertian", tetapi pencariannya harus adalah pencarian yang sungguh-sungguh seperti mencari perak atau harta terpendam karena nilainya yang begitu penting. Melalui kitab ini, Hikmat dibandingkan dengan logam yang berharga.

  • Amsal 2 : 5 maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat pengenalan akan Allah.

Jika anak mengikuti didikan bapa seperti pada ayat 1-4 maka ia akan mengerti takut akan Yahweh dan menemukan pengetahuan akan Tuhan. Ayat ini mengingatkan kita bahwa hikmat dan pertalian dengan Yahweh adalah suatu jalinan secara utuh.

  • Amsal 2 : 6 Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian.

Mencari hikmat, dan orang akan menemukan Tuhan. Menemukan Tuhan, dan orang akan memperoleh hikmat. Ayat 6b mempertajam pikiran dalam ayat 6a yang mengatakan bahwa hikmat secara khusus berasal dari mulut Yahweh. Dalam hal ini bapa adalah juru bicara Yahweh, oleh karena itu kata-kata bapa yang tertulis dalam kitab Amsal adalah kata-kata dari mulut Yahweh.

  • Amsal 2 : 7 Ia menyediakan pertolongan bagi orang yang jujur, menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela lakunya,

Ayat ini menguraikan manfaat dari memperoleh hikmat yang membawa seseorang ke dalam hubungan dengan Tuhan. Di sini orang bijak digambarkan sebagai orang yang jujur dan tak bercela, serta melakukan apa yang benar secara moral. Dalam konteks ini, mereka adalah orang yang memperhatikan perintah bapa dan memperoleh hikmat. Sedangkan orang-orang yang tidak bersalah hidupnya ditandai dengan kebenaran etikal dan taat hukum. Tuhan menyediakan pertolongan dalam bentuk kekuatan dalam diri yang menolong orang meloloskan diri dari kesulitan, dengan kata lain sebagai perisai yang melindungi sesorang dari kemalangan hidup. Jika masalah muncul, si penerima hikmat Tuhan akan memiliki sesuatu yang diperlukan untuk menghadapi masalah tersebut.

  • Amsal 2 : 8 sambil menjaga jalan keadilan, dan memelihara jalan orang-orang-Nya yang setia.

Kata 'menjaga' adalah perluasan dari metafora perisai yang digunakan untuk menggambarkan pertolongan yang Tuhan berikan pada pengikut-pengikutnya. Kata 'jalan' dapat diartikan sebagai perjalanan kehidupan (berhubungan dengan keadilan dan kesetiaan), dan ayat ini menyatakan bahwa Tuhan melindungi perjalanan hidup orang-orang yang berkenan kepadaNya.

III. Refleksi/ Kesimpulan

Mencari hikmat melibatkan pikiran, indera, hati, dan kemauan. Sikap ini dimiliki oleh orang yang tahu dan yakin bahwa hikmat yang didasari takut akan Tuhan adalah hikmat yang berharga bagi hidupnya. Karena hikmat bersumber pada Allah, maka kita perlu menyediakan waktu untuk mendengar firman-Nya dan teratur dan sungguh-sungguh. Kita perlu membuka hati dan pikiran kita mempelajari firman Tuhan. Kita perlu menyediakan waktu untuk bersekutu dengan Tuhan di dalam doa dan persekutuan pribadi, dan melakukan firman Tuhan setiap hari. Berkat dari sikap yang berhikmat. Jalan hidup orang yang berhikmat jauh berbeda dengan orang yang tidak memiliki hikmat. Hikmat akan menuntun, sehingga kita tidak berjalan di jalan jahat; hikmat akan menguatkan sehingga kita tidak tergoda perempuan jalang. Dengan hikmat pula kita akan hidup bermoral tinggi dan luhur, dan yang terutama kita akan memiliki pengenalan akan Tuhan.

Kita bisa mengetahui bahwa hikmat bukanlah seperti durian runtuh yang jatuh dari langit begitu saja, bukan pula pembawaan lahir, tapi semua itu berasal dari Tuhan dan untuk mendapatkannya dibutuhkan usaha sungguh-sungguh serta keseriusan kita. Jelaslah bahwa ada hubungan antara anugerah dari Tuhan dan upaya dari kita sendiri untuk memperoleh hikmat. Lalu dalam Mazmur pun disebutkan bahwa: "Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik. Puji-pujian kepada-Nya tetap untuk selamanya." (Mazmur 111:10). Tuhan siap menganugerahkan hikmat kepada anak-anakNya. Dia sangat rindu untuk melengkapi anak-anakNya dengan bekal yang cukup untuk melewati hari demi hari yang penuh tantangan dan kesulitan, sehingga semua anakNya akan mampu mencapai garis akhir dengan baik, menjadi pemenang dengan gemilang dan memperoleh mahkota kehidupan seperti yang Dia janjikan. Tanpa hikmat kita akan kesulitan untuk hidup lurus dan pada suatu ketika akan menyerah di tengah jalan.

Tema kita : “Tempat Mendapatkan Pengetahuan Dan Hikmat” membawa kita kepada pemahaman bahwa untuk mendapatkan hikmat dan pengetahuan (atau membentuk anak-anak kita menjadi orang-orang yang berhikmat dan berpengetahuan) ada hal-hal yang harus kita lakukan yaitu:

  • Hidup takut akan Tuhan karena Dialah sumber dari hikmat dan pengetahuan
  • Belajar dari pengalaman hidup, baik orang lain maupun diri sendiri
  • Keluarga adalah tempat utama untuk mendidik anak-anak menjadi orang yang takut akan Tuhan, yang hidup menurut kehendak Allah. Dengan demikian generasi muda (anak-anak) kita akan siap untuk menghadapi segala tantangan hidup dan tawaran dunia yang tidak berkenan kepada Tuhan karena mereka memiliki iman, pengetahuan dan hikmat yang datangnya dari Allah/
  • Gereja harus menjadi tempat yang nyaman bagi anak-anak, gereja yang ramah yang memberikan pengarajan yang benar bagi anak-anak (dan juga jemaatnya), memberikan kesempatan dan peluang bagi orang muda untuk mempergunakan dan mengembangkan talenta dan potensi mereka untuk pelayanan dan kemuliaan nama Tuhan.
  • Para pengajar (Pdt/ Pt/ Dk dan Guru sekolah Minggu) harus sungguh-sungguh memperhatikan pengajaran yang mereka sampaikan kepada anak-anak, harus terus memboboti diri dengan pemahaman yang benar tentang Firman Allah dan cara yang menarik dalam mengajarkannya kepada anak-anak.

Pdt. Elba P. Barus

Runggun Sitelusada

SUPLEMEN PEKAN KEBAKTIAN KELUARGA TAHUN 2024, WARI III

Invocatio :

Mahkota orang-orang tua adalah anak cucu  dan kehormatan anak-anak ialah   nenek moyang mereka. (Amsal 17:6)

Ogen :

Epesus 4:29-32

Khotbah :

Ulangan 6:4-9

Tema :

Mengajarkan Firman Allah Kepada Anak

 

I. Kata Pengantar

Setiap orang tua akan mewariskan hal terbaik yang dimilikinya kepada anak anaknya. Ada yang menilai harta sebagai hal yang terbaik yang dapat diwariskan kepada anak-anaknya. Adapula nama baik, kebijaksanaan kepada anak-anaknya. Anak adalah Berkat. Anak bisa diibaratkan seperti kertas putih yang masih polos. Bagaimana kita menorehkan tinta emas yang berharga diatasnya adalah tugas dan tanggungjawab orang tuanya. Salah satu ayat Alkitab yang mencatat bahwa anak adalah berkat tertulis dalam Mazmur 127:3-5, 'Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah. Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda. Tema hari ini : mengajarkan Firman Allah kepada anak yang diambil dari Ulangan 6:4-9. Dalam nats ini berisikan tentang pernyataan tegas Musa, tentang bagaimana seharusnya umat Tuhan hidup di tanah perjanjian. Umat Tuhan yang dibebaskan dari perbudakan di mesir untuk suatu kehidupan yang sesuai dengan ketetapan Tuhan dan hidup di dalam iman kepadaNya.

II. Isi

Untuk menjelaskan urian nats Ulangan 6:4-9 ada beberapa pokok garis besar yakni:

Mendengar pengajaran

Di dalam Ulangan 6:4, “ dengarlah hai orang Israel...”.bagian ini sering kali disebut sebagai shema(bh.Ibrani Shama: mendengar). Bagian ini sangat dikenal orang Yahudi pada zaman Yesus karena diucapkan setiap hari oleh orang Yahudi yang saleh didalam kebaktian d i Sinagoge. Shema ini merupakan pernyataan terbaik tentang kodrat monotheistik Allah, di mana pernyataan ini diikuti oleh perintah ganda kepada bangsa Israel yakni untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan (ay.5-6) dan untuk mengajarkan iman mereka dengan tekun kepada anak-anak mereka (ay.7-9).

Kata “dengarlah” adalah kata kerja Ibrani shema (Qal Imperative) yang berarti mendengar untuk melakukan”. Ini adalah fokus dari perjanjian alkitabiah. Penggunaan kata kerja ini digunakan secara liturgis pada waktu ibadah yang ditetapkan dalam ibadah Israel (bnd. Ul.4:1,5:1,9:1;20:1) doa dalam Ulangan 6:4-6 ini, sejak masa bait suci kedua (516sM), bahkan diulang sampai hari ini oleh orang-orang Yahudi dipagi dan sore hari pada kesempatan ibadah yang menjadi pengakuan iman mereka.

Mengasihi Allah dengan segenap hati

Allah mendambakan persekutuan dengan umatNya dan memberikan mereka satu perintah yang sangat perlu ini untuk mengikat mereka kepadaNya. Ini adalah wujud kasih Allah yang harus direspon dengan rasa syukur dan kesetian. Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu adalah penekanan yang kuat yang menyatakan tanggapan kita kepada Tuhan adalah untuk melibatkan seluruh pribadi kita. “kasih” (qal perfect) ini adalah karakteristik dari kitab ulangan untuk mengkaitkan ketaatan kepada perjanjian YHWH sebagai bukti dari kasih seseorang kepadaNya. Istilah hati dan jiwa sering digunakan bersama-sama untuk menunjukkan manusia seutuhnya (bnd. Ul.4:29). Istilah jiwa menggambarkan daya hidup(napas) pada manusia dan hewan (menunjuk kepada hasrat). Kekuatan berarti kelimpahan atau kekuatan. Ketiga istilah ini, hati,jiwa dan kekuatan mewakili manusia seutuhnya dan karena itu sejajar dengan ungkapan sepenuh hati.

Memperhatikan dan mengajarkan apa yang di Firmankan

Kata-kata ini mengarah kepada perjanjian YHWH yang diberikan melalui Musa.kalimat harus engkau perhatikan dalam bahasa Ibrani memiliki arti fokus mengarakan kehidupan individu. Penekanan dalam PL juga dimaksudkan untuk menjadi kesetian internal ini ditujukan kepada segenap umat Israel dan ini diajarkan secara berulang-ulang menjadi pengakuan iman mereka, salah satu cara untuk mengungkapkan kasih kepada Allah ialah memperdulikan kesejahteran rohani anak-anak dan berusaha menuntun mereka kepada hubungan yang setia dengan Allah (Piel perpect). Kata kerja ini memiliki arti “ mempertajam”kata mempertajam sering digunakan para rabi menegaskan kata shema harus diulang pagi dan sore hari. Kita harus berbicara tentang kehendak Allah dalam hidup kita sehari-hari. Tanggung jawab orangtualah untuk meneruskan iman menjadi gaya hidup. Artinya pembinaan rohani anak-anak seharusnya menjadi perhatian utama semua orang tua. Dengan kata lain pengarahan rohani dilakukan berpusat dirumah melibatkan ayah dan ibu.

Mengikat pengajaran sebagai tanda

Awalnya kalimat ini tampaknya digunakan sebagai metafora. Konteksnya adalah kesempatan mengajar gaya hidup firman Tuhan. Namun para rabi mengambil ayat sangat harafiah dan mereka mulai untuk membungkus tali kulit ditangan kiri mereka dengan sebuah kotak kecil (tefillin) yang terlampir yang berisi kita suci yang terpilih dari taurat. Jenis kotak yang sama juga dilihat kedahi mereka. (ul.11:18).

Menuliskan pada tiang pintu rumah dan pintu gerbang

Ini adalah sikap simbolis bahwa Allah memiliki bagian, tidak hanya dalam kehidupan sodial kita. gerbang (Ul.21:19,22:15,24) sebagaimana ambang dari rumah sering dipandang sebagai tempat iblis dalam dunia Yunani dan Romawi, tetapi dalam dunia Yahudi itu mewakili kehadiran Allah. Dan ambang pintu juga dipandang tempat di mana darah paskah ditempatkan.

 Ogen :Epesus 4:29-32

Dalam nats ini diuraikan perbedaan hidup manusia lama dan baru. Dengan mengetahui perbedaan hidup manusia lama dan baru kita dapat bercermin seperti apa diri kita. Paulus menegaskan agar jemaat memperaktikkan hidup kasih Kristus dalam kehidupan mereka, bukan saja sebagai sesuatu keharusan tetapi juga sebagai tanda atau karunia dalam kehidupan kristen.

 Invocatio: Amsal 17:6

Amsal memberikan gambaran yang jelas tentang hidup. Kitab amsal memperlihatkan bahwa tindakan-tindakan tertentu selalu menghasilkan akibat-akibat tertentu. Dalam nats amsal 17:6, mengenai keluarga, hal yang paling penting adalah relasi yang baik dan akur antar anggota keluarga.

Kesejajaran khotbah, ogen dan Invocatio:

Mengajarkan tentang Firman Allah kepada anak dapat terwujud jika kita hidup dalam iman kepada Allah dalam sebuah relasi yang dilandasi kasih.

III. Kesimpulan

Mengajarkan tentang Firman Tuhan kepada anak merupakan tanggungjawab orang tua. Kita tahu bahwa rumah adalah tempat di mana anak-anak kita mengenal Allah. Tidak jarang kita jumpai ada keluarga yang justru mengabaikan tanggungjawabnya dalam mengajarkan firman Tuhan dari rumah. Bahkan kita sering mendengar berita yang tidak sedap didengar anak-anak justru diperlakukan semena-mena, mendapatkan kekerasan, pelecehan seksual, bahkan mempekerjakan anak untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Bagaimana seharusnya? Mari dengar dan lakukan apa yang kita dengar. Mari belajar frimannya sehingga menjadi gaya hidup kita. ingat bagi kita orang tua, buah tak jauh dari pohonnya. Apa yang kita ajarkan dan kerjakan itu yang akan dilihat anak-anak kita.

khotbah

Saudara-suadari yang dikasihi Tuhan Yesus, Ulangan 6 : 4 - 9 yang menjadi bahan Pekan keluarga, menuliskan berbagai tanggung jawab bagi orangtua untuk mewariskan iman kepada anak-anak kita. Beberapa hal yang perlu kita perhatikan dari bagian Firman Tuhan ini :

1.Haruslah engkau mengikatnya sebagai lambang di tanganmu

Orang-orang Yahudi biasa memakai sepuluh Firman Tuhan dengan diikatkan pada tangannya. Ini memiliki makna bahwa mereka ingin tangannya melakukan pekerjaan dan usaha sesuai Firman Tuhan. Demikian juga dalam mendidik anak-anak, orangtua Yahudi tidak memukul anak-anaknya, artinya menggunakan tangan dengan sebaik-baiknya. Hati-hati dengan tanganmu sebagai orangtua.

2.Menjadi lambang di dahimu teladan hidup

Dahi digambarkan sebagai vision, memandang ke depan, artinya Firman Tuhan dijadikan pandu dalam memimpin keluarga dalam mendidik anak-anak.

3.Menuliskannya pada tiang pintu rumahmu

Tiang rumah adalah penyanggah ketegaran dan kekuatan sebuah rumah, artinya keluarga-keluarga harus menjadikan Firman Tuhan penyanggah, dasar dalam seluruh kehidupan berkeluarga. Pada “tiang pintu rumahmu" juga bisa diartikan, seluruh isi rumah ini mengasihi TUHAN.

4.Menuliskannya pada pintu gerbangmu

Pintu gerbang adalah tempat keluar masuk semua anggota keluarga, artinya seluruh kehidupan keluarga didasarkan pada Firman Tuhan, keluarga hidup di dalam terang Firman Tuhan sehingga menjadi teladan.

Dari poin-poin di atas, langkah nyata yang dapat dilakukan oleh orangtua pada zaman ini adalah :

  1. Mendengar Firman Tuhan

Keluarga (Orangtua) yang baik mau mendengarkan perintah Allah dan mengerti perintah itu dengan sungguh-sungguh sehingga "tertanam dalam hati" dan menjadi bagian dari diri. Hal ini diperoleh melalui keteraturan dalam mempelajari Firman Tuhan, yaitu Alkitab. Dengan pimpinan dan pertolongan Roh Kudus, Firman Tuhan itu menjadi jelas bagi kita dan menjadi pedoman bagi keluarga.

  1. Mematuhi

Pengetahuan saja tidaklah cukup. Selain mendengarkan, orangtua harus terus mematuhi ketetapan dan perintah Allah. Bila orangtua tidak menunjukkan keinginan untuk mematuhi Allah, pada gilirannya anak-anak mereka juga tidak akan memiliki keinginan untuk mematuhi orangtua mereka. Orangtua harus menjadi teladan terlebih dahulu di dalam mematuhi Firman Tuhan, dan anak-anak akan meniru apa yang mereka lihat.

  1. Mengajar

Bagaimana mengajarnya??

  1. Dengan berulang-ulang

Alkitab menunjukkan bahwa mengajar bukanlah usaha yang hanya sekali dilakukan. Mengajar harus dilakukan orangtua dengan berulang-ulang siang dan malam. Berulang-ulang berarti tidak bosan-bosannya, bukan sekali-kali, tetapi terus-menerus, tak pernah berhenti, tak pernah bosan mengajarnya kepada anak anak kita. kita bisa bandingkan dalam invocatio kita dalam Amsal 17:6, dimana keluarga adalah tempat bagi anak-anak kita mendapat pengajaran.

  1. Dalam kehidupan sehari hari

Pada saat kita duduk, berjalan, berbaring, dan bangun kita harus mencari kesempatan untuk mengajar. Kata kerja "duduk, berjalan, berbaring, dan bangun" adalah aktivitas sehari-hari manusia. Bangun, tidur, duduk lalu berjalan melakukan aktivitas lalu berbaring untuk beristirahat, artinya mendidik dengan seluruh aktivitas sehari-hari, dengan teladan hidup yang nyata sehari-hari. Mejadi role model memang tidak mudah tetapi bukan tidak bisa kita lakukan sebagai orang tua. Marilah belajar untuk melakukan apa yang telah difirmankan Tuhan dlam hidup kita. Marilah sebagai orangtua Kristen, kita dapat membimbing anak-anak kita di dalam hikmat Tuhan, sehingga mereka menjadi generasi yang tangguh di dalam menghadapi tantangan zaman ini. Percayalah anak-anak kita akan menjadi anak yang hebat. Amin.

                                                                        Pdt. Walder Mazmur Ginting

Runggun Karawang

SUPLEMEN PEKAN KEBAKTIAN KELUARGA TAHUN 2024, WARI II

Invocatio :

1 Timotius 4:12

Ogen :

Kuan-kuanen 1:1-6

Khotbah :

Markus 10:13-16

Tema :

Pelepas danak-danak sebage danak-danak

 

I. Pendahuluan

Anak-anak menjadi bagian yang penting dalam pelayanan Yesus selama di dunia, maka dalam gereja, anak-anak seharusnya juga menjadi bagian yang penting. Kemurnian dan kepolosan seorang anak jangan sampai menjadi alasan untuk beranggapan bahwa mereka belum saatnya mendapatkan perhatian yang besar dari gereja. Justru dengan kemurnian, kepolosan, dan ketulusan mereka, gereja berkesempatan membangun fondasi yang kuat bagi pembangunan gereja pada masa-masa mendatang. Anak-anak adalah masa depan gereja olehh karena itu gereja harus turut bertanggung jawab atas tumbuh kembang kehidupan seorang anak, terutama hidup rohani mereka.

II. Penjelasan Teks

A. Khotbah Markus 10:13-16

Markus menceritakan bahwa orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus. Alasan orang membawa anak-anak kepada Yesus pasti disebabkan karena mereka mengenal Yesus sebagai pribadi yang ramah, terbuka, mau menerima semua orang, termasuk anak mereka. Mereka tahu pasti bahwa Yesus tidak akan keberatan menerima anak-anak mereka. Seperti mereka telah terberkati oleh Yesus, inilah yang mendorong orang-orang ini membawa anak-anak agar Yesus menjamah mereka. Arti kata menjamah yang dimaksud adalah “menyentuh” atau “memegang”, ini tidak menunjukkan bahwa anak-anak itu sedang memerlukan kesembuhan jasmani dari penyakit, namun sebagai tanda bahwa Ia berkenan memerintah atas dan memberkati mereka. Arti lain dari kata “menjamah” adalah memberikan berkat khusus bagi masa depan mereka . Hal ini senada dengan Matius 19:13 bahwa “Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan mendoakan mereka.” Jadi yang dimaksud dengan ‘menjamah’ dari teks ini adalah Yesus Kristus memberikan berkat dan doa kepada para anak..

Para murid menjadi penghalang ketika mereka berusaha melindungi Yesus dari gangguan anak-anak yang dianggap “kurang penting”. Sikap murid-murid sepertinya dilandasi pemahaman pribadi mereka bahwa waktu Yesus terlalu berharga untuk terbuang bagi melayani anak-anak. Bagi para murid, yang dilakukan orang-orang ini tidak dapat ditoleransi, bahwa Guru direpotkan untuk memperhatikan anak-anak kecil yang tidak membutuhkan perhatian khusus. Kehadiran anak-anak pastinya dianggap mengganggu dan tidak menghargai keberadaan Yesus.

Yesus marah dan menegur dengan tegas para murid-Nya yang telah menghalangi anak-anak itu datang kepada-Nya. Yesus mengatakan kepada para murid “ biarkan anak-anak itu datang kepadaKu, jangan menghalang-halangi mereka.” Walaupun anak-anak itu masih kecil dan belum memahami dengan baik maksud orang tua mereka membawanya kepada Yesus, tetapi Yesus tetap menghargai setiap anak-anak yang datang. Ia tidak menginginkan orang dewasa menghalangi anak-anak bertemu dan mendapatkan pelayanan dari-Nya

 Kata “orang-orang yang seperti itulah” tidak mengarah kepada diri anak sebagai pribadi, Yesus memberi perumpamaan dengan merunjuk pada karakter anak yang mampu menerima orang lain, bergantung, dan memiliki kepercayaan penuh kepada orang lain. Di sini Yesus memberikan peringatan khusus dan serius kepada murid-muridnya tentang pentingya menyambut anak-anak.

Lalu Yesus memeluk anak-anak itu dan sambal meletakkan tangganNya atas mereka, Ia memberkati mereka. Tindakan memeluk ini berarti tindakan menerima mereka yang melampaui keinginan untuk menyentuh. Dalam hal ini Yesus menerima anak-anak lebih dari yang diharapkan oleh para orang tua, Yesus bukan hanya menyentuh tetapi juga menerima seperti seorang anak dalam pelukan ibunya. Pada kesempatan ini pelukan harus diulangi beberapa kali, dan setiap pengulangan akan menekankan teguran yang baru saja diucapkan kepada murid-murid. Usaha murid-murid menyelamatkan Yesus dari kemungkinan kelelahan, justru dianggap merampas kesempatan Yesus menyatakan kasih sayang pada anak-anak kecil ini.” Dalam teks sejajar Matius menghilangkan tindakan memeluk yang indah ini. Dia mungkin mengira bahwa itu tidak selaras dengan keagungan Mesias.

Apa yang Yesus lakukan, tidak hanya menjamah seperti yang telah diminta orang tua mereka. Namun Dia memberikan yang lebih dari yang diminta dengan memeluk setiap anak. Dalam sebuah pelukan pastinya melibatkan perasaan secara pribadi. Saat Yesus memeluk anak-anak itu, ada keterlibatan secara emosi dan pribadi antara Yesus dengan anak - anak itu. Bagi seorang anak, pelukan itu amat berarti karena mendatangkan rasa aman, rasa diterima, rasa dihargai, dan rasa dicintai. Yesus dengan tulus memberikan itu kepada mereka. Tidak itu saja, Yesus juga meletakkan tangan atas anak-anak itu lalu memberkati mereka.

B. Bacaan Amsal 1:1-6

Dalam bagian pertama Kitab Amsal, tercantum tujuan dari penulisan kitab itu, yaitu untuk menolong setiap orang yang membacanya agar mereka mengetahui hikmat, kebenaran, keadilan, dan kejujuran. Kitab Amsal sejatinya dibutuhkan oleh setiap orang, sebab tidak ada seorang pun yang sempurna. Kitab Amsal bukan hanya dibutuhkan oleh mereka yang kurang pengetahuan, melainkan juga oleh mereka yang pandai. Sebab, orang-orang yang penuh pengetahuan pun belum tentu berhikmat. Hikmat tidak sama dengan pengetahuan. Hikmat lebih dalam dan luas daripada sekadar informasi. Hikmat adalah sikap dasar yang memengaruhi seluruh aspek kehidupan seseorang. Hikmat menolong seseorang untuk dapat membedakan yang benar dan salah, yang baik dan buruk, kemudian memilih keputusan yang tepat dalam keseharian hidupnya. Hikmat bahkan memampukan seseorang memilih yang terbaik di antara yang baik. Hikmat inilah yang seharusnya diajarkan oleh gereja kepada anak-anak sehingga ketika mereka menghadapi kesulitan, mereka akan dimampukan untuk memilih yang benar dan diperkenan oleh-Nya. Ketika mereka mendapatkan tekanan atau masalah, mereka dimampukan untuk berjuang mengatasi masalah mereka. Tidak semua orang dapat memiliki hikmat karena hikmat bersumber dari Tuhan. Hanya mereka yang hidup di dalam Tuhan yang dapat memperolehnya. Sebab, dasar dari hikmat adalah takut akan Tuhan.

C. Invocatio 1 Timotius 4:12

Nas hari ini menjelaskan bagaimana Paulus menasihatkan Timotius agar melalui perkataan, tingkah laku dan kesetiaannya, ia dapat menjadi teladan bagi banyak orang. Timotius bisa menjadi seorang pribadi yang berintegritas baik, setia dan sanggup mengaplikasikan firman Allah dalam hidupnya sehari-hari, sehingga tidak ada alasan bagi orang lain untuk memandangnya rendah karena dirinya masih muda. Meskipun ia muda, belum banyak pengalaman, belum terlalu dewasa, dan kalau kata orang jaman sekarang menyebutnya “anak masih bau kencur” tetapi ia dapat menjadi teladan di dalam perkataan, tingkah laku, kesetiaan, dan kesuciannya sehingga orang lain atau orang yang lebih tua darinya tidak memandang rendah akan dirinya.

            Marilah belajar menjadi seorang muda yang dapat menjadi teladan di dalam perkataan, tingkah laku dan kesucian hidup. Milikilah perkataan-perkataan yang penuh kejujuran, dapat membangun dan dapat dipercaya. Perkataan seperti ini membangun kepercayaan dan tidak bisa dijadikan alasan bagi orang lain untuk merendahkan kita. Yang lebih penting lagi, kiranya kita memuliakan Allah di dalam percakapan kita, dengan mengetahui bahwa Dia mengetahui setiap kata dan pikiran yang ada sebelum semua itu kita utarakan.

III. Aplikasi

  1. Sikap Yesus Mengajarkan Pelayanan Anak Sama Pentingnya Dengan Pelayanan Orang Dewasa.

Sekalipun anak-anak memiliki keterbatasan untuk memahami akan karya keselamatan dan penebusan yang Yesus lakukan, namun anak-anak penting dalam pandangan Yesus. Bagi Tuhan Yesus, kehadiran anak-anak tidaklah mengganggu dan dijadikan alasam untuk diabaikan. Anak-anak juga bagian dari generasi yang perlu dilayani. Yesus tidak suka sikap murid-murid-Nya yang telah menghalang-halangi anak–anak, untuk datang kepada-Nya. Tindakan Yesus terhadap murid-murid yang marah dan menghalangai kedatangan anak-anak menjadi sebuah bukti bahwa pelayanan anak memiliki bobot sama pentingnya dengan pelayanan orang dewasa. Yesus mengingingkan anak-anakpun mendapat kesempatan untuk mengalami kasih dan berkat-Nya. Karena bagi Yesus Kasih dan Berkat-Nya tidak hanya disediakan untuk orang dewasa, namun juga disediakan-nya bagi setiap lapisan usia termasuk anak-anak.

  1. Sikap Yesus Mengajarkan Pentingnya Membangun Pelayanan Yang Ramah Anak

Yesus marah kepada murid-murid saat mereka menunjukan sikap tidak ramah kepada anak-anak. Yesus memberikan teladan kepda murid-muridnya bagaimana dia meperlakukan anak-anak dengan sikap ramah yang ditunjukan dengan memberikan pelukan, menumpangkan tangan dan memberkati anak-anak. Contoh ini tidak hanya untuk murid-murid pada saat itu, namun juga harus diteruskan kepada umat Tuhan saat ini. Sangat penting membangun pelayanan yang ramah dengan anak. Tempat pelayanan dimana anak-anak diterima, dikasihi dan mendapatkan kenyamanan. Dengan demikian pelayanan seperti ini akan menumbuhkan dalam diri anak-anak pengenalan akan Tuhan.

  1. Sikap Yesus Mengajarkan Kerajaan Allah Terbuka Bagi Setiap Kalangan Usia

Yesus menggunakan figure anak-anak untuk menyampaikan cara memasuki kerajaan Allah. Seseorang perlu belajar seperti anak-anak untuk dapat memasuki kerajaan Allah yang disediakan. Seperti halnya anak-anak yang penuh kegembiraan, semangat dan suka cita dalam menyambut Yesus, demikianlah setiap orang harus memiliki kegembiraan, semangat dan suka cita dalam menyambut Kerajaan Allah.

  1. Sikap Yesus Mengajarkan Bahwa Anak-Anak Bukanlah Pengganggu Namun Generasi Yang Harus Dilayani

Anak-anak tidak boleh dianggap pengganggu dalam pelayanan. Anak-anak adalah bagian generasi yang harus dilayani secara serius. Jika pelayanan kepada anak diabaikan maka tidak menutup kemungkinan, gereja akan kehilangan generasi penerus yang mengenal dan takut akan Tuhan. Ini merupakan tantangan yang harus dijawab agar tidak ada generasi yang terhilang. Sekalipun membangun pelayanan anak bukanlah hal mudah, namun itu merupakan panggilan semua murid Kristus. Anak-anak perlu untuk dilayani dan jangan diabaikan. Pengabaikan terhadap anak-anak juga merupakan bentuk pengabaian akan kehendak Yesus menyatakan kasih kepada anak-anak. Yesus mengasihi dan melayani anak-anak dengan tulus, dengan demikan umat Tuhanpun wajib mengasihi dan melayani anak-anak dengan baik. Karena menjalani kehidupan bagi anak–anak tidaklah mudah, terutama bagi kalangan generasi strawberry.[1] Karenanya anak-anak butuh untuk ditolong, dan mendapatkan dididikan untuk menghadapi masalah yang mereka hadapi. Anak-anak memerlukan bimbingan dan tuntunan dari orang dewasa. Bimbingan yang dibutuhkan anak dapat di dapat dari kegiatan yang dilakukan di sekolah minggu. Sehingga sekolah minggu dapat dipakai sebagai sarana dalam membentuk iman dan karakter anak. Faktor dari luar pun menjadi tantangan tersendiri bagi pelayan anak yaitu ketika perkembangan multimedia begitu pesat, berhasil merebut perhatian anak dimana pengaruh internet memberikan dampak negatif maupun positif.

 [1] Istilah "generasi strawberry" pertama kali muncul di Taiwan. Di mana hal ini mengacu pada sebagian generasi baru yang memiliki ketahanan rendah seperti buah strawberry. Penyebutan buah strawberry ini dipilih karena keindahannya yang eksotis, tetapi mudah hancur saat terpapar tekanan atau tantangan. Menurut Prof. Rhenald Kasali, dalam bukunya yang berjudul Strawberry Generation mengatakan bahwa mereka adalah kelompok anak muda yang kreatif, namun rentan menyerah dan mudah tersinggung. Mereka adalah kelompok individu yang lahir antara pertengahan 1997 hingga awal 2010-an.

Pdt. Rahel Br Tarigan

GBKP Runggun Denpasar

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD