SUPLEMEN PEKAN PENATALAYANAN GBKP TAHUN 2023 WARI VII

Invocatio         :"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang”

                           (Matius 5:13)                                      

Ogen           :    Ester 10 :1-3

Kotbah        :    Kolose 4 : 7-18

Tema          :    Gereja Si Ernanam / Gereja Yang Berguna


 

 

Pendahuluan

Peristiwa 28 Oktober 2010 – Tahun 2019, tidak terlupakan bagi warga Karo yang berada di bawah kaki Gunung Sinabung, dimana kejadian erupsi gunung Sinabung menimpa mereka, baik itu; rumah, ladang, kandang ternak, hingga semua sektor usaha mereka pun habis tertutupi oleh abu erupsi gunung Sinabung. Gunung Sinabung erupsi kembali setelah 500 tahun lalu tertidur pulas. Peristiwa kedua, memasuki tahun 2020 tersebar virus Covid 2019 yang bermula dari Kota Wuhan-China yang membuat gempar seluruh dunia hingga menjadi pandemi. Kedua hal diatas membuat kebanyakan manusia takut, cemas, gelisah seakaan tidak ada lagi harapan untuk hidup.

Dalam hal ini, Gereja pun turut hadir dalam menjawab pergumulan bersama jemaat, meresepon bagaimana Tuhan hadir dalam setiap peristiwa. Seperti yang dikatakan oleh Choan Seng Song, Salib merupakan simbol tertinggi dari penderitaan yang dialami oleh Yesus. Salib berarti lemah, terpecah, tubuh yang terkoyak-koyak.  Artinya dalam salib itulah mengandung nilai-nilai praktik penderitaan hidup Yesus bagi sebagai Allah 100 persen maupun sebagai manusia 100 persen. Song menulis, sebagai orang Kristen, kita harus kembali pada Yesus seperti yang disaksikan oleh Alkitab. Semakin banyak kita renungkan, semakin dalam kita merasa kagum oleh tokoh Yesus itu. Bagaimana IA memberi kuasa-Nya, sehingga kita memiliki "insight", imajinasi untuk menantang dan mematahkan norma-norma tradisional, walaupun pada akhirnya IA harus mati. Ya, sebab tubuh-Nya telah terpecah, maka kita dimampukan untuk menimbang ulang sikap-sikap kita terhadap budaya kita sendiri. Begitu juga Gereja pun layaknya memberi diri untuk melayani Tuhan ditengah jemaat yang sedang rapuh.

ISI

Kolose sebuah tempat di Asia kecil timur kota Efesus. Perkembangan pelayanan di Kolose ialah mereka yang ditunjuk dari jemaat di Efesus untuk melayani ke wilayah Kolose. Hal ini menunjukkan bahwa Paulus ingin jemaat yang dilayaninya harus berdampak bagi warga sekitarnya. Penekanan yang diberi Paulus kepada jemaat Efesus untuk melayani di Kolose, karena Paulus tahu bahwa ada nabi-nabi palsu, dukun, yang mengajarkan yang salah di jemaat Kolose. Mengingatkan untuk mengenal, mengerti dan merasakan damai sejahtera yang berasal dari Tuhan. Tujuan Paulus membuat surat kepada jemaat Kolose untuk memberitakan pengajaran tentang Kristus yang benar, yang mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia, mendapatkan keselamatan dan merasakan damai sejahtera. Meskipun kondisi Paulus didalam penjara Bersama 3 teman nya yaitu Aristarkus, Markus, Joshua/Justus ia terus memberi pengajaran akan Kristus, tak pernah lelah menyapa jemaat yang ada di Kolose beserta rekannya.

3 orang yang bersama dengan Paulus di penjara ialah orang Yahudi yang sudah percaya dan memberi diri untuk melayani Tuhan dan memberitakan Kristus sang Juruselamat. Epapras yang selalu setia mendukung dan mendoakan jemaat di kolose. Paulus pun melihat keseriusan dan ketulusan hati Epapras bukan hanya kepada jemaat di Kolose namun juga di daerah Laodikea dan Hieraopolis. Paulus menujukkan pentingnya empati bagi setiap pribadi manusia akan ciptaan Tuhan lainnya. Khususnya sebagai orang Kristen harus sadar bahwa hidup bersama-sama untuk melayani Tuhan daripada hidup sendiri.

Aplikasi

Dalam kehidupan kita maka pergumulan, tantangan hidup yang sedang di hadapi bukanlah hal yang menakutkan tetapi untuk ditaklukkan. Pada saat Erupsi Gunung Sinabung, pandemi covid 19, Gereja hadir memberi diri untuk melayani hidup bersama. Secara fisik dapat dipastikan pasti shock/kaget menghadapi kondisi yang berbeda atau diluar kenyamanan kita. Namun untuk meningkatkan iman, pengembangan spiritualitas, gereja harus berdampak; memberi diri dalam situasi apapun, seperti Yesus pun hadir dalam setiap peristiwa terberat bagi manusia yaitu mengancam nyawaNya namun IA tetap setia dan kebangkitanNya mengalahkan kuasa maut dan menujukkan bahwa dosa yang di lakukan oleh manusia telah di tanggungNya. Tugas kita saat ini yaitu percaya, tetap teguh dalam iman dan pengharapan serta melayani sesama.

Seperti Paulus dengan kondisi yang berada di dalam penjara, namun ia tetap melayani orang yang diluar seperti jemaat Kolose, tetap semangat memberi diri untuk melayani Tuhan dengan segenap hatinya melalui surat yang di kirimnya. “Hidupilah empati agar hidup berarti” sebagai jemaaat dan Gereja yang hadir dengan setulus hati akan mendapatkan kasih sejati. Adapun lagu yang dapat menguatkan hati kita untuk menjadi pribadi dan Gereja yang berdampak seperti lirik lagu berikut ini.

B'rikanku hati s'perti hatiMu,

yang penuh dengan belas kasihan

B'rikanku mata s'perti mataMu,

memandang tuaian disekelilingku

Reff

B’rikanku tanganMu tuk melakukan tugasku

B’rikanku kakiMu melangkah dalam rencanaMu

B’rikanku b’rikanku brikanku hatiMu

Pdt. Prananta Jaya Ginting Manik

Rg Bogor Barat

SUPLEMEN PEKAN PENATALAYANAN GBKP TAHUN 2023 WARI VI

Invocatio     : berilah keadilan kepada orang yang lemah dan kepada anak yatim, belalah hak orang  sengsara dan orang yang kekurangan!

Bacaan         : Ulangan 15 : 12-18

Khotbah       : Kisah Para Rasul 4 : 32-37

 AMBIL BAGIAN DALAM PELAYANAN


 

Pendahuluan :

Syair lagu yang sering dinyanyikan “ melayani melayani, lebih sungguh 2 x, Tuhan lebih dulu melayani kepadaku, melayani melayani lebih sungguh. Jadi pelayanan itu melayani dengan sungguh. "Pelayanan" berasal dari istilah Yunani diakoneo, yang berarti "melayani" atau douleuo, yang berarti "melayani sebagai budak." Di dalam Perjanjian Baru, pelayanan adalah bagian dari ibadah seseorang kepada Allah dan kepada sesamanya dalam nama Allah. Yesus memberi teladan bagi pelayanan Kristen - Ia datang, bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani (baca Matius 20:28;Markus10:45;Yoh13:1-17).

Seorang Kristen perlu melayani sesamanya dengan memenuhi kebutuhan mereka dalam kasih dan kerendahan hati demi Kristus (Matius 20:26; Markus 10:43; Yohanes 2:5,9; Kisah 6:3; Roma 1:1; Galatia 1:10; Kolose 4:12). Umat Kristen melayani sesamanya berdasarkan pengabdian mereka pada Kristus dan kasih bagi sesama, tanpa membedakan apakah penerimanya sesama orang Kristen atau tidak. Pelayanan haruslah tidak membeda-bedakan dan tanpa pamrih, selalu membantu orang lain sesuai teladan Yesus. Pelayanan itu melakukan teladan Yesus Kristus.

 Ulangan 15 : 12-18

# pelayanan yang memerdekakan

Perbudakan pada zaman PL terjadi bukan karena penculikan dan atau penjualan ilegal seperti pada zaman modern, melainkan karena hutang atau kemiskinan (Ul. 15:12). Pada zaman PL, banyak orang memilih menjadi budak daripada mati kelaparan, dan banyak juga orang yang “terpaksa” menjual diri sebagai budak untuk melunasi hutang. Dalam konteks Israel waktu itu, praktik perbudakan yang dimaksud pada teks khotbah ini biasanya berlangsung dalam lingkungan suku mereka sendiri. Namun demikian, perbudakan ini tidak berlangsung seumur hidup, ada saatnya mereka wajib dibebaskan, dan itu terjadi pada tahun ke-7, tahun Sabat. Itulah yang ditegaskan di ayat 12 tadi, “apabila seorang saudaramu menjual dirinya kepadamu, baik seorang laki-laki Ibrani ataupun seorang perempuan Ibrani, maka ia akan bekerja padamu enam tahun lamanya, tetapi pada tahun yang ketujuh engkau harus melepaskan dia sebagai orang merdeka” (Ul. 15:12).

Ayat ini dengan sangat jelas mewajibkan orang Israel ( tuan atau majikan) untuk membebaskan budaknya pada tahun ke-7, yaitu tahun Sabat, dan tidak ada alasan dari sang tuan untuk tidak melakukannya, atau untuk menunda pembebasannya. Para tuan wajib membebaskan para budaknya dengan penuh kerelaan pada tahun ke-7 tersebut, mereka tidak boleh merasa rugi dengan kepergian atau pembebasan mereka, sebab waktu yang enam tahun merupakan waktu yang cukup lama bagi para budak untuk mengabdi kepada para tuannya (lih. ay. 18). Satu-satunya alasan budak tersebut dapat tidak dibebaskan oleh tuannya, walaupun sudah sampai tahun ke-7, adalah keinginan budak itu sendiri, yaitu dia memilih untuk tetap “menjadi budak” di rumah tuannya tersebut, tetapi bukan karena hutangnya yang belum terlunaskan dan atau karena “mati kelaparan”, melainkan karena dia mengasihi tuannya dan keluarganya yang selama ini telah berbaik hati kepadanya (lih. ay. 16).

 Kisah Para Rasul 4 : 32-37

# berbagi di dalam kasih itu pelayanan.

Bagian ini menggambarkan kekuatan dari gereja pada zaman para rasul. Mereka dengan teguh bertahan di tengah-tengah penganiayaan dunia ini karena mereka saling menanggung beban masing-masing. Orang Kristen yang tidak pernah peduli orang lain adalah orang Kristen palsu. Orang Kristen, entah dia kaya atau miskin, semua harus memerhatikan satu sama lain. Kadang-kadang orang yang kaya menikmati hidup dengan berlimpah dan mengejar kesenangan yang tidak habis-habisnya sehingga hati nurani mereka menjadi tebal, keras, dan dingin. Kadang-kadang orang yang miskin merasa harus selalu dibantu dan melihat orang-orang lain dengan perasaan berhak meminta dan berhak ditolong sehingga mereka pun menjadi dingin dan keras, tidak tergerak untuk peduli orang lain. Ini bukan cara hidup orang-orang Kristen di dalam Kisah Rasul 4. Mereka tidak merasa bahwa segala sesuatu yang mereka miliki adalah untuk kesenangan sendiri. Mereka menyadari bahwa segala sesuatu yang mereka miliki adalah milik Tuhan dan karena itu harus bisa dinikmati oleh banyak orang juga. Kerinduan untuk menjadi berkat bagi banyak orang lain ini juga yang mendorong mereka untuk dengan rela menjual segala sesuatu untuk keperluan orang lain.

Ada orang-orang yang menafsirkan bahwa alasan orang-orang Kristen ini menjual harta mereka adalah karena mereka menganggap Tuhan Yesus akan segera datang sehingga mereka tidak memerlukan harta lagi. Ini tafsiran yang absurd. Jika mereka merasa Kristus akan datang kembali sehingga mereka tidak perlu barang-barang untuk hidup di dunia ini lagi, untuk apa mereka menolong orang-orang miskin? Bilang saja kepada orang miskin untuk menunggu karena sebentar lagi Yesus Kristus akan datang dan mereka tidak perlu harta duniawi lagi. Bagian ini dengan jelas mengatakan bahwa alasan mereka menjual barang-barang pribadi mereka adalah karena banyaknya orang lain yang memerlukannya (Kis. 4:35). Mereka berbagi karena begitu banyak orang miskin di sana. Mengapa banyak? Mungkin karena banyak dari mereka yang diusir setelah menjadi Kristen. Mungkin banyak dari mereka yang dianiaya oleh orang Yahudi dan diusir dari rumah mereka sehingga mereka perlu tempat tinggal, makanan, dan pakaian. Yang mana pun penyebabnya, tekanan dari bacaan kita hari ini adalah bahwa orang-orang Kristen sangat peka terhadap kebutuhan sesamanya.

Bagaimanakah orang-orang Kristen bisa bertahan menghadapi dunia? Mereka bisa bertahan karena Tuhan menyertai mereka dan menguatkan mereka dengan memakai saudara-saudara seiman mereka untuk saling menolong satu sama lain. Kekuatan dan penghiburan gereja Tuhan ada pada Roh Kudus yang bekerja memakai orang-orang Kristen untuk menguatkan satu sama lain. Jemaat mula-mula bukan hanya kumpulan orang-orang yang mengerti doktrin yang benar. Jemaat mula-mula juga bukan hanya kumpulan orang-orang yang giat bekerja bagi Tuhan mereka, menaati Tuhan dengan berjuang gigih memberitakan Injil. Jemaat mula-mula juga bukan hanya orang-orang yang senang berdoa dengan tidak jemu-jemu.

Ayat 33 mengatakan bahwa para rasul memberi kesaksian Injil kepada mereka semua dengan kuasa yang besar. Inilah yang mendorong mereka untuk memedulikan satu dengan lain. Jika bukan Kristus yang lebih dahulu mengasihi, tidak ada seorang manusia yang sanggup mengasihi dengan benar. Jika bukan Kristus yang lebih dahulu memberi, tidak ada seorang manusia yang sanggup memberi. Kristus yang dinyatakan oleh para rasul adalah kekuatan mereka dan juga sumber segala kelimpahan mereka. Apakah tandanya bahwa Kristus adalah sumber segala kelimpahan kita? Jika kita sudah mengerti untuk memberi kepada orang lain yang perlu, barulah kita dapat mengakui bahwa Kristus benar-benar adalah sumber kelimpahan kita. Sebab bagaimana mungkin kita dapat mengakui bahwa kita menyadari kelimpahan anugerah demi anugerah yang dibagikan oleh Bapa kepada kita melalui Kristus jika kita tidak pernah di dalam hidup menolong orang lain dengan apa yang ada pada kita?

Di dalam ayat 36 dan 37 dikatakan bahwa bantuan yang diberikan oleh Barnabas sangat besar. Dia menjual tanahnya dan memberikan semuanya untuk persembahan. Semua? Ya. Semua! Dia tidak memberi sekadarnya, asal terlihat sudah memberi sudah cukup. Tidak. Mengapa dia rela memberi semuanya? Karena kebutuhan yang begitu besar dan mendesak diperlukan oleh saudara-saudara seimannya pada waktu itu. Ayat ini tidak hanya menyatakan jumlah saja. Ayat ini mengajarkan bahwa bagi Barnabas orang lain lebih penting daripada uang sendiri. Yesus Kristus menganggap orang lain lebih penting daripada kemuliaan-Nya sendiri sehingga Dia rela menjadi manusia yang begitu lemah dan miskin. Yesus Kristus menganggap orang lain lebih penting daripada nyawa-Nya sendiri sehingga Dia rela mati bagi orang lain. Apakah bagi kita orang lain lebih penting daripada harta?

Kesimpulan :

Terkesan dengan ungkapan itu “ berbagi itu indah” namun kalau tidak dari ketulusan berbagi itu bisa jadi beban. Yesus sendiri mengajarkan kasih itu memberi tanpa syarat. Apalagi Yesus tidak menunggu orang melakukannya, tapi Ia lakukan langsung, “ Tergeraklah hatinya”. Apakah kita juga melakukan seperti yang Yesus perbuat, ketika melihat kelaparan, ketidak adilan, penindasan, berbebat berat? Atau kita cukup berkata sabar dan kita berdoa. Sadarilah ada bagian anda dalam hidupnya, dan itulah pelayanan. Memberikan sesuatu yang berarti dan memberi arti mendalam yang tidak dihapus dalam hati mengingat perbuatan yang berkenan bagi Allah. Semakin meningkat angka kemiskinan, kelaparan sudah mulai bertebaran berita mengungkapkan fakta kelaparan juga berakibat kematian.

Apakah kita membiarkan itu terjadi, padahal kita memiliki apa yang kita bisa bantu dan menolongnya bertahan hidup. Ada baiknya untuk Tahun ini lebih kepada jiwa pelayanan, memberi tanpa syarat. Semua orang mengalami kasih Tuhan melalui kita.

Ambil bagian kita di pelayanan, maka kita akan menyadari Gereja itu adalah kita.

Pdt Sastrami Tarigan

Rgn Jampind

SUPLEMEN PEKAN PENATALAYANAN GBKP TAHUN 2023-WARI V

Invocatio        : Supaya hati mereka terhibur dan mereka bersatu dalam kasih, sehingga mereka memperoleh segala kekayaan dan keyakinan pengertian, dan mengenal rahasia Allah, yaitu Kristus (Kol.2:2).

Ogen               : Imamat 8:30-33

Khotbah         : 1 Johanes 1:5-7.

Tema              : Gereja Yang Bersekutu


 

 

Pendahuluan.

Kita sungguh bersyukur kepada Tuhan kita yang tetap memberkati ibadah Pekan Penatalayanan GBKP sampi hari yang ke 5 ini. Kita semangkin memahami tugas dan fungsi kehadiran gereja ditengah-tengah dunia ini. Setelah kita memahami bahwa tugas gereja yaitu Bersaksi, pada hari yang ke empat, pada hari yang ke 5 ini, kita diingatkan akan tugas panggilan gereja selanjutnya adalah Gereja Yang Bersekutu.

Bersekutu (Koinonia) adalah salah satu panggilan/tugas Gereja bagi setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Bersekutu adalah hakekat kita sebagai gereja. Jemaat mula-mula bertumbuh dalam kekuatan kasih sebagai suatu komunitas orang percaya. Bersekutu itu membangun relasi antar orang percaya dan dengan Tuhan, kegiatan persekutuan itu penting agar iman kita dapat bertumbuh (Kis. 2:42) sehingga orang-orang percaya semakin teguh dalam iman dan pengharapan untuk menantikan kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang keduakalinya. kegiatan persekutuan yang lazim dilakukan di dalam gereja seperti : Ibadah, PA, Retreat, KKI, dan lain sebagainya

Yang menjadi perenungan kita di dalam Pekan Penatalayanan ini adalah apakah persekutuan itu hanya sekedar kegiatan berkumpul membahas Alkitab dalam PA atau PJJ, beribadah bersama…? Tentu saja tidak sesederhana itu, persekutuan yang dilaksanakan di dalam Gereja adalah persekutuan yang hidup, persekutuan yang indah yang kelihatan dalam persatuan dan kerukunan hidup setiap hari, saling memperhatikan satu dengan yang lain (Kis. 2 : 44-45).

Pembahasan Teks.

Saudara-saudara yang terkasih di dalam Kristus, mari kita mendalami teks renungan kita dari kitab 1 Yohanes ini: Menurut ahli sejarah Alkitab, Kitab ini ditulis oleh Rasul Yohanes sekitar tahun 10 M, yang tujukan kepada jemaat Kristen yang bertujuan: untuk mengajak semua pembacanya dapat hidup dalam persekutuan didalam Tuhan dan yang kedua agar jemaat hati-hati terhadap guru-guru palsu (Pengajar Gnostik) yang menyangkal inkarnasi. Ajaran Ginostik tidak bisa memahami konsep Allah yang menjadi manusia, semua pengikut Ginostik menganggap semua materi adalah jahat, mereka harus menyangkal bahwa Kristus menjadi daging, karenanya pengajaran gnostik menganggap bahwa keselamatan itu tidak ada hubungannya dengan tindakan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk melawan pengajaran tersebut Rasul Yohanes menekankan bahwa Yesus Kristus itu adalah benar-benar manusia, dan semua orang yang percaya kepada Yesus Kristus harus melakukan tindakan atau perbuatan baik berdasarkan kasih kepada sesama dalam kehidupan sehari-hari.

Ayat 5 : Allah adalah terang dan didalam dia sama sekali tidak ada kegelapan: Rasul Yohanes menyatakan hakekat Allah sebagai Terang, terang menggambarkan kesempurnaan, kekudusan, kebenaran dan keadilan sejati yang tidak dapat goyah dan berubah oleh kegelapan duniawi. Hal inilah yang menjadi teladan hidup bagi kita, kita dituntut untuk memiliki karakter terang Allah didalam diri kita, yang menjadi landasan didalam melakukan segala tindakan. Jangan menjadi pendusta yang berpura-pura melakukan tidakan yang benar namun memiliki hati yang sesat (ay.6). Hidup dalam Persekutuan yang berkenan bagi Allah adalah hidup yang yang mencerminkan kebenaran Allah dalam persekutuan (ay.7), yakni hidup berdasarkan cinta kasih Allah, saling memperhatikan satu dengan yang lain, saling menguatkan iman, saling menasihati, saling melayani. Persekutuan itu akan menjadi teguh dan kuat serta akan mendapatkan penyucian/pengampunan dari segala dosa.

Pointer Renungan.

Saudaraku yang terkasih, Ada beberapa hal yang dapat menjadi perenungan kita dalam ibadah ini:

  1. Persekutuan Sebagai Perintah Allah bagi umat percaya : Hidup dalam Persekutuan adalah perintah Allah bagi umat percaya, Melalui persekutuan, iman seseorang semakin di bangun. Pengenalannya akan Allah semakin bertumbuh dari hari ke hari. Perilaku kehidupannya akan diuji dalam perjumpaan dengan sesama. Bersekutu menjadi ladang yang subur untuk saling membangun kehidupan dan menguatkan iman ketika ada sesama yang letih dan lelah dalam menjalani kehidupan yang banyak tantangan. Persekutuan harus didasari oleh Terang Allah sehingga aktivitas persekutuan itu menunjukkan karakter Kristus. Semua anggota persekutuan berusaha untuk menjaga dan merawat agar persekutuan tetap teguh dan semakin kokoh dari masa-kemasa. Makna persekutuan bukan hanya kehadiran fisik namun lebih kepada hati, fikiran dan perasaan dan iman, contoh saja Di masa pandemi, ketika persekutuan dalam bentuk perjumpaan harus terbatas demi mencegah penularan Covid-19. Saatnya persekutuan dimaknai ulang. 'Bersekutu tanpa bertemu', menjadi sebuah slogan dan tema menarik dari sebuah gereja untuk direnungkan kembali. Persekutuan akan tetap terjadi ketika masing-masing merasakan kehadiran tanpa harus ada perjumpaan secara fisik. Perkembangan IPTEK juga dapat menjadi sarana untuk Persekutuan virtual menjadi media yang semakin mengokohkan iman, bahwa persekutuan tetap menjadi hakekat kehidupan beriman, tanpa harus jumpa secara fisik. Dua tiga orang berjumpa secara virtual, Tuhan hadir.
  2. Hidup Dalam Persekutuan yang Rukun Mendatangkan Berkat: Alkitab menyatakan bahwa kerukunan antar umat Tuhan itu merupkan sesuatu yang baik, indah dan memiliki nilai 'istimewa' di mataNya;  sesuatu yang dapat mengerakkan hatiNya sehingga Dia akan memberikan apa yang kita perlukan.  "Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga."  (Matius 18:19).  Jadi hidup dalam kerukunan adalah kehendak Tuhan bagi gerejaNya.  Dalam doanya Yesus berkata,  "...supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku."  (Yohanes 17:21).  Jadi jemaat Tuhan harus selalu rukun dan bersatu, Jangan ada permusuhan, pertengkaran, kebencian, sakit hati dan sebagainya, Itu hanya akan menjadi penghambat berkat Tuhan bagi kita.  Sebaliknya jika kita rukun dan bersatu, segala berkat akan dicurahkan Tuhan,  "Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya."  (Mazmur 133:3b).  melalui kerukunan antar anggota persekutuan akan menjadi persekutuan yang menyenangkan Tuhan dan menjadi daya Tarik bagi orang lain untuk ikut ambil bagian dalam persekutuan itu.
  3. Perbedaan Menjadi Kekuatan dalam Persekutuan : Dalam setiap komunitas gereja pasti banyak perbedaan, karena setiap anggota persekutuan memiliki latar belakang yang berbeda satu dengan yang lain, kita percaya bahwa Allah juga telah mengaruniakan talenta yang berbeda-beda bagi setiap orang yang percaya, namun semuanya itu adalah sarana untuk memuliakan Tuhan, Tuhan Yesus menggambarkan bahwa gereja sebagai tubuh Kristus, memiliki banyak bagian namun semua bagian itu berharga untuk kemuliaan Kristus. Perbedaan jangan sampai membuat kita merasa tidak memerlukan orang lain atau menyepelekan orang lain, namun semua harus dikelola dan dikembangkan untuk melakukan banyak kegiatan pelayanan Gereja yang sungguh kompleks, oleh karenanya setiap anggota persekutuan harus mengenal talentanya untuk ikut terlibat dalam pelayanan misalnya : Menjadi Tim Doa, Tim PRT, Tim PI, dll.

Pdt.Togu Persadan Munthe

Ketua Klasis

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD