SUPLEMEN PEKAN PENATALAYANAN GBKP TAHUN 2024 WARI VII, KHOTBAH GALATIA 2:4-7

Invocatio :

Jeremia 20:9

Ogen :

Miha 3:1-12 (antiponal)

Tema  :

Tetap Meritaken Kebenaren Berita Simeriah /Selalu Mengabarkan kabar baik

 

 

I. Pendahuluan

Misi pengabaran Injil adalah tugas gereja. Itu sebabnya, setiap badan misi harus bekerja sama dengan gereja. Sebaliknya, gereja harus mendukung Upaya pribadai-pribadai Kristen dalam menyaksikan Kristus kepada orang lain. Pelayanan pengabaran Injil sebagai mandat dari Tuhan Yesus kepada semua pengikutnya (orang percaya), sesuai nants di dalam Matius 28:19-20 merupan sebuah perintah dari Yesus langsung untuk memberitakan Injil keselamatan. Pada Kebaktian pekan penatalayanan kali ini kita diajari bagaimana untuk tetap setia mengabarkan kabar sukacita dan tetap berada didalam kebenaran Firman Tuhan.

II. Isi

Kitab Galatia adalah sebuah surat yang ditulis oleh rasul Paulus sekitar tahun 53-56 M. yang ditujukan kepada jemaat Galatia (yang sekarang di wilayah negara Turki). Nama kitab ini berasal dari nama tempat yang ditujunya yaitu kota Galatia. Tujuan penulisan surat Galatia ini yaitu untuk menolong orang-orang yang telah disesatkan oleh ajaran-ajaran palsu. Dengan kata lain, supaya mereka Kembali taat kepada ajaran yang benar. Paulus memulai suratnya dengan berkata bahawa ia adalah rasul Yesus Kristus. Paulus dengan tegas mengatakan bahwa dia dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi rasul dan bukan dari manusia. Dia juga mengatakan bahwa tugasnya ditujukan terutama untuk orang yang bukan Yahudi (1-2). Setelah itu, Paulus mengajarkan kepada jemaat Galatia bahwa hubungan manusia dengan Tuhan diperbaharui atau menjadi baik Kembali hanya percaya kepada Kristus (3-4). Di dalam pasal-pasal terakhir kitab ini (5-6), Paulus menjelaskan bahwa cinta kasih yang timbul pada diri orang Kristen itu disebabkan karena iman percayanya kepada Kristus. Iman percaya tersebut akan dengan sendirinya menyebabkan orang itu melakukan perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan karakter Kristus, yaitu kasih.

Bahan kotbah Galatia 2:4-7 berisi tentang pembelaan Paulus tentang status kerasulannya, persoalan tentang kerasulan Paulus menjadi topik yang penting pada waktu itu, baik pengikut Petrus maupun orang-orang Kristen Yahudi yang ada di Galatia menjadi musuh Paulus, mereka melihat bahwa status kerasulan Paulus perlu diragukan. Karena Paulus berbeda dengan para murid Tuhan Yesus yang lain, seperti Petrus dan Yakobus. Hal ini dipertanyakan karena adanya perbedaan pandangan antara orang-orang Yahudi Kristen dengan Paulus, terkait pelayanan pemberitaan Injil kepada orang-orang di luar Yahudi, yang berkaitan erat dengan aturan hukum Taurat. Bagi Paulus, mereka yang sudah percaya kepada Kristus tidak perlu melakukan berbagai aturan hukum Taurat untuk melengkapi keselamatan yang sudah mereka terima.

Di ayat 4 Paulus mengaitkan seluruh kontroversi (persoalan) itu kepada saudara-saudara palsu, sebutan ini mengacu kepada guru-guru agama Yahudi (2 Kor.11:26). Orang-orang ini, yang memiliki akar pada sekte orang-orang farisi, yang berpendapat bahwa orang-orang bukan Yahudi juga harus disunat dan mematuhi Hukum Taurat untuk dapat diselamatkan (kis.15:1,5). Mereka mengatakan orang-orang bukan Yahudi harus menjadi mualaf Yahudi untuk menjadi orang Kristen. Mereka memandang hukum taurat sebagai kekuatan pengendali yang positif sehingga mereka memikirkan cara bagaimana untuk memurnikan orang-orang bukan Yahudi. Bagi Paulus, guru-guru agama Yahudi ini adalah saudara-saudara palsu karena mereka tidak mau menerima orang-orang Kristen bukan Yahudi yang tidak disunat ke dalam Persekutuan, dengan cara ini Paulus mengatakan bahwa mereka telah menyangkal keuniversalan Injil.

Kata menyusup dalam Bahasa Yunani pareisaktos yang memiliki kaitan dengan kata dalam 2 Petrus 2:1 untuk “guru-guru palsu” yang secara diam-diam memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan ke dalam jemaat-jemaat setempat. Menurut Ben Witherington III[1], pareisaktos adalah “Bahasa militer” yang belakangan digunakan dalam retorika politik. Menghadang, menyiratkan niat bermusuhan dari mereka yang melakukan mata-mata, yang bisa juga disebut orang-orang ini seperti agen-agen dan konspirator yang menyamar dan mencoba mempengaruhi jemaat yang ada supaya berani mentang ajaran-ajaran Paulus.

Ayat 5-6 kelompok guru-guru agama Yahudi telah meninggikan dirinya dan merendahkan Paulus (ayat 6) Paulus ingin menegaskan bahwa semua pemimpin gereja memiliki kedudukan yang sama, sehingga Paulus mengatakan di ayat 5 bahwa ia dan rekan-rekannya tidak mau mundur dan tunduk kepada guru-guru Yahudi itu bahkan sesaatpun, ini adalah bentuk semangat Paulus di dalam memberitakan kebenaran Injil di dalam situasi begitu banyak tekanan sekalipun Paulus tetap berusaha melakukan yang terbaik dan tetap berpegang teguh pada ajaran yang telah diajarkannya. Dapat juga dikatakan bahwa Paulus tidak ingin mengatakan atau melakukan sesuatu yang akan membayakan iman para pembacanya, Ia ingin kebenaran Injil tetap dapat tinggal dengan mereka. Paulus juga ingin menyampaikan supaya para guru-guru agama Yahudi tidak memaksakan sesuatu kepada orang lain karena Injil harus kontekstual dengan Masyarakat di mana Injil itu diberitakan, karena jika unsur-unsur budaya Yahudi di masukken ke dalam budaya orang lain hal itu bisa saja membelenggu bebesaan kebenaran Injil tersebut, terlebih Paulus mengimani keselamatan bukan dari ritual-ritual peribadahan atau kebudayaan akan tetapi keselamatan itu hanya kerena iman yang teguh kepada Yesus Kristus, kerena manusia telah dibebaskan dan di merdekakan oleh Yesus Kristus melalui bengorbanan-Nya di kayu salib.

Ayat 7 Paulus menekankan bahwa baik Paulus dan Petrus memiliki pelayanan yang dipercayakan kepada mereka oleh Tuhan (lih 1 Tes. 2:4), mereka memberitakan injil yang sama (1 Kor. 15:3, 4:11) dalam dua ladang yang berbeda. Paulus telah ditugaskan untuk memberitakan Injil kepada orang-orang tak bersunat, yaitu bangsa-bangsa yang bukan Yahudi. Ha ini dimulai ketika Kristus menampakkan dirinya kepada dia di jalan menuju Damsyik, Ia memanggil dia untuk menjadi seorang rasul bagi bangsa-bangsa lain. Di sisi lain, Petrus telah dipercayakan untuk memberitakan injil kepada orang-orang yang bersunat, yaitu kepada orang-orang Yahudi.

Ayat 8 Paulus menyatampaikan bahwa dirinya dan Petrus sedang diberdayakan Tuhan di dalam pelayanan pemberitaan injil. Allah telah memberikan satu pesan kepada kedua orang itu, serta kuasa untuk meneguhkan pemberitaan mereka dengan tanda-tanda mujizat. Ketika Tuhan Allah yang telah memberikan kekuatan kepada Petrus dan Paulus siapakah yang dapat mengecam Paulus?

Dari kisah Paulus kita belajar bahwa dalam situasi apa dan bagaimana tantangan maupun rintangan yang dihadapi di dalam pemberitaan injil keselamatan, hal itu harus tetap dijalankan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya karena itu adalah mandat yang sudah Tuhan percayakan kepada kita. Walaupun banyak orang yang ingin menjatuhkan atau meragukan kita di dalam pelayanan kita harus tetap teguh karena Ia yang memberikan kekuatan untuk menjadi seorang pembawa berita, biarlah kualitas dari pelayanan kita yang terlihat nyata dan dapat dirasakan jemaat menjadi jawaban dari segala keraguan pelayanan kita.

Bacaan kita Mikha 3:1-12 ditujukan kepada para pemimpin Yehuda. Sebagai pemimpin umat seharusnya mereka melakukan keadilan bagi umat dan mengarahkan umat kepada jalan yang benar. Namun tidak demikian dengan para pemimpin Yehuda, mereka memutar balikkan kebenaran (ayat 9). Mereka mengabaikan keadilan dan melakukan kejahatan (ay 1-3). Mereka tidak lagi melindungi rakyat, melainkan menyiksa rakyat (ay. 2-3,10). Semua terjadi karen ketamakan dan ketidakpedulian mereka. Tidak ada sedikitpun mereka yang bertindak demi kepentingan dan kesejahteraan umat. Baik pemimpin politik maupun pemimpin Rohani, mereka bekerja atas dasar mencari keuntungan diri sendiri, dengan mencari kekayaan bagi diri mereka sendiri (ay. 5,11). Seolah-olah mereka telah melakukan suatu kebenaran, mereka terlalu sombong, sehingga merasa bahwa Tuhan tidak akan menghukum mereka (ay 11). Ini adalah kemunafikan.

Realitas kehidupan masa kini, sudah terjadi sejak zaman nabi Mikha dan Tuhan Yesus. Pada zaman nabi Mikha, para pemimpin umat yang seharusnya melakukan keadilan dan mengarahkan umat kepada kebenaran. Nyatanya mereka malah mengabaikan keadilan dan melakukan kejahatan. Baik para pemimpin politik maupun pemimpin rohani, mereka bekerja atas dasar mencari keuntungan diri sendiri, dengan mencari kekayaan bagi diri mereka sendiri. Mereka merasa telah melakukan suatu kebenaran, sehingga mereka berpikir bahwa Tuhan tidak akan menghukum mereka. Ini adalah kemunafikan mereka. Di satu sisi, mereka menolak Allah, tetapi di sisi lain, mereka mengharapkan perlindungan-Nya. Di sinilah Tuhan menyatakan kuasa-Nya, semua pemimpin bangsa Yehuda yang korup akan dihukum. Demikian halnya para nabi yang diharapkan membela, menghibur umat dan menentang tindakan para pemimpin yang korup dan jahat dengan mewartakan firman, mereka malah berlaku sebaliknya. Firman yang harusnya memberitakan kebenaran dan keadilan, justru digunakan untuk membenarkan tindakan para pemimpin yang korup. Mikha menggambarkan umat Tuhan seperti daging yang dipotong-potong. Umat tidak lagi memiliki pengharapan, karena keadaan mereka yang sudah hancur. Oleh karena itulah, Tuhan Allah akan menghukum para nabi palsu ini. Mereka akan ditimpa malapetaka dan kehilangan semua materi yang mereka miliki.

Saat kesempatan sebagai pemimpin itu ada, baik di dalam pekerjaan ataupun pelayanan, kita bisa saja berperilaku seperti pemimpin-pemimpin pada zaman nabi Mikha. Kita kehilangana arah, tujuan, dan focus yang kita layani. Kita melayani diri sendiri, tamak, dan mengorbankan orang lemah dengan melakukan ketidakadilan atas mereka, bahkan, kita memanipulasi firman Tuhan sesuai keinginan pribadi kita. Kita memperlakukan Allah Tuhan kita seperti lampu yang dapat kita nyalakan atau padamkan sesuka hati. Peringatan nabi Mikha juga ditujukan kepada kita agar tidak melakukan hal-hal yang tidak dikehendaki Tuhan. Tetap berfokus pada tujuan pelayanan kita, yaitu melayani Tuhan dan sesama. Jadilah pemimpin yang berkomitmen untuk menjalankan arah dan tujuan yang benar dengan terus mengarah kepada Tuhan, jangan tergoda seperti pemimpin-pemimpin Yahudi yang membenarkan perbuatannya di hadapan Tuhan. Tetaplah berfukus kepada tujuan pelayanan, yaitu melayani Tuhan dan sesama.

III. Refleksi

Kita sebagai umat Allah menjalani hidup seperti yang diteladankan oleh Paulus dan Tuhan Yesus. Paulus menjalani hidupnya dengan benar dan sungguh-sungguh dihadapan Allah dan sesama, karena dia merasakan kasih dan penyertaan Allah sepanjang hidupnya. Dia tidak merasa takut, kuatir, dan merasa tertolak ketika ia memberitakan firman kepada Jemaat-jemaat yang dia layani. Hal ini karena Paulus memiliki motivasi yang benar, yaitu melayani untuk memuliakan Allah, bukan diri sendiri. Memang tidaklah selalu mudah melakukan kebenaran di tengah umat yang jauh dari kebenaran, namun bukankah itu yang menjadi panggilan kita, menjadi terang di tengah gelapnya dunia. Maka melalui tema kita pada hari ini tetap memberitakan berita simeriah, kesetiaan kita kepada Tuhan melalui tugas panggilan sebagai umat-Nya, yaitu mengabarkan kabar sukacita kepada semua bangsa melalui keteladan kita di dalam melakukan apa yang benar dihadapan Tuhan, seperti yang disampaikan Yeremia di dalam Invocatio firman Tuhan itu seperti api menyala-nyala jika kita tidak menyampaikan kebenaran firman Tuhan itu. Semangat erberita Tuhan Yesus memberkati.

Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk bisa tetap mengabarkan kebenaran di Tengah-tengah kehidupan kita yaitu:

1. Memberi Diri

Kita orang percaya dapat menjadikan Mikha dan Paulus sebagai teladan yang mau memberikan dirinya kepada Tuhan. Menjadi seorang perpanjangan tangan Tuhan untuk memberitakan kebenaran Injil.

2. Menaati Allah

Mikha menaati Allah Ketika dipilih untuk menjadi nabi-Nya dan Paulus menaati Allah ketika dipilih untuk menjadi rasul. Marilah kita belajar menaati Allah di dalam setiap aspek kehidupan kita.

3. Menyembah Allah

Mikha tetap memilih hidup di dalam kebenaran sekalipun begitu banyaknya cobaan yang dihadapinya termasuk orang-orang disekitarnya. Tidak terpengaruh dengan godaan-godaan dunia. Paulus juga memilih tetap setia menyembah Tuhan bukan setia kepada tradisi-tradisi Yahudi.

4. Mewartakan kabar baik

Nabi Mikha dan rasul Paulus tetap mewartakan beneran kabar sukacita yaitu kebenaran Firman Tuhan, dalam situasi apapun dan bagaimanapun mereka setia mewartakan kebenaran sukacita itu.

5. Hidup Yang Menegakkan Kebenaran

Hidup yang menegakkan kebenaran adalah hidup yang dilandasi pada kebenaran firman Allah dan berbuah kebenaran. Tidak ada rasa takut kepada manusia kecuali kepada Tuhan sang pencipta, dalam menegakkan kebenaran. Paulus telah memberikan contoh kepada kita bagaimana dia tetap pada prinsipnya bahwa menerima Yesus Kristus sebagai juruselamat tidak harus disunat dan menjadi orang Yahudi, karena keselamatan dari Yesus Kristus untuk semua suka bangsa.

Nabi Mikha, Rasul Paulus, Nabi Jeremia adalah tokoh Alkitab yang dapat menjadi inspirasi bagi kita di dalam mengabarkan kebenaran firman Tuhan. Lewat tokoh-tokoh tersebut kita belajar bahwa kebeneran firman Tuhan itu, jangan takut dikucilkan orang lain, jangan takut hidup kekurangan, jangan takut akan segala kekwatiran kita di dalam memberitakan kebenaran, yakin dan percaya kita bahwa Allah Tuhan kita tetap memampukan dan memberkati kita.

Vic. Randa

 

Ben Witherington III adalah seorang sarjana Alkitab Perjanjian Baru yang berasal dari Amerika Serikat. Melayani sebagai Pdt di Gereja United Methodist Church dan juga sebagai Pengajar Perjanjian Baru di Thelogi Seminari di Wilmore Kentuky

SUPLEMEN PEKAN PENATALAYANAN GBKP TAHUN 2024 WARI VI. KHOTBAH 2 SAMUEL 9:1-10

Invoction  :

Roma 12: 10

Bacaan  :

1 Johanes 2 :7-10

Tema   :

Aku Mengasihimu

 

Pembukaan

Sasaran pelayanan kita tahun ini adalah berkarya dan berguna untuk orang lain dengan kata lain bagaimana lewat pemberitaan Injil gereja mampu menjadi terang bagi dunia. Sebagai gereja kita ingin menjadi komunitas yang penuh kasih karunia, gereja diampukan menjadi rumah bagi orang yang tidak sempurna di mana dia merasa nyaman berada di dalamnya, gereja dapat berkarya dan berguna bagi orang lain lewat pemberitaan Injil dalam budaya, secara khusus budaya Karo.

Kali ini kita dapat belajar dari raja Daud bagaimana cara untuk dapat mengasihi orang lain dengan tulus ikhlas dan tidak bersyarat. Daud terlebih dahulu mengalahkan egonya sebagai musuh dari dalam dirinya sendiri dan musuh dari luar untuk membangun kerajaannya. Sehingga mimpi boset pengikutnya dan keturunannya tidak menjadi ancaman bagi Daud. Justru sebaliknya Daud sangat bersyukur masih bisa menunjukkan kasihnya kepada mefiboset sebagai tanda persahabatannya dengan Jonathan titik bukan hanya kasih yang ada dalam dirinya namun kasih yang datangnya dari Tuhan. Kasih yang datangnya dari Tuhanlah yang memberi kehidupan bagi Mefiboset beserta keturunannya.

 Pendalaman teks

Pada zaman perang lazim bagi seorang raja yang berhasil mengalahkan lawan perangnya untuk menghabisi seluruh keturunan dan merampas harta dari raja sebelumnya. Peristiwa ini dikarenakan adanya pemikiran keturunan yang masih hidup akan menjadi ancaman terhadap pemerintahan sekarang. Adanya pemikiran keturunannya akan membangun koalisi dan melakukan pemberontakan terhadap raja yang mengalahkan nenek moyangnya. Saat ini Daud dalam pemerintahannya berbeda dengan kebiasaan pemerintahan pada umumnya. Daud malah mencari keturunan Saul dengan maksud merangkul dan memberi kasih kepada keturunan Saul. Keinginan Daud ini dinyatakannya di awal kalimat ayat,1B ,3B dan ayat 7. Daud menghindari kesalahpahaman dengan keturunan Saul sehingga dia menyatakan niatnya untuk mengasihi dan memberikan seluruh harta yang Saul punya kepada keturunannya. Dengan demikian keturunan Saul tidak akan takut untuk menunjukkan dirinya dari persembunyiannya. Karena dia dipanggil bukan untuk dibinasakan melainkan untuk mendapatkan kasih dari seorang raja.

Dari ziba pelayan Saul Daud mendapatkan informasi maka masih ada Mefiboset anak Jonathan. Kita dapat melihat reaksi Mefiboset saat bertemu dengan Daud dia sujud menyembah layaknya seperti seekor anjing yang mati dia mengatakan bahwa dia tidak memiliki arti apa-apa lagi. Mefiboset sangat tahu sejarah bagaimana kakeknya memperlakukan Daud semasa dia hidup. Kondisi tubuhnya yang tidak sempurna, meyakinkan dirinya tidak layak mendapatkan kasih seorang raja namun dia mendapatkan kasih seorang raja apalagi ia bisa duduk semeja dengan raja layaknya anak raja. Raja Daud menunjukkan kasihnya kepada mefiboset beserta keturunannya kasih dari Allah yang ada di hati Daud memberikan kehidupan dan keselamatan bagi Mefiboset. Duduk semeja layaknya anak seorang raja menyatakan hubungan Daud dan mefiboset tidak memiliki batasan lagi.

 Bacaan 1 Johanes 7-10 menjelaskan kepada kita maka orang yang dikuasai kasih Kristus terangnya sungguh baik dan sejati sehingga kasih nya hidup sama seperti Kristus telah hidup di dalam dirinya titik ini bukan perintah baru melainkan perintah lama kasihilah temanmu manusia seperti engkau mengasihi dirimu sendiri. Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan dirinya bagi kita orang yang berdosa. Dengan demikian gereja yang hidup dalam terang ia harus mengasihi saudaranya walau terkadang saudaranya melukai hatinya. Gereja harus mampu menerangi jemaatnya dengan kasih yang datangnya dari Kristus. Gereja tidak boleh menjadi batu sandungan bagi jemaatnya gereja harus membawa kabar sukacita terhadap jemaatnya dan menerangi pemikiran-pemikiran jemaatnya dengan kasih Kristus.

 Aplikasi

Visi gereja GBKP menjadi kawan sekerja Allah di dunia ini menuntut gereja lebih peduli terhadap kinerja menyuarakan suara kenabian di mana ia ditempatkan. Sebagai gereja, GBKP yang tidak terlepas dari ikatan budaya, marga silima rakut sitelu tutur siwaluh, per kade Kaden 12+1

Bagaimana GBKP menjadi kawan sekerja Allah dapat memberitakan Injil lewat marga silima menjadikan orang lain adalah saudara kita sendiri. Di tanah rantau kita jauh dari keluarga saat kita bertemu dengan orang Karo kita memperkenalkan diri kita marga dan beru bebere dan kempu apa kita. Istilah kita orang Karo bertutur. Dari ertutur kita tahu hubungan kekeluargaan kita dirakut si telu itu. Di tanah perantauan di saat kita menjalankan kasih persaudaraan kepada orang lain, sehingga orang lain menjadi keluarga terdekat kita. Tuhan Yesus memberkati kita semua

Pdt. Elia br Keliat

SUPLEMEN PEKAN PENATALAYANAN GBKP TAHUN 2024-WARI V, MATIUS 5:13-16

Invocatio  :

“Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan meimpin kepada iman, seperti ada tertulis: “Orang benar akan hidup oleh iman.” (Roma 1: 17)

Bacaan  :

Yesaya 61: 1-4

Tema   :

“JADI TERANG DALAM BUDAYA POLITIK/PEMILU”

 

Pengantar

Menyambut Tahun Politik ini, Gereja memang harus menjaga netralitasnya dalam berpolitik praktis, tapi gereja tetap bertanggung jawab mendukung jalannya PEMILU. Bagian yang tetap harus dilakukan adalah mengedukasi jemaat tentang politik, juga mendukung dalam doa jalannya Pilpres, Pileg, Pilgub, dan Pilkada (Walikota, Bupati) di tahun ini.

Arti kata politik dalam KBBI: (1) (pengetahuan) mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan (seperti tentang sistem pemerintahan, dasar pemerintahan): (2) segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain: (3) cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah); kebijaksanaan.

Penjelasan Teks

Matius 5: 13-16

Kamu adalah garam dunia. Dalam kehidupan sehari-hari kita, garam adalah kebutuhan yang esensial. Makanan tanpa garam akan terasa hambar. Garam juga digunakan sebagai pengawet agar makanan tidak cepat busuk. Garam dipakai untuk mencuci makanan untuk menghilangkan gatal. Tetapi kita perlu melihat dari konteks di masa penulisan Injil Matius. Pembaca atau penerima Injil Matius adalah orang Yahudi, yang tahu pentingnya garam dalam ibadah mereka. Dalam menyiapkan korban sajian orang Yahudi adalah bagian penting, karena semua korban itu harus ditaburi garam agar berkenan pada Tuhan. Jadi ‘kamu adalah garam dunia’ jika dibaca dari sudut pandang penerima injil Matius, dunia ini seperti persembahan yang dipersiapkan bagi Tuhan, dan orang percaya adalah garam yang membuatnya menjadi layak di hadapan Tuhan. Dari sudut pandang ini, keberadaan orang percaya harusnya menggarami dunia dan membuatnya berkenan di hadapan Tuhan. Maka jangan sampai kehilangan asinnya, atau garam itu janganlah menjadi tawar. Maksudnya, orang percaya yang sudah menerima kebenaran Firman Tuhan dan tahu bagaimana hidup sesuai dengan hikmat Tuhan janganlah kehilangan semua itu. Jika orang percaya tidak menunjukkan teladan hidup benar, tidak ada gunanya bagi dunia. Pengikut Kristus yang kehilangan kualitas-kualitas yang esensial sebagai pengikut Kristus, bahkan ketika gereja tidak bisa memperlihatkan keteladanan bagi dunia, sama seperti garam yang menjadi tawar. Gereja jangan sampai kehilangan karakter yang sebenar-benarnya gereja.

Kamu adalah terang dunia. Pengajaran tentang terang mau mengatakan pada orang percaya, hadirkan terang Allah dalam dunia. Terang ada dalam diri pengikut Yesus. Dan terang itu selalu meniadakan kegelapan. Terang tidak boleh disembunyikan, karena lama kelamaan akan padam. Terang itu bukan untuk diletakkan di tempat yang terbatas dan tersembunyi melainkan tempat lebih luas untuk memberi cahaya pada tempat itu. Terang harus bercahaya di kegelapan untuk meniadakannya. Jangan membatasi terang itu. Bukan untuk dunia sempit melainkan dunia luas. Ini berlaku juga untuk terang dalam arti terang Firman Tuhan. Kebenaran itu harus bisa disampaikan kepada orang lain juga. Terang itu bukan hanya dilihat, tapi juga bisa terasa. Terang tidak bercahaya bagi dirinya sendiri, dia bukan memperlihatkan keberadaan dirinya, tetapi menjadi cahaya bagi yang lain. Demikian halnya kebenaran Firman Tuhan yang sudah diterima tidak bisa disimpan sendiri, tetapi harus juga diwartakan. Orang benar akan hidup oleh iman (Invocatio). Iman dinyatakan dalam perkataan dan perbuatan. Kita membuat orang lain melihat kebaikan Tuhan dan melalui itu, Bapa di sorga yang dimuliakan.

Baik garam dunia dan terang dunia, bukan sebuah perintah untuk ‘menjadi’, melainkan sebuah penyadaran akan identitas. ‘Kamu adalah’, berarti sudah menjadi hakekatnya pengikut Kristus, orang Kristen, adalah garam dan terang bagi dunia ini. Yang melayakkan dan membawa dunia ini menjadi benar di hadapan Allah.

 Yesaya 61: 1-4

Yesaya 61 ini diawali pernyataan Roh Tuhan ada padanya. Inilah tanda sahnya kenabian seseorang. Suara Yesaya bukan hanya suaranya sendiri melainkan sebagai penyampai pesan Allah bagi umat-Nya. Ia menyatakan tugasnya sebagai seorang nabi: memberitakan kabar baik bagi orang sengsara, merawat orang yang remuk hati, memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, memberitakan tahun rahmat Tuhan atau tahun di mana Tuhan akan menerima kembali umat-Nya. Setelah tahun Rahmat Tuhan itu akan ada penghiburan bagi semua yang berkabung, dan mengaruniakan sukacita sebagai pengganti dukacita. Umat Allah akan dikembalikan statusnya menjadi umat Allah, lalu mereka akan membangun kembali kota yang sudah runtuh. Ini memberi pengharapan bagi orang-orang pasca pembuangan. Tetapi juga memberi pesan: Orang yang sudah diselamatkan Tuhan, memiliki tanggung jawab untuk membangun kota dimana dia tinggal. Orang yang sudah menerima Rahmat Tuhan harus mengerjakan hal yang berguna bagi orang lain diluar dirinya sendiri. Tidak bisa hanya menyibukkan diri untuk kepentingannya saja. Sama halnya orang percaya di masa kini, tidak bisa sibuk hanya di gereja tapi mengabaikan lingkungan dan dunia dimana dia hidup. Harus terlibat aktif, menjadi pelaku aktif (Sasaran Pelayanan 2023) tetapi juga Berkarya dan Berguna Untuk Orang Lain (Sasaran Pelayanan 2024).

Pointer Aplikasi

  1. Tidak ada orang yang senang hidup dalam gelap. Tidak ada orang yang suka makanan hambar. Di belahan dunia mana pun, garam dan terang akan tetap relevan, menjadi kebutuhan yang esensial. Perkataan Tuhan Yesus mengingatkan kita orang percaya untuk tetap relevan. Kapan saja dan di mana saja, kita tetap dibutuhkan. Kapan saja dan di mana saja, kita berguna. Berguna untuk memberi arti dalam hidup orang lain, berguna dalam menjadi penutun orang lain lebih mengenal Tuhan.
  2. Terang yang disimpan dan garam yang menjadi tawar, menjadi sebuah teguran bagi orang yang sudah tahu siapa dirinya dan apa yang Tuhan kehendaki untuk dia kerjakan, namun ia tidak menjadi berguna. Jangan jadi terang yang disimpan di bawah gantang. Hadirlah membawa terang bagi mereka yang membutuhkannya. (bdk. Yes 61: 1-4)
  3. Jangan batasi diri, tapi buka diri untuk bisa jadi alat yang dipakai Tuhan melalui karya-karya yang sesuai dengan Firman Tuhan. Temukan di mana engkau berarti dan dibutuhkan. Apabila ada diantara kita yang terjun dalam dunia politik, ikut mencalonkan diri sebagai wakil rakyat, harus dengan mengimani dirinya adalah alat Tuhan, dan berkaryalah sesuai Firman Tuhan. Jangan lakukan hal yang bertentangan dengan Firman Tuhan. Demikian juga sebagai orang-orang yang akan menggunakan hak pilih, kita diingatkan bahwa kita menjadi penentu siapa yang akan memimpin bangsa ini. Sebagai pemilih maupun yang dipilih, kita tetaplah garam dan terang itu. Jaga identitas diri kita, jadilah orang yang bertanggung jawab atas hak pilih. Jadilah orang yang bertanggung jawab atas janji saat akan dipilih. Agar melalui hidup kita, nama Tuhan dimuliakan.
  4. Garam dan terang, sedikit tapi memberi arti. Dalam sepanci sup, tidak diperlukan sepanci garam, secukupnya saja. Dalam satu ruangan, tidak diperlukan banyak penerangan. Sedikit, tetapi sudah memberi rasa dan menerangi. Sedikit, tapi membawa perubahan. Demikian keberadaan orang Kristen di Indonesia, kita memang minoritas. Belajar dari garam dan terang, keberadaan orang Kristen yang minoritas di negeri kita bisa lebih berdampak di tengah masyarakat. Tidak menjadi masalah kita minoritas, biar sedikit tetap menjadi teladan yang baik dalam bermasyarakat. Khususnya dalam menyambut PEMILU, ada banyak orang Kristen yang akan terlibat di dalamnya. Baik sebagai calon yang akan dipilih, tim sukses, bagian dari partai, petugas KPU, sampai petugas di lapangan yang mengaturkan jalannya pemilihan sampai mengawal penghitungan suara. Kita harus tetap jadi orang yang jujur dan bisa diandalkan, serta berani mengawasi dan melapor jika ada kecurangan.

Pdt Yohana br Ginting-GBKP Rg. Cibubur

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD