PEKAN DOA GBKP TAHUN 2023 WARI V, 2 Korintus 1:8-11

Invocatio :

Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. (Kolose 3:23)

Tema Umum:

“Ertoto Guna Rarasen Dibata”

 

A.1.1. Penjelasan Invocatio

- Paulus menasihati orang Kristen (sebagai hamba) untuk menganggap semua pekerjaan sebagai suatu pelayanan kepada Tuhan.

- Orang Kristen harus mengetahui bahwa semua pekerjaan yang "untuk Tuhan" kelak akan mendapat upahnya.

-  Orang Kristen harus "terus bekerja bukan hanya ketika diawasi atasannya dan memiliki motivasi ingin dipuji, tetapi hendaklah mereka bekerja dengan sikap pengabdian yang tulus.

- Seluruh pekerjaan, bagi orang Kristen, adalah terutama untuk Tuhan, yang menghakimi dengan segenap kejujuran dan keadilan.

A.1.2. IST (Ide Sentral Teks) Invocatio : Orang Kristen harus bekerja dengan baik dan benar, seakan-akan Kristus adalah majikannya.

A.2. Khotbah : 2 Korintus 1:8-11

1:8 Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia Kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami.

1:9 Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati.

1:10 Dari kematian yang begitu ngeri Ia telah dan akan menyelamatkan kami: kepada-Nya kami menaruh pengharapan  kami, bahwa Ia akan menyelamatkan kami lagi,

1:11 karena kamu juga turut membantu mendoakan kami, supaya banyak orang mengucap syukur atas karunia yang kami peroleh berkat banyaknya doa mereka untuk kami.

A.2.1 Strukturisasi dan Penjelasan Teks Khotbah

            Ayat 8 dan 9, Dalam suratnya yang kedua kepada jemaat di Korintus,

Paulus mengingat suatu masa tatkala ia dan rekan-rekannya berada di bawah tekanan yang berat, jauh melampaui kemampuan mereka untuk bertahan. Mereka bahkan berpikir seolah mereka akan mati (Ayat 8). Namun Paulus berkata bahwa selama masa yang penuh kesulitan tersebut, mereka belajar untuk menaruh kepercayaan bukan kepada diri sendiri, "tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati" (Ayat 9)

Ayat 10, Seorang percaya yang setia, yang hidup dalam persekutuan yang taat dengan Kristus dan dikasihi oleh-Nya, bisa saja mengalami pengalaman yang melibatkan bahaya, ketakutan serta keputusasaan, dan dapat menghadapi keadaan yang melebihi kekuatan dan daya tahan umat manusia.

1) Ketika kesukaran yang berat menimpa kehidupan kita, kita tidak perlu merasa bahwa Allah telah meninggalkan kita atau bahwa Dia telah berhenti mengasihi kita. Sebaliknya, kita harus ingat bahwa hal-hal demikian telah terjadi kepada para hamba Allah yang setia.

2) Allah mengizinkan pencobaan yang hebat, supaya Kristus menjadi dekat dan, sementara kita memandang-Nya dengan iman, Dia akan memberikan kasih karunia-Nya yang akan menuntun kita kepada kemenangan.

Ayat 11 Paulus menyadari bahwa salah satu sumber kekuatan dan semangatnya dalam melayani ialah karena dukungan doa yang dia rasakan dari jemaat yang dilayaninya. Doa kita bagi orang lain akan membebaskan kuasa dan kegiatan Allah dalam kehidupan orang itu.

A.2.2. IST Khotbah :

Penderitaan akan selalu dihadapi manusia dalam hidupnya, karena itu kita harus terdorong untuk berdoa syafaat bagi mereka yang membutuhkan pertolongan.

  1. MENGINSPIRASI KHOTBAH
  • - IST Invocatio : Orang Kristen harus bekerja dengan baik dan benar, seakan-akan Kristus adalah majikannya.
  • - IST Khotbah: Penderitaan akan selalu dihadapi manusia dalam hidupnya, karena itu kita harus terdorong untuk berdoa syafaat bagi mereka yang membutuhkan pertolongan.
  • - Tema: Nampati Alu Pertoton (Membantu Dalam Doa)

 B.1 KHOTBAH LENGKAP

B.1.1. Pendahuluan

Saudara-saudara yang terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus,

Dalam hidup yang kita jalani, seringkali kita memandang "kesempatan" sebagai peluang untuk mengambil langkah penting ke depan dalam hidup ini. Kita juga menyukai ide tentang pintu terbuka atau saat-saat menguntungkan dalam mengejar peluang seumur hidup. Tetapi pernahkah kita memandang kesempatan dari sudut pandang Allah?

Pendeta Browning Ware menulis: "Keadaan terburuk kita mungkin merupakan kesempatan yang terbaik bagi Allah untuk memberi arti baru dalam kehidupan kita." J.B. Phillips mengatakan hal yang serupa: "Keterbatasan manusia adalah kesempatan bagi Allah."

Pertanyaan bagi kita sekarang ialah, bila Anda meneliti hidup Anda, apakah Anda melihat adanya kesempatan bagi Allah untuk mengajar Anda? Mungkin di tengah kesusahan atau kehilangan yang besar; atau mungkin saat Anda sudah mencapai batas kemampuan Anda dan tiada pengharapan lagi. Keadaan terburuk Anda mungkin merupakan kesempatan terbaik bagi Allah. Percayalah kepada-Nya. Dia akan memberi arti baru dalam hidup Anda

(Ilustrasi: Kentang, Telur dan kopi, masing-masing direbus dalam panci yang berbeda hingga airnya mendidih. Air mendidih adalah gambaran permasalahan yang menimpa hidup kita. Kentang, telur dan kopi, gambaran respon kita menanggapi masalah tersebut. Kentang awalnya keras jadi lunak; telur awalnya lunak jadi keras; dan kopi agak unik: dia mengubah air itu dan membuat sesuatu yang baru. Kita mau seperti yang mana ketika menghadapi satu permasalahan?)

 B.1.2 Pokok-pokok Khotbah

  1. Seperti Paulus sebagai hamba Kristus di uji, kita pun mungkin merasa hancur ketika berada di bawah beban keadaan. Jalan tampaknya terlalu curam untuk didaki. Kita bertanya-tanya apakah ada matahari terbit di ujung kegelapan. Sekalipun kita tak memilih keadaan yang menimpa kita, kita dapat memilih apakah kita akan memercayai Allah atau tidak. Melalui persekutuan dengan Yesus dan kekuatan Roh Kudus,kita dapat menyelesaikan misi kita bagi Allah.

Ilustrasi:  Dalam novel fiksi The Lord of the Rings karangan J.R.R.

Tolkien, seorang hobbit yang sederhana dan baik hati, bernama Frodo Baggins, dipercaya untuk melakukan sebuah misi berbahaya. Bersama sebuah kelompok yang disebut Persekutuan Cincin, ia harus mengalahkan kekuatan jahat dengan mengembalikan sebuah cincin emas wasiat ke api Gunung Kebinasaan tempat cincin itu ditempa.

Di sepanjang jalan, kejahatan membayangi Frodo. Ia kalah perang. Teman-temannya tewas. Saat merenungkan tragedi-tragedi itu, Frodo berkata kepada Gandalf, temannya yang bijaksana, "Andai saja cincin itu tidak pernah datang kepadaku. Aku berharap semua ini tidak pernah terjadi." Gandalf menjawab, "Begitu pula harapan semua orang yang hidup pada masa ini. Namun, keputusan itu tidak terletak di tangan mereka. Yang harus kau putuskan adalah bagaimana menggunakan waktu yang telah diberikan kepadamu."

  1. Sebagaimana dalam teks Invocatio, Tuhan memberikan waktu kehidupan bagi kita, lalu bagaimana kita menggunakan waktu yang telah diberikan Tuhan bagi kita? Selama kita hidup kita harus terus berkarya/bekerja (berbuat sesuatu), akan tetapi bukan sekedar berkarya.  Paulus menasihati kita orang Kristen untuk menganggap semua pekerjaan sebagai suatu pelayanan kepada Tuhan. Semua pekerjaan (akuntan, petani, perawat, pengurus rumah, atau lainnya) yang diperbuat "untuk Tuhan" kelak akan mendapat upahnya. Orang Kristen harus "terus bekerja bukan hanya ketika diawasi atasannya dan memiliki motivasi ingin dipuji, melainkan bekerja dengan sikap pengabdian yang tulus. Semua pekerjaan kita memiliki arti bila dilakukan sebagai pelayanan kepada Tuhan. Pekerjaan apapun akan menjadi lebih berarti jika kita secara sadar melakukannya untuk Tuhan

Ilustrasi: Seorang karyawati perusahaan penerbangan yang harus bekerja keras karena sebuah penerbangan tertunda cukup lama, berusaha untuk tetap bersabar saat para penumpang mulai marah. Ketika seseorang menanyakan namanya agar ia dapat menuliskan surat penghargaan, wanita itu menolak, "Oh, saya tidak bekerja untuk perusahaan ini. Saya bekerja untuk Yesus Kristus."

  1. Penderitaan akan selalu kita hadapi dalam hidup yang kita jalani. Dalam menghadapi penderitaan tentu kita membutuhkan pertolongan dari Tuhan agar kita mampu menghadapi penderitaan tersebut. Selain pertolongan dari Tuhan, kita juga membutuhkan bantuan dari sesama orang percaya untuk mendoakan kita. Karena itu, sebagai warga jemaat kita harus terdorong untuk berdoa syafaat bagi mereka yang membutuhkan pertolongan. Sebagaimana firman Tuhan dalam Yakobus 5:16, mengatakan: “Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya”.

Jangan pernah berhenti berdoa karena doa dapat mengubah segala sesuatu. Keajaiban terjadi setiap hari dan perubahan terjadi setiap saat, karena itu jangan lelah untuk berdoa. Doa yang sungguh-sungguh dinaikkan mampu membalikkan keadaan, kuasa Tuhan akan turun untuk mengubah segala sesuatu.

“Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu”. (Yeremia 29:12)

"Dan apa saja yang kamu minta dalam doa  dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya." (Matius 21:22).

Mari jadikan doa sebagai aktivitas utama, bukan sampingan, dan bukan juga langkah terakhir. Ketika ada pergumulan berat, maka hal yang paling penting untuk kita lakukan adalah berdoa, memohon kuasa Tuhan. Ingat, pada malam ketika Tuhan Yesus akan disalib, apa yang Dia  lakukan? Berdoa! Dengan berdoa, Dia dikuatkan untuk tetap maju menjalankan misi Bapa. Peristiwa yang besar pun terjadi, yaitu kuasa maut dikalahkan dan keselamatan digenapi. Demikian pula ketika kita berdoa, maka kita pun akan dikuatkan dan hal-hal besar terjadi.

  1. Sehubungan dengan sasaran pelayanan GBKP 2023, jemaat menjadi pelaku aktif pelayanan. Ada berbagai profesi dan keahlian yang dimiliki oleh warga jemaat. Dalam hal ini tentu dalam melakukan setiap pekerjaan, kita selalu berusaha untuk menghasilkan kualitas yang terbaik. Ternyata kualitas sebuah pekerjaan tidak ditentukan oleh "nilai rohani" yang terkandung dalam pekerjaan itu—misalnya pendeta atau orang yang bekerja di lembaga keagamaan, tetapi oleh motivasi yang mendasarinya. Seorang petani yang bekerja dengan motivasi "bekerja buat Tuhan", akan lebih bernilai karyanya, daripada pendeta yang berkhotbah sekadar untuk mendapatkan honorarium atau pujian.

Pekerjaan apa pun—selain tentunya baik dan benar—yang penting sungguh-sungguh dilakukan untuk Tuhan.

Ada sebuah sajak yang dikutip oleh Pdt. Eka Darmaputera dalam salah satu bukunya, Tuhan dari Poci dan Panci. (Poci: tempat air minum bercerat dibuat dari tembikar untuk menyeduh kopi, teh, dan sebagainya. Panci: peranti masak, terbuat dari logam (alumunium, baja, dan sebagainya), bertelinga pada kedua sisinya, berbentuk silinder atau mengecil pada bagian bawahnya, biasanya digunakan untuk memasak air, sayur berkuah, dan sebagainya).

Konon sajak itu ditulis oleh seorang pekerja rumah tangga berumur 19 tahun.

“Tuhan dari setiap poci dan panci, aku tak punya cukup waktu, bukan pula seorang ahli, untuk menjadi anak-Mu dengan mengerjakan yang suci-suci. Tapi jadikanlah aku anak-Mu melalui makanan yang kusaji. Jadikanlah aku anak-Mu melalui piring-piring yang kucuci. Hangatilah dapur ini dengan kasih-Mu. Terangi dapur ini dengan sinar-Mu. Sama seperti ketika Engkau menyajikan makanan di tepi danau, atau ketika perjamuan malam. Dan terimalah pekerjaanku yang sehari-hari ini, yang kukerjakan bagi Engkau sendiri”.

Semua orang dalam setiap profesinya sangat berarti, jika dikerjakan sebagai bagian dari persembahan kepada Tuhan. Karena itu, mengambil pelayanan di gereja menjadi panggilan setiap warga jemaat sesuai dengan profesi dan keahliannya untuk memajukan gereja dimana ia hadir.

B.2 PENUTUP

  1. Sebagaimana Paulus mengalami banyak penderitaan selama mengabarkan Injil, demikian juga kita pada masa sekarang tidak lepas dari berbagai masalah dan penderitaan. Tetapi satu hal yang pasti, Tuhan adalah tempat kita bersandar untuk mendapatkan kelegaan dan ketenangan.
  1. Sebagaimana Paulus membutuhkan dukungan doa dari warga jemaat yang dia dirikan, untuk menopang tugas pelayanannya, demikian juga kita dalam konteks sekarang, kita juga membutuhkan dukungan doa dari keluarga dan jemaat supaya kita tetap semangat menjalankan visi dan misi kita sebagai pribadi dan gereja untuk menjadi berkat bagi sesama.
  1. Berdoa sama dengan bernafas. Tidak berdoa berarti tidak bernafas. Jadikan doa sebagai gaya hidup kita sebagai orang percaya.
  1. Sebagai umat Kristen, marilah kita menganggap semua pekerjaan sebagai suatu pelayanan kepada Tuhan. Semua pekerjaan (hamba Tuhan, karyawan, akuntan, petani, perawat, pengurus rumah, atau lainnya) yang diperbuat "untuk Tuhan" kelak akan mendapat upahnya.
  1. Sehubungan dengan sasaran pelayanan GBKP 2023, jemaat menjadi pelaku aktif pelayanan. Saat inilah momentum yang terbaik bagi kita setiap anak Tuhan yakni warga jemaat GBKP untuk memberikan diri kita dipakai oleh Tuhan melayani DIA ditengah-tengah gerejaNya sesuai dengan profesi dan keahliannya masing-masing. Mari kita dukung para hamba Tuhan supaya bersatu hati, tetap semangat melayani sesuai dengan kapasitas mereka masing-masing.

            Pdt Philipus Tarigan-GBKP, Rg Cililitan

PEKAN DOA GBKP TAHUN 2023 WARI IV, KELUAREN 2:1-10

Invocatio :

Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai!. (Roma 12:16).

Renungen :

Keluaren 2:1-10

Tema : 

Bersatu Untuk Menggenapi Kehendak Allah/“Ersada Lako Nehi Sura-Sura Dibata”

Pendahuluan.

Cara Allah bekerja dan bertindak dalam memelihara ciptaanNya sungguh sangat tidak terduga, namun akhirnya sungguh luar biasa. Allah juga banyak melibatkan orang-orang dari berbagai kalangan untuk turut serta dalam tindakanNya yang ajaib tersebut, ini membuktikan bahwa Allah adalah pemilik dan pengendali segala sesuatu di muka bumi ini, tidak ada yang tidak mungkin bagi Dia. Dalam pekan doa GBKP tahun 2023, hari ke 4 ini kita juga diajak dan diajar untuk meneladani 3 tokoh wanita yang bertindak dengan keberadaan dan keterbatasan mereka dalam rangka mewujudkan rancangan besar untuk pembebasan umat Israel dari penjajahan Mesir.

Pendalaman Nats.

Bangsa Israel yang berada di Mesir mengalami penderitaan bukan hanya fisik, mental dan Iman mereka, hal ini dikarenakan adanya ketakutan Bangsa Mesir akan pertumbuhan dan perkembangan Bangsa Israel yang semakin hari semakin bertambah banyak, memaksa Firaun untuk mengeluarkan titah agar setiap anak laki-laki yang lahir dari keluarga Bangsa Israel, harus dibunuh. Ini adalah situasi yang sangat mencekam dan menakutkan bagi setiap keluarga orang Israel termasuk satu keluarga Lewi yang melahirkan seorang bayi laki-laki yang cantik. Mereka tidak rela untuk melepaskannya mati ditangan bangsa Mesir dan berusaha untuk menyembunyikannya, tetapi mereka tidak bisa menyembunyikannya lebih lama lagi. Disinilah mereka, para wanita-wanita yang luar biasa yaitu: Yokhebed ibu Musa, Miryam kakak kandung Musa dan yang ketiga Ibu angkat Musa yaitu Putri Firaun, melakukan peran mereka masing-masing dalam menggenapi kehendak Allah dengan cara:

  • Pertama Yokhebed dengan kecerdikannya menyembunyikan bayi Musa selama tiga bulan dirumah mereka, namun mereka tidak dapat menyembunyikannya lebih lama lagi, tentu saja selama tiga bulan itu keluarga mereka berfikir keras untuk mencari cara dalam upaya penyelamatan bayi Musa, kemudian mereka membuat sebuah peti pandan dan meletakkan bayi Musa didalamnya dan menaruhnya di tepi Sungai Nil.
  • Kedua, kakak perempuan Musa. Anak remaja ini dengan berani dan setia menjaga sang adik yang disembunyikan di tepi sungai Nil itu. Tuhan memakai Miryam (Kel. 15:20) untuk menjadi penghubung bagi ibu Musa untuk menjadi inang pengasuh putranya sendiri, yang nantinya diangkat anak oleh putri Firaun.
  • Ketiga, ibu angkat Musa, yaitu sang putri Firaun. Dalam kedaulatan Tuhan, putri Firaun jadi jatuh hati dan mengangkat Musa sebagai anak. Sedikitpun tidak ada kebencian dari sang putri terhadap bayi yang ditemukannya itu, sebenarnya dia juga sudah mengetahui bahwa itu adalah bayi orang Ibrani, namun dengan sukarela ia ingin merawat dan membesarkannya di dalam istana Raja Mesir. Dalam hikmat Tuhan, Musa mendapatkan perlindungan-Nya justru di rumah sang musuh, yaitu Firaun.

Dari rangkaian peristiwa di atas kita sungguh yakin bahwa semua itu dapat terjadi didalam kuasa dan pemeliharaan Tuhan, Tuhan memakai 3 wanita itu untuk menyelamatkan bayi Musa, namun bukan hanya sesedarhana itu, Allah sebenarnya sedang mempersiapkan nrencana besar untuk keselamatan bangsa pilihanNya.

Renungan

  1. Allah selalu bekerja untuk mendangkan kebaikan bagi UmatNya. Alkitab dengan jelas menyaksikan bahwa Allah kita adalah Allah yang selalu bekerja dan berkarya dalam dunia ciptaanNya, Allah juga tidak pernah melupakan setiap janji yang telah dinyatakanNya, cepat atau lambat Allah akan menggenapi setiap FirmanNya. Penggenapan akan janji Allah itu sesuai dengan saat yang ditetapkan Allah sendiri. Sebaliknya manusialah yang selalu menempatkan Allah dalam kerangka pikiran manusia, sehingga cenderung tidak sabar dan meragukan eksistensi Allah dalam kehidupan mereka, bahkan ingin memaksakan kehendak manusia diatas kehendak Allah, yang akhitnya membuat kekecewaan dalam hati mereka.  
  2. Allah dapat memakai siapa saja untuk menyatakan kehendakNya. Dalam karyaNya Allah tidak bekerja sendiri, Ia dapat melibatkan siapa saja untuk mewujudkan kehendakNya, bahkan orang-orang yang belum mengenal Allah. Tentu saja Allah dapat melalukan apa saja dengan sangat mudah, karena Dia adalah yang Maha Kuasa, namun Allah memiliki maksud dan tujuan dalam setiap keterlibatan orang/bangsa yang dipakaiNya itu, inilah yang kita pahami sebagai sebuah proses atau tahapan yang dapat dijadikan sebagai pelajaran bahwa dari yang ‘jahat’ sekalipun Allah dapat mendatangkan kebaikan, serta kita jangan cepat mengambil sebuah kesimpulan bahkan melakukan penghakiman atas apa yang kita lihat dan rasakan saat ini. Tentu saja kita juga harus merasakan bahwa saat ini Allah sudah memilih dan memakai kita menjadi alatNya untuk menyatakan kehendaknya.
  3. Kerjasama yang baik mendatangkan hasil dan kebaikan. Kemampuan untuk bekerjasama dalam pekerjaan bukanlah hal yang mudah, karena sering-sekali menimbulkan koflik akibat perspektif yang berbeda satu dengan yang lain, kerjasama yang baik adalah ‘memberi’ diri untuk saling mengisi atas kelemahan-kelemahan kita, bukan menunjukkan ego bahkan mempertahankan ego kita. Banyak sekali pekerjaan yang sebenarnya sangat sederhana dan mudah dikerjakan, namun menjadi sulit dan rumit bahkan menjadi kacau dan gagal akibat tidak adanya kerjasama yang baik. Allah telah memberikan talenta yang berbeda-beda bagi setiap manusia, tentusaja bukan menjadi sarana penyombongan diri, atau menjadi sebuah sarana untuk pengklasifikasian, tetapi talenta adalah tanggungjawab untuk melakukan tujuan Allah yang mulia, yaitu mendatangkan kebaikan dan keselamatan bagi dunia. Didalam pekan Doa GBKP tahun 2023 ini, kita harus saling mendoakan agar terbentuk sebuah kerjasama yang baik diantara kita untuk melakukan panggilan Tuhan untuk menyatakan rahmad Allah bagi dunia ini, dengan saling mendoakan akan terbentuk motivasi diri yang kuat untuk saling mendukung dalam pekerjaan Allah.

Sama seperti Tuhan memakai tiga wanita tersebut untuk memelihara Musa, yang kelak akan menyelamatkan umat Israel, demikian Tuhan memakai kita yang berasal dari berbagai latar belakan dan perbedaan baik Anda pria atau wanita, dari suku dan budaya bahkan bahasa apapun, berpendidikan tinggi atau rendah, status sosial tinggi atau rendah, Tuhan mau memakai Anda menjadi alat anugerah-Nya untuk menggenapi rencana-Nya. Maukah dan siapkah Anda untuk Tuhan pakai?.

Pdt. Togu Munthe-Ketua BPMK GBKP Jakarta Kalimantan

PEKAN DOA GBKP TAHUN 2023 WARI III, 1 PETRUS 2:1-5

Invocatio :

“Itulah semuanya suku Israel, dua belas jumlahnya dan itulah yang dikatakan ayahnya kepada mereka, ketika ia memberikati mereka. Tiap-tiap orang diberkatinya dengan berkat yang diuntukkan kepda mereka masing-masing. (Kejadian 49:28)

Renungen  :

1 Petrus 2:1-5

Tema :

Reh dingen mereken diri majekken rumah pertoton Kesah / Datang dan memberi diri untuk membangun Gereja”

 

“Gereja bukanlah gedungnya, bukan pula menaranya. Bukalah pintunya lihat di dalamnya, gereja adalah orangnya.” Penggalan lirik lagu ini mengingatkan kita tentang pentingnya membangun gereja melalui persekutuan umat. Gereja memang membutuhkan bangunan fisik, tapi yang pertama sekali diperlukan adalah terbangunnya kesatuan hidup orang-orang percaya. Tidak hanya membangun relasi kesatuan dalam Tuhan, melainkan juga sesama orang percaya. Hal ini memang bukan perkara mudah, karena masing-masing pribadi pasti memiliki perbedaan, keunikan dan kebisaan masing-masing. Untuk itulah tiap orang dipanggil agar tetap hidup dalam kehendak Tuhan dan mau memberi diri bagi pembangunan iman bersama. Karena inilah yang menjadi kekuatan untuk suatu persekutuan yang indah dalam gereja. Lalu bagaimana agar panggilan itu hidup dalam hati kita?

Invocatio Kejadian 49:28

Merupakan saat dimana Yakub memanggil semua anak-anaknya untuk berkumpul. Sesuai dengan tradisi Israel, orang tua akan menyampaikan pesan kepada anak-anaknya saat hari kematiannya dianggap sudah mendekat. Orang tua khususnya ayah, akan memberikan nasihat-nasihat terakhir, tidak hanya tentang apa yang menjadi harapan untuk dirinya saat hari kematiannya tiba, melainkan juga memberi petunjuk hidup dan memberkati tiap anak-anaknya.

Apa yang disampaikan Yakub adalah berkat dan nubuat tentang kehidupan anaknya masing-masing. Namun jika kita perhatikan, tidak semua yang Yakub katakan, mengacu pada masa depan tentang apa yang akan terjadi nanti. Melainkan juga berhubungan dengan teguran akan masa lalu dan sikap perbuatan mereka dulu yang tidak terpuji. Khusunya bagi Ruben, Simeon dan Lewi. Mereka tidak mendapat bagian berkat melainkan kutuk. Karena mereka masing-masing melakukan apa yang tidak berkenan dalam menghormati ayahnya juga Tuhan.

Secara keseluruhan, apa yang dilakukan dan disampaikan Yakub kepada anak-anaknya adalah sebagai penyataan tanggung jawabnya untuk mengenal dan mengasihi masing-masing dari mereka. Yakub mendoakan anak-anaknya dalam menjalani masa depan. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa setiap pribadi boleh jadi berbeda satu dengan yang lain (seperti anak-anak Yakub). Tetapi hal yang paling mendasar tentang kehidupan adalah bagaimana membangun relasi dan keterikatan dengan Allah agar hidup menjadi berkat satu dengan yang lain. Apapun keberadaan dan kebisaan yang ada pada setiap diri seseorang, penting sekali memiliki sikap dan kepribadian yang berkenan dihadapan Tuhan dalam hidup. Karena masing-masing dari kita, akan menjadi bagian yang turut membangun persekutuan satu dengan yang lainnya di dalam Tuhan.

Nats renungan 1 Petrus 2:1-5

Seperti halnya jemaat sebagai pembaca surat 1 Petrus. Ditengah berbagai ancaman kehidupan beriman, Masing-masing mereka harus hidup terpencar dan menjadi pendatang di tempat asing. Jauh dari tempat asal mereka. Tidak mudah bagi mereka untuk tetap bertahan dalam iman kepada Yesus, karena banyaknya hal yang menjadi tantangan, secara sosial, budaya, politik dsb.

Surat Petrus inilah yang menjadi surat pastoral bagi mereka, agar tetap dapat memegang teguh iman dalam Tuhan. Petrus menggambarkan mereka adalah bagian dari umat Allah yang telah dipilih dan dikhususkan. Walau berada diberabagai tempat dan situasi, tapi masing-masing mereka tetap layak menerima kasih karunia dalam rancangan Tuhan (bdk Psl 1:2). Tantangen dan penderitaan sekalipun tidak akan dapat menggantikan kehidupan mereka menerima rencana baik Allah. Karena mereka berbeda dengan orang lain yang tidak mengenal Tuhan.

Iman yang mereka miliki harus terus dibangun dan terpelihara. Mereka harus hidup baru dalam Tuhan dengan meninggalkan kebiasaan hidup yang penuh dengan kejahatan, tipu muslihat, kemunafikan, kedengkian dan fitnah. Sebagai tanda bahwa mereka telah mengecap kebaikan Tuhan. Dari pada itulah, lahir suatu panggilan untuk hidup baru dan terus datang dalam persekutuan bersama Tuhan. Karena di dalam DIA yang ditolak dan dibuang manusia, namun dipilih dan dihormat di hadirat Allah. Di dalam inilah masing-masing dari orang percaya juga akan dibangun dalam persekutuan untuk rumah rohani, imamat kudus yang didalamnya terbangun persekutuan sebagai persembahan yang berkenan kepada Allah.

Memang tidaklah mudah membangun kesatuan dalam Tuhan. Bahkan masing-masing anggota dalam keluarga Kristen pun, belum tentu menjamin semua terpanggil hidup taat akan kehendak Tuhan. Apalagi sebagai ‘keluarga besar umat Tuhan’ yang disebut gereja. Diperlukan perjuangan dan pengorbanan untuk mau terus mengenal dan menggali potensi masing-masing, membangun persekutuan.

Setiap masing-masing orang percaya harus melatih diri dan saling mengingatkan dalam keluarga, untuk dapat memakaikan keberadaan hidup (potensi dan telanta) agar dapat dipakaikan dalam pelayanan dan membangun persekutuan. Karena panggilan untuk mau datang dalam persekutuan dan membangun gereja yang sesungguhnya, peran pentingnya dimulai dari diri sendiri, keluarga dan kemudian dalam kebersamaan sebagai gereja. Sehingga marilah terus menggali dan menumbuhkan potensi yang dimiliki untuk datang dan membangun gerejaNya. Ikut ateku sada. Amin.

 Pdt. Deci K. Br Sembiring-Runggun Studio Alam

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD