SUPLEMEN PEKAN KELUARGA GBKP WARI V, KHOTBAH 1 JOHANES 4:16B-21

Invocatio         : 1 Timotius 5: 8

Ogen               : 2 Samuel 19: 31-39

Tema               : JABU SI NEHKEN KEKELENGEN (KELUARGA MENJADI SALURAN KASIH) 


A. Pendahuluan

Kasih merupakan kebutuhan dasar setiap keluarga dalam upaya pembentukan karakter yang sehat. Demikian pula dalam penerapannya, kasih dibarengi dengan disiplin harus diterapkan secara seimbang. Kasih adalah alasan, motif dan tujuan adanya disiplin, dan disiplin merupakan perwujudan kasih itu sendiri. Masalah yang dihadapi orang tua saat ini adalah orang tua terjebak ke dalam dua pilihan dalam menerapkan kasih dan disiplin, yaitu menerapkan kasih dan disiplin secara bersama-sama dan seimbang atau menerapkan salah satunya dan memisahkan yang lainnya. Hal ini terjadi akibat kesalahpahaman orang tua mengenai konsep relasi antara kasih dengan kebebasan serta disiplin dan hukuman. Konsep yang menyatakan bahwa disiplin sama dengan hukuman, membuat disiplin begitu sempit dan dipandang negatif, kejam serta tidak mencerminkan adanya kasih. Konsep inilah yang kemudian menciptakan konsep berikutnya, yaitu disiplin dan kasih adalah dua hal yang saling bertentangan sehingga orang tua terjebak pada penerapan kasih atau disiplin yang ekstrim.

Penulis surat 1 Yohanes memiliki kekhasan dalam tulisannya. Secara keseluruhan, Injil Yohanes dan surat 1 Yohanes memiliki kesamaan dalam penggunaan kata-kata. Artinya, kata-kata yang sering muncul atau digunakan dalam Injil Yohanes dan surat 1 Yohanes memiliki keterkaitan dan kemiripan yang sangat dekat. John Drane menyatakan bahwa ada banyak persamaan yang dekat antara Injil Yohanes dan Surat 1 Yohanes. Keduanya memakai bahasa dengan cara yang sama, mengkontraskan antara terang dan gelap, kehidupan dan kematian, kebenaran dan kesesatan, semuanya ditemukan baik dalam Kitab Injil maupun suratnya[1].

Menurut Sitompul dan Beyer, dalam Perjanjian Baru ada tiga jenis sastra besar (genre), yaitu naratif (narrative), tulisan (epistle) dan wahyu (apocalypse)[2]. Surat 1 Yohanes termasuk dalam kategori tulisan (epistle). Beberapa ahli Perjanjian Baru memperdebatkan bahwa 1 Yohanes tidak dapat dikatakan sebagai suatu surat sebagai mana lazimnya, karena struktur dokumen ini hampir tidak memenuhi unsur-unsur sebuah surat sebagaimana mestinya[3]. Gaya penyusunan 1 Yohanes adalah paraklese indicative. Dalam Perjanjian Baru, surat-surat kiriman (epistolary literature) pada umumnya memakai pola paranese imperative dan atau paraklese indicative[4]. Konteks kehidupan (setting in life/sitz im leben) dari surat ini adalah tradisi apologetis–parakletis. Hal ini dapat dilihat dalam karakter surat ini yang menyatakan kebenaran dengan cara yang bersifat apologia (persuasif). Dalam melawan dan membantah ajaran sesat yang dihadapi, penulis surat ini memilih untuk menyatakan hal-hal positif mengenai kebenaran yang asasi (kegeluhen si payo), jauh dari sikap kasar dan arogan. Nuansa kedewasaan iman dan keyakinan penulis mengenai kebenaran itu dalam surat sangat kuat. Dengan kata lain, penulis memilih mempertahankan keyakinannya akan kebenaran dengan berusaha memahami dan mendalami dasar kebenaran itu dalam konsep-konsep yang fundamental dari pada menyerang kesesatan dengan cara-cara yang frontal dan profan (lanai badia).

B. Isi

Kasih Allah adalah ketika apa yang sudah Ia lakukan dimasa lampau yaitu kasihNya dengan mengorbankan Anak-Nya yang tunggal dengan darah yang saat ini tidak bisa untuk manusia lakukan dan kasih Yesus Kristus adalah kasih yang sangat tertinggi dan tidak ada batasnya, oleh sebab itu manusia harus benar-benar menerapkan kasih Allah dalam kehidupan sehari-hari bukkan saja dengan perkataan tetapi bagaimana melakukan kasih itu dengan suatu tindak yang real terhadap orang-orang yang berada disekitarnya yaitu orangtua, teman-teman, sahabat, keluarga dll. Mengasihi dengan cara menolong atau membantu bisa juga dengan memberikan perhatian atau memberikan kepedulian terhadap mereka itulah bentuk sebuah kasih. 1 Yohanes 4:19 Allah adalah kasih.

“Kurikulum pembelajaran” kasih dapat dilakukan di dalam keluarga, Keluarga merupakan tempat utama dalam tugas mendidik.Sebagai pemberian Tuhan yang tak ternilai harganya keluarga Kristenlah yang memegang peranan penting dalam pendidikan agama Kristen (kasih). Peranan orang tua dalam mengasuh anak-anak sangatlah penting, bukan hanya anak belajar dan mengalami pertumbuhan di dalam keluarga, tetapi seluruh anggota keluarga dapat saling belajar dari yang lain melalui interaksi satu sama lain. Ketika orang tua menjalankan peranan pendidikan iman dalam kasih terhadap anak, ia sendiri juga belajar untuk bertumbuh dalam iman didalam dimensi tindakan. Dalam Perjanjian Baru, nats yang ditampilkan adalah Efesus 6:1-4. Bagian ini berbicara mengenai rumah tangga atau keluarga sebagai tempat pendidikan iman anak kepada Tuhan, serta cara hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Dengan mengingat anak sebagai anugerah pemberian Allah, dapat dipahami bahwa anak harus taat kepada orang tua di dalam Tuhan.

Barzilai adalah orang yang menolong Raja Daud dan yang telah memberi bantuan logistik ketika Daud berada dalam pelarian di Mahanaim (2 Sam. 17:27-29). Ketika Raja Daud hendak menyeberangi sungai Yordan untuk kembali ke Yerusalem, Ketulusan perbuatan baiknya terlihat semakin nyata ketika Raja Daud mengajak Barzilai untuk tinggal di Yerusalem dan berjanji untuk memelihara dia, Barzilai tidak melihat tawaran itu sebagai sebuah kesempatan/aji mumpung artinya kesempatan untuk memanfaatkan situasi yang menguntungkan. Dengan bijak, ia menolak tawaran tersebut dengan alasan bahwa ia sudah terlalu tua dan tidak ingin menjadi beban bagi Raja Daud dengan tinggal di Yerusalem. Sebaliknya, Barzilai justru malah menawarkan Kimham hamba kepercayaannya untuk ikut mendampingi Raja Daud di Yerusalem. Dari bahan bacaan (ogen) mampu kita cemati bahwa, ketulusan hati untuk melakukan kasih harus dengan ketulusan tidak mengharapkan imbalan. Tutus ibas nampati, la ngidoi nari. Dalam keputusan di keluarga tetap menekankan kasih untuk saling menolong tanpa harus saling mengintimidasi dengan kekurangan atau kelemahan bagian dari keluarga tersebut.

C. Kesimpulan

Dalam 1 Yohanes 4:16b-21 Kita mengasihi, karena Allah terlebih dahulu mengasihi kita, yang ditulis oleh 1 Yohanes bukan karena usaha manusia akan tetapi semuanya dari Allah. Bila seseorang atau keluarga mengasihi berarti sudah membuktikan bahwa ia anak Allah. Makna sejati dan sumber asli dari hidup dari kasih hanya dapat ditemui disalib, karena Allah mengasihi manusia Ia rela mengorbankan anakNya yang tunggal supaya manusia memperoleh keselamatan dan kehidupan yang kekal. Oleh sebab itu 1 Yohanes 4 dengan tegas mengatakan bahwa didalam kasih tidak ada ketakutan, sebab ketakutan mengandung hukuman dan barang siapa takut, ia tidak sempurna didalam kasih (ayat 18)[5]. Jadi sebagai manusia harus memiliki kasih karena Allah lebih dahulu mengasihi manusia, mengasihi berarti melakukan sesuatu yang benar-benar nyata bukan hanya dengan perkataan, karena dalam ayat yang ke-20 jikalau seorang hanya mengasihi Allah tetapi tidak mengasihi saudaranya yang kelihatan atau orang-orang disekitarnya apalagi Allah yang tidak kelihatan oleh sebab itu jika seseorang mengasihi Allah yang tidak kelihatan berarti harus juga mengasihi saudaranya yang kelihatan. Manusia yang hidup selalu membutuhkan kehadiran dan bantuan orang lain. Selain itu, manusia hanya dapat mewujudkan eksistensi dirinya ketika berhadap dengan orang lain. Dengan perkataan lain kemanusiaan manusia hanya dapat bertumbuh dan berkembang berhadap dengan kondisi dan situasi orang-orang di sekitarnya[6]. Namun seiring dengan perkembangan zaman, pengaruh kepedulian di era globalisasi ini nilai-nilai kepedulian terus mengalami kemunduran khususnya dikalangan muda atau kalangan pelajar, nilai dalam kepedulian saat ini sudah mulai luntur contohnya acuh tak acuh, sikap ingin menang sendiri, tidak setia-kawan dan lain sebagainya[7].

Dalam hidup kebersamaan sebagai makhluk sosial dalam keluarga harus hidup dalam kasih yaitu dengan memiliki rasa kepedulian terhadap satu sama lain, tetapi pada zaman sekarang ini tingkat kepedulian itu kurang diterapkan dikarenakan keegoisan seseorang atau keluarga masih terikat dalam dirinya sehingga kurangnya kepedulian terhadap sesamanya. Oleh sebab itu kasih sangat memiliki peran yang sangat penting jika dalam kehidupan seseorang atau dalam sebuah kebersamaan tidak memiliki kasih maka kemungkinan sebagai mahasiswa mahasiswi tersebut tidak akan mengalami suatu kedamaian. Oleh sebab itu kasih perlu dibuktikan melalui kehidupan sehari-hari terutama mengenai kepedulian terhadap sesama. Seseorang peduli bukan saja dengan perkataan. Tetapi bukti dari peduli ialah melalui suatu tindakan yang nyata. Seperti kasih Allah yang telah rela mengorbankan anak-Nya yang tunggal untuk menebus semua dosa umat manusia. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini maka Ia pun memberikan anak-Nya yang tunggal yaitu Yesus Kristus untuk turun kedunia menghapuskan segala belenggu dosa yang ada di dunia

Pdt. Anton Keliat/Semarang

 

[1] John Drane, Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis – Teologis (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 519.

[2] A. A. Sitompul dan Ulrich Beyer, Metode Penafsiran Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 227.

[3] Struktur surat lihat Hasan Sutanto, Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab (Malang: Literatur SAAT, 2011), 416-418.

[4] John Hayes dan Carl R. Holladay, Pedoman Penafsiran Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 56.

[5] Matthew Henry, Tafsiran Matthew Henry Surat Ibrani, Yakobus, 1&2 Petrus, 1-3 Yohanes, Yudas, Kitab Wahyu, ed. by Johny Tjia; Barry van der Schoot (Surabaya: Momentum, 2016).

[6] A. Tabi’in, ‘Menumbuhkan Sikap Peduli Pada Anak Melaui Interaksi Kegiatan Sosial’, 1 (2017)

[7] Nurhaidah, ‘Dampak Pengaruh Globalisasi Bagi Kehidupan Bangsa Indonesia’, 3 (2015).

SUPLEMEN PEKAN KELUARGA GBKP WARI IV, KHOTBAH I TESALONIKA 2:7-12

Invocatio : O anak-anak si kitik denga, kusuratken enda man bandu, sebab itandaindu bapa. Kusuratken enda man bandu orang tua, sebab itandaindu Ia si enggo lit ope denga tembe doni enda. Kusuratken man bandu si nguda denga, sebab kam megegeh; kata Dibata ngeluh ibas kam janah enggo italukenndu si jahat. ( I Johanes 2:14 )

Ogen        : I Samuel 2 :18-22

Tema       : Orat Geluh Bapa Nande Kempak Anak


 

  1. Invicatio : I Yohanes pasal 2 ngerana kerna orat ngeluh kalak sit ek sierdalan ibas terang. Baik anak-anak, orang tua, kalak si nguda kerina menundukka diri kempak Dibata. uga kerina kalak sitek man Dibata baik anak-anak, orang tua ras kalak singuda kerinana menundukkan diri kempak Dibata. kalak singuda banci ngatasi si iblis eme erkiteken kata DIbata tading ras ngeluh ibas dirina. Ilakokenna kai sijadi sura-sura Dibata sitersurat ibas kataNa.
  2. Ogen nuriken kerna Samuel, Hana, Elkana ras imam Eli. Samuel mulai kitik-kitikna nari enggo ia erdahin ibas rumah pertoton sebab bage kin ndube nazar nandina Hana sewaktu Hana mindo pupus man Dibata. Emaka kenca she waktuna Hana naruhken Samuel ku Silo guna erdahin ibas rumah pertoton. Asum kitik denga pe Samuel terus ia erdahin ndahiken dahin Tuhan. hal enda ngataken maka Samuel tutus ia ibas ndahiken dahin Tuhan amin pe ia kitik denga alu make baju si badia ibas lenen nari. Amin pe ia tading I Silo ibas rumah pertoton perhatian nandena Hana labo urak tapi Hana tetap nehken keleng atena man Samuel alu mereken bajuna setiap tahunna man anakna Samuel setiap perbulangenna lawes ku Silo guna ersembah. Hubungan anatara nande, bapa ras anak-anak tetap lit amin gia la ia tading ibas sada rumah. Ngidah perbahanen Hana ras Elkana singgo mereken anakna Samuel jadi sierdahin ibas rumah pertoton emaka imam Eli masu-masi ia alu nina “ mbera-mbera ibereken Tuhan man banndu anak tole arah ndeharandu enda jadi gancih anak si enggo iendeskenndu man BaNa”. janah kenca ia mulih ku kuta, Tuhan masu-masu Hana alu mupus telu anak dilaki ras dua anak diberu.
  1. Prikop I Tesalonika pasal 2 pernyataan Paulus I jenda labo guna membela dirina tapi guna menegasken bahwa usaha ras perjuangen Paulus ras teman-temanna adalah semata-mata ibas Tuhan nari. Tuhan nge si milih ras ndilo Paulus ras teman-temanna sebagai pemberita injil labo erkiteken usaha manusia tapi hanya erkiteken perkuah ate Dibata.

Ibas prikopta I tesalonika 2:7 Rasul Paulus ngatkenca maka asum ia itengah- tengah perpulungen ia melias bagi sekalak nande nandangi anakna. Enda teridah arah rasul Paulus meriah ukurna ibas meritaken berita simeriah man perpulungen tapi pe mereken dirina jine man perpulungen e. Keleng ate eteridah arah pendahinna suari ras berngi gelah ola ia jadi tanggungen perpulungen. Ayat 7-9 enda igambarken kerna nande sidem keleng ate simereken geluhna pe kempak anak-anakna. Dalam artian mau berkorban guna anak-anakna ras gelah ula jadi beban man anak-anakna.

Ibas ayat 9-12 ije igambarken rasul Paulus dirina ras teman-temanna bagi sekalak bapa man perpulungen. Prinsip kebapaan rasul Paulus sinicidahkenna eme :

  • Sekalak bapa harus bekerja keras guna anak-anakna.

Ay 9.. o senina-senina, tentu ingetnndu denga kelatihen kami erdahin. Paulus mengajak perpulungen Tesalonika akan jerih lelah ibas ia meritaken berita si mehuli. “ton kopon hemon kai ton moxthon”. “Kopon” siertina bekerja dengan sangat sengsara atau menekannkan rasa letih yang luar biasa. Keletihan yang amat sangat. Sedangken kata “ moxthon” ertina dengan bekerja sangat keras seperti buruh yang bekerja dan mengalami kesulitan serta menyiratkan suatu bentuk pengeluaran energi dan usaha yang besar. Hal e encidahken kelatihen situhu-tuhu sinialami rasul Paulus. . Ciger wari ia erban tenda ras berngi ia meritaken berita simeriah. Jadi rasul Paulus tuhu-tuhu kerja keras suari ras berngi meritaken berita simeriah ras gelah ula jadi beban perpulungen.

  • Sekalak bapa harus jadi teladan hidup dalam kekudusan

Ibas ay 10 “kam me saksi kami, bage pe Dibata; lagu langakah kami man bandu…..”. ayat enda jelasken tentang uga sekalak bapa jadi teladan man anak-anakna. Ia ndiko perpulungen gelah ngidah setiap lagu langkahna gelah jadi saksina bage pe ngundang Tuhan guna jadi saksina ibas lagu langkahna sila teridah,maksudna eme kai silit ibas ukurna silateridah manusia. Arah enda ngatakenca buktikenca maka Paulus e ngeluh alu benar sesuai ras kata Dibata bahwa ia ngeluh bujur dingen la ersalah. Ibas perjanjian baru nuriken maka cukup dua kalak saksi. Emaka nina rasul Paulus kam jadi saksi kami ras Dibata. Dibata jadi saksi eme kerna tindakan sila teridah silit ibas ukur manusia. Adi perpulungen e jadi saksi ibas perbahanen siteridah arah pengkebet geluh rasul Paulus ras teman-teman. Alu bage maka teridah tuhu-tuhu kai siniukurken ras kai sinilakoken rasul Paulus ras teman-temanna. Hal enda pe situhuna ngatkenca man si atena menyerang rasul Paulus bahwa ia ngelakoken sibenar la ersalah, la ercacat.

Kata Yunani sinipake eme “hagios” siertina suci, kudus, hidup yang sesuai dengan tata etika Allah, dan kata ini menggambarkan keadaan moral yang memiliki kualitas yang superior.

Kata berlaku adil ibas kata Yunanina “dikaios” siertina benar. kata ini mengarahkan suatu kualitas hidup yang benar dan adil sesuai kebenaran Allah. hidup benar kepada Allah harus seimbang dengan hidup benar kepada sesame

Kalau kata tidak bercela ipake kata “hamemptos” ertina tida bercacat. Bahwa kehidupan rasul Paulus tidak bisa ditemukan suatu kesalahan bahkan para musuhnya yang selalu mencari-cari kesalahan dia namun tidak dapat membuktikan bahwa Paulus bersalah. Jadi banci isimpulken maka Paulus benar-benar banci jadi teladan man kerina kalak sitek I Tesalonika. Ije me teridah konsep kebapaan sebagai teladan.

  • Sekalak bapa harus peduli man anak-anakna.

Ayat 11-12 “ietehndu kai sibahan kami…bali ras perbahanen sekalak bapa nandangi anak-anakna. Iajuk kami kam dingen ipetetap kami ukurndu, bage pe ipindo kami kam gelah nggeluh rikutken singena ate Dibata…”ibas bagian enda 3 telu prinsip penting tentang kebapaan eme ibas pertumbuhan sekalak anak ras obas pembentuken sesekalak ibas Tuhan. kata-kata harus banci memenuhi setiap kebutuhan eme kata-kata guna nasehat, kata-kata guna menguatkan, kata-kata guna mindo/memohon.

Membangun waktu secara khusus guna menasehati secara pribadi ras guna mengembangkan hubungan pribadi. Kata sinipake rasul Paulus eme “parakalountes” siertina terus-menerus. Terus menerus menasehati. Ertina terus menerus iingetken rasul Paulus guna tetap ngeluh badia. Bage ka pe kata “paramuthoumenoi” si ertina terus menerus menguatkan. Hal e ilakoken gelah perpulungen e memegeh ras tambah daya dan tetap ngasup ngalaken kerina perbebenna. Ras kata “marturomenoi” ertina terus-menerus memohon dengan sangat.memohon dengan khitmad bukan dengan paksaan gelah ngeluh sue ras sura-sura Tuhan. gelah alu bage perpulungen Tesalonika ngenanami kemalemen ate ibas kinirajaan Tuhan.

PENGKENAINA:

Keluarga ibentuk Dibata ije lit bapa, nande ras anak-anak. Kerina terhubung sada ras sidebanna ras iikat oleh ikaten sibereken Dibata eme sada keluarga, peran bapa ras nande man anak-anakna she kel belinna. Keluarga e menjadi tempat persemaian iman guna menumbuhken iman itengah-tengah kegeluhen anak-anak. Emaka banci ikataken maka orang tua adalah pengaruh utama ibas perkembangen kiniteken anak-anak, perkembangen penandaina nandangi kegeluhen ras pelajaren ngeluh ersosial. Emaka cara ngeluh bapa ras nande ibas ngepkep anak-anakna harus ipergermetken gelah tuhu-tuhu arah orat geluh bapa ras nande tuhu-tuhu membangun karakter simehuli man anak-anak.

Orat ngeluh siarus ilakoken bapa ras nande arah 3 teks bacaanta eme

  1. Melias (penuh kasih). Kata sinigambarken ndai eme la terjeng ngerana ngataken keleng ate tapia rah sikap hidup si mereken dirina sendiri guna kiniulin anak-anakna. Berkorban tanpa pamrih. Janah hal enda teridah arah Hana nandangi Samuel sitep-tep tahun iberekenna baju man bana sewaktu kunjungan ke Silo. Ndauh pe anakna Samuel tapi lalap ia rukur guna nehken perhatian ras engkelengisa.
  1. Peduli man anak-anakna. Rasul Paulus memakai 3 prinsip ibas perpulungen Tesalonika eme menasehati terus-menerus, menguatkan terus meneru ras memohon dengan sangat. Ertina telu hal enda perlu ilakoken sekalak bapa man anak-anakna eme terus menerus inasehati. Kata nasehat ndai adi senen kubas penjelasen idatas berbeda ras merawa-rawa entah jungut-jungut. Tapi secara pribadi terus menerus ikataken seh anak e ngasup ngangkaisa ras ngelakokenca alu meriah ukur. Bage ka pe menguatkan terus menerus. Sebab melala si jadi pergumulen anak-anakta perlu kel ia pengaten ibas bapana atau orang tuana nari. Saja maun sanga perlu ia e ibas pergumulenna e melitlah kita orang tuana guna pegegehi ia. Bage ka pe memohon alu hikmat bukan memaksa agar ia melakukan kehendak Allah.
  2. Orang tua menjadi teladan man anak-anak ibas kekudusan ngeluh

Bagi silakoken Paulus man perpulungen ,aka ibas ukur ras perbahanenna tuhu-tuhu ngeluh ibas kebenare. Sebagai orang tua kita pe menjaga kegeluhenta baik ibas pengerananta, pertemanenta (sosialitasta), perukurenta gelah tetap ibas si sue ras sura-sura Dibata.

  1. Orang tua jadi teladan man anak-anak ibas kerja keras.

Arah kerja keras silakoken orang tua man anak-anakna baik guna kebutuhen kelaurga ras guna kegiatan-kegiatan gereja banci jadi teladan man bana.

Sijagalah hubungenta si mehuli ras anak-anakta. Amin pe generasita ras ia she bedana. Saja alu melala erlajar ras melala erpengendes amn Dibata maka kai silakokenta si mehuli ibas geluhta banci jadi simehuli man anak-anakta atau generasita.

 

SUPLEMEN PEKAN KELUARGA GBKP WARI III, KHOTBAH LUKAS 2:41-42

Invocatio       : Ibrani 10 : 25

Bacaan          : Yosua 24 : 14 – 24

Tema             : Keluarga yang berperan aktif ditengah jemaat


 

I. PENDAHULUAN

Keluarga Kristen adalah Keluarga merupakan tempat persekutuan hidup antara ayah, ibu, anak yang disebut juga sebagai keluarga inti. Keluarga Kristen adalah persekutuan hidup antara ayah, ibu, dan anak-anak yang telah percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi serta meneladani hidup dan ajaran-ajaranNya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu persekutuan ditengah-tengah keluarga harus senantiasa dijaga dan dipelihara berlandaskan iman dan kasih. Ketika persekutuan anggota keluarga itu baik, maka akan nyata dalam komitmen dan kesetiaan untuk bersama-sama ikut terlibat dalam segala peribadahan dan pelayanan yang dilakukan ditengah-tengah gereja. Kemajuan pelayanan gereja akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana kehidupan dan keimanan anggota jemaat yang dibentuk di dalam keluarga.

II. PENJELASAN TEKS

Ibrani 10 : 25

Surat Ibrani ditujukan kepada orang-orang percaya yang pada saat itu mengalami penderitaan dan ancaman yang cukup berat oleh karena iman percaya mereka kepada Yesus Kristus. Salah satu yang menjadi tujuannya adalah tetap mengingatkan jemaat untuk senantiasa menjaga iman dan memegang teguh pengharapan mereka akan Kristus ditengah-tengah situasi terburuk sekalipun. Orang-orang percaya harus senantiasa bertekun dalam iman (saling menasehati, mengingatkan dan mendorong dalam iman), senantiasa menjaga persekutuannya dengan Allah dan sesama. Pada kenyataannya waktu itu ada sebagaian orang yang oleh karena beratnya pergumulan, tantangan dan ancaman membuat mereka goyah dalam iman dan pengharapan akan Kristus. Mereka meninggalkan persekutuanNya dengan Allah dan sesama orang percaya.

Yosua 24 : 14 – 24

Yosua 24 ini adalah pidato terakhir Yosua bagi bangsa Israel dimana ia menyatakan proklamasi imannya kepada Allah. Yosua memberikan kesempatan bagi Israel untuk memperbaharui keimanan dan kesetiaan mereka kepada Allah. Ia juga memberikan kesempatan kepada Israel untuk memilih dan menentukan kepada siapa mereka akan menyembah, namun Yosua sendiri menyatakan komitmennya dan keluarganya bahwa mereka hanya akan menyembah dan beribadah kepada Allah saja (ay. 15). Pengakuan iman kepada Allah bukan sesuatu yang mudah karena hal itu tidak bisa berhenti pada ucapan semata tetapi harus dinyatakan dalam kehidupan yang takut akan Dia serta beribadah kepadaNya dengan tulus ikhlas dan setia (ay. 14), hidup dalam kesetiaan, ketaatan dan kekudusan (ay. 19). Keberanian Yosua untuk menyatakan komitmen imannya di hadapan bangsa Israel ternyata disambut dan direspon juga oleh bangsa Israel. Mereka juga Bersama-sama bertekad dan berjanji untuk senantiasa hanya menyembah dan beridah kepada Allah saja (ay. 21, 24).

Lukas 2 : 41 – 41

Dalam agama Yahudi ada ketentuan bahwa para laki-laki dewasa diwajibkan untuk pergi ke Yerusalemtiga kali setahun untuk ikut serta dalam merayakan tiga hari raya besar orang Yahudi (Kel. 23 : 14 – 17; Ul. 16 : 16). Dikisahkan bagaimana Yesus yang sudah berumur 12 tahun diajak orang tuanya ke Yerusalem untuk bersama-sama merayakan Paskah, yakni hari raya untuk memperingati pembebasan yang dilakukan oleh Allah kepada bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Yesus yang berusia 12 tahun dianggap sudah dewasa. Yusuf dan Maria membawa Dia ke Yerusalem untuk mempersiapkanNya menjadi abak Taurat. Bagi umat Yahudi, anak yang memasuki usia 13 tahun dianggap sebagai anak Taurat, karena itu mereka harus terus belajar dan diajar tentang Taurat hingga mereka beranjak dewasa.

Pertumbuhan Yesus sebagai seorang anak tidak terlepas dari peran Yusuf dan Maria sebagai orang tua duniawiNya. Yusuf dan Maria adalah orang yang taat akan tradisi keagamaan dan perintah Tuhan bagi umat Yahudi yang di mulai Ketika Yesus di sunat pada hari kedelapan (Luk. 2 : 21). Yusuf dan maria menjadi orang tua yang aktif dalam membawa Yesus kepada pertumbuhan fisik dan rohani. Yusuf dan Maria juga secara bersama-sama dengan Yesus melibatkan diri mereka sebagai pribadi dan keluarga dalam acara-acara persekutuan yang melibatkan banyak orang (communal). Sekalipun jarak yang mereka harus tempuh cukup jauh dan membutuhkan waktu 4 – 5 hari untuk bisa sampai ke Yerusalem, tetapi semua itu dilakukan dengan penuh sukacita dan ketaatan (ay. 41 “Tiap-tiap tahun……” ini menunjukkan adanya konsistensi dan kesetiaan untuk senantiasa terlibat dan melakukannya).

III. APLIKASI

Kehidupan pelayanan gereja tidak terlepas dari kehidupan persekutuan anak-anak Tuhan. Ada begitu

banyak kegiatan pelayanan yang dilakukan secara bersama dan melibatkan banyak orang (communal), baik itu Kebaktian Minggu, Perpulungan Jabu-Jabu, PA Kategorial, Pekan-Pekan, dan juga kegiatan perayaan gerejawi lainnya. Namun dalam kenyataannya masih banyak anggota jemaat yang belum terlibat aktif, apalagi mengambil bagian dalam pelayanan gereja. Belum semua keluarga secara bersama-sama ikut menunjukkan keaktifan dan pertisipasinya. Ada yang ayah ibu saja yang aktif, ada yang hanya ibu saja, ayah saja atau anak saja. Tema Pekan Keluarga kita hari ini “Keluarga Yang Berperan Aktif ditengah Jemaat” (Jabu Sindahi Dahin Perpulungen) mengingatkan dan mengajak kita untuk bersama-sama ditengah-tengah keluarga berperan aktif dalam pelayanan secara bersama-sama.

Beberapa hal yang menjadi perenungan bagi kita adalah :

  1. Keluarga harus mempunyai komitmen untuk senantiasa hidup dalam persekutuan yang intim dengan Allah dan sesama anggota keluarga. Adanya komitmen dan kesehatian orang tua untuk senantiasa taat dan setia dalam beribadah dan menyembah kepada Allah, memberikan teladan kepada seluruh anggota keluarga. Orang tua tidak hanya bertanggungjawab atas pertumbuhan fisik anak-anaknya, tetapi juga dalam pembentukan karakter dan iman keluarga.
  2. Apapun tantangan dan pergumulan seharusnya tidak menyurutkan semangat kita untuk tetap hidup dalam persekutuan dengan sesama kita ditengah-tengah pelayanan gereja. Bahkan Ketika pergumulan semakin berat, kita harus semakin menguatkan iman kita melalui persekutuan kita, kita saling menguatkan-memotivasi, saling menasehati dan mengingatkan satu dengan yang lain. Dengan demikian kita bukan hanya dikuatkan bersama-sama tetapi juga bertumbuh bersama di dalam Tuhan.

(khususnya disaat ini, sekalipun keadaan ditengah pandemic ini sudah semakin membaik, namun kita belum memiliki kerinduan untuk terlibat dalam kegiatan Bersama. Atau bahkan ada yang sudah merasa nyaman dengan ibadah online. Tidaklah salah hal demikian asalkan kita tidak mengabaikan persekutuan kita bersama-sama dengan sesama orang percaya. Merasa nyaman sehingga tidak ada kerinduan untuk bertemu dan berkumpul lagi secara langsung).

  1. Ketika kita menunjukkan kesetiaan kita untuk senantiasa terlibat dalam pelayanan-pelayanan yang ada, sernan mampu menunjukkan “buahnya” dari cara hidup, sikap dan juga kehidupan yang saling mengasihi; hal itu akan menjadi kesaksian bagi orang-orang yang ada disekitar kita. Keberanian kita untuk menyatakan iman (kata, perbuatan dan cara hidup) kita ditengah-tengah dunia ini akan sangat mempengaruhi kehidupan ini. 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD