SUPLEMEN PEKAN KELUARGA WARI VII, KHOTBAH LUKAS 19:1-10

Invocatio         : Lukas 21:36, Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia."

Ogen               : Kejadian 35:1-4

Tema               : Jabu Singgeluh Ibas Keselamaten/ Keluarga yang hidup dalam Keselamatan


Pendahuluan

Keluarga merupakan lembaga yang fenomenal dan universal. Di dalamnya terdapat anak-anak yang dipersiapkan untuk bertumbuh dan anggota keluarga yang berinteraksi akrab. Keluarga adalah lembaga masyarakat paling kecil tetapi paling penting. Kata keluarga juga banyak dipakai oleh berbagai orang dari berbagai kelompok sehingga menjadi hilang makna yang sesungguhnya. Sebuah film yang berjudul “The Godfather”, Vito Corleone menggambarkan kelompok pembunuh berdarah dingin yang ia pimpin sebagai keluarga. Begitu juga dengan kelompok-kelompok yang lain, entah bertujuan baik atau buruk, menamakan para pengikut mereka sebagai keluarga. Bahkan di gereja kita sering mendengar atau menyanyikan nyanyian tentang persekutuan umat Allah sebagai “keluarga Allah”. Keluarga Kristen adalah persekutuan hidup antara ayah, ibu, dan anak-anak yang telah percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi serta meneladani hidup dan ajaran-ajaranNya dalam kehidupan sehari-hari.

Banyak yang beranggapan, hanya dengan perbuatan baik, maka kita akan menerima keselamatan. Selama kita tidak berbuat atau memiliki niat jahat pada sesama, banyak beramal dan membantu mereka yang kesusahan, maka kita sudah selamat. Perbuatan baik apapun yang kita lakukan bukanlah untuk mendapat pujian atau penghargaan, melainkan sebagai bentuk syukur kepada Tuhan. Menjadi pengikut Kristus harus senantiasa berjaga-jaga seperti murid-murid Tuhan yang diharapkan dapat bertahan sampai Tuhan datang, dengan mereka berjaga-jaga dan berdoa. Berjaga-jaga bukanlah suatu aktivitas yang diisi dengan usaha-usaha spekulasi yang menghitung-hitung kapan tepatnya kedatangan Yesus yang kedua kali. Berjaga-jaga berarti percaya dan taat penuh kepada firman-Nya (Luk 21: 32-33). Demikian juga dengan kita sebagai murid-murid Tuhan masa kini, kita harus berjaga-jaga dan berdoa sebelum Tuhan datang kedua kali, di mana penderitaan akan semakin menjadi-jadi, namun kita tetap setia sehingga ketika Tuhan datang kelak, kita boleh berdiri tegak dan menyambut-Nya (Invocatio).

Pendalaman Teks

Zakheus artinya yang murni dan saleh, namun orang banyak dalam perikop kita menyebut dia sebagai orang berdosa, pemungut cukai dibenci oleh sesama orang Yahudi, karena dua alasan: 1) pemungut cukai dilihat sebagai pengkhianat yang bekerja untuk bangsa penjajah yaitu orang Romawi; 2) pemungut cukai dianggap penipu karena seringkali mengambil pajak lebih dari semestinya . Perikop ini mengambarkan Zakheus sebagai kepala pemungut cukai yang kaya, bertumbuh pendek dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Rasa ingin tahu yang tinggi ditambah tubuh yang pendek membawa Zakheus harus memanjat pohon untuk memuaskan ras penasaran akan sosok Yesus yang sedang viral. Usahanya kerasnya dengan berlari mendahului orang banyak lalu memanjat pohon ara (ay 4) ternyata membuahkan hasil ketika dia dapat melihat Yesus, bahkan lebih dari pada itu usahanya menarik perhatian Yesus yang melihat keatas dan berkata “Zakheus segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang dirumahmu.” (ay 5). Ini bukan sebuah kebetulan sebab sapaan dan kedatangan Yesus kerumah Zakheus bermakna bahwa Yesus dengan sengaja memberi kesempatan kepada Zakheus untuk melihat, bertemu bahkan berkenalan lebih jauh dengan mendatanginya kerumah. Yesus yang berinisiatif untuk mencari dan mendapatkan Zakheus.

Undangan Tuhan kepada Zakheus berdampak sangat dalam bagi Zakheus. Diawali dengan kepatuhan yang dicatat dengan “segera turun” setelah Yesus menyuruhnya turun dari pohon Ara, ditambah dengan perubahan suasana hati yang berubah menjadi sukacita. Perjumpaan Yesus danZakheus tidaklah mulus-mulus saja karena ada tantangan dari pihak orang banyak yang di ay 7 disebutkan “semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut”, orang banyak mellihat keberdosaan Zakheus namun Yesus melihat sampai kedalaman hatinya yang haus akan keselamatan.

Reaksi Zakheus mengejutkan, ia justru berkata, “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat”. Dalam PL, seseorang yang mengambil milik orang lain, Hukum Taurat menuntut untuk mengembalikannya sejumlah yang diambil ditambah seperlima dari nilai yang hilang seperti dalam Imamat 6:5, artinya harus mengembalikan 120%. Namun Zakheus mengembalikan bukan 120%, tetapi 400%. Bukan hanya itu, setengah hartanya pribadi juga diberikan kepada orang miskin. Disini kita lihat perbedaan yang drastis dan kontras dari Zakheus setelah mengalami perjumpaan dengan Yesus. Dari yang senang mengambil dan menerima menjadi senang memberi dan berbagi. Melepaskan uang yang selama ini berharga baginya dan merangkul keselamatan (baca: Menerima Yesus jadi Juru selamat). Yesus menegaskan akan keselamatan yang diterima Zakheus dirumahnya, Yesus mendeklerasikan keselamatan bagi Zakheus dan keluarga (ay 9). Terpenuhilah tujuan kedatangan Yesus yaitu mencari dan menyelamatkan yang hilang (ay 10)

 Aplikasi

  1. Bahwa Tuhan sendirilah yang memilih keluarga kita untuk menerima Keselamatan. Bukan sebuah kebetulan kita menjadi keluarga Kristen tapi Tuhan telah berinisiatif memanggil dan merangkul kita dalam keselamatan.
  2. Kehadiran Yesus dalam keluarga Kristen membuat kita harus menjadikanNya sebagai Kepala Rumah Tangga, sebagai pusat penyembahan dan kecintaan keluarga. Ada kerinduan dalam hati setiap anggota keluarga untuk mengalami perjumpaan dengan Yesus Kristus.
  3. Keluarga yang hidup dalam keselamatan adalah keluarga yang mengalami perubahan/ pertobatan. Setiap orang dalam keluarga menjadi pribadi yang mengaku akan dosa/ kesalahannya dan dengan demikian karakternya akan bertumbuh menjadi anak-anak Tuhan yang senang memberi dan berbagi.
  4. Keluarga yang hidup dalam keselamatan yaitu keluarga yang berkomunitas dalam persekutuan orang percaya. Bertumbuh iman bersama dalam gereja dan aktif dalam pelayanan.

"Kiranya Engkau sekarang berkenan memberkati keluarga hamba-Mu ini, supaya tetap ada di hadapan-Mu untuk selama-lamanya. Sebab apa yang Engkau berkati, ya TUHAN, diberkati untuk selama-lamanya." (1 Tawarikh 17:27)

Pdt. Erlikasna Purba-Rg. Graha Harapan

SUPLEMEN PEKAN KELUARGA GBKP WARI VI

Invocatio                     : Kisah Para Rasul 13:47

Bahan Bacaan I           : Kejadian 12:1-9

Bahan Bacaan II         : Matius 28:16-20


 

 A. PENDAHULUAN

Tuhan menghendaki setiap keluarga orang Kristen untuk mengabarkan Injil sesuai dengan karunia serta kesempatan yang telah diberikan Tuhan bagi anggota keluarga,.Namun kita ketahui untuk melakuakan Perkabarn Injil tidak lah semudah yang kita bicarakan. banyak sekali tantangan yang harus dihadapi keluarga baik dari dalam keluarga itu sendiri begitu juga dari luar faktor luar keluarga.namun tantangan itu bisa kita atasi asal kita mau menurut kehendak Tuhan

B. Penjelasan Teks

  1. Kisah Para Rasul 13:47

Bagaimana proses yang dialami oleh para rasul hingga mereka menjadi terang dunia? Sungguh berat yang mereka alami dalam pelayanan di Antokia dimana Paulus dan temen-temannya berbicara tentang harapan baru dalam Yesus tetapi para penatua Yahudi berteriak dan menetang Paulus supaya tidak meneruskan berita tentang Yesus . Dari teks ini kita bisa belajar bahwa tahapan untuk menjadi terang itu adalah:

  1. Dipanggil (harus ada respon mau atau tidak),
  2. Sangup menhadapi masalah dalam pemberitaan

   (merelakan untuk dibentuk/tabiat asli diubah sama sekali)

3 .Menjadi terang setiap situasi (terus menjadi terang dimanapun kita berada kerena

   itulah yang menjadi panggilan setiap orang Kristen

  1. Kejadian 12 1-9,

Allah memerintahkan Abram untuk meninggalkan tanah kelahirannya. Meninggalkan keluarga besar yang begitu mengayominya, menuju suatu tempat yang belum diketahuinya. Perintah ini menguji Abram, apakah ia memercayai Allah lebih dari yang dapat ia lihat, atau lebih mencintai tanah kelahirannya, teman-teman terkasihnya dan segala kenyamanannya. Ternyata Abram menuruti saja kehendak Allah, tanpa menyisakan ruang untuk menempatkan keraguan dalam hatinya terhadap wewenang Allah,. Padahal, tidak ada jaminan yang tampak jelas selain mengandalkan kepercayaan kepada Allah.

  1. Matius 28 : 16-20

Teks renungan ini merupakan kelanjutan dari kisah kebangkitan Yesus, dimana pada bagian akhir kisah dimaksud ada semacam kesimpang siuran informasi di tengah-tengah masyarakat tentang kebangkitan Kristus, termasuk di tengah-tengah para murid. Pada satu sisi ada berita tentang kebangkitan-Nya yang dibuktikan dengan kubur yang kosong (Mat. 28:1-10), namun pada sisi lain mahkamah agama Yahudi menyebarkan suatu berita yang menyatakan Kristus tidak bangkit, Dia telah dicuri oleh murid-murid-Nya pada malam hari (Mat. 28:11-15). Tentu berita kebangkitan Kristus sebagai sesuatu yang telah terjadi, sedangkan berita dari mahkamah agama tersebut adalah bohong/palsu. Sekarang, penulis Injil Matius menulis untuk meyakini kebenaran berita tentang kebangkitan Kristus kemudian meneruskan berita tersebut kepada semua bangsa, dengan keyakinan baru bahwa Tuhan Yesus pasti menyertai..ketika kesebelah murid Yesus berangkat dari Galelea menuju bukit yang telah ditentukan Yesus,Ketika mereka melihat Yesus Murid-murid menyembahNya’ disini Yesus memberikan beberapa point untuk dilakukan oleh murid-murid Yesus:

1 .Yesus meyakinkan para murid akan kuasa-Nya (ay. 17-18)

Keragu-raguan beberapa orang terhadap Yesus sangat dimaklumi (ay. 17), sebab berita palsu yang disebarluaskan oleh mahkamah agama sangat menggoncang iman, bahkan diikuti dengan ancaman para penguasa Yahudi (dan Romawi). Yesus tahu persis situasi ini, sehingga Dia perlu meyakinkan murid-murid-Nya akan kuasa yang dimiliki-Nya (ay. 18); dengan demikian berita tentang kebangkitan-Nya (yang penuh kuasa) adalah benar adanya, dan tidak perlu diragukan lagi

  1. Yesus mengutus murid-murid (ay. 19-20a)

Setelah meyakinkan murid-murid akan kuasa-Nya, Yesus kemudian mengutus mereka untuk memberitakan kebenaran itu kepada semua bangsa (sebagai upaya untuk melawan arus berita palsu), dan bahkan meminta mereka untuk membaptis semua bangsa dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus .serta mengajari orang-orang yang percaya kepada Yesus (ay. 19-20a). Teks ini juga sekaligus memberi penegasan akan universal berita Injil Kristus, yaitu kepada semua bangsa, bukan hanya kepada bangsa Yahudi (sebagaimana selama ini dipahami oleh bangsa Yahudi; ingat bahwa pembaca Injil Matius adalah keturunan Yahudi). Teks ini mendorong untuk membuka hati, membuka diri terhadap mereka yang selama ini dianggap tidak masuk dalam “wilayah” pemberitaan akan kasih karunia Tuhan. Teks ini meyakinkan untuk tidak ragu-ragu menjangkau mereka yang selama ini tidak terjangkau, sehingga mereka pun berolah kebenaran dan keselamatan di dalam Kristus Yesus.

  1. Yesus menjanjikan penyertaan-Nya (ay. 20b)

Mengutus murid-murid dalam pekerjaan pelayanan ini sangat berisiko tentu harus disertai dengan suatu jamin. Yesus menjanjikan perlindungan kepada mereka dengan perkataan: “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (ay. 20b). Apa artinya? Yaitu bahwa Yesus sendiri pasti menyertai murid-murid-Nya; menyertai dalam teks ini berarti Yesus selalu bersama-sama dengan setiap orang yang memberitakan berita kebenaran tentang diri-Nya, Dia pasti melindungi mereka, Dia pasti memberikan pertolongan dan penghiburan atas mereka, Dia pasti memampukan mereka melaksanakan tugas pemberitaan kebenaran itu.

C. RENUNGAN

Bagaimana Keluarga yang ber PI (Perkabaran Injil)

  1. Membangun kehidupan keluarga dengan kebersamaan yang Harmonis Ini bisa bandingkan pembacaan pertama bagaimana keluarga Abraham dan istrinya Sarah mendengar dan melakukan penggilan Tuhan itu dalam keluarganya walaupun secara logika sangat sulit untuk dilakukan didalam ketidakpastian dalam melakukan perintah Tuhan tapi sewaktu mereka sehati untuk melakukannya teryata mereka mampu dalam tantangan serta berkat bagi keluarga Abraham Tuhan sudah siapkan..
  2. Disini bisa kita lihat bagaimana keluarga mau ikut ambil bagian dari tanggung jawab sebagai orang percaya yaitu memberitakan injil dan mau membenahi diri kita masing-masing unruk menjadi lebih baik dalam mengikut Yesus..
  3. Memberitakan Injil bukan hanya bicara tentang bagaimana orang beralih menjadi percaya saja kepada Kristus, tetapi bagaimana orang melihat terang Kristus didalam diri kita yang adalah pengikutnya, khususnya didalam keluarga kita.ini bisa bandingkan dengan invocatio Kisah Para Rasul 13:47
  4. Selalu bersandar kepada Allah walau dalam situsai apapun, karena tentunya kita sebagai anggota keluarga baik bapak dan ibu serta anak-anak tidak terlepas dari masalah kehidupan keluarga,. ketika keluarga ikut mengambil bagian dalam pekabaran injil maka yang tidak bisa tidak dilakukan adalah tetap saling mendoakan dan menguatkan iman percaya segenap anggota keluarga,karena dalam pekerjaan pekabaran injil ini penuh dengan tantangan dan ingat penyertaan Tuhan sampai akhir zaman . bandingkan dengan renungan kita matius 28:16-20.

Ada 3 jenis perintah disini yaitu :

  1. Jadikanlah semua bangsa MuridNya

Kita perlu memahami ini, ingat bahwa kata Murid adalah orang yang diajarkan sesuatu, dan tentunya yang diajarkannya adalah kebaikan.Pengajaran yang hidup adalah bagaimana kita keluarga melakukan kebaikan yang bisa dilihat dirasakan oleh orang lain yang berlandaskan kasih Kristus dan ini cukup penting bagi kita keluarga untuk memahaminya.ingat seperti orang karo bilang” CAKAP LABO LAKO MPAL”.

  1. Baptislah Mereka

Perintah kedua ini menegaskan ketika ada yang melihat pengajaran itu baik buat dirinya dan dia ingin bergabung didalamnya maka “baptislah” artinya harus ada symbol akan penerimaan Yesus sebagai Juru Selamatnya. Tidak serta merta dia senang dengan ajaran kita maka kita katakan OK kau sudah masuk,o tidak bisa ,tapi denga mengikuti pembelajaran yang ditentukan gereja GBKP kemudian dimateraikan sebuah ikatan yang kuat, yaitu dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus yang dilakukan oleh pendeta di Ibadah gereja

  1. Ajarlah

Kata ajar ini terkadang kita lupa, bahwa pemberitaan injil harus disertai dengan pengajaran yang terus menerus karena tanpa pemahaman yang mendalam akan Injil didalam kehidupan orang yang percaya, membuat imannya gersang dan tidak bertumbuh dab berkar serta berbuah.oleh sebab itu sebagai jemaat kita.Jangan meninggalkan persekutuan yaitu ibadah minggu,PJJ,PA,Pekan-pekan dan ibadah lainnya yang ada digereja GBKP karena tempat inilah kita selalu saling mengajari dan mengingatkn akan Firman Tuhan

Dan bagian yang terakhir Tuhan Yesus menegaskan bahwa IA selalu menyertai kita         didalam pekerjaan yang kita lakukan.samapai akhir zaman. Marilah kita menjadi keluarga yang memberitakan Firman Kebenaran Tuhan dengan sukacita walaupun penuh dengan persoalan, SETIALAH DALAM PERKABARAN INJIL SAMPAI AKHIR HIDUP KITA..

Pdt. Maria EndaMalem Br Sitepu, S.Th-GBKP Rg. Surabaya

SUPLEMEN PEKAN KELUARGA GBKP WARI V, KHOTBAH 1 JOHANES 4:16B-21

Invocatio         : 1 Timotius 5: 8

Ogen               : 2 Samuel 19: 31-39

Tema               : JABU SI NEHKEN KEKELENGEN (KELUARGA MENJADI SALURAN KASIH) 


A. Pendahuluan

Kasih merupakan kebutuhan dasar setiap keluarga dalam upaya pembentukan karakter yang sehat. Demikian pula dalam penerapannya, kasih dibarengi dengan disiplin harus diterapkan secara seimbang. Kasih adalah alasan, motif dan tujuan adanya disiplin, dan disiplin merupakan perwujudan kasih itu sendiri. Masalah yang dihadapi orang tua saat ini adalah orang tua terjebak ke dalam dua pilihan dalam menerapkan kasih dan disiplin, yaitu menerapkan kasih dan disiplin secara bersama-sama dan seimbang atau menerapkan salah satunya dan memisahkan yang lainnya. Hal ini terjadi akibat kesalahpahaman orang tua mengenai konsep relasi antara kasih dengan kebebasan serta disiplin dan hukuman. Konsep yang menyatakan bahwa disiplin sama dengan hukuman, membuat disiplin begitu sempit dan dipandang negatif, kejam serta tidak mencerminkan adanya kasih. Konsep inilah yang kemudian menciptakan konsep berikutnya, yaitu disiplin dan kasih adalah dua hal yang saling bertentangan sehingga orang tua terjebak pada penerapan kasih atau disiplin yang ekstrim.

Penulis surat 1 Yohanes memiliki kekhasan dalam tulisannya. Secara keseluruhan, Injil Yohanes dan surat 1 Yohanes memiliki kesamaan dalam penggunaan kata-kata. Artinya, kata-kata yang sering muncul atau digunakan dalam Injil Yohanes dan surat 1 Yohanes memiliki keterkaitan dan kemiripan yang sangat dekat. John Drane menyatakan bahwa ada banyak persamaan yang dekat antara Injil Yohanes dan Surat 1 Yohanes. Keduanya memakai bahasa dengan cara yang sama, mengkontraskan antara terang dan gelap, kehidupan dan kematian, kebenaran dan kesesatan, semuanya ditemukan baik dalam Kitab Injil maupun suratnya[1].

Menurut Sitompul dan Beyer, dalam Perjanjian Baru ada tiga jenis sastra besar (genre), yaitu naratif (narrative), tulisan (epistle) dan wahyu (apocalypse)[2]. Surat 1 Yohanes termasuk dalam kategori tulisan (epistle). Beberapa ahli Perjanjian Baru memperdebatkan bahwa 1 Yohanes tidak dapat dikatakan sebagai suatu surat sebagai mana lazimnya, karena struktur dokumen ini hampir tidak memenuhi unsur-unsur sebuah surat sebagaimana mestinya[3]. Gaya penyusunan 1 Yohanes adalah paraklese indicative. Dalam Perjanjian Baru, surat-surat kiriman (epistolary literature) pada umumnya memakai pola paranese imperative dan atau paraklese indicative[4]. Konteks kehidupan (setting in life/sitz im leben) dari surat ini adalah tradisi apologetis–parakletis. Hal ini dapat dilihat dalam karakter surat ini yang menyatakan kebenaran dengan cara yang bersifat apologia (persuasif). Dalam melawan dan membantah ajaran sesat yang dihadapi, penulis surat ini memilih untuk menyatakan hal-hal positif mengenai kebenaran yang asasi (kegeluhen si payo), jauh dari sikap kasar dan arogan. Nuansa kedewasaan iman dan keyakinan penulis mengenai kebenaran itu dalam surat sangat kuat. Dengan kata lain, penulis memilih mempertahankan keyakinannya akan kebenaran dengan berusaha memahami dan mendalami dasar kebenaran itu dalam konsep-konsep yang fundamental dari pada menyerang kesesatan dengan cara-cara yang frontal dan profan (lanai badia).

B. Isi

Kasih Allah adalah ketika apa yang sudah Ia lakukan dimasa lampau yaitu kasihNya dengan mengorbankan Anak-Nya yang tunggal dengan darah yang saat ini tidak bisa untuk manusia lakukan dan kasih Yesus Kristus adalah kasih yang sangat tertinggi dan tidak ada batasnya, oleh sebab itu manusia harus benar-benar menerapkan kasih Allah dalam kehidupan sehari-hari bukkan saja dengan perkataan tetapi bagaimana melakukan kasih itu dengan suatu tindak yang real terhadap orang-orang yang berada disekitarnya yaitu orangtua, teman-teman, sahabat, keluarga dll. Mengasihi dengan cara menolong atau membantu bisa juga dengan memberikan perhatian atau memberikan kepedulian terhadap mereka itulah bentuk sebuah kasih. 1 Yohanes 4:19 Allah adalah kasih.

“Kurikulum pembelajaran” kasih dapat dilakukan di dalam keluarga, Keluarga merupakan tempat utama dalam tugas mendidik.Sebagai pemberian Tuhan yang tak ternilai harganya keluarga Kristenlah yang memegang peranan penting dalam pendidikan agama Kristen (kasih). Peranan orang tua dalam mengasuh anak-anak sangatlah penting, bukan hanya anak belajar dan mengalami pertumbuhan di dalam keluarga, tetapi seluruh anggota keluarga dapat saling belajar dari yang lain melalui interaksi satu sama lain. Ketika orang tua menjalankan peranan pendidikan iman dalam kasih terhadap anak, ia sendiri juga belajar untuk bertumbuh dalam iman didalam dimensi tindakan. Dalam Perjanjian Baru, nats yang ditampilkan adalah Efesus 6:1-4. Bagian ini berbicara mengenai rumah tangga atau keluarga sebagai tempat pendidikan iman anak kepada Tuhan, serta cara hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Dengan mengingat anak sebagai anugerah pemberian Allah, dapat dipahami bahwa anak harus taat kepada orang tua di dalam Tuhan.

Barzilai adalah orang yang menolong Raja Daud dan yang telah memberi bantuan logistik ketika Daud berada dalam pelarian di Mahanaim (2 Sam. 17:27-29). Ketika Raja Daud hendak menyeberangi sungai Yordan untuk kembali ke Yerusalem, Ketulusan perbuatan baiknya terlihat semakin nyata ketika Raja Daud mengajak Barzilai untuk tinggal di Yerusalem dan berjanji untuk memelihara dia, Barzilai tidak melihat tawaran itu sebagai sebuah kesempatan/aji mumpung artinya kesempatan untuk memanfaatkan situasi yang menguntungkan. Dengan bijak, ia menolak tawaran tersebut dengan alasan bahwa ia sudah terlalu tua dan tidak ingin menjadi beban bagi Raja Daud dengan tinggal di Yerusalem. Sebaliknya, Barzilai justru malah menawarkan Kimham hamba kepercayaannya untuk ikut mendampingi Raja Daud di Yerusalem. Dari bahan bacaan (ogen) mampu kita cemati bahwa, ketulusan hati untuk melakukan kasih harus dengan ketulusan tidak mengharapkan imbalan. Tutus ibas nampati, la ngidoi nari. Dalam keputusan di keluarga tetap menekankan kasih untuk saling menolong tanpa harus saling mengintimidasi dengan kekurangan atau kelemahan bagian dari keluarga tersebut.

C. Kesimpulan

Dalam 1 Yohanes 4:16b-21 Kita mengasihi, karena Allah terlebih dahulu mengasihi kita, yang ditulis oleh 1 Yohanes bukan karena usaha manusia akan tetapi semuanya dari Allah. Bila seseorang atau keluarga mengasihi berarti sudah membuktikan bahwa ia anak Allah. Makna sejati dan sumber asli dari hidup dari kasih hanya dapat ditemui disalib, karena Allah mengasihi manusia Ia rela mengorbankan anakNya yang tunggal supaya manusia memperoleh keselamatan dan kehidupan yang kekal. Oleh sebab itu 1 Yohanes 4 dengan tegas mengatakan bahwa didalam kasih tidak ada ketakutan, sebab ketakutan mengandung hukuman dan barang siapa takut, ia tidak sempurna didalam kasih (ayat 18)[5]. Jadi sebagai manusia harus memiliki kasih karena Allah lebih dahulu mengasihi manusia, mengasihi berarti melakukan sesuatu yang benar-benar nyata bukan hanya dengan perkataan, karena dalam ayat yang ke-20 jikalau seorang hanya mengasihi Allah tetapi tidak mengasihi saudaranya yang kelihatan atau orang-orang disekitarnya apalagi Allah yang tidak kelihatan oleh sebab itu jika seseorang mengasihi Allah yang tidak kelihatan berarti harus juga mengasihi saudaranya yang kelihatan. Manusia yang hidup selalu membutuhkan kehadiran dan bantuan orang lain. Selain itu, manusia hanya dapat mewujudkan eksistensi dirinya ketika berhadap dengan orang lain. Dengan perkataan lain kemanusiaan manusia hanya dapat bertumbuh dan berkembang berhadap dengan kondisi dan situasi orang-orang di sekitarnya[6]. Namun seiring dengan perkembangan zaman, pengaruh kepedulian di era globalisasi ini nilai-nilai kepedulian terus mengalami kemunduran khususnya dikalangan muda atau kalangan pelajar, nilai dalam kepedulian saat ini sudah mulai luntur contohnya acuh tak acuh, sikap ingin menang sendiri, tidak setia-kawan dan lain sebagainya[7].

Dalam hidup kebersamaan sebagai makhluk sosial dalam keluarga harus hidup dalam kasih yaitu dengan memiliki rasa kepedulian terhadap satu sama lain, tetapi pada zaman sekarang ini tingkat kepedulian itu kurang diterapkan dikarenakan keegoisan seseorang atau keluarga masih terikat dalam dirinya sehingga kurangnya kepedulian terhadap sesamanya. Oleh sebab itu kasih sangat memiliki peran yang sangat penting jika dalam kehidupan seseorang atau dalam sebuah kebersamaan tidak memiliki kasih maka kemungkinan sebagai mahasiswa mahasiswi tersebut tidak akan mengalami suatu kedamaian. Oleh sebab itu kasih perlu dibuktikan melalui kehidupan sehari-hari terutama mengenai kepedulian terhadap sesama. Seseorang peduli bukan saja dengan perkataan. Tetapi bukti dari peduli ialah melalui suatu tindakan yang nyata. Seperti kasih Allah yang telah rela mengorbankan anak-Nya yang tunggal untuk menebus semua dosa umat manusia. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini maka Ia pun memberikan anak-Nya yang tunggal yaitu Yesus Kristus untuk turun kedunia menghapuskan segala belenggu dosa yang ada di dunia

Pdt. Anton Keliat/Semarang

 

[1] John Drane, Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis – Teologis (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 519.

[2] A. A. Sitompul dan Ulrich Beyer, Metode Penafsiran Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 227.

[3] Struktur surat lihat Hasan Sutanto, Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab (Malang: Literatur SAAT, 2011), 416-418.

[4] John Hayes dan Carl R. Holladay, Pedoman Penafsiran Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 56.

[5] Matthew Henry, Tafsiran Matthew Henry Surat Ibrani, Yakobus, 1&2 Petrus, 1-3 Yohanes, Yudas, Kitab Wahyu, ed. by Johny Tjia; Barry van der Schoot (Surabaya: Momentum, 2016).

[6] A. Tabi’in, ‘Menumbuhkan Sikap Peduli Pada Anak Melaui Interaksi Kegiatan Sosial’, 1 (2017)

[7] Nurhaidah, ‘Dampak Pengaruh Globalisasi Bagi Kehidupan Bangsa Indonesia’, 3 (2015).

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD