SUPLEMEN PEKAN DOA GBKP TAHUN 2024 HARI I, LUKAS 10:25-37
Invocatio :
Mazmur 143:8
Renungan :
Lukas 10:25-37
Tema :
Ertoto Guna Kerina Teman Manusia/Berdoa bagi semua Manusia
I. Pendahuluan
Dalam kehidupan sosial manusia khususnya orang Kristen, tentunya tidak ada manusia yang bisa bertahan dalam hidupnya tanpa adanya campur tangan dari orang di sekitarnya. Seorang bayi yang baru lahir tidak akan bisa langsung mandiri menjalani hidupnya. Tentunya membutuhkan bantuan dari orang-orang di sekitarnya. Mengingat banyaknya pengaruh dari orang di sekitar kita dalam membantu kita menjalani hidup maka sepantasnya sebagai orang beriman kiita berdoa bagi sesama manusia. Pekan Doa GBKP hari pertama ini kita diajak merenungkan dan mendoakan sesama manusia secara umum, bahkan berdoa bagi semua manusia. Mari kita perdalam dalam bahan ini..
II. Tafsiran Teks
Dalam nas invocatio melihat bahwa Pemazmur memohon agar ia dilepaskan dari segala tekanan dan kesesakan bukan karena ia baik tetapi semata karena kebaikan Allah. Pemazmur memercayakan seluruh kehidupannya kepada Allah. Percaya berarti pasrah pada kehendak Tuhan. Pemazmur menegaskan bahwa percaya berarti kerelaan menerima dan menempuh kehendak Tuhan. Kerelaan melakukan kehendak Tuhan (ay. 8, 9) adalah buah dari percaya. Pemazmur memahami bahwa kehendak Allah lebih dari segala sesuatu. Ia memang ingin keluar dari krisis, tetapi ia tetap ingin agar Allah sendiri yang menuntunnya melewati hari-hari yang sukar. Mazmur ini ditutup dengan seruan agar dirinya dihidupkan kembali (ay. 11). Penghidupan kembali ini bukanlah sekadar penghidupan fisik, tetapi secara mental, psikologis, dan spiritual. Ia perlu mendapatkan kesegaran dan kekuatan baru untuk hidup. Pemazmur juga mengatakan bahwa ia akan mengangkat jiwanya kepada TUHAN. Apa maksud kuangkat jiwaku? Tumbuhan hanya mempunyai tubuh, tidak bisa berpindah tempat; hewan memiliki tubuh dan jiwa yang dapat menggerakkannya berdasarkan naluri. Namun, hewan tidak bisa mengangkat jiwanya, karena tidak memiliki roh.
Lukas 10: 25-37 adalah percakapan Yesus dengan seorang ahli Taurat tentang “orang Samaria yang baik hati.” Inti percakapan itu, “Siapakah sesamaku manusia?” Pertanyaan ini bertitik tolak dari hukum kasih, “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Luk. 10: 27). Sekalipun bertujuan untuk mencobai Yesus, seorang hukum Taurat bertanya kepada Yesus “siapakah sesamaku manusia?” Bagi orang Yahudi, sesama adalah satu agama dan satu bangsa. Penulis Injil Lukas menulis jawaban Yesus, bahwa sesama tidak dibatasi oleh bentuk identitas apapun. Lukas menonjolkan, bahwa Yesus sangat peduli terhadap orang-orang yang miskin/tidak berdaya (Luk. 4: 18-19). Itu sebabnya, dalam percakapan tersebut, Lukas menekankan, “sesama manusia” adalah semua orang, sekalipun berbeda, bahkan orang yang dianggap musuh atau memusuhi harus dikasihi dan ditolong. “sesamaku manusia” adalah penyataan kasih Allah kepada manusia. Penulis injil Lukas menuliskan tujuan kedatangan Yesus ke dunia untuk menyelamatkan seluruh bangsa (Luk. 2: 10-11). Dia datang ke dunia, karena Allah mengasihi dunia supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3: 16). Rasul Paulus berkata kepada jemaat di Roma, “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani” (Rm. 1: 16). Allah mengasihi semua manusia ciptaan-Nya. Itu sebabnya, demi keselamatan manusia, Dia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, yaitu Yesus.
Ahli Taurat itu mengajukan pertanyaan yang luar biasa penting kepada Yesus tentang bagaimana orang dapat mewarisi hidup kekal. Sayang ia bertanya dengan motivasi salah dan praanggapan keliru. Ia bertanya bukan karena ia sungguh sedang menggumuli pertanyaan itu tetapi karena ia ingin mencobai Yesus (ayat 25). Ia tidak sedang mencari jawaban sebab ia sudah punya pranggapan bahwa orang dapat mewarisi hidup kekal melalui perbuatan membenarkan diri (ayat 25,29). Terasakah oleh Anda betapa mengejutkan jawaban Yesus? Dengan mengacu kepada sari Taurat (Ul. 6:5), Yesus ingin menyadarkan dia bahwa hidup kekal bukan masalah warisan tetapi masalah hubungan. Faktor intinya bukan perbuatan tetapi kondisi hati. Kasih Allah yang telah mengaruniakan hidup dengan menciptakan manusia dan memberikan hukum-hukum-Nya, patut disambut dengan hati penuh syukur dan kasih di pihak manusia. Mungkinkah orang mengalami kasih Allah dan hidup dalam kasih yang riil kepada-Nya namun hatinya tertutup terhadap rintih tangis sesamanya? Tidak, sebab kasih kepada Allah pasti akan mengalir dalam kasih kepada sesama. Namun, siapakah sesama yang harus kita kasihi itu? Itu menjadi pertanyaan berikut si ahli Taurat kepada Yesus. Lalu, lahirlah jawab menakjubkan dari Yesus tentang perumpamaan orang Samaria yang baik. Pertama, orang-orang yang dalam praanggapan si ahli Taurat pasti akan berbuat benar, ternyata tidak. Kedua, orang yang dalam praanggapan si ahli Taurat pasti salah, ternyata berbuat benar sebab memiliki kasih. Ketiga, ahli Taurat itu seharusnya tidak bertanya siapakah sesamanya tetapi bertanya apakah ia sedang menjadi sesama bagi orang lain.
Kita harus mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri, dan hal ini dapat kita lakukan dengan mudah, jika kita lebih mengasihi Allah daripada diri kita sendiri. Kita harus mengharapkan hal-hal yang baik bagi semua orang dan tidak mengharapkan yang jahat bagi siapa pun. Di dunia ini kita harus berbuat baik sedapat mungkin dan tidak menyakiti siapa pun, dan, dengan memegangnya sebagai suatu aturan, memperlakukan orang lain sama seperti kita ingin mereka memperlakukan kita. Inilah arti mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri. Pembenaran Kristus atas apa yang dikatakan orang itu (ay 28). Walaupun dia datang untuk mencobai-Nya, Kristus tetap memuji perkataannya yang bagus itu: Jawabmu itu benar. Kristus sendiri memegang kedua perintah tersebut sebagai yang terutama di dalam hukum (Mat. 22:37). Jadi kedua belah pihak sama-sama setuju dalam hal ini. Orang-orang yang berbuat baik akan mendapatkan pujian yang sama, demikian pula orang-orang yang mengatakan hal yang baik. Sejauh ini semuanya berjalan dengan benar, namun masih ada bagian tersulit yang harus dikerjakan: "Perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup. Engkau akan mewarisi hidup yang kekal." Upaya orang itu untuk menghindari keyakinan yang sekarang akan diterapkan dalamnya. Ketika Kristus berkata, Perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup, orang ini mulai menyadari bahwa Kristus bermaksud memancing pengakuannya bahwa dia belum melakukan hal ini, dan itulah sebabnya mengapa ada pertanyaan tentang apa yang harus dilakukannya, jalan mana yang harus dicarinya, supaya dosa-dosanya diampuni. Dia juga perlu mengakui bahwa dia tidak mampu melakukan hal ini dengan sempurna dengan kekuatannya sendiri, dan oleh karena itu ada pertanyaan tentang cara bagaimana ia bisa memperoleh kekuatan untuk mampu melakukannya.
III. Aplikasi
- Berdoa bagi sesama manusia berarti mendoakan setiap orang. Kita bisa merenungkan dari perbuatan orang Samaria yang pada dasarnya tidak mengenal korban sama sekali. Bahkan jika dilihat lebih jauh, maka menurut orang Yahudi mereka tidaklah berharga atau bukan termasuk orang yang patut disenangi. Namun karena hatinya penuh belas kasihan maka dia mau membantu orang yang sedang dalam kesusahan.
- Banyaknya mendengar atau membaca firman tidaklah menjamin kita bisa mengerti dan menjalankannya dalam kehidupan. Kalau pemahaman kita hanya sebatas sesame adalah orang yang dekat dengan kita, lebih dalam lagi, sesame manusia itu adalah setiap manusia tanpa memandang latar belakang apapun. Maka iman tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati. Seperti orang Lewi yang tinggal di Bait Allah juga seorang imam, petinggi agama yang seharunya jauh lebih mengerti tentang menolong orang lain. Tetapi itu tidak dilakukannya.
- Perjalanan dari Yerusalem menuji Yerikho adalah perumpamaan gambaran perjalanan Yesus dari surga menuju dunia yang telah rusak. Menemui kita yang telah terampas dosa dan keinginan duniawi yang membuat kita hamper mati. Tetapi Yesus datang dan memperbaiki semuanya, membantu kita dan menyelamatkan kita.
- Berdoa bagi sesama manusia haruslah menggunakan istilas “ora et la bora” yang artinya tidaklah cukup jika hanya doa saja tanpa Tindakan. Maka lakukanlah apa yang kita doakan sehingga iman dari doa kita terlihat dari perbuatan dan Tindakan kita.
- Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri merupakan ungkapan yang menyatakan bahwa sebagai seorang Kristen haruslah mau bekerja dan berkarya bagi orang lain. Kasih ditunjukan dari dampak perbuatan kita kepada orang lain. Orang yang mengaku mengasihi Allah tentunya lebih dahulu menunjukkan bahwa dia mengasihi sesamanya manusia. berdoalah bagi semua manusia dan mengasihi semua manusia.
Vicaris Roy