SUPLEMEN PEKAN KEBAKTIAN KELUARGA TAHUN 2024, WARI V

Invocatio :

Janah pasar-pasarna dem alu danak-danak dilaki ras diberu erguro-guro (Sakaria 8:5)

Ogen :

Hakim-hakim 11:1-8

Khotbah :

Lukas 19:1-10

Tema :

Ingan ndatken kegeluhen si payo/Tempat Mendapatkan Kehidupan Yang Layak dan Benar

 

I. Pengantar

Banyak sekali di dunia ini tempat yang memberikan rasa senang dan nyaman, tetapi banyak juga di dunia ini tempat yang memberikan pengaruh yang tidak baik bahkan sampai kepada kehancuran. Secara keimanan berbicara mengenai tempat bukan hanya pengaruhnya selama hidup di dunia ini tetapi juga pengaruhnya untuk kehidupan yang akan datang. Dengan demikian yang menjadi perenungan bagi kita, Apakah tempat yang kita tinggali atau tempat yang kita datangi saat ini memberikan pengaruh yang baik bagi kita? Dan apakah kita sudah memeberikan tempat yang layak dan benar bagi orang-orang yang tersisih, dijauhi bahkan yang dibuang? Kehadiran kita hendaknyalah memberikan tempat dan ruang bagi semua orang agar ia merasa dihargai dan mendapatkan suka cita.

II. ISI

Ayat 1-2 “Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu” Nama Yerikho dalam bahasa Ibrani Yeriẖo, diyakini diturunkan kata bahasa Kanaan Reaẖ "wangi-wangian", begitu juga ada turunan kata yang Yareaẖ artinya "bulan", karena kota itu merupakan pusat penyembahan mula-mula dewa-dewa bulan. Kota Yerikho adalah kota gerbang menuju Kanaan yang didatangi orang Israel ketika mereka memasuki Tanah Perjanjian. Kota Yerikho dikelilingi oleh tembok sehingga tidak seorang pun dapat masuk dan tembok tersebut berfungsi sebagai perlindungan yang kokoh terhadap serangan. Temboknya setinggi13 kaki (4 meter) dan didukung oleh menara pengawas atau benteng pertahanan setinggi sekitar 28 kaki, dimaksudkan untuk melindungi pemukiman dan pasokan airnya dari penyusup manusia. Gerbang-gerbang telah dikunci untuk mencegah orang Israel masuk (lihat Yosua 6:1). Momen ini sangat penting karena orang Israel akhirnya memasuki tanah yang dijanjikan kepada mereka oleh Tuhan dan mereka terus berhasil menaklukkan kota pertama sepanjang perjalanan mereka. Tembok Yerikho yang runtuh menjadi penegasan utama bahwa Tuhan sedang memenuhi janji-Nya kepada mereka, dan bahwa Tuhan akan menyertai mereka saat mereka menguasai Tanah Perjanjian Tembok ini,

Pada zaman Yesus, Yerikho dikenal sebagai kota oasis ( Dalam ilmu geografi, oasis atau oase merupakan daerah yang subur dan terpencil yang berada di tengah- tengah gurun atau juga bisa menyebutnya mata air di tengah padang pasir. Hal ini karena pada umumnya oase memang mengelilingi sebuah mata air). Bahkan, Herodes Agung membangun istana musim dinginnya di dekat sini karena iklimnya yang hangat dan mata airnya yang segar. Alkitab menggambarkan Yerikho sebagai "Kota Pohon Palem. Dari sejarah dan penamaannya maka dapat dikatakan bahwa Yerikho adalah suatu tempat yang baik, nyaman dan menyenangkan, karena di Tengah padang gurun terdapatlah sumber air yang sangat dibutuhkan setiap orang. Tempat itu begitu indah dan beriklim sedang sehingga pada tahun 4 SM, Herodes Agung membangun sebuah istana di sana sebagai tempat peristirahatan musim dingin.

Ayat 2 “Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya” Zakheus Dalam Bahasa Ibrani zaki artinya "yang murni dan saleh”. Hal pertama yang perlu diperhatikan tentang Zakheus adalah seorang kepala pemungut pajak. Sebenarnya kata yang diterjemahkan menjadi “kepala” sebenarnya berarti “penguasa” sehingga ia adalah bagian dari kelas penguasa. Ini berarti bahwa ia adalah seorang kontraktor regional untuk pemerintah Romawi. Ini akan menjadi bisnis yang menguntungkan, karena Yerikho adalah kota yang kaya. Menurut William Barclay Kota ini memiliki hutan palem yang luas dan kebun balsam yang terkenal di dunia yang mengharumkan udara hingga bermil-mil jauhnya. Kebun mawarnya dikenal luas. Orang-orang menyebutnya 'Kota Palem.' Josephus menyebutnya 'wilayah yang suci,' 'yang terlezat di Palestina.' Bangsa Romawi membawa kurma dan balsamnya ke perdagangan dan ketenaran di seluruh dunia.”. Pada zaman Zakheus, kota Yerikho menjadi pusat produksi dan ekspor untuk "Balsam Mekkah", sehingga kedudukan Zakheus sebagai kepala pemungut cukai di kota itu tentunya sangat penting dan menghasilkan kekayaan besar. Dilihat dari pekerjaannya Zakheus memang orang yang terpandang dan kaya, tetapi dari sisi sosialnya, dia dibenci oleh sesama orang Yahudi, karena ia sebagai kepala pemungut cukai yang menarik uang lebih daripada yang seharusnya, serta orang Yahudi melihatnya sebagai pengkhianat yang bekerja untuk bangsa penjajah yaitu orang Romawi.

Ayat 3-4 “Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek. Kabar yang ia dengar tentang Yesus membuat dia semakin penasaran siapakah Yesus itu, sehingga ia berusaha untuk dapat melihatnya, inilah misinya. Tidak ada mengatakan berapa centi meter tinggi badan Zakheus, hanya saja banyak yang berpendapat ia bertubuh kecil dan pendek, sehingga dia tidak bisa melihat Yesus karena banyaknya orang. Ayat 4 mengatakan “Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ. Tantangan yang dihadapi Zakheus tidak membuat dia putus harapan untuk menjalankan misinya. Orang banyak dan tubuhnya yang pendek tidak menjadi masalah baginya. Dia mendapatkan jalan keluar yaitu dengan berlari mendahului orang banyak dan memanjat pohon ara. Zakheus menjadi teladan antusiasme dan upaya mengatasi keterbatasan diri. Demi melihat Yesus, ia pun harus mengatasi rasa-malu dan membuang harga-dirinya.

Ayat 5-7 “Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu." Ketika Yesus sampai di tempat itu, Dia melihat ke atas pohon ara dan meminta Zakheus untuk turun. Yesus “melihat” Zakheus dan “memanggil Namanya”. Dari kata “melihat” berarti Yesus melihat manusia tidak dengan sebelah mata. Zakheus dihargai sebagai pribadi, Yesus memandangnya pertama-tama sebagai person, seorang yang berpotensi “benar dan bersih”, sesuai dengan namanya! Kemudian kalimat “memanggil namanya” artinya Yesus mengenal dan mengetahui setiap manusia siapapun dia dan apapun pekerjaannya, bahkan orang yang memiliki tempat yang terhormat atau tempat yang kurang terhormat sekalipun, tidak ada yang tersembunyi di mataNya. Setelah itu dalam Ayat 6 “Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita”. Melihat tindakan yang dilakukan Zakheus ini, Yesus mau menumpang di rumahnya. Berawal hanya ingin melihat Yesus lewat, akhirnya justru menerima Yesus yang berhenti dan menumpang di rumahnya. Misinya tercapai melebihi ekspektasi. Perjumpaan itu jelas bukan kebetulan, namun telah tercatat dalam agenda Tuhan: “hari ini Aku harus menumpang di rumahmu”. Yesus membuka hati untuk mampir di rumah Zakheus. Berkat Yesus hadir dalam rumahnya, Zakheus dengan sadar mengakui segala kesalahan dan bertobat. Dalam peristiwa ini banyak sekali orang merasa keberatan, dalam ayat 7 “Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: "Ia menumpang di rumah orang berdosa." Mengapa orang banyak bersungut-sungut? Hal ini disebabkan karena tidak mau merubah Mindset, cara berpikir dan melihat tidak berubah, bagi orang banyak, Zakheus tetaplah “seorang pendosa”. Cara-pandang yang dipenuhi asumsi, cap dan stigma. Sekali berdosa, tetap berdosa! Seorang Yahudi yang saleh, apalagi Rabi seperti Yesus, tidak layak bergaul apalagi menumpang di rumahnya! Betapa mudahnya manusia mencap dan mengadili sesama. Betapa sukarnya manusia memberi peluang, melihat potensi dan menerima pertobatan seseorang.

Ayat 8-10 “Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." Zakheus menjumpai pertobatan yang sesungguhnya. Di depan banyak orang ia mengatakan akan mengembalikan apa yang telah dia ambil. Mengutip buku Soteriologi: Doktrin Keselamatan karya Johar T.H. Situmorang (2015), makna pertobatan yang sesungguhnya ialah ketika seseorang merasa takut pada perbuatan yang mengakibatkan dosa. Ia berani mengakui kesalahan kepada Tuhan dan berjanji tidak akan melakukannya lagi. Hal ini telah dicontohkan oleh Zakheus. Secara garis besar, ayat tersebut mengisahkan tentang pertobatan dan keselamatan Zakheus sebagai pemungut cukai. Zakheus memahami bahwa Yesus adalah Tuhan pencipta langit dan bumi beserta segala isinya. Yesus berkuasa dan berdaulat membebaskan, mengampuni, serta memberikan keselamatan kepada umat. Oleh karena itu, atas dasar keimanan Zakheus berkata, “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin.
Sikap Zakheus ini menunjukkan keseriusan dan kesungguhannya atas kebaikan. Ini menjadi bukti bahwa dirinya mau berubah dan bertobat dari dosa dan berpaling ke jalan yang benar, meskipun telah mendapatkan celaan dan hinaan dari orang sekitarnya. Berbeda dengan Yesus yang mengasihi dan menerima Zakheus dalam pertobatannya, Yesus tidak sama dengan orang banyak yang terus me-Label-kan Zakheus tetap sebagai orang berdosa yang tidak layak menerima keselamatan, tetapi dalam ayat 9 Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham. Dalam ayat ini dapat diketahui bahwa Yesus memberikan kata tentang jati diri Zakheus yaitu dia juga termasuk “Anak Abraham” artinya pewaris janji-keselamatan yang dahulu diberikan Allah kepada Abraham, yang sekarang dibawa dan dihadirkan oleh Yesus, sengan demikian Zakheus juga berhak menerima keselamatan itu. Zakheus adalah manusia “hilang” yang sudah dicari dan ditemukan kembali serta diselamatkan oleh Yesus, Sang Anak Manusia. Misi Zakheus tercapai, ia bertemu dengan Yesus, akan tetapi bukan sekedar bertemu dengan Yesus yang kebetulan lewat, tetapi berjumpa dengan Yesus yang membuat perubahan hidup yang benar dan mendapatkan tempat yang benar yaitu keselamatan. Ayat 10 “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.

III. Ogen: Hakim-hakim 11:1-8

Dalam kitab ini diceritakan Yefta adalah seorang prajurit atau pahlawan yang gagah dan pemberani. Tetapi dari kegagahandan keberaniannya ia memiliki asal-usul atau berlatar belakang yang kelam. Ia adalah seorang anak yang memiliki keluarga yang kurang dihormati oleh orang lain bahkan saudara-saudaranya seayah, karena ibu yang melahirkan dia adalah seorang perempuan sundal. Dari sisi sosial Masyarakat membuat Yefta menjadi seorang anak yang kurang dihargai dan membuat dirinya merasa minder dengan anak-anak yang lain, serta dari sisi keluarga membuat Yefta diusir oleh saudara-saudaranya sendiri dari keluarganya karena mereka tidak mau Yefta mendapatkan pembagian harta warisan keluarga, ayat 2 “Engkau tidak mendapat milik pusaka dalam keluarga kami, sebab engkau anak dari perempuan lain” inilah perkataan yang didapatkan Yefta, bukan saja dia tidak mendapatkan pembagian tetapi hatinya dilukai dan dibuat tidak memiliki harga diri lagi, Yefta dibuat menjadi anak yang terbuang dari keluarga. Kemudian ia lari ke Tob dan akhirnya bergabung dengan para komplotan perampok, inilah akibatnya jika seorang anak merasa kurang dihargai dan merasa terbuang dari keluarga karena tidak mendapatkan tempat yang baik dan layak, dengan kata lain karena dijauhi akhirnya terjerumus ke hal-hal yang tidak baik. Tetapi akhirnya kehidupan Yefta berubah derastis Ketika pemuka Israel di Gileat meminta dia untuk meminpin untuk melawan Amon (ayat 4). Yefta mendapatkan kesempatan yang baik untuk merubah hidupnya, jelas hal ini terjadi karena kehendak Tuhan atas dirinya. Yefta benar-benar mendapatkan perubahan hidup yang sangat baik, yaitu dari orang yang dibuang menjadi seorang pemimpin, karena itulah isi perjanjian Yefta dengan Tua-tua Gilead Ketika ia mau berperang melawan Amon (ayat 8).

IV. Invocatio: Zakaria 8:5

            Dalam ayat ini dikatakan bahwa pemulihan Kota Yerusalem akan terjadi oleh kuasa Tuhan, karena Tuhan sendiri telah berfirman akan menyelamatkan umat-Nya. Tuhan akan menjadikan Yerusalem menjadi kota setia dan gunung Tuhan, sehingga suka cita dan kebahagiaan akan terjadi di sana, hal ini terlihat Ketika jalan-jalan kota itu akan penuh dengan anak laki-laki dan anak perempuan yang bermain-main di situ. Hal ini menunjukkan bahwa adanya tanda-tanda kehidupan dalam artian intraksi sosial terjadi di sana, serta tidak adanya perbedaan anak laki-laki dan perempuan, semuanya berhak mendapatkan tempat yang layak untuk pertumbuhan jasmani dan rohaninya.

V. Refleksi

  1. Cerita tentang Zakheus menceritakan reputasi seseorang. Zakheus pemungut cukai dipandang Pendosa publik dan pengkhianat negeri. Apalagi dia bukan pemungut cukai kelas biasa, dia adalah “kepala pemungut cukai” dan “seorang yang kaya”. Dari pekerjaan dan tindakannya yang tidak benar dengan meminta uang melebihi aturan membuat dia dibenci orang banyak dan menjauhinya. Dari sisi sosial ia tidak mendapatkan tempat di masyarakat karena orang tidak mau berintraksi dengannya. Hal ini serupa dengan kisah Yefta yang dijauhi oleh saudara-saudaranya bahkan mengusirnya dari keluarga karena dari statusnya yang dilahirkan dari seorang perempuan sundal, dari latar belakangnya inilah membuat keluarga merasa malu dan bahkan merasa sial dengan kehadirannya. Kisah ini juga memiliki kemiripan dalam cerita Suku Karo dulu mengenai “Tunda Kais”, ini menceritakan tentang kematian seorang ibu yang mati Ketika melahirkan, tetapi anak yang dilahirkan itu hidup, anak ini akan disebut dengan Tunda Kais. Dalam pemahaman orang karo dulu anak ini pembawa sial, sehingga keluarga akan membunuhnya. Dari peristiwa ini semua menunjukkan bahwa dengan pemahaman yang salah akan membuat orang-rang tersisih dan terbuang.
  1. Labelling (Pemberian label atau cap) Zakheus dari orang banyak sebagai pendosa orang banyak kerap menyebabkan seseorang memandang diri sendiri separuh harga, tidak pantas, lalu enggan bergabung dengan kerumunan. Kehadiran gereja harus mampu meruntuhkan pemahaman seperti itu. Asumsi negatif, cap dan stigma tidak dapat menolong seseorang berbalik dari kedosaan. Tuhan punya cara berbeda, Ia menghampiri, menyapa secara pribadi, membuka peluang perjumpaan hati yang akhirnya menggetarkan nurani dan menghidupkan cinta si pendosa. Zakheus pun dapat melihat “kebaikan dan kebenaran” yang ada dalam dirinya. CintaYesus menyembuhkannya, membuatnya pun mampu mencintai sesama. Demikian juga Yefta yang akhirnya bisa Bersatu dengan saudara dan keluarganya, karena mereka merangkul Yefta. Begitu juga dalam pemulihan Yerusalem menunjukkan adanya kasih Tuhan, anak laki-laki dan perempuan akan bermain bersama dan cinta Tuhan tidak membeda-bedakan satu dengan yang lainnya.
  1. Pernyataan Zakheus untuk mengembalikan hartanya untuk orang miskin, hal ini menandakan bahwa harta dunia hanya sementara, sedangkan beriman kepada Tuhan adalah hal yang paling utama. Kemudian Zakheus menganggap harta yang melimpah bukan tolak ukur untuk mendapatkan kebahagiaan yang sejati. Ia menganggap bahwa kebahagiaan tersebut dapat hadir ketika kita mau mengenal dan memahami serta percaya kepada Tuhan dengan sebenar-benarnya. Dalam hal ini juga mengajak kita agar mau berbagi dengan orang yang terlantar, terkhusus buat anak-anak jalanan yang biasanya kurang mendapatkan tempat yang layak untuk pertumbuhan fisik dan imannya.
  1. Tuhan memberikan keselamatan kepada setiap orang yang datang kepada-Nya, percaya dan mau menerima dalam hatinya. Hati kita adalah tempat yang benar untuk menerima Yesus dalam hidup kita, jika kita menempatkannya di tempat yang layak dan benar maka kita juga akan ditempatkan-Nya dalam tempat yang layak dan benar yaitu keselamatan. Dalam kisah Zakheus tersebut dikatakan bahwa kepercayaannya telah membawanya pada keselamatan karena ia memberikan tempat yang layak bagi Yesus yaitu menerima ia di rumahnya dengan suka cita, lebih dari itu ia telah menempatkan Yesus sebagai yang utama dan yang pertama dalam hidupnya sehingga ia mau bertobat dan melakukan hal yang benar. Demikian juga dengan kita hendaklah menerima dan menempatkan di tempat yang layak orang-orang yang kurang dihargai, disisihkan bahkan dibuang, dengan demikian ia tidak akan terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak baik. Dan yang terpenting bagaimana kita menempatkan anak-anak kita dalam keluarga dimana posisinya, apakah diutamakan atau dikesampingkan karena kesibukan kita.

Pdt Julianus Barus

                                                                                                                                    GBKP Bandung Pusat

SUPLEMEN PEKAN KEBAKTIAN KELUARGA TAHUN 2024, WARI IV

Invocatio :

“Jadi iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus” (Roma 10 : 17)

Ogen :

2 Timotius 3 : 10 – 17

Khotbah :

Amsal 2 : 1 – 8

Tema :

Tempat Untuk Mendapatkan Pengetahuan Dan Hikmat (Ingan Ndarami Pemeteh Ras Pengertin)

 

I. Pengantar

Dunia boleh saja mengagungkan harta dan mencoba terus mempengaruhi kita dengan itu, tapi penulis Amsal justru mengajarkan hal yang berbeda. Bukan harta, bukan emas dan perak, melainkan hikmat. Hikmat ini dikatakan jauh lebih bernilai dibandingkan harta, karenanya inilah yang harus kita prioritaskan lebih dari sekedar menimbun harta duniawi. Kita bisa melihat langsung contoh mengenai itu dari Salomo sendiri. Perhatikan bahwa ia memulai segala sesuatu lewat hikmat. Ia diberikan hikmat yang melebihi siapapun yang pernah, masih dan akan hidup di dunia ini. Alkitab belakangan mencatat bahwa Salomo merupakan orang terkaya yang pernah ada. Salomo memulainya bukan dari menimbun harta tapi dari anugerah hikmat yang ia terima dari Tuhan, dan kekayaan dengan sendirinya hadir mengikuti. Hikmat itu sangatlah penting. Dengan hikmat kita pun nantinya akan bijaksana dalam mengelola dan mempergunakan setiap berkat yang Tuhan titipkan kepada kita.

II. Isi/ Tafsiran

Ogen : 2 Timotius 3 : 10 – 17

Dalam konteks memperkuat karakter Timotius sebagai seorang pengikut Kristus yang akan meneruskan estafet pelayanan Paulus, ia dengan serius mengingatkan Timotius untuk terus bertekun dalam pengetahuannya sehingga ia dapat menghadapi tantangan pengajar-pengajar sesat. Timotius harus terus memperbarui diri dan memperkuat karakter pelayanannya. Bagian dari upaya Paulus ini adalah mengingatkan Timotius untuk mengikuti teladan yang ditunjukkan Paulus, yang telah memberi teladan melalui pelayanannya. Pokok nasihat Paulus kepada Timotius, yang muncul dalam perikop ini, adalah menjadikan kitab suci sebagai sumber rujukan dalam memberi nilai pada pengalaman-pengalaman (teladan) yang ditunjukkan Paulus sehingga ia dapat terus memperkuat karakter pelayanannya dalam teladan hidup di tengah-tengah arus penyesatan dan penganiayaan yang ia gumuli dalam proses, baik itu proses pendidikan maupun proses pelayanan, yang dialami Timotius. Secara ringkas dapat disebutkan bahwa Paulus menasihatkan Timotius agar terus berbuat baik yang berdasarkan pada kebenaran Firman Tuhan sebagai karakter pelayanannya di tengah-tengah tantangan yang ia gumuli karena itu akan memberi hikmat padanya dan menuntun ia kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus. Firman Tuhan adalah pedoman hidup dalam kebenaran yang berguna untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran sehingga setiap orang diperlengkapi untuk berbuat baik,

Invocatio : Roma 10 : 17

Paulus mengingatkan kita melalui tulisannya kepada jemaat di Roma. Dengarkanlah Firman Kristus, karena oleh firman ini kita mendapatkan iman. Oleh iman kita menemukan pengharapan. Ketika Injil kita dengarkan, kita sampaikan kepada diri kita, ketika Alkitab dengan jelas membukakan kebenaran Injil yang sangat indah dan menakjubkan. Maka kita percaya dan menemukan inilah tujuan hidup. Pada saat inilah iman itu muncul, ketika Injil diberitakan kepada kita, ketika kuasa Allah bekerja di dalam diri. Kita menemukan diri kita yang baru dengan pengertian yang baru dan melimpah. 

Khotbah Amsal 2 : 1 - 8

Amsal pasal 2 ini berisi didikan yang berupa teguran yang menuntut hikmat dan berisi nasihat/ petuah yang panjang dari seorang bapa kepada anaknya, dengan mendorong sang anak untuk mengejar hikmat secara aktif sehingga sang anak menemukan rasa takut akan Tuhan dengan segala kelakuan dan pengertian yang beretika. Hikmat ini akan menyelamatkan sang anak dari segala macam masalah dalam hidupnya, termasuk bahaya oleh wanita asing/ Perempuan jalang yang bisa membawa pengaruh yang negated dalam kehidupan orang muda. Pasal 2 ini diakhiri dengan deklarasi bahwa siapa yang jujur atau tidak bersalah (orang yang mempeerhatikan kata-kata bapa dan menemukan rasa takut akan Tuhan), akan diperbolehkan untuk tinggal di tanah yang dijanjikan (menerima dan menikmati janji dan berkat Tuhan), tetapi siapa yang tidak demikian akan dihapus dari tanah yang dijanjikan.

  • Amsal 2 : 1 Hai anakku, jikalau engkau menerima perkataanku dan menyimpan perintahku di dalam hatimu,

Ayat ini dimulai dengan protasis (klausa 'jikalau') dari kalimat kondisional di mana bapa menunjukkan dan mendorong anaknya agar mendengarkan ajaran-ajarannya dan mengejar hikmat. Bapa menginginkan bahwa anaknya melakukan lebih dari sekedar mendengarkannya, yaitu kesediaan untuk menerima apa yang dikatakan bapa, tidak hanya untuk membuka pikiran. Kata 'perintah' secara khusus seringkali muncul dalam alkitab, dimana kata 'perintah' ini dihubungkan dengan hukum Allah.

  • Amsal 2 : 2 sehingga telingamu memperhatikan hikmat, dan engkau mencenderungkan hatimu kepada kepandaian,

Orang mendengarkan menggunakan telinga, tetapi bapa membutuhkan tindakan sang anak yang lebih dari sekedar mendengarkan. Hati melambangkan kepribadian dan karakter seseorang. Meskipun hati merupakan keseluruhan dalam diri seseorang, pada keadaan tertentu ada penekanan pada kognitif. Telinga maupun hati menjadi sarana pengembangan internal maupun eksternal. Penerimaan terhadap pengajaran bapa melibatkan tindakan yang lebih dari hanya sekedar mendengarkan; orang harus mengarahkan dirinya pada hikmat untuk mendapatkan manfaat darinya.

  • Amsal 2 : 3 ya, jikalau engkau berseru kepada pengertian, dan menujukan suaramu kepada kepandaian,

Bapa ingin agar anak mengambil langkah selanjutnya dalam mencari hikmat. Anak tidak hanya terbuka terhadap pengaruh hikmat yang datang kepadanya, tetapi anak harus juga mengejarnya secara aktif. Anak didorong untuk menggunakan suaranya untuk memanggil hikmat

  • Amsal 2 : 4 jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam,

Ayat ini menjelaskan jenis-jenis tindakan yang diinginkan oleh sang bapa terhadap anaknya untuk memperoleh hikmat dan menyampaikan perlunya peningkatan. Pencarian hikmat berhubungan dengan istilah "kepandaian" dan pengertian", tetapi pencariannya harus adalah pencarian yang sungguh-sungguh seperti mencari perak atau harta terpendam karena nilainya yang begitu penting. Melalui kitab ini, Hikmat dibandingkan dengan logam yang berharga.

  • Amsal 2 : 5 maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat pengenalan akan Allah.

Jika anak mengikuti didikan bapa seperti pada ayat 1-4 maka ia akan mengerti takut akan Yahweh dan menemukan pengetahuan akan Tuhan. Ayat ini mengingatkan kita bahwa hikmat dan pertalian dengan Yahweh adalah suatu jalinan secara utuh.

  • Amsal 2 : 6 Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian.

Mencari hikmat, dan orang akan menemukan Tuhan. Menemukan Tuhan, dan orang akan memperoleh hikmat. Ayat 6b mempertajam pikiran dalam ayat 6a yang mengatakan bahwa hikmat secara khusus berasal dari mulut Yahweh. Dalam hal ini bapa adalah juru bicara Yahweh, oleh karena itu kata-kata bapa yang tertulis dalam kitab Amsal adalah kata-kata dari mulut Yahweh.

  • Amsal 2 : 7 Ia menyediakan pertolongan bagi orang yang jujur, menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela lakunya,

Ayat ini menguraikan manfaat dari memperoleh hikmat yang membawa seseorang ke dalam hubungan dengan Tuhan. Di sini orang bijak digambarkan sebagai orang yang jujur dan tak bercela, serta melakukan apa yang benar secara moral. Dalam konteks ini, mereka adalah orang yang memperhatikan perintah bapa dan memperoleh hikmat. Sedangkan orang-orang yang tidak bersalah hidupnya ditandai dengan kebenaran etikal dan taat hukum. Tuhan menyediakan pertolongan dalam bentuk kekuatan dalam diri yang menolong orang meloloskan diri dari kesulitan, dengan kata lain sebagai perisai yang melindungi sesorang dari kemalangan hidup. Jika masalah muncul, si penerima hikmat Tuhan akan memiliki sesuatu yang diperlukan untuk menghadapi masalah tersebut.

  • Amsal 2 : 8 sambil menjaga jalan keadilan, dan memelihara jalan orang-orang-Nya yang setia.

Kata 'menjaga' adalah perluasan dari metafora perisai yang digunakan untuk menggambarkan pertolongan yang Tuhan berikan pada pengikut-pengikutnya. Kata 'jalan' dapat diartikan sebagai perjalanan kehidupan (berhubungan dengan keadilan dan kesetiaan), dan ayat ini menyatakan bahwa Tuhan melindungi perjalanan hidup orang-orang yang berkenan kepadaNya.

III. Refleksi/ Kesimpulan

Mencari hikmat melibatkan pikiran, indera, hati, dan kemauan. Sikap ini dimiliki oleh orang yang tahu dan yakin bahwa hikmat yang didasari takut akan Tuhan adalah hikmat yang berharga bagi hidupnya. Karena hikmat bersumber pada Allah, maka kita perlu menyediakan waktu untuk mendengar firman-Nya dan teratur dan sungguh-sungguh. Kita perlu membuka hati dan pikiran kita mempelajari firman Tuhan. Kita perlu menyediakan waktu untuk bersekutu dengan Tuhan di dalam doa dan persekutuan pribadi, dan melakukan firman Tuhan setiap hari. Berkat dari sikap yang berhikmat. Jalan hidup orang yang berhikmat jauh berbeda dengan orang yang tidak memiliki hikmat. Hikmat akan menuntun, sehingga kita tidak berjalan di jalan jahat; hikmat akan menguatkan sehingga kita tidak tergoda perempuan jalang. Dengan hikmat pula kita akan hidup bermoral tinggi dan luhur, dan yang terutama kita akan memiliki pengenalan akan Tuhan.

Kita bisa mengetahui bahwa hikmat bukanlah seperti durian runtuh yang jatuh dari langit begitu saja, bukan pula pembawaan lahir, tapi semua itu berasal dari Tuhan dan untuk mendapatkannya dibutuhkan usaha sungguh-sungguh serta keseriusan kita. Jelaslah bahwa ada hubungan antara anugerah dari Tuhan dan upaya dari kita sendiri untuk memperoleh hikmat. Lalu dalam Mazmur pun disebutkan bahwa: "Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik. Puji-pujian kepada-Nya tetap untuk selamanya." (Mazmur 111:10). Tuhan siap menganugerahkan hikmat kepada anak-anakNya. Dia sangat rindu untuk melengkapi anak-anakNya dengan bekal yang cukup untuk melewati hari demi hari yang penuh tantangan dan kesulitan, sehingga semua anakNya akan mampu mencapai garis akhir dengan baik, menjadi pemenang dengan gemilang dan memperoleh mahkota kehidupan seperti yang Dia janjikan. Tanpa hikmat kita akan kesulitan untuk hidup lurus dan pada suatu ketika akan menyerah di tengah jalan.

Tema kita : “Tempat Mendapatkan Pengetahuan Dan Hikmat” membawa kita kepada pemahaman bahwa untuk mendapatkan hikmat dan pengetahuan (atau membentuk anak-anak kita menjadi orang-orang yang berhikmat dan berpengetahuan) ada hal-hal yang harus kita lakukan yaitu:

  • Hidup takut akan Tuhan karena Dialah sumber dari hikmat dan pengetahuan
  • Belajar dari pengalaman hidup, baik orang lain maupun diri sendiri
  • Keluarga adalah tempat utama untuk mendidik anak-anak menjadi orang yang takut akan Tuhan, yang hidup menurut kehendak Allah. Dengan demikian generasi muda (anak-anak) kita akan siap untuk menghadapi segala tantangan hidup dan tawaran dunia yang tidak berkenan kepada Tuhan karena mereka memiliki iman, pengetahuan dan hikmat yang datangnya dari Allah/
  • Gereja harus menjadi tempat yang nyaman bagi anak-anak, gereja yang ramah yang memberikan pengarajan yang benar bagi anak-anak (dan juga jemaatnya), memberikan kesempatan dan peluang bagi orang muda untuk mempergunakan dan mengembangkan talenta dan potensi mereka untuk pelayanan dan kemuliaan nama Tuhan.
  • Para pengajar (Pdt/ Pt/ Dk dan Guru sekolah Minggu) harus sungguh-sungguh memperhatikan pengajaran yang mereka sampaikan kepada anak-anak, harus terus memboboti diri dengan pemahaman yang benar tentang Firman Allah dan cara yang menarik dalam mengajarkannya kepada anak-anak.

Pdt. Elba P. Barus

Runggun Sitelusada

SUPLEMEN PEKAN KEBAKTIAN KELUARGA TAHUN 2024, WARI III

Invocatio :

Mahkota orang-orang tua adalah anak cucu  dan kehormatan anak-anak ialah   nenek moyang mereka. (Amsal 17:6)

Ogen :

Epesus 4:29-32

Khotbah :

Ulangan 6:4-9

Tema :

Mengajarkan Firman Allah Kepada Anak

 

I. Kata Pengantar

Setiap orang tua akan mewariskan hal terbaik yang dimilikinya kepada anak anaknya. Ada yang menilai harta sebagai hal yang terbaik yang dapat diwariskan kepada anak-anaknya. Adapula nama baik, kebijaksanaan kepada anak-anaknya. Anak adalah Berkat. Anak bisa diibaratkan seperti kertas putih yang masih polos. Bagaimana kita menorehkan tinta emas yang berharga diatasnya adalah tugas dan tanggungjawab orang tuanya. Salah satu ayat Alkitab yang mencatat bahwa anak adalah berkat tertulis dalam Mazmur 127:3-5, 'Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah. Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda. Tema hari ini : mengajarkan Firman Allah kepada anak yang diambil dari Ulangan 6:4-9. Dalam nats ini berisikan tentang pernyataan tegas Musa, tentang bagaimana seharusnya umat Tuhan hidup di tanah perjanjian. Umat Tuhan yang dibebaskan dari perbudakan di mesir untuk suatu kehidupan yang sesuai dengan ketetapan Tuhan dan hidup di dalam iman kepadaNya.

II. Isi

Untuk menjelaskan urian nats Ulangan 6:4-9 ada beberapa pokok garis besar yakni:

Mendengar pengajaran

Di dalam Ulangan 6:4, “ dengarlah hai orang Israel...”.bagian ini sering kali disebut sebagai shema(bh.Ibrani Shama: mendengar). Bagian ini sangat dikenal orang Yahudi pada zaman Yesus karena diucapkan setiap hari oleh orang Yahudi yang saleh didalam kebaktian d i Sinagoge. Shema ini merupakan pernyataan terbaik tentang kodrat monotheistik Allah, di mana pernyataan ini diikuti oleh perintah ganda kepada bangsa Israel yakni untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan (ay.5-6) dan untuk mengajarkan iman mereka dengan tekun kepada anak-anak mereka (ay.7-9).

Kata “dengarlah” adalah kata kerja Ibrani shema (Qal Imperative) yang berarti mendengar untuk melakukan”. Ini adalah fokus dari perjanjian alkitabiah. Penggunaan kata kerja ini digunakan secara liturgis pada waktu ibadah yang ditetapkan dalam ibadah Israel (bnd. Ul.4:1,5:1,9:1;20:1) doa dalam Ulangan 6:4-6 ini, sejak masa bait suci kedua (516sM), bahkan diulang sampai hari ini oleh orang-orang Yahudi dipagi dan sore hari pada kesempatan ibadah yang menjadi pengakuan iman mereka.

Mengasihi Allah dengan segenap hati

Allah mendambakan persekutuan dengan umatNya dan memberikan mereka satu perintah yang sangat perlu ini untuk mengikat mereka kepadaNya. Ini adalah wujud kasih Allah yang harus direspon dengan rasa syukur dan kesetian. Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu adalah penekanan yang kuat yang menyatakan tanggapan kita kepada Tuhan adalah untuk melibatkan seluruh pribadi kita. “kasih” (qal perfect) ini adalah karakteristik dari kitab ulangan untuk mengkaitkan ketaatan kepada perjanjian YHWH sebagai bukti dari kasih seseorang kepadaNya. Istilah hati dan jiwa sering digunakan bersama-sama untuk menunjukkan manusia seutuhnya (bnd. Ul.4:29). Istilah jiwa menggambarkan daya hidup(napas) pada manusia dan hewan (menunjuk kepada hasrat). Kekuatan berarti kelimpahan atau kekuatan. Ketiga istilah ini, hati,jiwa dan kekuatan mewakili manusia seutuhnya dan karena itu sejajar dengan ungkapan sepenuh hati.

Memperhatikan dan mengajarkan apa yang di Firmankan

Kata-kata ini mengarah kepada perjanjian YHWH yang diberikan melalui Musa.kalimat harus engkau perhatikan dalam bahasa Ibrani memiliki arti fokus mengarakan kehidupan individu. Penekanan dalam PL juga dimaksudkan untuk menjadi kesetian internal ini ditujukan kepada segenap umat Israel dan ini diajarkan secara berulang-ulang menjadi pengakuan iman mereka, salah satu cara untuk mengungkapkan kasih kepada Allah ialah memperdulikan kesejahteran rohani anak-anak dan berusaha menuntun mereka kepada hubungan yang setia dengan Allah (Piel perpect). Kata kerja ini memiliki arti “ mempertajam”kata mempertajam sering digunakan para rabi menegaskan kata shema harus diulang pagi dan sore hari. Kita harus berbicara tentang kehendak Allah dalam hidup kita sehari-hari. Tanggung jawab orangtualah untuk meneruskan iman menjadi gaya hidup. Artinya pembinaan rohani anak-anak seharusnya menjadi perhatian utama semua orang tua. Dengan kata lain pengarahan rohani dilakukan berpusat dirumah melibatkan ayah dan ibu.

Mengikat pengajaran sebagai tanda

Awalnya kalimat ini tampaknya digunakan sebagai metafora. Konteksnya adalah kesempatan mengajar gaya hidup firman Tuhan. Namun para rabi mengambil ayat sangat harafiah dan mereka mulai untuk membungkus tali kulit ditangan kiri mereka dengan sebuah kotak kecil (tefillin) yang terlampir yang berisi kita suci yang terpilih dari taurat. Jenis kotak yang sama juga dilihat kedahi mereka. (ul.11:18).

Menuliskan pada tiang pintu rumah dan pintu gerbang

Ini adalah sikap simbolis bahwa Allah memiliki bagian, tidak hanya dalam kehidupan sodial kita. gerbang (Ul.21:19,22:15,24) sebagaimana ambang dari rumah sering dipandang sebagai tempat iblis dalam dunia Yunani dan Romawi, tetapi dalam dunia Yahudi itu mewakili kehadiran Allah. Dan ambang pintu juga dipandang tempat di mana darah paskah ditempatkan.

 Ogen :Epesus 4:29-32

Dalam nats ini diuraikan perbedaan hidup manusia lama dan baru. Dengan mengetahui perbedaan hidup manusia lama dan baru kita dapat bercermin seperti apa diri kita. Paulus menegaskan agar jemaat memperaktikkan hidup kasih Kristus dalam kehidupan mereka, bukan saja sebagai sesuatu keharusan tetapi juga sebagai tanda atau karunia dalam kehidupan kristen.

 Invocatio: Amsal 17:6

Amsal memberikan gambaran yang jelas tentang hidup. Kitab amsal memperlihatkan bahwa tindakan-tindakan tertentu selalu menghasilkan akibat-akibat tertentu. Dalam nats amsal 17:6, mengenai keluarga, hal yang paling penting adalah relasi yang baik dan akur antar anggota keluarga.

Kesejajaran khotbah, ogen dan Invocatio:

Mengajarkan tentang Firman Allah kepada anak dapat terwujud jika kita hidup dalam iman kepada Allah dalam sebuah relasi yang dilandasi kasih.

III. Kesimpulan

Mengajarkan tentang Firman Tuhan kepada anak merupakan tanggungjawab orang tua. Kita tahu bahwa rumah adalah tempat di mana anak-anak kita mengenal Allah. Tidak jarang kita jumpai ada keluarga yang justru mengabaikan tanggungjawabnya dalam mengajarkan firman Tuhan dari rumah. Bahkan kita sering mendengar berita yang tidak sedap didengar anak-anak justru diperlakukan semena-mena, mendapatkan kekerasan, pelecehan seksual, bahkan mempekerjakan anak untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Bagaimana seharusnya? Mari dengar dan lakukan apa yang kita dengar. Mari belajar frimannya sehingga menjadi gaya hidup kita. ingat bagi kita orang tua, buah tak jauh dari pohonnya. Apa yang kita ajarkan dan kerjakan itu yang akan dilihat anak-anak kita.

khotbah

Saudara-suadari yang dikasihi Tuhan Yesus, Ulangan 6 : 4 - 9 yang menjadi bahan Pekan keluarga, menuliskan berbagai tanggung jawab bagi orangtua untuk mewariskan iman kepada anak-anak kita. Beberapa hal yang perlu kita perhatikan dari bagian Firman Tuhan ini :

1.Haruslah engkau mengikatnya sebagai lambang di tanganmu

Orang-orang Yahudi biasa memakai sepuluh Firman Tuhan dengan diikatkan pada tangannya. Ini memiliki makna bahwa mereka ingin tangannya melakukan pekerjaan dan usaha sesuai Firman Tuhan. Demikian juga dalam mendidik anak-anak, orangtua Yahudi tidak memukul anak-anaknya, artinya menggunakan tangan dengan sebaik-baiknya. Hati-hati dengan tanganmu sebagai orangtua.

2.Menjadi lambang di dahimu teladan hidup

Dahi digambarkan sebagai vision, memandang ke depan, artinya Firman Tuhan dijadikan pandu dalam memimpin keluarga dalam mendidik anak-anak.

3.Menuliskannya pada tiang pintu rumahmu

Tiang rumah adalah penyanggah ketegaran dan kekuatan sebuah rumah, artinya keluarga-keluarga harus menjadikan Firman Tuhan penyanggah, dasar dalam seluruh kehidupan berkeluarga. Pada “tiang pintu rumahmu" juga bisa diartikan, seluruh isi rumah ini mengasihi TUHAN.

4.Menuliskannya pada pintu gerbangmu

Pintu gerbang adalah tempat keluar masuk semua anggota keluarga, artinya seluruh kehidupan keluarga didasarkan pada Firman Tuhan, keluarga hidup di dalam terang Firman Tuhan sehingga menjadi teladan.

Dari poin-poin di atas, langkah nyata yang dapat dilakukan oleh orangtua pada zaman ini adalah :

  1. Mendengar Firman Tuhan

Keluarga (Orangtua) yang baik mau mendengarkan perintah Allah dan mengerti perintah itu dengan sungguh-sungguh sehingga "tertanam dalam hati" dan menjadi bagian dari diri. Hal ini diperoleh melalui keteraturan dalam mempelajari Firman Tuhan, yaitu Alkitab. Dengan pimpinan dan pertolongan Roh Kudus, Firman Tuhan itu menjadi jelas bagi kita dan menjadi pedoman bagi keluarga.

  1. Mematuhi

Pengetahuan saja tidaklah cukup. Selain mendengarkan, orangtua harus terus mematuhi ketetapan dan perintah Allah. Bila orangtua tidak menunjukkan keinginan untuk mematuhi Allah, pada gilirannya anak-anak mereka juga tidak akan memiliki keinginan untuk mematuhi orangtua mereka. Orangtua harus menjadi teladan terlebih dahulu di dalam mematuhi Firman Tuhan, dan anak-anak akan meniru apa yang mereka lihat.

  1. Mengajar

Bagaimana mengajarnya??

  1. Dengan berulang-ulang

Alkitab menunjukkan bahwa mengajar bukanlah usaha yang hanya sekali dilakukan. Mengajar harus dilakukan orangtua dengan berulang-ulang siang dan malam. Berulang-ulang berarti tidak bosan-bosannya, bukan sekali-kali, tetapi terus-menerus, tak pernah berhenti, tak pernah bosan mengajarnya kepada anak anak kita. kita bisa bandingkan dalam invocatio kita dalam Amsal 17:6, dimana keluarga adalah tempat bagi anak-anak kita mendapat pengajaran.

  1. Dalam kehidupan sehari hari

Pada saat kita duduk, berjalan, berbaring, dan bangun kita harus mencari kesempatan untuk mengajar. Kata kerja "duduk, berjalan, berbaring, dan bangun" adalah aktivitas sehari-hari manusia. Bangun, tidur, duduk lalu berjalan melakukan aktivitas lalu berbaring untuk beristirahat, artinya mendidik dengan seluruh aktivitas sehari-hari, dengan teladan hidup yang nyata sehari-hari. Mejadi role model memang tidak mudah tetapi bukan tidak bisa kita lakukan sebagai orang tua. Marilah belajar untuk melakukan apa yang telah difirmankan Tuhan dlam hidup kita. Marilah sebagai orangtua Kristen, kita dapat membimbing anak-anak kita di dalam hikmat Tuhan, sehingga mereka menjadi generasi yang tangguh di dalam menghadapi tantangan zaman ini. Percayalah anak-anak kita akan menjadi anak yang hebat. Amin.

                                                                        Pdt. Walder Mazmur Ginting

Runggun Karawang

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD