SUPLEMEN PEKAN KEBAKTIAN KELUARGA TAHUN 2024, WARI VI
Invocatio :
Yosua 24:15b
Ogen :
Epesus 5:18-20
Kotbah :
Masmur 128: 1-6
Tema :
Keluarga Yang Berbahagia (Jabu si dem alu kesangapen)
Pendahuluan
Kebahagiaan dalam keluarga seringkali dianggap sebagai sebuah pencapaian hidup yang tinggi. Setiap anggota keluarga menginginkan kedamaian, cinta, dan hubungan yang harmonis. Namun, dalam konteks iman Kristen, kebahagiaan dalam keluarga tidak hanya diukur dari aspek materi atau hubungan yang tanpa konflik. Lebih dari itu, kebahagiaan sejati didasarkan pada ketaatan kepada Tuhan dan komitmen untuk menjalani kehidupan yang berpusat pada-Nya.Yosua, salah satu tokoh besar dalam sejarah Israel, memberikan contoh yang kuat mengenai kepemimpinan dalam keluarga yang berkomitmen kepada Tuhan. Ia dengan tegas menyatakan pilihan keluarganya untuk tetap setia kepada Tuhan meskipun di tengah tantangan penyembahan berhala. Paulus, dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, menekankan pentingnya hidup yang dipenuhi oleh Roh Kudus, sebuah fondasi penting untuk menjaga keharmonisan dalam keluarga. Sementara itu, Mazmur 128 memberikan gambaran tentang berkat Tuhan atas keluarga yang takut akan Tuhan. Melalui perenungan ini, kita akan melihat bagaimana ketiga nats ini saling melengkapi untuk menggambarkan keluarga yang berbahagia di dalam Tuhan.
Isi
- Invocatio: Yosua 24:15b
Pada saat Yosua memimpin bangsa Israel, mereka berada di persimpangan sejarah. Setelah bertahun-tahun berjuang memasuki Tanah Perjanjian dan berhasil menaklukkan sebagian besar wilayah Kanaan, bangsa Israel mulai menetap di tanah yang Tuhan janjikan kepada mereka. Namun, masalah terbesar yang muncul bukanlah musuh dari luar, melainkan tantangan internal dalam hal kesetiaan mereka kepada Tuhan. Setelah mengalami masa keemasan dalam kepemimpinan Musa dan Yosua, bangsa Israel menghadapi godaan untuk mengikuti praktik-praktik penyembahan berhala dari bangsa-bangsa di sekitar mereka.Pada masa itu, Kanaan dipenuhi dengan berbagai dewa yang disembah oleh penduduk asli, seperti Baal dan Asytoret. Dewa-dewa ini dihubungkan dengan kesuburan, kekayaan, dan keberhasilan hidup. Banyak orang Israel tergoda untuk mengikuti jejak bangsa-bangsa tersebut, berpikir bahwa dewa-dewa itu dapat memberi mereka kehidupan yang lebih baik. Inilah sebabnya Yosua, dalam pidato terakhirnya kepada bangsa Israel, memberikan tantangan kepada mereka untuk memilih siapa yang akan mereka layani: apakah mereka akan setia kepada Tuhan, atau beralih ke dewa-dewa lain. Yosua 24 adalah sebuah momen penting di mana Yosua, sebagai pemimpin spiritual dan kepala keluarga, dengan tegas menyatakan bahwa meskipun orang lain mungkin tergoda untuk mengikuti dewa-dewa asing, dirinya dan keluarganya akan tetap setia kepada Tuhan. Di hadapan seluruh bangsa Israel, ia membuat komitmen yang jelas bahwa keluarganya akan terus beribadah kepada Tuhan.
- Ogen : Efesus 5:18-20
Surat Efesus ditulis oleh Rasul Paulus saat ia berada dalam penjara di Roma. Salah satu tujuan utama dari surat ini adalah untuk memperkuat iman jemaat di Efesus, yang hidup di tengah lingkungan yang dipenuhi dengan pengaruh penyembahan berhala dan praktek-praktek kehidupan yang tidak sesuai dengan ajaran Kristus. Efesus sendiri adalah sebuah kota metropolitan yang menjadi pusat perdagangan dan kebudayaan di wilayah Asia Kecil. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh jemaat di Efesus adalah godaan untuk mengikuti cara hidup duniawi, termasuk pesta pora, mabuk-mabukan, dan perilaku moral yang buruk. Paulus, dalam surat ini, menekankan pentingnya hidup yang dipenuhi oleh Roh Kudus. Ia mengontraskan kehidupan yang dipenuhi oleh hawa nafsu duniawi, seperti mabuk-mabukan, dengan kehidupan yang dipenuhi oleh Roh Kudus. Hidup dalam Roh Kudus berarti menjalani kehidupan yang berdisiplin, menghindari perilaku yang merusak diri sendiri maupun orang lain, dan memfokuskan diri pada hubungan yang sehat dengan Tuhan dan sesama. Bagi Paulus, keluarga Kristen haruslah menjadi contoh dari kehidupan yang penuh dengan sukacita, kasih, dan pengendalian diri yang bersumber dari Roh Kudus. Dalam konteks keluarga, kehidupan yang dipenuhi Roh Kudus sangat penting untuk menjaga keharmonisan dan kebahagiaan. Ketika anggota keluarga dipenuhi oleh Roh Kudus, mereka akan saling membangun melalui perkataan yang penuh kasih, saling menguatkan dalam iman, dan bersama-sama memuji Tuhan.
- Khotbah : Masmur 128:1-6
Masmur 128 termasuk dalam kategori “Nyanyian Ziarah,” yaitu kumpulan mazmur yang dinyanyikan oleh umat Israel saat mereka melakukan perjalanan ke Yerusalem untuk merayakan hari-hari raya besar. Mazmur ini merupakan gambaran tentang kehidupan yang diberkati bagi mereka yang takut akan Tuhan dan hidup menurut jalan-Nya. Pada masa Israel kuno, keluarga sangat dihargai sebagai unit dasar masyarakat. Kehidupan keluarga yang harmonis dan diberkati dianggap sebagai tanda nyata dari penyertaan Tuhan. Dalam konteks ini, berkat Tuhan tidak hanya terbatas pada hal-hal spiritual, tetapi juga mencakup kesejahteraan fisik, kesuburan, dan keturunan. Istri yang diibaratkan sebagai pohon anggur yang subur, dan anak-anak yang seperti tunas pohon zaitun, menggambarkan keluarga yang sejahtera, tumbuh, dan berkembang dalam berkat Tuhan. "Istri seperti pohon anggur yang subur" (ayat 3): Pohon anggur dalam Alkitab sering digunakan sebagai simbol kesuburan, sukacita, dan kelimpahan. Istri yang digambarkan sebagai pohon anggur yang subur adalah simbol dari seorang istri yang berbuah banyak, baik secara harfiah melalui keturunan maupun secara simbolis melalui kontribusi terhadap kehidupan keluarga yang harmonis dan sejahtera. "Anak-anak seperti tunas zaitun" (ayat 3): Pohon zaitun adalah pohon yang berumur panjang dan sangat berharga bagi bangsa Israel karena minyaknya digunakan dalam banyak aspek kehidupan, baik untuk masakan, ritual keagamaan, maupun penyembuhan. Anak-anak yang digambarkan sebagai tunas zaitun mencerminkan harapan dan masa depan keluarga, karena tunas zaitun melambangkan pertumbuhan yang stabil dan kehidupan yang sejahtera di masa mendatang. Masmur ini mengajarkan bahwa kehidupan yang takut akan Tuhan akan menghasilkan kebahagiaan yang nyata, baik dalam hal relasi antar anggota keluarga maupun dalam kehidupan sehari-hari. Berkat yang dinyatakan dalam Mazmur 128 juga meluas kepada masyarakat yang lebih luas, di mana keluarga yang diberkati akan menjadi sumber berkat bagi komunitas sekitarnya. berkat yang diberikan kepada orang yang takut akan Tuhan tidak hanya berdampak pada kehidupan keluarga, tetapi juga pada komunitas dan bangsa. “Berkat dari Sion” menunjukkan hubungan antara berkat pribadi dan berkat bagi seluruh umat Allah. Yerusalem, sebagai pusat kehidupan spiritual bangsa Israel, menjadi simbol kesejahteraan seluruh bangsa. Jadi, keluarga yang diberkati oleh Tuhan akan memberikan kontribusi positif kepada kesejahteraan komunitas yang lebih luas. Ini mencerminkan keyakinan dalam tradisi Israel bahwa kehidupan yang saleh tidak hanya menghasilkan kebahagiaan pribadi, tetapi juga berdampak pada kesejahteraan sosial secara keseluruhan. Keluarga yang takut akan Tuhan berkontribusi pada kemakmuran dan perdamaian bangsa, sehingga mereka menjadi teladan bagi masyarakat lainnya.
Refleksi
- Dalam kehidupan kita saat ini, keluarga Kristen juga dihadapkan pada tantangan yang serupa. Dunia modern menawarkan berbagai godaan yang bisa mengalihkan perhatian kita dari Tuhan. Baik itu dalam bentuk pencapaian materi, kesuksesan karier, atau pengaruh budaya yang tidak sesuai dengan ajaran Kristus, semuanya bisa mengikis komitmen kita kepada Tuhan. Oleh karena itu, penting bagi setiap keluarga Kristen untuk membuat keputusan yang tegas seperti Yosua: untuk menjadikan Tuhan sebagai pusat dari segala aktivitas, perencanaan, dan tujuan hidup keluarga.
- Dalam keluarga modern, banyak tantangan yang bisa mengganggu keharmonisan, seperti kesibukan pekerjaan, masalah keuangan, atau konflik antar anggota keluarga. Kehidupan yang dipenuhi oleh Roh Kudus memberikan dasar yang kuat untuk mengatasi semua tantangan ini. Keluarga yang dipenuhi Roh Kudus akan selalu mencari jalan untuk membangun hubungan yang lebih kuat, baik di antara sesama anggota keluarga maupun dengan Tuhan. Mereka akan saling memperhatikan, memuji Tuhan bersama, dan terus-menerus mengucap syukur dalam segala keadaan.
- Keluarga yang hidup takut akan Tuhan tidak hanya akan merasakan kebahagiaan di dalam rumah tangga mereka, tetapi juga akan membawa dampak positif bagi masyarakat. Mereka bisa menjadi teladan bagi keluarga-keluarga lain, menunjukkan bahwa hidup dalam takut akan Tuhan membawa damai sejahtera dan kebahagiaan yang sesungguhnya. Lebih dari itu, keluarga yang diberkati akan berperan aktif dalam masyarakat, memperjuangkan hak-hak dasar seperti hak atas identitas bagi orang-orang di sekitar mereka. Keluarga yang diberkati oleh Tuhan dapat bergerak untuk menjadi contoh bagi masyarakat, ikut serta dalam pelayanan sosial, dan membantu mereka yang memerlukan, termasuk mendukung hak-hak dasar seperti hak mendapatkan identitas.Misalnya, mereka bisa terlibat dalam upaya membantu keluarga yang kurang mampu untuk mendapatkan akses ke hak-hak seperti akta kelahiran, yang akan memberi dampak besar dalam kehidupan anak-anak mereka.
Vik. Elpita Lorena Br Barus, S.Th
Perpulungen Purwakarta