SUPLEMEN PEKAN KEBAKTIAN KELUARGA TAHUN 2024, WARI IV
Invocatio :
“Jadi iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus” (Roma 10 : 17)
Ogen :
2 Timotius 3 : 10 – 17
Khotbah :
Amsal 2 : 1 – 8
Tema :
Tempat Untuk Mendapatkan Pengetahuan Dan Hikmat (Ingan Ndarami Pemeteh Ras Pengertin)
I. Pengantar
Dunia boleh saja mengagungkan harta dan mencoba terus mempengaruhi kita dengan itu, tapi penulis Amsal justru mengajarkan hal yang berbeda. Bukan harta, bukan emas dan perak, melainkan hikmat. Hikmat ini dikatakan jauh lebih bernilai dibandingkan harta, karenanya inilah yang harus kita prioritaskan lebih dari sekedar menimbun harta duniawi. Kita bisa melihat langsung contoh mengenai itu dari Salomo sendiri. Perhatikan bahwa ia memulai segala sesuatu lewat hikmat. Ia diberikan hikmat yang melebihi siapapun yang pernah, masih dan akan hidup di dunia ini. Alkitab belakangan mencatat bahwa Salomo merupakan orang terkaya yang pernah ada. Salomo memulainya bukan dari menimbun harta tapi dari anugerah hikmat yang ia terima dari Tuhan, dan kekayaan dengan sendirinya hadir mengikuti. Hikmat itu sangatlah penting. Dengan hikmat kita pun nantinya akan bijaksana dalam mengelola dan mempergunakan setiap berkat yang Tuhan titipkan kepada kita.
II. Isi/ Tafsiran
Ogen : 2 Timotius 3 : 10 – 17
Dalam konteks memperkuat karakter Timotius sebagai seorang pengikut Kristus yang akan meneruskan estafet pelayanan Paulus, ia dengan serius mengingatkan Timotius untuk terus bertekun dalam pengetahuannya sehingga ia dapat menghadapi tantangan pengajar-pengajar sesat. Timotius harus terus memperbarui diri dan memperkuat karakter pelayanannya. Bagian dari upaya Paulus ini adalah mengingatkan Timotius untuk mengikuti teladan yang ditunjukkan Paulus, yang telah memberi teladan melalui pelayanannya. Pokok nasihat Paulus kepada Timotius, yang muncul dalam perikop ini, adalah menjadikan kitab suci sebagai sumber rujukan dalam memberi nilai pada pengalaman-pengalaman (teladan) yang ditunjukkan Paulus sehingga ia dapat terus memperkuat karakter pelayanannya dalam teladan hidup di tengah-tengah arus penyesatan dan penganiayaan yang ia gumuli dalam proses, baik itu proses pendidikan maupun proses pelayanan, yang dialami Timotius. Secara ringkas dapat disebutkan bahwa Paulus menasihatkan Timotius agar terus berbuat baik yang berdasarkan pada kebenaran Firman Tuhan sebagai karakter pelayanannya di tengah-tengah tantangan yang ia gumuli karena itu akan memberi hikmat padanya dan menuntun ia kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus. Firman Tuhan adalah pedoman hidup dalam kebenaran yang berguna untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran sehingga setiap orang diperlengkapi untuk berbuat baik,
Invocatio : Roma 10 : 17
Paulus mengingatkan kita melalui tulisannya kepada jemaat di Roma. Dengarkanlah Firman Kristus, karena oleh firman ini kita mendapatkan iman. Oleh iman kita menemukan pengharapan. Ketika Injil kita dengarkan, kita sampaikan kepada diri kita, ketika Alkitab dengan jelas membukakan kebenaran Injil yang sangat indah dan menakjubkan. Maka kita percaya dan menemukan inilah tujuan hidup. Pada saat inilah iman itu muncul, ketika Injil diberitakan kepada kita, ketika kuasa Allah bekerja di dalam diri. Kita menemukan diri kita yang baru dengan pengertian yang baru dan melimpah.
Khotbah Amsal 2 : 1 - 8
Amsal pasal 2 ini berisi didikan yang berupa teguran yang menuntut hikmat dan berisi nasihat/ petuah yang panjang dari seorang bapa kepada anaknya, dengan mendorong sang anak untuk mengejar hikmat secara aktif sehingga sang anak menemukan rasa takut akan Tuhan dengan segala kelakuan dan pengertian yang beretika. Hikmat ini akan menyelamatkan sang anak dari segala macam masalah dalam hidupnya, termasuk bahaya oleh wanita asing/ Perempuan jalang yang bisa membawa pengaruh yang negated dalam kehidupan orang muda. Pasal 2 ini diakhiri dengan deklarasi bahwa siapa yang jujur atau tidak bersalah (orang yang mempeerhatikan kata-kata bapa dan menemukan rasa takut akan Tuhan), akan diperbolehkan untuk tinggal di tanah yang dijanjikan (menerima dan menikmati janji dan berkat Tuhan), tetapi siapa yang tidak demikian akan dihapus dari tanah yang dijanjikan.
- Amsal 2 : 1 Hai anakku, jikalau engkau menerima perkataanku dan menyimpan perintahku di dalam hatimu,
Ayat ini dimulai dengan protasis (klausa 'jikalau') dari kalimat kondisional di mana bapa menunjukkan dan mendorong anaknya agar mendengarkan ajaran-ajarannya dan mengejar hikmat. Bapa menginginkan bahwa anaknya melakukan lebih dari sekedar mendengarkannya, yaitu kesediaan untuk menerima apa yang dikatakan bapa, tidak hanya untuk membuka pikiran. Kata 'perintah' secara khusus seringkali muncul dalam alkitab, dimana kata 'perintah' ini dihubungkan dengan hukum Allah.
- Amsal 2 : 2 sehingga telingamu memperhatikan hikmat, dan engkau mencenderungkan hatimu kepada kepandaian,
Orang mendengarkan menggunakan telinga, tetapi bapa membutuhkan tindakan sang anak yang lebih dari sekedar mendengarkan. Hati melambangkan kepribadian dan karakter seseorang. Meskipun hati merupakan keseluruhan dalam diri seseorang, pada keadaan tertentu ada penekanan pada kognitif. Telinga maupun hati menjadi sarana pengembangan internal maupun eksternal. Penerimaan terhadap pengajaran bapa melibatkan tindakan yang lebih dari hanya sekedar mendengarkan; orang harus mengarahkan dirinya pada hikmat untuk mendapatkan manfaat darinya.
- Amsal 2 : 3 ya, jikalau engkau berseru kepada pengertian, dan menujukan suaramu kepada kepandaian,
Bapa ingin agar anak mengambil langkah selanjutnya dalam mencari hikmat. Anak tidak hanya terbuka terhadap pengaruh hikmat yang datang kepadanya, tetapi anak harus juga mengejarnya secara aktif. Anak didorong untuk menggunakan suaranya untuk memanggil hikmat
- Amsal 2 : 4 jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam,
Ayat ini menjelaskan jenis-jenis tindakan yang diinginkan oleh sang bapa terhadap anaknya untuk memperoleh hikmat dan menyampaikan perlunya peningkatan. Pencarian hikmat berhubungan dengan istilah "kepandaian" dan pengertian", tetapi pencariannya harus adalah pencarian yang sungguh-sungguh seperti mencari perak atau harta terpendam karena nilainya yang begitu penting. Melalui kitab ini, Hikmat dibandingkan dengan logam yang berharga.
- Amsal 2 : 5 maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat pengenalan akan Allah.
Jika anak mengikuti didikan bapa seperti pada ayat 1-4 maka ia akan mengerti takut akan Yahweh dan menemukan pengetahuan akan Tuhan. Ayat ini mengingatkan kita bahwa hikmat dan pertalian dengan Yahweh adalah suatu jalinan secara utuh.
- Amsal 2 : 6 Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian.
Mencari hikmat, dan orang akan menemukan Tuhan. Menemukan Tuhan, dan orang akan memperoleh hikmat. Ayat 6b mempertajam pikiran dalam ayat 6a yang mengatakan bahwa hikmat secara khusus berasal dari mulut Yahweh. Dalam hal ini bapa adalah juru bicara Yahweh, oleh karena itu kata-kata bapa yang tertulis dalam kitab Amsal adalah kata-kata dari mulut Yahweh.
- Amsal 2 : 7 Ia menyediakan pertolongan bagi orang yang jujur, menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela lakunya,
Ayat ini menguraikan manfaat dari memperoleh hikmat yang membawa seseorang ke dalam hubungan dengan Tuhan. Di sini orang bijak digambarkan sebagai orang yang jujur dan tak bercela, serta melakukan apa yang benar secara moral. Dalam konteks ini, mereka adalah orang yang memperhatikan perintah bapa dan memperoleh hikmat. Sedangkan orang-orang yang tidak bersalah hidupnya ditandai dengan kebenaran etikal dan taat hukum. Tuhan menyediakan pertolongan dalam bentuk kekuatan dalam diri yang menolong orang meloloskan diri dari kesulitan, dengan kata lain sebagai perisai yang melindungi sesorang dari kemalangan hidup. Jika masalah muncul, si penerima hikmat Tuhan akan memiliki sesuatu yang diperlukan untuk menghadapi masalah tersebut.
- Amsal 2 : 8 sambil menjaga jalan keadilan, dan memelihara jalan orang-orang-Nya yang setia.
Kata 'menjaga' adalah perluasan dari metafora perisai yang digunakan untuk menggambarkan pertolongan yang Tuhan berikan pada pengikut-pengikutnya. Kata 'jalan' dapat diartikan sebagai perjalanan kehidupan (berhubungan dengan keadilan dan kesetiaan), dan ayat ini menyatakan bahwa Tuhan melindungi perjalanan hidup orang-orang yang berkenan kepadaNya.
III. Refleksi/ Kesimpulan
Mencari hikmat melibatkan pikiran, indera, hati, dan kemauan. Sikap ini dimiliki oleh orang yang tahu dan yakin bahwa hikmat yang didasari takut akan Tuhan adalah hikmat yang berharga bagi hidupnya. Karena hikmat bersumber pada Allah, maka kita perlu menyediakan waktu untuk mendengar firman-Nya dan teratur dan sungguh-sungguh. Kita perlu membuka hati dan pikiran kita mempelajari firman Tuhan. Kita perlu menyediakan waktu untuk bersekutu dengan Tuhan di dalam doa dan persekutuan pribadi, dan melakukan firman Tuhan setiap hari. Berkat dari sikap yang berhikmat. Jalan hidup orang yang berhikmat jauh berbeda dengan orang yang tidak memiliki hikmat. Hikmat akan menuntun, sehingga kita tidak berjalan di jalan jahat; hikmat akan menguatkan sehingga kita tidak tergoda perempuan jalang. Dengan hikmat pula kita akan hidup bermoral tinggi dan luhur, dan yang terutama kita akan memiliki pengenalan akan Tuhan.
Kita bisa mengetahui bahwa hikmat bukanlah seperti durian runtuh yang jatuh dari langit begitu saja, bukan pula pembawaan lahir, tapi semua itu berasal dari Tuhan dan untuk mendapatkannya dibutuhkan usaha sungguh-sungguh serta keseriusan kita. Jelaslah bahwa ada hubungan antara anugerah dari Tuhan dan upaya dari kita sendiri untuk memperoleh hikmat. Lalu dalam Mazmur pun disebutkan bahwa: "Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik. Puji-pujian kepada-Nya tetap untuk selamanya." (Mazmur 111:10). Tuhan siap menganugerahkan hikmat kepada anak-anakNya. Dia sangat rindu untuk melengkapi anak-anakNya dengan bekal yang cukup untuk melewati hari demi hari yang penuh tantangan dan kesulitan, sehingga semua anakNya akan mampu mencapai garis akhir dengan baik, menjadi pemenang dengan gemilang dan memperoleh mahkota kehidupan seperti yang Dia janjikan. Tanpa hikmat kita akan kesulitan untuk hidup lurus dan pada suatu ketika akan menyerah di tengah jalan.
Tema kita : “Tempat Mendapatkan Pengetahuan Dan Hikmat” membawa kita kepada pemahaman bahwa untuk mendapatkan hikmat dan pengetahuan (atau membentuk anak-anak kita menjadi orang-orang yang berhikmat dan berpengetahuan) ada hal-hal yang harus kita lakukan yaitu:
- Hidup takut akan Tuhan karena Dialah sumber dari hikmat dan pengetahuan
- Belajar dari pengalaman hidup, baik orang lain maupun diri sendiri
- Keluarga adalah tempat utama untuk mendidik anak-anak menjadi orang yang takut akan Tuhan, yang hidup menurut kehendak Allah. Dengan demikian generasi muda (anak-anak) kita akan siap untuk menghadapi segala tantangan hidup dan tawaran dunia yang tidak berkenan kepada Tuhan karena mereka memiliki iman, pengetahuan dan hikmat yang datangnya dari Allah/
- Gereja harus menjadi tempat yang nyaman bagi anak-anak, gereja yang ramah yang memberikan pengarajan yang benar bagi anak-anak (dan juga jemaatnya), memberikan kesempatan dan peluang bagi orang muda untuk mempergunakan dan mengembangkan talenta dan potensi mereka untuk pelayanan dan kemuliaan nama Tuhan.
- Para pengajar (Pdt/ Pt/ Dk dan Guru sekolah Minggu) harus sungguh-sungguh memperhatikan pengajaran yang mereka sampaikan kepada anak-anak, harus terus memboboti diri dengan pemahaman yang benar tentang Firman Allah dan cara yang menarik dalam mengajarkannya kepada anak-anak.
Pdt. Elba P. Barus
Runggun Sitelusada