MINGGU 26 OKTOBER 2025, KHOTBAH LUKAS 8:34-39

Invocatio :

Kalak si erkiniteken si enggo merap e lawes ku kuta-kuta meritaken Berita Si Meriah (Perb. 8 : 4)

Ogen :

Jeremia 28 : 12 – 17 (T)

Tema :

Beritaken Perbahanen Dibata (Beritakanlah Perbuatan Tuhan)

 

 

I. Pendahuluan

Berbicara tentang berita tentu identik dengan sebuah informasi. Kerap sekali ketika kita menonton TV dan membaca media lainnya tentu ada beberapa tayangan berita. Sehingga, melalui berita tersebut kita dapat mengetahui kejadian apa dan dimana sebuah peristiwa sedang terjadi. Sedemikianlah berita itu sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia. Berbicara tentang berita tentang perbuatan Tuhan, tentu kita sadari seluruh kehidupan kita adalah karena perbuatan Allah. Sehingga, sudah sangat pantas dan layaklah kita sebagai pewarta perbuatan Tuhan itu yang sangat berdampak besar.

Minggu Zending mengingatkan kita akan masa lalu mengenai bagaimana Injil sampai kepada orang Karo 135 tahun yang silam dibawa oleh NZG (18 April 1890). Seperti ungkapan Bung Karno: Jangan Lupakan Jas Merah yang berarti jangan melupakan sejarah. Supaya sejarah tidakdilupakan tentu kita harus memberitakannya untuk tetap diketahui oleh setiap orang.

II. Pendalaman Teks

Lukas 8 : 34 – 39 berbicara tentang pembebasan seorang pria yang kerasukan roh jahat di daerah Gerasa, dan dirasuki oleh “Legion”. Setelah setan diusir, mereka masuk ke kawanan babi dan terjun ke danau lalu mati. Secara aspek sosial, dalam masyarakat Yahudi dan greko-Romawi bahwa seorang yang kerasukan dianggap najis, dikucilkan dan tak berdaya. Seorang yang kerasukan tersebut hidup tanpa pakaian, tinggal di kuburan, dirantai tetapi selalu memutus rantai (hal membuktikan ada kuasa jahat). Dalam bagian ini, Yesus tidak hanya menyembuhkan tetapi menunjukkan otoritasNya atas setan-setan, bahkan atas sekelompok besar roh jahat “Legion”. Peristiwa ini terjadi setelah Yesus meredakan badai di danau (Lukas 8:22-25). Secara konteks naratif, Lukas membangun tema otoritas Kristus secara menyeluruh: atas alam, roh jahat, penyakit bahkan kematian. Semua perbuatan Yesus ini menunjukkan bahwa tidak ada Batasan bagi kuasa Yesus.

Ay.34, bahwa ada sebuah kejadian yang disaksikan oleh penjaga babi: kawanan babi dimasuki kuasa setan dan mati. Sehingga merekka melarikan diri bukan karena sukacita tetapi ada rasa takut, lalu menyebarkan ke seluruh kampung. Melalui kejadian tersebut maka tersebarlah berita informasi atas peristiwa babi-babi tersebut. Ay.35, reaksi masyarakat adalah takjub dan takut kerna mereka tahu betapa mengerikannya kondisi pria itu sebelumnya. Duduk di kaki Yesus menandakan keadaan tunduk dan tenang, adanya perubahan dari tidak tenang ke tenang. Ay.36, saksi mata memberitahukan proses penyembuhan, bukan hanya hasilnya. Melalui peristiwa ini menunjukkan bahwa penyembuhan rohanu dan keselamatan terjadi sekaligus. Adanya pemulihan identitas, pembebasan secara spiritual dan pemulihan fisik juga mental.

Ay. 37, penduduk menolak kehadiran Yesus meskipun baru saja menyelamatkan. Mengapa? Karena adanya rasa takut jika kuasa Yesus tersebut tidak dapat dikendalikan mereka. Kedua, takut kerugian ekonomi (babi mereka juga dirasuki). Ay. 38, adanya sebuah reaksi dari lelaki tersebut terbukti dari keinginannya menyertai Yesus tetapi Yesus menolaknya. Ay.39, Yesus justru menyuruhnya menjadi saksi hidup di tengah masyarakat. Yesus juga menunjukkan kesatuan Allah dan Yesus. Bukan hanya sembuh tetapi mejadi penginjil perdana di daerah Gerasa.

Melalui perikop bacaan Yeremia 28 : 12 – 17, berisi tentang pertentangan antara Yeremia dan nabi palsu Hananya. Peritiwa tersebut terjadi pada masa pemerintahan Raja Zedekia Dimana keadaan bangsa Yehuda sedang dalam tekanan besar dari Babel karena raja Babel (Nebukadnezar) telah menaklukkan Yerusalem dan membawa sebagian orang Yehuda ke dalam pembuangan. Hananya merupakan nabi palsu yang menyampaikan berita nubuat palsu (hoax) bahwa Allah akan mematahkan kuk Babel dan memulangkan orang-orang buangan dalam dua tahun (Yer 28:1-11). Sedangkan Yeremia berbanding terbalik yang disampaikannya. Yeremia bernubuat bahwa Babel akan tetap menguasai Yehuda dan pembuangan akan berlangsung lama.

Ay. 12 -13, tindakan Hananya mematahkan kuk kayu merupakan simbol pemberontakan terhadap nubuat Tuhan. Tuhan merespon dengan mengganti kuk kayu menjadi kuk besi, yang artinya bahwa hukuman Babel akan semakin berat dan tidak dapat di elakkan. Merupakan bentuk

penghukuman Tuhan atas pemberontakan dan penyesatan publik. Ay. 14, penegasan bahwa Nebukadnezar adalah alat dalam tangan Tuhan untuk menghakimi bangsa-bangsa termasuk Yehuda. Kata “bahkan binatang di padang” yang merujuk sebuah frasa mengartikan bahwa kuasa penuh yang diberikan Tuhan kepada Babel. Dengan amanat bahwa tidak ada jalan keluar selain tunduk kepada rencana Tuhan. Ay. 15 – 17, Yeremia mengungkapkan identitas Hananya sebagai nabi palsu, Hananya dianggap mengajak umat murtad. Hukuman juga segera nyata ditahun itu ditandai dengan kematian. Hanya dalam selang waktu 2 bulan dari nubuatan Hananya. Pembuktian bahwa Yeremia benar-benar nabi yang diutus Tuhan, sedangkan Hananya hanyalah penyesat.

Invocatio menjelaskan bahwa Injil akan diberitakan “di Yerusalem, di seluruh Yudea dan Samaria, dan sampai ke ujung bumi”. Penganiayaan menjadi alat untuk menggenapi Amanat Agung tersebut, sehingga Kisah Para Rasul 8:4 menunjukkan awal dari ekspansi Injil keluar dari Yerusalem bukan karena rencana strategis manusia, tetapi karena dorongan keadaan yang Tuhan pakai. “Mereka yang tersebar itu...” merujuk kepada jemaat biasa, bukan rasul (bnd: ayat 1). Ini menunjukkan bahwa pekerjaan memberitakan Injil bukan hanya tugas para rohaniawan tapi semua orang percaya. “Menjelajah seluruh negeri itu...” mereka berpindah-pindah bukan menyatakan bahwa mereka pengungsi tetapi utusan Injil yang aktif. Hal ini mencerminkan bahwa penyebaran Injil sering terjadi melalui penderitaan dan Tuhan memiliki rencana yang lebih baik. “Sambil memberitakan Injil” kata memberitakan Injil merupakan membawa kabar baik, artinya mereka tidak hanya pindah lokasi untuk penyelamatan diri sendiri tetapi mengabarkan Kristus ke tempat-tempat baru.

III. Penutup

Melalui nats di atas, dengan singkatnya Lukas 8 : 34 – 39, yang berbicara tentang orang disembuhkan oleh Yesus dan diminta untuk pulan dan memberitakan perbuatan Allah kepadanya. Ia menjadi saksi Injil di kampung halamannya. Yeremia 28 : 12 – 17, Nabi Yeremia menunjukkan otoritas sejati dari Tuhan melalui firman yang terbukti benar. Ia menyampaikan perbuatan Tuhan secara berani, meskipun itu tidak populer. Kisah Para Rasul 8 : 4, orang percaya yang tersebar karena penganiyaan justru memberitakan Injil ke daerah-daerah baru, menyebarkan perbuatan besar Allah di tengah situasi yang sulit.

Sehingga dari ketiga nats di atas dirangkumlah amanat yang terkandung, yaitu : Setiap orang yang mengalami atau mengenal karya Tuhan secara pribadi, kita dipanggil untuk memberitakanNya, terlepas dari situasi atau tantangan yang dihadapi. Melalui para misionaris kita terlebih dahulu yang sudah merintis jalannya GBKP ini, sedemikianlah kita diajak sebagai warga GBKP untuk menyatakan dan memberitakan perbuatan Tuhan. Sehingga melalui GBKP Tuhan tetap dipersaksikan dan dimuliakan. Sebagai buah iman kita kepada Kristus Sang Pewarta tersebut mari kita wartakan kembali kedalam kehidupan kita dan perjalanan perziarahan kita di dunia ini.

Selamat Bersaksi!!!

Selamat Menyampaikan Berita Perbuatan Tuhan!!

Kesaksian yang hidup adalah salah satu cara memperkenalkan Tuhan

kepada dunia ini!!!

Vik. Brema Ekin Randalta Surbakti, S.Si-Teol

Vikaris GBKP Runggun Bandung Pusat

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD