MINGGU 27 APRIL 2025, KHOTBAH TITUS 3:1-8a

Invocation :

Mazmur 62:8

Ogen :

Esekiel 11:14-21

Khotbah :

Titus 3:1-8a

Tema :

Tubuh Peduakaliken Ngaloken Kegeluhen Si Mbaru/Kelahiran Kembali Menerima Kehidupan Baru

 

Pengantar

Dalam catatan sejarah gereja, perayaan minggu quasimodogeneti memiliki arti menjadi manusia yang baru/seperti anak yang baru lahir. Di mana kata quasimodogeneti diadopsi dari 1 Petrus 2:2 “dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang Rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan.” Minggu ini adalah minggu setelah kita merayakan perayaan paskah dalam memaknai kebangkitan Kristus. Perayaan Paskah atau peristiwa paskah bukan hanya ditampilkan sebagai sesuatu yang bercorak Kristologi (yang terjadi pada diri Yesus). Tetapi sesuatu yang Eklesiologis, bahwa peristiwa paskah menjadi titik tolak dan sumber hidup dalam bergereja yang menyebut dirinya sebagai jemaat baru atau lahir baru secara batiniah. Demikian, di minggu ini membawa kita untuk memaknai kelahiran baru dalam Kristus ditampilkan dalam nilai-nilai kehidupan yang praktis.

Pendalaman Teks

Surat Paulus kepada Titus tergolong ke dalam surat-surat Pastoral yang langsung ditujukan oleh Paulus kepada Titus yang melayani di Kreta (band. 1:5). Disebut surat Pastoral karena ditujukan kepada pribadi yaitu Titus untuk diteruskan kepada jemaat-jemaat Kristen. Dengan maksud untuk menguatkan, mengajari dan memotivasi di dalam kehidupan bergereja. Demikian, surat Paulus ini juga menjadi sebuah surat Pastoral bagi semua orang Kristen. Melalui informasi di pasal 1, tampaknya jemaat yang dilayani/dipimpin oleh Titus relative masih muda atau jemaat muda dan belum memiliki pemimpin lokal yang kuat untuk ditentukan menjadi penilik jemaat atau yang mengatur rumah Allah. Kemudian cara hidup yang tidak tertib juga masih mendominan cara hidup mereka sehingga ada peluang atau kesempatan bagi orang tertentu untuk menyebarkan ajaran yang tidak benar. Terlihat bahwa sosok pemimpin yang ideal sangat dibutuhkan oleh mereka untuk menuntun kepada kehidupan yang benar dan lebih baik.

Pasal 3 merupakan tergolong ke dalam muatan intruksi bagaimana seharusnya jemaat hidup dalam hubungan atau relasi mereka satu dengan yang lain. Muatan intruksi dalam pasal 3:1-8 ini terbagi menjadi dua bagian.

  1. Ayat 1-2, bagaimana mereka hidup dengan komunitas di luar mereka (pemerintah, orang berkuasa dan orang banyak).
  2. Ayat 3-8, memuat dasar teologis bagaimana Allah telah menyelamatkan setiap jemaat dari hidup yang jahat menuju hidup yang diperbaharui oleh Roh Kudus.

Dasar Paulus untuk memberikan intruksi kepada jemaat melalui Titus adalah adanya beberapa cara hidup lama yang telah membudaya bagi mereka. Cara hidup demikian masih tetap bertahan walau mereka sudah percaya kepada Kristus. Adapun cara hidup yang lama tersebut dituangkan oleh Paulus di ayat 3, yaitu: tidak taat, sesat, menjadi hamba nafsu, hidup dalam kejahatan, dan kedengkian, keji, saling membenci. Sebagai makhluk sosial yang hidup dalam sebuah komunitas, tentunya cara hidup yang demikian tidak baik untuk dipertahankan terlebih sebagai umat Allah yang telah menerima kehidupan yang baru dalam pembaharuan Roh Kudus.

Umat Allah yang telah diperbaharui oleh Allah adalah pembaharuan hidup yang dilimpahkan oleh Yesus Kristus dalam kebangkitanNya dan yang dikerjakan oleh Roh Kudus (5-6). Narasi penebusan yang dilakukan oleh Yesus dikembangkan oleh Paulus dengan menjelaskan sebuah konsep teologi bahwa bukan usaha kita yang membuat kita menjadi orang benar melaikan kita adalah orang-orang yang dibenarkan oleh Tuhan (ayat 7). Konsep ini memberikan sebuah pemahaman baru bahwa kebenaran yang sempurna bukan terletak pada usaha manusia untuk membela dirinya. Melainkan, Allah di dalam Yesus-lah yang menjadi pembela/pengacara kita ketika bertindak dalam sebuah kebenaran dan tindakan yang berdampak positif bagi lingkungan sekitar kita.

Dalam pemahaman Perjanjian Lama, hal yang serupa juga ditekankan oleh ketetapan Allah bagi umat Israel yang merupakan bangsa pilihanNya. Mereka yang akan dihimpun dari berbagai tempat yang berserakan akan kembali dipersatukan dalam situasi yang baru, sehingga harus menjauhkan diri dari dewa-dewa yang menjijikkan dan segala perbuatan keji yang telah mempengaruhi pola hidup mereka selama di negeri orang asing. Mereka (umat Allah) akan diberikan hati yang baik dan roh yang baru, sehingga mereka melalui ketetapan-ketetapan itu, mereka tetap hidup dalam kesetiaan serta ketaatan sebagai umat Allah (ogen: Esekiel 11:14-21).

Aplikasi

Kelahiran kembali menerima kehidupan baru jika dikaitkan dengan minggu quasimodogeneti erat kaitannya dengan hidup baru dalam anugerah dan hidup serupa dengan pola kehidupan Kristus. Seperti yang tertulis dalam 1 Yoh 2:6 “Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.” Yesus ialah satu-satunya contoh manusia yang sejati, Ia menyatakan kehendak Allah bukan dengan kata-kata saja, tetapi di dalam kehidupanNya sebagai manusia. Ia menyatakan Firman Allah menjadi nyata bagi dunia. Kehendak Allah diwujudkan dalam DiriNya dan dalam perbuatan-perbuatanNya. Calvin pernah menuliskan apa yang pernah diutarakan oleh Paulus bahwa kita bukan milik kita sendiri, melainkan milik Tuhan (1 Kor 6;19). Dengan melihat kepada sang manusia Yesus, kita semakin mengenal kehendak dan kebenaran Allah di dalam pimpinan Roh Kudus.

Untuk menyatakan Rahmat Allah bagi dunia, kita harus dengan tegas melawan kedagingan kita (penyangkalan diri). Pola hidup atau kebiasaan yang lama dan yang tidak berguna seperti: tidak taat, sesat, menjadi hamba nafsu, hidup dalam kejahatan, dan kedengkian, keji, saling membenci digantikan dengan pola hidup yang baru dan yang penuh dengan kedamaian. Ketidak taatan kita diubah menjadi pribadi yang patuh, pikiran kita yang sesat menjadi pemikir kebenaran, hamba nafsu menjadi pribadi hamba Roh, kehidupan kita dalam kejahatan menjadi pribadi yang mengasihi, kedengkian dan kekejian kita menjadi pribadi penyabar dan serta kebencian menjadi pribadi yang memaafkan. Paulus menegaskan di ayat 8 supaya pola hidup yang baru dalam Kristus dengan percaya dan sungguh-sungguh berusaha melakukannya dengan baik tulus.

Pdt. Irwanta Tarigan, STh-GBKP Rg. Banjarmasin

MINGGU 20 APRIL 2025, KHOTBAH MATIUS 28:1-10

Invocatio  :

Sada ngenca sura-surangKu e me gelah kutandai Kristus dingen kugejap kuasa kekeken-Na janah ikut aku ngenanami kiniseraanNa, dingen bali ras Ia ibas kematenNa (Pilipi 3:10)

Ogen :

Keluaren 12:1-14 (Tunggal)

Tema :

Jesus Enggo Keke I Bas Si Mate Nari

 

I. Kata Pengantar

Percaya bahwa Yesus dibangkitkan setelah kematianNya adalah keyakinan dasar Kristiani. Rasul Paulus menegaskan, “Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sia lah juga kepercayaan kamu” (1 Kor.15:4). Mengutip beberapa kalimat dari tulisan Andar Ismail dalam bukunya “Selamat Paskah” menuliskan: Kalau pristiwa Paskah tidak terjadi, apa gunanya kita berdoa, sebab Kristus yang sudah meninggal dunia tak mungkin mendengar doa kita. Kalau Kristus tidak dibangkitkan, apa gunanya kita membaca firmanNya, sebab firmanNya tidak berlaku. Kalau Kristus tidak bangkit, Ia hanyalah pahlawan yang sudah gugur. Sehebat-hebatnya pemikiran yang ditinggalkan seorang pahlawan, ia tidak bisa memimpin kita saat ini, padahal kita butuh itu. Kanyataannya adalah: Kristus bangkit dan hidup! IA hidup hingga kini. Ia memerintah kita dengan Roh dan FirmanNya. Sehingga melalui peristiwa paskah kita menerima kepastian pengampunan dosa, kepastian iman dan kepastian hidup. Kata Paulus “Syukur kepada Allah yang memberikan kepada kita kemenangan oleh Kristus Tuhan Kita”

II. Isi

Pilipi 3:10:

Paulus ingin mengenal Dia yang dimaksud adalah Yesus Kristus, bukan sekedar pengetahuan intelektual tetapi pengenalan pribadi yang mendalam, pengenalan ini melibatkan hubungan yang terus bertumbuh dan mendalam dengan Kristus. Kuasa kebangkitan merupakan kekuatan yang memampukan orang percaya untuk hidup berkemenangan atas dosa dan maut, kuasa yang mentransformasi hidup, memberikan harapan dan memampukan untuk melayani Tuhan. Paulus menyadari bahwa mengikut Kristus berarti juga mengambil bagian dalam penderitaanNya. Penderitaan karena kesetiaan kepada Kristus di tengah dunia yang menentangNya. Lebih dalam Paulus ingin mengalami persekutuan yang mendalam dengan Kristus bahkan dalam penderitaan. Kematian yang dimaksud adalah kematian terhadap diri sendiri dan keinginan duniawi, melepaskan segala sesuatu yang menghalangi dan penyerahan total kepada kehendak Allah. Ini adalah proses upaya kita semakin serupa dengan Kristus.

Keluaran 12:1-14:

Inti dan jiwa peristiwa paskah adalah kasih karunia Allah yang menyelamatkan. Allah mengeluarkan orang Israel dari Mesir bukan karena mereka itu layak tetapi karena IA mengasihi mereka dan setia kepada perjanjianNya. Demikian pula, keselamatan yang kita terima dari Kristus sampai kepada kita melalui kasih karunia Allah yang menakjubkan. Anak Domba paskah itu adalah sebuah korban (Kel 12:27) yang berfungsi sebagai pengganti anak sulung, korban ini menunjuk kepada kematian Yesus Kristus sebagai ganti kematian orang percaya. Paulus secara tegas menyebut Kristus anak Domba Paskah kita yang dikorbankan demi kita (1 Kor 5:7). Pemercikan darah pada tiang pintu dan ambang atasnya dilaksanakan dengan iman yang taat, tanggapan iman ini mendatangkan penebusan melalui darah. Keselamatan melalui darah Kristus diperoleh hanya melalui ketaatan yang disebabkan oleh iman. Bangsa Israel diingatkan untuk merayakannya setiap tahun sebagai tanda syukur atas pembebasan mereka serta mengingatkan bangsa Israel akan penderitaan mereka di Mesir dan penyertaan Allah senantiasa bagi mereka saat meninggalkan tanah perbudakan. Dari hal ini perlu kita ingatkan bagaimana sejauh dan selama ini jemaat GBKP memaknai perayaan Paskah setiap tahunnya, cukupkah sekedar perayaan saja? Karena seharusnya Paskah mampu mendorong kita merespon kasih Allah dengan benar-benar hidup merdeka dan tidak terbelenggu dalam dosa. Sebagaimana bangsa Israel yang telah dibawa keluar dari penderitaan dan ketakutannya. Demikianlah kita menghidupi pembebasan sebagai proses yang membawa kita meninggalkan ketakutan dan hidup dalam pengharapan.

Matius 28 :1-10

Ayat 1: Setelah hari sabat lewat menunjukkan bahwa peristiwa ini terjadi pada hari Minggu pagi, hari setelah Sabat Yahudi (Sabtu). Menjelang menyingsingnya fajar menunjukkan waktu yang sangat pagi. Maria Magdalena dan Maria yang lain kemungkinan adalah Maria Ibu Yakobus yang adalah saksi mata pertama dari kubur yang kosong. Meskipun peran perempuan dalam masyarakat Yahudi sangat terbatas, namun Yesus mentransformasi budaya, Yesus menghargai dan memberdayakan kaum wanita. Injil Matius mencatat peran penting mereka dalam peristiwa-peristiwa penting, khususnya dalam peristiwa kebangkitan Yesus. Perempuan-perempuan inilah yang pertama kali menemukan kubur Yesus yang kosong dan menerima kabar kebangkitan-Nya, menjadi saksi pertama dari peristiwa paling penting dalam iman Kristen. Tindakan mereka pergi ke kubur menunjukkan kasih dan kesetiaan mereka kepada Yesus, bahkan setelah kematianNya. Tentu saja suasana sedih dan duka masih menyelimuti hati mereka karena kehilangan orang yang mereka kasihi.

Ayat 2-4: Gempa bumi yang terjadi dan malaikat menggulingkan batu kubur, bukan untuk membebaskan Yesus yang telah bangkit, tetapi untuk menunjukkan bahwa kubur itu kosong, penampilan malaikat membuat penjaga gentar dan ketakutan seperti orang-orang mati. Peristwa yang melibatkan kekuatan alam yang dahsyat dengan kehadiran malaikat sama dahsyatnya dengan suasana kematian Yesus dimana kegelapan yang diikuti gempa bumi yang membuat tabir bait suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah, juga bukit-bukit batu terbelah.

Ayat 5-7 : Malaikat memberikan kabar sukacita Yesus telah Bangkit. Pesan ini menegaskan nubuat Yesus sendiri tentang kebangkitanNya. Malaikat memerintahkan para perempuan untuk memberi tahu murid – murid tentang kebangkitan dan pertemuan di Galilea Perempuan yang datang dengan kesedihan dan ketakutan, akhirnya menerima fakta yang mengejutkan, “Janganlah kamu Takut” kata ini meneguhkan bahwa kebangkitan Yesus adalah berita yang membawa penghiburan, bukan ketakutan. KebangkitanNya adalah penggenapan dari janjiNya sendiri (Matius 16:21; 17:23; 20:19). Malaikat mengajak mereka untuk melihat tempat di mana Yesus sebelumnya dibaringkan sebagai bukti bahwa kubur itu kosong. Ini menunjukkan bahwa iman Kristen bukan didasarkan pada dugaan, tetapi pada bukti nyata. Perintah yang disampaikan untuk memberitakan kebangkitan Yesus menegaskan bahwa kebangkitan Yesus merupakan awal dari pelayanan baru bagi para murid. . Perintah untuk pergi ke Galilea penting, karena itu adalah tempat di mana Yesus memulai pelayananNya dan di mana para murid akan dipertemukan kembali dengan-Nya. Yesus telah mendahului mereka ke Galilea, sebenarnya sebelum Yesus bangkit Ia sudah menyampaikan bahwa sesudah Dia bangkit Dia akan mendahului mereka ke Galilea (Mat.26:32). Sebagian besar pelayanan Yesus terjadi di Galilea, murid-murid dipanggil di Galilea, mendengar pengajaran pertama mereka di sana dan menyaksikan banyak mujizat Yesus (Matius 4:18-22, Matius 5:7). Dengan kembali ke Galilea Yesus membawa mereka kembali ke akar panggilan mereka untuk meneguhkan kembali misi mereka sebagai saksi Kristus. Di sana juga Yesus memberikan Amanat Agung (Matius 28:19), Galilea melambangkan awal yang baru, bukan hanya bagi para murid tetapi juga bagi dunia yang akan menerima Injil. Sebagai daerah yang bercampur dengan bangsa lain (Matius 4:12-17) menunjukkan bahwa misi Yesus bukan hanya untuk orang Yahudi tetapi semua bangsa.

Ayat 8: Para perempuan mengalami campuran emosi: takut (karena kehadiran malaikat) dan sukacita (karena kabar kebangkitan). Mereka segera taat pada perintah malaikat dan pergi untuk memberitahu murid-murid. Bukan suatu pekerjaan yang mudah untuk meyakinkan para murid apalagi peristiwa kematian membawa dukacita yang mendalam bagi para murid, hal ini ditandai dengan bagaimana mereka melupakan perkataan dan pengajaran Yesus. Para perempuan menunjukkan ketaatan dengan cepat terhadap perintah tersebut, ini juga memperingatkan kita bahwa ketika kita mendengar berita Injil, kita tidak boleh menunda namun hendaklah segera merespon dengan iman dan tindakan. Kabar kebangkitan yang mereka terima membawa sukacita yang melampaui semua ketakutan, ini adalah sukacita kemenangan karena maut telah dikalahkan dan janji telah digenapi. Ini mengajarkan kepada kita bahwa iman sejati bukan hanya tentang ras hormat kepada Tuhan, tetapi juga hidup dalam sukacita karena keselamatan yang telah diberikan dengan memahami pentingnya berita kebangkitan ini akan mendorong umat Tuhan untuk segera membagikannya.

Ayat 9-10 : Yesus sendiri menegaskan kebangkitanNya dengan menampakkan diri kepada para perempuan. Tindakan para perempuan memeluk kaki Yesus menunjukkan penyembahan dan pengakuan mereka akan keilahianNya. Yesus mengulangi pesan malaikat untuk pergi ke Galilea, menegaskan pentingnya pertemuan itu. Yesus menyebut murid-muridnya “saudara-saudaraKu” menunjukkan kasih, penerimaan dan pemulihan hubungan mereka setelah mereka meninggalkan Yesus. “Salam Bagimu” dalam bahasa Yunani adalah Χαίρετε" (Chairete) yang berarti “Bersukacitalah”, sebuah undangan untuk bersukacita dalam kebangkitanNya. “Jangan Takut” ada di ayat 5 dan 10. Ketakutan yang mereka saksikan sesuatu yang melampaui pemahaman manusia. Yesus ingin menggantikan rasa takut dengan Iman dan keberanian. Yesus mengingatkan bahwa kehidupan tidak berhenti setelah kematianNya, justru dengan peristiwa kebangkitan, Yesus menunjukkan kebesaran karya Allah yang tak pernah berhenti oleh apapun termasuk kematian. Mengikut Tuhan merupakan pekerjaan yang tidak akan pernah berakhir. Paskah mengajarkan kita bahwa selalu ada harapan . Sebab Yesus yang bangkit dari kematian sudah menyatakan kuasaNya. Dan kini perintahNya adalah kembali mengerjakan karya dan tetap menyatakan Kabar Baik.

III. Pointer Kotbah

  1. Paulus menekankan pentingnya mengenal kuasa kebangkitan Kristus. Pengalaman mendalam dan memaknai Paskah. Kebangkitan sebagai kemenangan yang telah mengorbankan Kristus sang Juruselamat dengan itu kita sebagai orang percaya dipanggil untuk mengalami kuasa kebangkitan dalam kehidupan sehari-hari menjalani hidup dengan karakter orang yang telah dimenangkan, mengatasi dosa dan ketakutan maupun keputusasaan, karena kita mau ikut dalam bagian penderitaan dengan benar-benar bertransformasi untuk tidak lagi hidup dalam dosa.
  2. Pembebasan dan harapan yang dilalui bangsa Israel membawa kita memaknai Paskah sebagai pembebasan dari penderitaan karena perbudakan dan kematian. Ada harapan baru berjalan bersama Tuhan, sehingga kita melihat berbagai penderitaan sebagai sebuah perjalanan yang berharga karena perjalanan tersebut menuju kemenangan dan pembebasan bersama Kristus.
  3. Berita Kebangkitan yang telah diterima para perempuan yang menjadi saksi pertama kebangkitan Yesus memanggil kita sebagai orang percaya untuk mau menjadi saksi. Jangan biarkan Paskah berlalu begitu saja tanpa ada Kabar Baik yang kita beritakan, melalui perkataan dan perbuatan serta milikilah sukacita di dalam hati karena kebangkitan Kristus. Kebangkitan adalah inti dari iman Kristen yang menunjukkan bukti kuasa Allah, sumber harapan dan panggilan menjadi saksi yang telah mengubah ketakutan menjadi pengharapan.
  4. Beberapa peringatan penting di GBKP bertepatan dengan Paskah tahun ini. Peringeten 135 tahun sehna Berita Si Meriah, HUT 135 KAKR, HUT pe-10 ken Saitun. Perjalanan yang cukup panjang sudah di lalui GBKP. Kemenangen si harusna teridah arah perkembangen ras kedewasaan gerejata ibas pelaksanaan Tritugas Gereja bagepe terkhusus ibas tahun enda sasaran Pelayanan Tahun 2025, Dewasa menerima perbedaan. Mabai kita segelah terus bertumbuh dan berkembang, dewasa menghadapi tantangan perbeben si lit I tengah jabu, gereja bagepe masyarakat. Kita harus memiliki karakter seorang pemenang yang berarti mau berjuang memenangkan orang lain bukan hanya mau menang sendiri. Sukacita kemenangan e la kita nca nggejapkenca tapi pe banci igejapken kalak sideban arah kegeluhenta e me bukti Paskah arah kekeken si naluken kematen.

IV. Penutup

Kebangkitan Yesus memulihkan hubungan kita dengan Tuhan dan kita dimampukan hidup sebagai anak-anak Allah yang setia. Paskah seharusnya membuat kita hidup dalam kegelisahan ketika cara hidup yang kita jalani tidak menjadi lebih baik. Karena kebangkitan adalah tanda diberikan suatu hidup yang baru. Hidup baru yang diikuti dengan penugasan agar orang percaya dapat menghidupi hidup bukan asal hidup. Melainkan hidup dengan semangat dan bermutu. Paskah sebagai berita Kemenangan mendorong orang percaya untuk tidak mau kalah dengan dosa dan gaya hidup orang berdosa. Namun kita benar-benar menghidupi karakter seorang pemenang yang telah dimenangkan oleh Kristus sang Juruselamat. Selamat Paskah.

 

Vikaris Senika br Sitepu-Perpulungen Sukabumi

SABTU 19 APRIL 2025, KHOTBAH JOHANES 19:38-42

Invocatio :  

"Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir", (Ibrani 6:19).

Ogen :

Mazmur 130:1-8

Tema  :

Yesus di Kuburkan

 

Pembukaan.

Syalom, mejuah-juah salam sejahtera bagi kita sekalian. Pada hari ini Gereja melanjutkan permenungan peristiwa pra paskah tetang proses penyelamatan Allah bagi manusia melalui penderitaan dan wafat Kristus yang kini berada di dalam makam. Peristiwa ini disebut sebagai Sabtu Pengharapan, Sabtu sunyi, sabtu suci dan disebut juga Sabtu Vigili Paskah, vigili berasal dari bahasa Latin vigilis yang berarti berjaga-jaga atau bersiap-siap, menyongsong kebangkitan Yesus Kristus.

Hari ini kita diajak untuk menghayati kesunyian kubur Yesus, Sabtu Sunyi/Suci adalah masa transisi antara KEMATIAN dan KEBANGKITAN, antara DUKA dan HARAPAN. Keduanya dilabuhkan dalam sikap iman seraya merenungkan makna kematian Yesus untuk mendatangkan pengharapan akan kehidupan kekal bagi manusia, dengan mempertimbangkan dunia akan dipenuhi kegelapan tanpa harapan, oleh karenanya sikap pengharapan yang dilandasi percaya dalam iman saja akan dapat memperoleh pencerahan hidup dengan meyakini bahwa seluruh janji Allah akan digenapi dan segala pengharapan yang dilandaskan kepadaNya tidak akan sia-sia.

Pendalaman Teks.

Khotbah Johanes, 19:38-42.

Apa yang terjadi pada hari Sabtu Suci?

Setelah matahari terbenam pada hari Jumat, para imam kepala dan orang Farisi mengunjungi Pontius Pilatus. Mereka meminta Pilatus untuk berjaga-jaga untuk makam Yesus. Mereka mengingat Yesus yang menyatakan bahwa Dia akan bangkit kembali dalam tiga hari (Yohanes 2:19-21) dan ingin mencegah Kristus bangkit dari kubur.

Mengutip berbagai sumber, para murid telah bubar ketika Yesus ditangkap (Markus 14:50), dan mereka menghabiskan Hari Sabtu Suci pertama bersembunyi karena khawatir juga ditangkap (Yohanes 20:19). Hari antara penyaliban Kristus dan kebangkitan-Nya akan menjadi momen keputusasaan dan kebingungan ketika para murid berusaha untuk memahami pembunuhan Yesus dan pengkhianatan Yudas.

Nats khotbah sabtu pengharapan ini mencatat tentang kematian Yesus dan bagaimana Yesus dikuburkan. Ada dua orang yang terlibat sekali dalam penguburan Yesus yaitu :

  1. Yusuf dari Arimatea (ayat 38)

Dari ketiga Injil Sinoptik kita mengerti bahwa Yusuf dari Arimatea adalah seorang anggota Majelis Besar yang terkemuka, dia kaya, dia menantikan kedatangan Kerajaan Allah, dia baik, dan dia tidak setuju dengan putusan dan tindakan mereka. Yusuf dari Arimatea menurunkan jenazah Yesus untuk dimakamkan (38). Ia telah mendapat izin dari Pilatus.

Menurut hukum Roma, mayat mereka yang dihukum mati biasanya diserahkan kepada keluarga mereka, tetapi kalau mereka dihukum mati karena pemberontakan atau penghasutan, mayat dibiarkan di salib. Orang-orang Yahudi selalu mengizinkan penguburan segala penjahat, tetapi bukan di dalam kuburan biasa, supaya mayat itu tidak dapat menajiskan kuburan itu. Penjahat biasanya dikuburkan bersama-sama di dalam sebuah kubur umum yang hina.

Oleh karena dia berkedudukan tinggi di Mahkama Agung, Yusuf dapat berbicara dengan Pilatus. Permohonan Yusuf cukup berbahaya, karena Tuhan Yesus dihukum sebagai pemberontak, dan karena anggota-anggota Mahkama Agung yang lain pasti tidak setuju dengan tindakan Yusuf. Barangkali Pilatus meluluskan permintaan itu karena dia yakin bahwa Tuhan Yesus bukan seorang pemberontak, dan karena dia mau menghina para pemimpin Yahudi sekali

  1. Nikodemus (ayat 39-40)

Dialah yang mula-mula datang waktu malam kepada Yesus. Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu, kira-kira lima puluh kati beratnya. Jumlah rempah-rempah itu luar biasa banyaknya hanya seorang raja yang biasanya berkafan dengan rempah-rempah sebanyak itu (ayat 50 kati = 30 kg). Bagi Nikodemus, Yesus adalah rajanyaBersama dengan Yusuf dari Arimatea, Mereka kemudian memakamkan Yesus secara layak (40-41). Di hadapan umum, Yusuf dan Nikodemus menunjukkan simpati dan penghormatan kepada jenazah Yesus. Mereka memakamkan Dia sebagai raja (bdk. 2Taw. 16:14).

Ogen : Masmur. 130:1-8.

Perikop Mazmur 130 dengan; SERUAN DALAM KESUSAHAN, Kita memang tidak tahu secara persis apa latar belakang dari pemazmur hingga menuliskan Mazmur ini. Di awal pemazmur mengatakan “dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya Tuhan!” (ay. 1b). Dari sini terlihat seolah-olah pemazmur sedang menghadapi suatu kesusahan yang besar. Dalam kesusahan yang dialaminya itu, pemazmur menyadari, bahwa jangan-jangan karena dosa-dosanya kepada Tuhanlah sehingga ia mengalami kesusahan saat ini. Itulah sebabnya pemazmur memohonkan pengampunan kepada Tuhan. Karena pemazmur tahu bahwa Allah adalah Allah yang penuh kasih.

Pemazmur yakin bahwa Allah akan memberikan pengampunan kepadanya. Itulah sebabnya pemazmur berkata, “tetapi pada-Mu ada pengampunan” (ay. 4a). Pemazmur juga yakin Tuhan akan segera menolongnya keluar dari kesusahan yang dialaminya karena ia percaya pada kasih setia Tuhan yang seringkali melakukan penyelamatan. Itulah sebabnya pemazmur mengatakan, “Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel! Sebab pada Tuhan ada kasih setia, dan Ia akan mengadakan pembebasan” (ay. 7).  

Firman ini mengajarkan kita untuk tetap berharap kepada TUHAN sambil mengakui dosa dan memohon pengampunan dari Tuhan, Tuhan tidak pernah meninggalkan orang yang dikasihi-Nya. Karena itu, berharaplah hanya kepada TUHAN saja, sebab Ia akan menolong dan melindungi kita setiap saat.

Renungan / Refleksi.

Saudaraku yang terkasih di dalam Kristus, melalui ibadah dan dasar Firman Tuhan yang kita renungkan dalam ibadah ini ada beberapa hal yang menjadi Permenungan bagi kita sekalian :

  1. Kematian Yesus bukanlah sebuah kegagalan.

Kematian sering kali di identikkan dengan kekalahan dan kegagalan, terlebih ketika di perhadapkan kepada sebuah peristiwa pertentangan antara 2 kelompok yang bertikai, yang hidup menang dan yang kalah mengalami kematian. Peristiwa kematian Tuhan Yesus di Kayu salib adalah “kekalahan” bagi para Murid yang selama ini mengikut Yesus, mereka begitu takut sehingga bersembunyi di berbagai tempat. Hal itu terjadi karena mereka memaknai bahwa kematian Yesus adalah kekalahan dan kehancuran bagi Yesus dan pengikutnya. Mereka tidak mengingat perkataan Tuhan Yesus bahwa kematianNya adalah proses dari sebuah kemenangan Kekal. Berbeda dengan Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus, peristiwa kematian Yesus membuka mata rohani mereka, selama ini mereka belum terlalu Yakin dengan pengajaran Yesus, sehingga mereka dengan sembunyi-sembunyi mendengarkan dan mengikut Yesus, namun pertiwa kematian Yesus sekali lagi menumbuhkan iman mereka dan secara terbuka melakukan tindakan yang cukup berbahaya bagi keselamatan mereka dan keluarganya, dengan berani mereka melakukan prosesi penguburan Yesus dengan luar biasa.

  1. Yesus Benar-benar Mati secara Jasmani.

Nrasi ini juga menegaskan kepada kita bahwa Yesus benar-benar mati, Dia punya mayat (jenazah), dan mayat itulah yang diturunkan (diambil) oleh Yusuf untuk selanjutnya dikuburkan. Tubuh (the body: versi King James) atau mayat/jenazah itu adalah mayat Yesus, dan bukan mayat orang lain, bukan mayat palsu. Yesus benar-benar mati, dan bukan mati suri. Bukan hanya Yusuf yang ada pada waktu itu, ada lagi orang lain dari kelompok Farisi yang turut menyaksikan penurunan mayat Yesus, yaitu Nikodemus. Kedua orang ini mewakili kaum atau kelompoknya masing-masing yang secara organisatoris menolak Yesus. Nikodemus mengikuti tradisi penguburan di dunia Timur Tengah pada waktu itu. Yusuf dan Nikodemus menguburkan Yesus dengan terlebih dahulu melaksanakan kebiasaan atau tradisi Yahudi terhadap orang mati pada saat penguburannya. Dikatakan bahwa mereka mengapaninya dengan kain lenan dan membubuhinya dengan rempah-rempah. Tindakan-tindakan ini menunjukkan bahwa Yesus benar-benar mati, dan karenanya tradisi penguburan harus dilakukan pada-Nya. Peristiwa kematian Yesus adalah fakta yang sudah di nubuatkan sebelumnya, bahwa Anak Manusia harus mati, karena tubuhnya adalah persembahan penebusan tubuh manusia yang berdosa. Dan melalui kebangkitanNya kita juga beroleh kahidupan baru.

  1. Tetap Hidup dalam Pengharapan.

Peristiwa sabtu pengharapan yang kita rayakan dalam ibadah pra paskah menjadi dasar yang kuat bagi umat Kristiani untuk memiliki pengharapan yang teguh hanya kepada Allah. Setiap orang yang berharap kepadaNya tidak akan pernah kecewa. Bahkan kepada orang berdosa sekalipun harus memiliki pengharapan, namun pengharapan yang disertai dengan pengakuan dosa, karena selama Kita hidup di tengah dunia akan diperhadapkan dengan berbagai pergumulan, Pengharapan menjadi pendorong bagi kita untuk tetap kuat dan tabah karena dibalik itu semua ada kelegaan ada kemenangan yang akan dianugerahkan Allah bagi kita, Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir. Selamat menyongsong Paskah…!!!.

Pdt. Togu P Munthe-Ketua BPMK GBKP Klasis Jakarta Kalimantan

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD