KAMIS 17 APRIL 2025, JOHANES 13:1-20 (KAMIS PUTIH)
Invocatio : Seperti sejuk salju di musim panen, demikianlah pesuruh yang setia bagi orang-orang yang menyuruhnya (Amsal 25:13)
Ogen : Zepanya 2:1-3 (Antiponal)
Khotbah : Johanes 13:1-20 (Tunggal)
Tema : Jesus Nggo Erbahan Si Man Usihen (Yesus Sudah Melakukan Yang Harus Kita Teladani)
I. Pendahuluan
Kata “Teladan” berasal dari bahasa Yunani, yaitu “tupos” yang berarti contoh, model, gambar, pola, atau patokan. Kita tidak dipanggil untuk menjadi idola, melainkan untuk menjadi teladan. Apa bedanya? Idola adalah sesuatu yang mengandung unsur pujaan. Sementara, teladan adalah sesuatu yang mengandung unsur respect (penghormatan). Teladan bukan tentang penampilan dan kemampuan, melainkan prinsip hidup, karakter, pemikiran, dan kehidupannya. Teladan adalah bentuk pengajaran yang paling mendasar. Jika kita ingin orang lain melakukan sesuatu, maka kita harus melakukannya terlebih dahulu. Sebaliknya, jika kita ingin melarang orang lain untuk melakukan sesuatu, maka kita pun tidak boleh melakukannya. Teladan adalah bentuk pengajaran yang paling autentik. Perubahan dan tindakan kita merupakan bentuk kesaksian yang dapat disaksikan secara langsung, bukan sekadar perkataan bijak semata
Yesus sudah memberikan teladan bagi kita dengan membasuh kaki murid-murid. Peristiwa yang dramatis ini terjadi pada malam terakhir sebelum Yesus ditangkap dan disalibkan. Yesus melakukannya untuk mempertunjukkan kepada murid-murid-Nya betapa besar kasih-Nya kepada mereka, Ia tidak hanya mengajar, tetapi juga memberikan teladan kehidupan sampai mati di kayu salib. Sebuah Pribahasa mengatakan “Pengaruh suatu teladan yang baik jauh lebih bermanfaat daripada suatu teguran tajam” dari pribahasa ini mengandung pengertian bahwa untuk memeberikan pengaruh yang baik terhadap orang lain bukanlah ucapan atau teguran yang tajam, tetapi memberikan teladan yang akan memberikan perubahan sikap, ucapan dan pola pikir yang baik. Dalam 1 Korintus 11:1 dikatakan “Ikutilah teladanku, sama seperti aku meneladani Kristus” Panggilan kita adalah menjadi teladan dan hidup dengan benar di hadapan Tuhan. Jadi, teladan adalah patokan yang harus diikuti. Kita dipanggil untuk menjadi teladan bagi orang lain, sehingga dapat melayani dan memberikan pengaruh yang baik bagi mereka. Oleh karena itu, menjadi teladan adalah kunci keberhasilan pelayanan. Teladan akan meninggalkan legacy (warisan) yang berharga bagi generasi penerus.
II. Isi/Pendalaman Teks
2.1. Kotbah: Johanes 13:1-20
- Ayat 1-3 “Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya” Dalam ayat ini mengatakan bahawa kata Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai ungkapan tersebut dimengerti sebagai penjelasan yang berlaku khusus pada peristiwa pembasuhan kaki. Serta dikatakan saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Kata saat-Nya berarti waktunya atau tibalah waktunya, Jadi saat yang diceritakan sudah dekat, dari hal ini maksudnya adalah Saat untuk salib-Nya dan kemuliaan-Nya sudah dekat. Jika seseorang akan mengalami hal serupa waktunya sudah dekat “Akan mati” biasanya orang tersebut menujukan pikiran kepada dirinya sendiri atau mengedepankan keinginannya. Tetapi Yesus tidak demikian! Dalam keadaan menghadapi penderitaan dan kematian, Ia tetap menujukan pikirannya kepada murid-muridNya dan melakukan hal-hal yang terbaik untuk kepentingan mereka. Tetapi sejalan dengan itu ayat 2 “Makan sore telah dihidangkan dan Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Dia” Yesus dan murid-murid makan sore bersama-sama dan ini menunjukkan kebersamaan mereka, Yesus tetap menjalin kebersamaan dan keutuhan walaupun situasi yang tidak sesuai dengan keinginan. Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot hal ini sama seperti inti dari Luk 4:13 dan 1 Pet 5:8 yang menunjukkan bahwa setan selalu mencari kesempatan untuk menjatuhkan kita ke dalam dosa, sekaligus adanya keinginan pribadi Yak 1:14 “Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya” dengan adanya 2 arah inilah, Pertama: Godaan Iblis, Kedua: Niat Jahat, maka kuatlah dosa itu untuk dilakukan, inilah yang terjadi terhadap Yudas Iskariot yang menghianati gurunya sendiri. Yesus Tahu semua peristiwa itu akan terjadi bagi-Nya ayat 3 “Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah” Dia dapat menghancurkan Iblis, tetapi Dia memilih jalan kerendahan hati dan kasih, bahkan Dia tidak lari dari kenyataan serta tidak menyelamatkan Diri-Nya sendiri.
- Ayat 4-5 “Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya” dari hal ini terlihat Yesus bangun dari tempat duduk-Nya dan menanggalkan jubah-Nya dalam Bahasa Yunani dipakai kata “ta imatia” artinya “Menyerahkan nyawanya” hal ini berkaitan dengan kesiapan Yesus untuk memberikan nyawa-Nya bagi umat manusia. Ketika itu juga Yesus mengikatkan kain lenan ke pinggang-Nya, dalam hal ini menunjukkan bahwa Yesus dengan segala keberadaan-Nya melakukan tugas pelayanan dengan keadaan siap, taat dan tekun. Pelayanan yang dilakukan Yesu situ terlihat di dalam ayat 5 “kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu” Dengan kesadaran yang penuh mengenai status yang mulia yang Dia miliki, Dia membasuh kaki mereka dan menuju ke salib-Nya. Sebagai yang memiliki hak dan kuasa yang begitu besar Yesus mengenakan pakaian budak yang rendah, pakaian yang dianggap hina, baik oleh orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi, apalagi membasuh kaki seseorang itu adalah pekerjaan hina dan yang rendah sekali, tetapi semuanya itu tidak menjadi penghalang bagi Yesus untuk melakukannya. Yesus menjadi manusia dan merendahkan diri-Nya sampai Ia menjadi seperti seorang budak hina yang membersihkan segala macam kotoran dari kaki murid-murid-Nya. Dalam peristiwa ini menunjukkan kemuliaan Allah dan kerendahan hati terlihat dalam pelayanan Yesus. Dari peristiwa ini juga terlihat begitu besar kerendahan hati Tuhan Yesus, sehingga Dia dapat membasuh kaki Yudas Iskariot, yang akan mengkhianati Dia.
- Ayat 6-11 “Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya, "Tuan Engkau hendak membasuh kakiku?" Petrus heran dengan Tindakan yang akan dilakukan Yesus terhadap dirinya untuk dibasuh kakinya, dia merasa tidak layak dan tidak pantas mendapatkan perlakuan Yesus kepadanya sehingga dia keberatan. Dari hal ini Jawab Yesus kepadanya, "Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak, ayat 7, jelas sekali bahwa para murid-murid belum paham akan apa yang dikatakan Yesus dan yang akan dilakukanNya itu. Ini dapat saja terjadi bagi siapa saja sama seperti murid-murid akan susah memahami perbuatan Yesus, ketika melihat dan memahami nya secara dunia dan pengetahuan manusia semata. Mereka belum mengerti bahwa Dia harus mati di kayu salib. Demikian juga, mereka belum dapat mengerti bahwa Dia sebagai Mesias, mau membasuh kaki mereka seperi seorang budak. Ternyata ketidakpahaman dalam diri Petrus tetap ada sehingga dia bertanya kepada Yesus “Kata Petrus kepada-Nya, "Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya." Jawab Yesus, "Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku” dari pertanyaan Petrus ini terlihat bahwa apa yang sudah dikatakan dan dijelaskan Yesus sebelumnya Petrus itu belum paham dan jawaban itu belum memuaskannya. Padahalpembasuhan kaki adalah lambang pengorbanan-Nya di kayu salib. Pembasuhan kaki bukan merupakan syarat keselamatan, tetapi jika Petrus tidak dapat menerima bahwa Mesias merendahkan diri-Nya dan membasuh kaki, dia juga tidak dapat menerima bahwa Mesias mati sebagai pengganti manusia. Seandainya demikian, Petrus tidak mendapat bagian dalam Tuhan Yesus. Selanjutnya Yesus menjelaskan kepada Petrus, ayat 10 Kata Yesus kepadanya, "Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua" Lebih lanjut Yesus menjelaskan mengenai keselamatan yang akan Dia kerjakan bagi manusia, pembasuhan kaki mengkiaskan keikutsertaan dalam keselamatan melalui pengorbanan Tuhan Yesus. Ketika mereka mendengar penjelasan ini, mungkin setiap mereka ingin mengetahui apakah dia sendiri sudah bersih, ini akan menjadikan mereka merenungkan dan mengoreksi diri masing-masing. Ayat 11 “Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia berkata: "Tidak semua kamu bersih" kata Tidak semua kamu bersih ini menunjukkan adanya diantara murid yang menghianatinya dan memiliki hati yang jahat serta hanya mementingkan diri sendiri.
- Ayat 12-17 “Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka, "Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? Yesus melakukan tugas pelayanan-Nya hingga selesai, ini merupakan teladan juga bagi murid-murid untuk melakukan tugas pelayanannya hingga selesai juga, artinya dalam hal ini menunjukkan kesetiaan dan hati yang tulus. Ketika Yesus selesai membasuh kaki mereka, kelanjutannya Yesus meneruskan pengajaran-Nya untuk mengokohkan pemahaman dan iman mereka untuk mengikut Yesus. Dalam hal ini juga menunjukkan Yesus melakukan pemuridan. Dalam ayat 14 “Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu” Kunci pemuridan yang diajarkan Yesus adalah Rendah hati dan Ketulusan. Jika Yesus yang begitu mulia membasuh kakimereka, maka mereka juga rela melakukan sesuatu yang begitu rendah, maka jelaslah mereka harus ikut rela merendahkan diri dalam segala pelayanan. Pelayanan tanpa kerendahan hati adalah sia-sia. Ayat 15 “sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu” Sebuah teladan sudah dilakukan dan diperlihatkan Yesus bagi murid-murid-Nya. Teladan yang membuat setiap orang merasakan seorang pemimpin atau pelayan yang rendah hati, dengan tidak mengedepankan kehormatan dan kedudukannya. Ini juga yang ditegaskan kembali oleh Yesus dalam ayat 16 “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya” ini juga merupakan suatu nasehat bagi setiap orang hendaklah jangan menganggap orang lain lebih rendah dari kita dan juga menjadikan seseorang itu kurang berharga di mata kita. Untuk melakukan semua yang sudah diperintahkan oleh Yesus ini dikembalikan kepada murid-murid, menerimanya dan melakukannya dengan perasaan bahagia bukan terpaksa, ayat 17 “Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya” Ketaatan kunci yang diajarkan Yesus disini untuk melakukan semua pengajaran itu dengan baik, sekaligus menjadikan kita bahagia untuk melakukannya dan tidak ada tekanan.
- Ayat 18-20 “Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan roti-Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku. Dari segi pelayanan Yesus tidak pilih-memilih murid-murid mana yang akan dibasuh kakinya mana yang tidak, perbuatan ini sebuah teladan dalam kehidupan pelayanan tanpa membeda-bedakan orang yang kita layani, bahkan Yesus membasuh kaki orang yang akan mengkhianati-Nya. Aku tahu, siapa yang telah Kupilih, Yesus sadar sepenuhnya bahwa Dia telah memilih si pengkhianat sebagai salah satu dari keduabelas pengikut. Tuhan Yesus tidak tertipu. Bahkan Firman Tuhan digenapi melalui Yudas. telah mengangkat tumitnya terhadap Akuartinya seseorang yang begitu akrab dengan Dia serta makan roti bersama artinya penghianatan dan perilaku kejahatan adalah orang yang dekat dengan kita. Ayat 19 “Aku mengatakannya kepadamu sekarang juga sebelum hal itu terjadi, supaya jika hal itu terjadi, kamu percaya, bahwa Akulah Dia” Percaya dan kuat dalam iman adalah hal yang dituntut Yesus kepada murid-murid-Nya. semuanya akan terjadi dan menjadi jelas bagi murid-murid-Nya. Yesus menjalankan kehendak Allah yang Mahakuasa, bahkan Dia adalah yang mengatakan "supaya kamu tahu dan percaya kepada-Ku dan mengerti, bahwa Akulah Dia, dengan kata lain Yesus itulah Tuhan. Ayat 20 “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku, dan barangsiapa menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus Aku" dalam ayat ini dijelaskan adanya hubungan timbal-balik, jika menerima akan diterima, jika menolak akan ditolak, ini sangat simpel dan tidak bertele-tele. Istilah menerima mengandung pengertian percaya.
2.2. Ogen: Zepanya 2:1-3
Bangsa Israel sebagai umat Tuhan diperintahkan Nabi Zefanya untuk bertobat dan beribadah kepada Tuhan dengan mengadakan pemeriksaan diri atau mengoreksi diri sendiri dihadapan Tuhan. Mereka disebut sebagai bangsa yang acuh tak acuh atau bangsa yang tanpa malu menunjukkan bahwa mereka adalah bangsa yang selalu berulang-ulang melakukan kesalahan, tidak memiliki kesetiaan terhadap perintah dan kehendak Tuhan. Sebagai bangsa pilihan mereka tidak hormat dan tidak takut akan keberadaan Tuhan yang memelihara mereka. Mereka dipengaruhi bangsa sekitar untuk menyembah berhala dan seolah-olah Tuhan tidak lagi memiliki kekuatan apa-apa atau tidak memiliki pengaruh lagi bagi mereka. Nabi Zefanya dengan tegas mengatakan “Carilah Tuhan, hai semua orang yang rendah hati….” Untuk mencari Tuhan tidak boleh dengan tinggi hati karena Tuhan sendiri memiliki sifat rendah hati. Selanjutnya Zefanya juga menyerukan agar “carilah keadilan” maksud dan tujuannya untuk menyadarkan bangsa Israel bahwa Tuhan itu sungguh adil dalam kehidupan mereka, sehingga mereka juga harus melakukan keadilan dalam hidup mereka.
2.3. Invocatio: Amsal 25:13
Di dalam ayat ini dikatakan bagaimana seseorang yang akan mendapatkan imbalan yang baik dari pekerjaan yang dilakukan dengan baik juga. Seperti sejuk salju di musim panen, artinya banyak sekali pekerjaan yang harus dilakukan sebelum panen yaitu membersihkan lahan, menanam, merawat dan lain-lain, tetapi semua keletihan itu akan hilang Ketika masa panen. Begitu juga digambarkan seorang pesuruh yang setia melakukan tugasnya, ia akan menyegarkan hati tuannya dan juga akan disenangi oleh tuannya sendiri. Demikianlah dalam pekerjaan dan pelayanan Tuhan, letih dan bahkan tantangan pasti akan dialami, tetapi ketika kita setia, taat dan rendah hati dalam melakukannya, Tuhan akan memberikan kekuatan kepada kita.
III. Aplikasi
- Serangkaian perintah dan pengajaran yang disampaikan Yesus diawali dengan perbuatan nyata yang menunjukkan bahwa Ia mengasihi murid-murid-Nya, termasuk Yudas sekalipun, yang masih ada di tengah-tengah para murid. Yesus tahu bahwa saat-Nya untuk menyelesaikan misi penyelamatan manusia dari Allah akan segera tiba. Dari Tindakan dan perbuatan Yesus ini menjadi teladan bagi kita karena bisa jadi di dalam kehidupan kita bahkan di dalam pelayanan kita ada orang yang menghianati kita, sebagai pengikut Yesus hendaknyalah kita mengampuni dan melayani dia. Itulah perbuatan iman yang nyata dalam hidup dan bukan hanya bicara.
- Yesus memperagakan pengajaran-Nya tentang kasih kepada murid-murid dengan bertindak layaknya seorang hamba yang membasuh kaki mereka satu per satu. Dari hal ini menjadi teladan bagi kita untuk mampu merendahkan diri terhadap orang lain. Kunci pelayanan yang ada pada Yesus adalah rendah hati dan setia. Dalam pelayanan, kita tidak boleh menempatkan posisi kita lebih tinggi atau lebih terhormat dari pada orang lain. Ketika sifat tinggi hati itu belum dapat dihilangkan dengan secara langsung pelayanan itu akan terhalang, apalagi untuk melakukan basuh kaki seseorang. Yesus melakukan pembasuhan kaki, Ia menegaskan agar murid-murid-Nya tidak meninggikan diri, tetapi mau merendahkan hati dan melayani sesama dengan tulus dan sungguh-sungguh, bahkan harus rela merendahkan diri untuk saling melayani satu sama lain.
- Yesus adalah pemimpin, sebagai pemimpin Yesus melakukan pemuridan dengan cara memberikan contoh teladan dan pengajaran keimanan. Pemimpin mempengaruhi pengikutnya, seorang pemimpin Kristen adalah scorang yang dipanggil oleh Tuhan untuk menjalankan kepemimpinan dengan mengenakan karakter Kristus. Peran Yesus sebagai pemimpin-pelayan dapat dijadikan model kepemimpinan bagi masa kini, pertama: Memimpin dengan kasih dan pengorbanan. Kedua, Memimpin dengan kerendahan hati. Ketiga: Memimpin harus melakukan regenerasi para pemimpin.
- Nabi Zefanya menyerukan pertobatan untuk bangsa Israel, hal ini dilakukannya karena bangsa itu sudah jauh dari Tuhan dengan menyembah baal dan tidak lagi merasakan lawatan Tuhan dalam hidupnya. Hendaklah kita sebagai umat yang percaya kepada Tuhan berani menyerukan kebenaran dan mengatakan yang salah. Begitu juga kehadiran kita sebagai umat percaya hendaklah dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap orang lain baik dari perbuatan, cara bicara, pola pikir, keluarga, pekerjaan agar mereka merasakan kasih dan lawatan Tuhan tetap menyertai mereka, jangan sebaliknya kehadiran kita membuat orang lain tidak lagi merasakan kehadiran Tuhan.
- Dalam kitab Amsal 25:13 membuka pemahaman kita bahwa didalam melakukan pekerjaan dan tugas, kita pasti mendapatkan tantangan, begitu juga dalam pelayanan banyak hal yang dapat membuat kita berhenti untuk melakukannya, janganlah mengandalkan kekuatan dan pengetahuan kita tetapi berserulah kepada Tuhan, ketika pekerjaan itu kita lakukan hingga selesai maka kesejukan atau kebahagiaan itu akan kita dapatkan.
Pdt Julianus Barus-Runggun Bandung Pusat