MINGGU 13 APRIL 2025, KHOTBAH MATIUS 21:1-11
Invocatio :
“Mereka akan datang dan bersorak-sorai di atas bukit-bukit Sion; mereka akan bersukacita karena kebaikan TUHAN, karena gandum, anggur baru dan minyak zaitun, karena anak-anak kambing domba dan lembu sapi; hidup mereka akan seperti taman yang diairi baik-baik, mereka tidak akan kembali lagi merana.” (Yer. 31:12)
Bacaan :
Zakharia 9:9-10 (Responsoria)
Khotbah :
Matius 21:1-11 (Tunggal)
Tema :
Yesus Memasuki Kota Yerusalem (Jesus bengket ku Kuta Jerusalem)
Pendahuluan
Minggu Palmarum adalah Minggu sebelum Paskah dan merupakan permulaan Pekan Suci menjelang perayaan Paskah. Minggu Palmarum memperingati peristiwa masuknya Yesus ke kota Yerusalem dengan dielu-elukan oleh orang banyak, menjelang kematian dan kebangkitan-Nya, dan ini dicatat di keempat Kitab Injil dalam Perjanjian Baru. Istilah "Palmarum" berasal dari kata Latin "palma" yang berarti daun palem, yang melambangkan sambutan orang-orang Yerusalem saat Yesus memasuki kota tersebut, ketika mereka menyebar daun palem dan menghamparkan pakaian di jalan yang dilewatiNya. Daun palem dianggap sebagai simbol kemenangan dan kejayaan dan digunakan sebagai lambang untuk menyatakan kemenangan martir atas kematian. Sementara menghamparkan pakaian di jalan yang dilalui Yesus sebagai karpet melambangkan penghormatan mereka menyambut Yesus, sang Mesias..
Peristiwa ini dianggap sebagai penggenapan nubuatan dalam Alkitab bahwa Mesias akan datang ke Yerusalem dan memulai tugasnya sebagai Juru selamat manusia. Ketika Yesus datang ke Yerusalem, rakyat Yerusalem menyambut-Nya dengan penuh sukacita, karena menganggap Yesus sebagai Mesias yang telah mereka nantikan. Pengharapan bahwa Yesuslah Raja yang diurapi & kepentingan mereka untuk dibebaskan dari penjajahan Romawi, itulah yang membuat mereka begitu antusias menyambut & meng-elu-elukan Yesus. Firman Tuhan di Minggu Palmarum ini mengingatkan kita untuk menghayati & memahami dengan benar arti kedatangan Yesus bagi keselamatan kita & juga memiliki motivasi yang benar dalam merespon dan menyambut Yesus dalam hidup kita.
Pendalaman Teks Khotbah : Matius 21: 1-11
Ay. 1-3 : Yesus menyuruh murid-muridNya untuk menemukan seekor keledai betina, dengan pesan: "Pergilah ke kampung yang di depanmu itu, dan di situ kamu akan segera menemukan seekor keledai betina tertambat dan anaknya ada dekatnya. Lepaskanlah keledai itu dan bawalah keduanya kepada-Ku. Dan jikalau ada orang menegor kamu, katakanlah: Tuhan memerlukannya. Ia akan segera mengembalikannya." Dalam teks paralelnya, Markus 11::1-10 menceritakan bahwa perbuatan mengambil keledai milik orang itu diketahui oleh banyak orang di sekitar kandang keledai itu, tapi mereka membiarkannya ketika mereka menjawab seperti yang dikatakan Yesus: “Tuhan memerlukannya”. Pesannya melalui ayat ini: bahwa Tuhan seringkali memerlukan apa yang ada di sekitar kehidupan kita, bahkan yang sederhana sekalipun untuk diberdayakan oleh-Nya bagi rencana KaryaNya yang besar. Dan bagaimana kita dipanggil untuk dengan sukacita dan rela memberi apa yang ada pada kita untuk dipakai oleh Tuhan.
Ay. 4–5 : Penulis Injil Matius mencatat bahwa peristiwa masuknya Yesus ke Yerusalem merupakan penggenapan dari apa yang dinubuatkan dalam Zakharia 9:9 : "… Lihat, Rajamu datang kepadamu, Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda."
Keledai dalam tradisi timur merupakan simbol yang membawa damai, juga melambangkan pelayanan, penderitaan, dan kerendahan hati. Tidak seperti kuda, yang melambangkan peperangan. Biasanya, seorang raja akan datang menunggangi kuda jika hendak berperang dan naik keledai jika hendak menunjukkan bahwa ia datang dengan damai. Yesus datang menunggangi keledai melambangkan kedatangan-Nya sebagai Raja Damai, bukan untuk berperang. Pada masa itu, bangsa Israel dijajah oleh bangsa Romawi, dan muncul lah kaum Zelot yang meyakini bahwa Sang Mesias datang untuk melawan bangsa Romawi. Melalui peristiwa ini, Hal tersebut disangkal sendiri oleh Yesus dengan kedatanganNya menunggang keledai. Yesus juga menunjukkan dengan tindakan-Nya tersebut sebagai pemenuhan atas apa yang dinubuatkan Nabi Yesaya dalam Yes 9:6,: “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, ….. dan Namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai” . Dialah Mesias sang Raja Damai yang dijanjikan itu.
Peristiwa ini juga dianggap sebagai penggenapan atas nubuatan kedatangan Mesias ke Yerusalem dari arah "Bukit Zaitun" seperti yang tertulis dalam: Keempat Injil – Matius 21:1, Markus 11:1, Lukas 19:28, dan Yohanes 12:12 – yang menyebutkan bahwa Yesus datang dari arah timur Yerusalem, yaitu jalan yang dari Yerikho, melewati Betania, tiba di Betfage yang terletak di Bukit Zaitun. Meriahnya arak-arakan masuk ke Yerusalem dan daun-daun palem menyerupai perayaan kemerdekaan orang Yahudi di Kitab 1 Makabe 13:51 yang menuliskan: "Dan masuk ke dalamnya... dengan ucapan syukur, dan ranting-ranting dari pohon palem, dan dengan kecapi dan ceracap, dan dengan biola dan pujian dan nyanyian."
Ayat 6-7 : bagian ini menunjukkan bagaimana sikap kedua murid yang membuktikan ketaatan mereka atas perintah Yesus, di suruh pergi mengambil keledai untuk digunakan oleh Yesus, walau resikonya bisa dianggap maling. Mereka membawa keledai betina itu bersama anaknya, mengalasinya dengan pakaian mereka, tanpa di suruh. Mereka melihat keledai itu tidak memiliki pelana, karena itu berinisiatif memberikan apa yang ada pada mereka. Ada kesadaran dalam diri kedua murid itu bahwa mereka dapat melakukan sesuatu untuk Yesus ... walaupun hanya sebuah 'perbuatan sederhana' ... mengalasi keledai dengan baju mereka, memberi apa yang mereka punya untuk melayani Yesus.
Ayat 8-11 : mencatat orang banyak mengelu-elukan Yesus memasuki Yerusalem. Tanpa disadari, mereka menyambut korban hari raya yang akan dipersembahkan menjadi korban penebusan dosa bagi seluruh umat manusia, tepat pada hari raya Paskah. Menurut Injil Yohanes, peristiwa ini terjadi 5 hari sebelum Paskah Yahudi, berarti tanggal 10 bulan Nisan dalam kalender Yahudi. Tanggal 10 bulan Nisan bertepatan dengan hari pemilihan domba Paskah Yahudi, sesuai Keluaran 12:3–7: "Pada tanggal 10 bulan ini ambillah seekor anak domba, menurut kaum keluarga, seekor anak domba untuk tiap-tiap rumah tangga...Anak dombamu itu harus jantan, tidak bercela, berumur setahun; …lalu seluruh jemaah Israel yang berkumpul, harus menyembelihnya pada waktu senja.
Peristiwa Yesus memasuki kota Yerusalem adalah untuk menggenapi apa yang dikatakan Zakharia 9:10, memberi damai bagi umat Tuhan. Damai yang diperoleh bukan dari peperangan, bukan dengan kekuatan senjata, tetapi dengan pengorbanan-Nya, sang “Anak Domba Allah” di atas kayu salib. Dia membayar perdamaian itu dengan darah-Nya yang kudus. Itulah sebabnya masuk-Nya Yesus ke Yerusalem adalah untuk menandai tahap berikut dari pelayanan-Nya di bumi, yaitu tahap terpenting, tahap kematian-Nya di kayu salib. Tidak ada jalan menuju takhta-Nya di sebelah kanan Allah kecuali dengan berjalan menuju salib.
Bacaan/ Ogen : Zakharia 9:9-10
Zakharia 9:9-12 adalah nubuat harapan pasca-pembuangan, mungkin paling dikenal karena penggunaannya kembali dalam Perjanjian Baru. Zakaria dipilih Allah menjadi perpanjangan tangan-Nya menyampaikan firman Tuhan ke tengah-tengah bangsa-Nya yang kembali dari pembuangan Babil ke Yerusalem. Di tengah situasi yang penuh penderitaan dan hampir hilang harapan, sang nabi memberitakan nubuat yang membangkitkan semangat bangsanya yang telah melemah dan menjadi pesimis kembali optimis. Kunci akan pengharapan itu terletak pada kedatangan Mesias dan penghancuran kekuasaan yang jahat, serta pendirian kerajaan-Nya di bumi.
Ay 9 : “Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda.” Alasan yang paling utama untuk bersukacita adalah nubuatan akan datangnya sang Raja. Raja yang dimaksud oleh Zakaria bukanlah raja yang datang dengan kemegahan dan keperkasaannya. Namun sebaliknya, Raja yang datang dengan kerendahan hati. Dia tidak naik kuda perang yang gagah, melainkan naik keledai muda. Nubuatan itu digenapi dalam diri Yesus. Yesus mengendarai keledai memasuki Yerusalem di mana orang banyak menyambut-Nya dan berseru, “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!” (Mat. 21:4-5 ; Yoh. 12:13). Raja yang datang itu amat berbeda dengan raja-raja atau penguasa dunia. Dia adil, jaya, lemah lembut, dan mengendarai seekor keledai. Kata “adil” menunjukkan bahwa Ia akan menegakkan hukum di antara bangsa-bangsa (bnd. Yes. 42:1, 3, 4). Raja yang menunggangi seekor keledai menggambarkan Dia datang dengan damai bukan untuk perang.
Ayat 10 : Mesias yang dinubuatkan Zakaria itu adalah Raja Damai yang akan membawa damai kepada seluruh bangsa. Dialah Raja ilahi yang memerintah bukan dengan tangan besi, bukan pula dengan senjata perang, tapi sebaliknya akan melenyapkan segala senjata & peralatan perang. Dia mendirikan kerajaan-Nya yang penuh kedamaian, keadilan, dan kejayaan serta akan mengakhiri perang di Israel, dan akan membangun kedamaian di dunia, dengan kekuasaan-Nya (bnd. Yes. 2:4; 9:5-7; 11:1-10; Mik. 5:10-15)
Invocatio : Yeremia 31: 12
Yeremia pasal 31 ini, berisi tentang nubuat akan pembebasan bangsa Israel dari pembuangan. Allah berjanji untuk mengadakan perjanjian yang baru dengan seluruh umat-Nya, baik Israel maupun Yehuda. Secara khusus dalam teks Invocatio ini digambarkan bagaimana pemulihan itu akan dialami oleh bangsanya jika bangsa ini kembali setia kepada Tuhan maka : umat Allah akan bersukacita karena kebaikan Tuhan, mereka akan mengalami berkat-berkat Tuhan, seperti gandum, anggur, minyak, anak-anak kambing domba, dan lembu sapi. Hidup umat Allah akan seperti taman yang diairi dengan baik, sehingga mereka tidak akan berdukacita lagi. Tuhan akan menghibur umat-Nya dan menyukakan mereka sesudah kedukaan mereka.
Dari ketiga bahan alkitab Khotbah, Bacaan & Invocatio kita dapat melihat benang merahnya : bagaimana karya keselamatan yang Yesus kerjakan sudah dinubuatkan dari sejak dari jaman para nabi dan bagaimana pembebasan itu datang atas inisiatif Allah sendiri, Dia yang datang dengan segala kesederhanaan & harus menderita supaya kita dibebaskan dan mengalami sukacita.
Beberapa point perenungan melalui Tema dan teks Firman Tuhan di Minggu Palmarum ini yang bisa kita renungkan adalah :
- Yesus menjalani jalan penderitaan sebagai bukti bahwa keselamatan kita adalah inisiatif Allah.
Tema Minggu Palmarum ini : “Yesus memasuki Kota Yerusalem” kita diingatkan bagaimana Yesus memasuki via dolorasa, jalan penderitaan menghadapi sengsaraNya di kayu salib. Ia datang menghadapi kematianNya untuk menjadi ganti atas kita demi ketaatan kepada kehendak Allah yang mengutusNya. Pertama dan terakhir dalam hidupNya di dunia, Yesus disambut sebagai seorang Raja, dipuja dan diagungkan, walau setelah itu disiksa dan disalibkan. Semua itu menjadi bukti bahwa keselamatan yang dikerjakan oleh Yesus bagi kita, semuanya atas persuruhan dan inisiatif Allah. Dia datang melalui AnakNya sendiri, Yesus Kristus, untuk menyelamatkan kita.
- Teladan Yesus dalam kesederhanaan & kerendah hatianNya
Biasanya ketika seorang Raja datang akan disambut meriah dengan persiapan yang maksimal & fasilitas terbaik. Tapi tampaknya hal itu tidak berlaku bagi Yesus Sang Raja yang memasuki kota Yerusalem. Jangankan kereta kuda, keledai pun Dia tak punya. Yesus menjalani hidupNya dengan sangat sederhana. Ketika lahirpun, tempat yang tersisa hanya kandang domba. Dalam pelayananNya juga, Ia mengharapkan belas kasih dari orang-orang yang dilayaniNya, tapi Dia tetap menjalankan Misi/ Tugas dari Allah yang mengutusNya, dengan tuntas walau tanpa fasilitas. Yesus sangat bertolak belakang dengan gambaran Raja yang ada di dunia ini. Dia memasuki Yerusalem dengan penuh kesederhanaan & kerendahan hati, demikian tentunya kita juga dipanggil untuk menjalani hidup kita dengan tidak terikat pada materi. Ke-cenderung-an manusia saat ini hidup dengan gaya “flexing”, pamer harta & kekayaan, konsumerisme dan hedonisme, sangat bertentangan dengan keteladanan Yesus Sang Raja.
- Bagaimana respon kita mendukung pelayanan Yesus & menyambut Dia yang membawa keselamatan bagi kita ?
Siapkah kita mempersembahkan segenap daya, pikiran, tenaga bahkan seluruh hidup kita dan apa yang ada pada kita untuk dipakai oleh Tuhan yang telah menyelamatkan kita ?
- Belajar dari si empunya keledai, yang tidak protes, tidak melarang tapi merelakan keledainya dipakai oleh Yesus (bdk. Markus 11:5-6)
- Belajar dari kedua murid yang merespon Yesus dengan ketaatan dan kepatuhan pada apa yang diperintahkan Yesus, sekalipun ada resikonya. Juga meneladani inisiatif mereka untuk memberikan apa yang ada dalam diri mereka, mengalasi keledai itu dengan pakaian mereka sendiri karena mereka melihat keledai itu tanpa pelana, sehingga bisa dinaiki oleh Yesus. Apa yang bisa kita lakukan dengan apa yang kita miliki hari ini untuk Tuhan? Bukankah seharusnya banyak hal yang bisa kita lakukan dan persembahkan untuk mendukung pelayanan gereja sebagai wujud syukur kepada Tuhan yang telah menyelamatkan kita?
- Orang banyak menyambut Yesus dengan menghamparkan pakaiannya di jalan. Saat Yehu dinobatkan sebagai raja, para panglima juga meletakkan jubah mereka di bawahnya sebagai tanda kesetiaan mereka kepadanya. Pesan teks dalam ayat ini : Demikianlah juga kita yang menjadikan Kristus Raja, harusnya meletakkan segala yang kita miliki di bawah kakiNya. “Menghamparkan pakaian” adalah sebagai lambang penyerahan hati. Ia telah datang dengan kerendahan hati maka kitapun harus menyambutNya dengan segenap kerendahan hati, menempatkan diri kita di bawah kakiNya, menandakan Yesuslah yang utama dalam hidup kita. Kedatangan Yesus yang siap menderita bagi keselamatan kita hendaklah direspon dengan baik, dengan sambutan yang tulus dan kerelaan hati. Ada pula yang memotong ranting-ranting dari pohon & menyebarkan di jalan yang dilalui Yesus. Artinya tidak sekedar menunjukkan kerelaan hati tapi juga butuh usaha melakukan yang terbaik dalam merespon dan menyambut Yesus dalam hidup kita.
- Miliki motivasi & pengharapan yang benar dalam merespon dan menyambut Yesus
Orang banyak yang saat itu menyambut Yesus dengan meriah, di kemudian hari justru beberapa diantaranya ikut juga dalam gerombolan yang menyerukan agar Yesus dihukum & disalibkan, itulah yang terjadi jika motivasi penyambutan dilakukan atas dasar kepentingan pribadi. Kepentingan dan harapan mereka adalah dibebaskan dari penjajahan Romawi, tapi ketika harapan mereka tak terwujud mereka berbalik arah. Pesan moralnya: ingatlah motivasi penyambutan & pelayanan kita pada Yesus bukanlah untuk kepentingan kita, tetapi untuk merespon apa yang telah Dia perbuat untuk kita. Sehingga sekalipun dalam pelayanan kita menghadapi hal yang tidak kita harapkan, kita tidak kecewa & berbalik arah, tetapi tetap mampu tetap memuji dan memuliakan Tuhan di sepanjang hidup kita. Marilah fokus kita tertuju pada YESUS. Dialah yang menjadi sentral dalam hidup & pelayanan kita, Dialah Raja kita dan hanya Dialah yang berkuasa atas kita. Amin.
Pdt Jenny Eva Karosekali
GBKP Rg Harapan Indah