Invocatio :
“ Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu”.(Mat.22:37)
Ogen :
Masmur 86:8-17 (Responsoria)
Kotbah :
Johanes 14:15-21 (Tunggal)
Tema :
Mengenal dan mengasihi Allah
I. Latarbelakang
Allah yang benar adalah Allah yang tidak terbatas, Allah yang melampaui segala sesuatu, Allah yang Esa, Allah yang tidak ada bandingnya, yaitu Allah yang menyatakan diri sebagai Allah yang Tritunggal. Kita hanya dapat mengenal Allah sepanjang Ia menyatakan diri-Nya.[1]
Tritunggal atau Trinitas adalah doktrin ImanKristenyang mengakuiSatu Allah Yang Esa, namun hadir dalam Tiga Pribadi: Allah BapadanPutradanRoh Kudus,di mana ketiganya adalah sama esensinya, sama kedudukannnya, sama kuasanya, dan sama kemuliaannya.[2] Trinitas bukanlah satu istilah tetapi satu konsep iman dan pada minggu ini kita akan belajar untuk mengenal Dia dan mengasihi Dia melalui cara hidup kita yang berguna dan berkarya serta mengasihi semua orang dan menjaga keutuhan ciptaan.
Pengenalan akan Allah Tritunggal akan membawa kita kepada kasihNya yang melampaui segala sesuatu, dan bagaimana kita dipanggil untuk mengasihi Dia dalam kebenaran dan kesaksian hidup yang berkemenangan agar kita dapat terus berkarya dan berguna bagi dunia ini. Mewujudkan kasih bukanlah hal yang mudah. Karena itu, dibutuhkan penolong. Kata Penolong (Yoh. 14: 16) dan Penghibur (Yoh. 14:26). Penolong itu (Roh Kudus) tidak diberikan kepada sembarang orang. Ia hanya akan menyertai orang-orang yang mengenal dan percaya kepada Allah. Itu sebabnya khotbah minggu ini mengajarkan kita akan arti ketaatan kepada Yesus, terwujud melalui hidup dalam kasih.
II. isi.
2.1. Latarbelakang
1.Sejarah Doktrin Trinitas/Tritunggal (minggu Trinitas)
Pada tahun 325, di Nicea diadakan suatu konsili[3] di bawah pemerintahan Kaisar Konstantin untuk menyelesaikan perdebatan yang berlarut-larut mengenai penafsiran tentang Tritunggal. Pada waktu itu ada dua pihak dengan dua pandangan yang sangat bertentangan, yaitu pandangan Arius (Arianisme) dan dengan pandangan Athanasius.[4]Kaisar berpikir jika ada perselisihan maka persoalan ini pasti akan berdambak terhadap pemerintahannya, maka perselisihan ini harus segera diselesaikan maka dipanggil dalam konsili oikumenis. Tujuan dari konsili itu supaya semua memiliki pandangan yang sama, iman yang sama dan siapapun yang bertanya jawabannya sama, dan dari sinilah muncul konsili Nicea dengan keputusannya. Keputusan ini ada dua kelemahan yang pertama di dalamnya belum mencakup Roh Kudus, jadi kemungkinan masih ada opini liar. Kedua, kelompok Arian sulit menerima, jika Allah dan Yesus sehakikat. Menurut mereka Yesus itu ada karena dibuat ada. Atas dasar pemikiran ini, maka kaisar merasa masih perlu merumuskan pemahaman yang sama dalam konsili Konstantinopel yang sifatnya menambahkan yang belum termuat didalamnya seperti menambahkan Roh Kudus.
Istilah Tritunggal itu sendiri sebenarnya berasal dari Tertullianus. Dialah orang pertama yang mencetuskan istilah Tritunggal ini. Ia mengatakan, maka Kristus lebih rendah dari pada Bapa, Roh Kudus tidak lebih rendah dari pada Kristus dan tidak lebih rendah dari pada Bapa. Sebagaimana Bapa adalah Allah yang sejati, demikian juga Anak adalah Allah yang sejati dan juga Roh Kudus adalah juga Allah yang sejati. Sebelum Tertullianus, Origen dari Aleksandria mengatakan, “Dari Bapa keluar Anak; Anak keluar dari Bapa atau dilahirkan oleh Bapa menurut kedaulatan Bapa, sehingga kedudukan Anak lebih rendah (subordinasi) dari pada Bapa. Jadi Origen berpendapat bahwa Kristus lebih rendah sedikit dari pada Bapa. Tertullianus memberikan penjelasan yang jauh lebih sehat di dalam sejarah Gereja, bahwa Kristus tidak subordinasi di bawah Bapa. Menurutnya, Kristus dilahirkan Bapa di dalam kekekalan.[5] Pertikaian itu, akhirnya diselesaikan tahun 325 melalui suatu konsili yang mengambil keputusan besar. Sayangnya keputusan itu dianggap tergesa-gesa, diman Kaisar memihak kepada Athanasius, dan kedua pihak yang bertentangan itu merasa kurang puas, setelah beberapa puluh tahun kemudian,barulah gereja bisa menerima doktrin Tritunggal ini dengan baik.[6]
Pandangan bapa reformasi
Martin Luther, menurutnya hanya ada satu hakekat ilahi yaitu Allah. Dalam hakekat Allah yang Esa tidak terpisah dan terbagi-bagi tiga pribadi. Dalam pandangannya baik Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah Allah yang sejati, namun hanya ada Allah yang satu. Bagi nya Trinitas ini adalah misteri Allah yang tidak terpahami oleh akal pikiran manusia.[7] Calvin, Allah itu adalah Esa. Dalam menjelaskan Trinitas, Calvin memakai rumusan persona (topeng, peranan, pribadi) ialah subtistentia in Dei essentia, yaitu sesuatu yang sesungguhnya berada di dalam Zat Allah. Menurut Calvin pembedaan ketiganya bukanlah pembagian, tetapi ditanggapi dengan rasa hormat. Calvin memusatkan perhatian kepada urutan ketiganya yang diterangkan dlam Alkitab, Bapa sesudahnya Anak, yang berasal dari Bapa dan Roh Kudus berasal dari keduanya.
Saat ini juga kita sering mendengar Allah yang dianalogikan untuk menggambarkan keesaannya. Salah satu ajaran sesat tentang Tuhan adalah apa yang disebut sebagai modalisme.[8] Pandangan ini menjelaskan hanya ada satu Tuhan yang muncul kepada kita dengan berbagai cara pada waktu-waktu yang berbeda. Terkadang sang Bapa muncul sebagai Anak, dan pada saat lain Dia muncul sebagai Roh Kudus. Di dalam modalisme ketiganya tidak berbeda satu sama lain. Bapa, Anak dan Roh Kudus hanya peran yang Tuhan mainkan pada waktu yang berbeda-beda. Tanpa disadari modalisme mendasari analogi populer tentang Trinitas yang banyak dipakai para pengkhotbah ketika mereka membandingkan Tuhan dengan diri mereka dan berkata, “saya seorang ayah, tetapi saya juga seorang anak, dan saya memiliki roh.” Kesalahan yang sama terjadi ketika Trinitas dibandingkan dengan tiga wujud air: padat, cair dan gas.[9] Ada juga yang memakai analogi bunga (Bentuk, bau, dan warna bunga), matahari sinar dan panasnya, tubuh, jiwa dan Roh manusia,ayah ,sopir dan direktur.[10]
Pandangan Alkitab tentang Trinitas
Kata Trinitas memang tidak muncul dalam Alkitab, tetapi kebenaran doktrin ini dapat kita akui ada di dalammya.[11] “Akulah Tuhan, Allahmu yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu Allah lain dihadapan-Ku,”adalah awal dan tidri sepuluh perintah Tuhan (Keluaran 20:2-3). Pesan itu sederhana: hanya Tuhanitu sendirilah Allah, dan tidak ada Allah lain. Dari awal sampai akhir, inilah pesan dari Perjanjian Lama. Ulangan 6:4 menyatakan, “Dengarlah, hai Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa!”
Perjanjian Baru menggemakan kembali pesan kitab-kitab yang ditulis sebelumnya. Yakobus menegur orang-orang yang berpikir bahwa menyakini fakta-fakta tentang Tuhan itu sudah cukup, ketika ia menulis, “Engkau percaya bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun percaya akan hal itu dan gemetar”(Yakobus 2:19). Paulus juga menyatakan keesaan Tuhan ketika ia berkata kepada orang-orang Korintus, “Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari Dia berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang melalui Dia segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup” (1 Korintus 8:6). Yesus menyatakan keesaan Tuhan ketika Dia berkata pada orang-orang Farisi bahwa perintah yang pertama dan yang terutama ialah untuk “ mengasihi Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu” (Matius 22:37).
Alkitab juga menunjukkan Yesus sebagai Tuhan. Pengakuan iman Israel kuno ialah, “Tuhan itu Allah,” tetapi pengakuan orang-orang percaya zaman Perjanjian Baru: kata kurios. Bagian-bagian laindalam Alkitab menerangi kata itu sehingga jelas artinya. Ibrani 1:3 mengatakan, “Dialah cahaya kemulian Allah dan gambar keberadaan Allah yang sesungguhnya dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan.” Alkitab juga menyebut Roh Kudus sebagai Roh Tuhan. Dia ada disana ketika Tuhan menciptakan segala sesuatu, melayang-layang di atas permukaan air (Kejadian 1:2). Disepanjang Perjanjian Lama, Dia disebut sebagai Roh Allah, dan Dia memampukan umat Tuhan untuk melakukan hal-hal yang istimewa. Berbagai petunjuk tentang keilahian Yesus dan Roh Kudus tidak bertentangan dengan kebenaran bahwa Tuhan itu Esa. Perjanjian Baru juga tidak mengajarkan bahwa ada tiga Allah. Pada saat kelahiran Yesus, kita mendapati bahwa Bapa mengirim Putra-Nya, yang dikandung oleh Roh Kudus. Kesatuan ketiganya dapat kita lihat, dalam perkataan Yesus yang terakhir yang kita kenal sebagai Amanat Agung (Matius 28:19). Jesus menjelaskan bahwa ketiganya ini, Bapa, Anak, dan Roh Kudus, adalah satu ketika Dia mengatakan kepada para pengikut-Nya untuk membatis di dalam tiga nama itu.[12]contoh lain dari kesatuan Bapa, Anak dan Roh Kudus banyak sekali terdapat di Perjanjian Baru, terutama di dalam Injil Yohanes. Yohanes 1:1 menyatakan, “ pada mulanya adalah Firman; Firman itu adalah Allah.” Beberapa ayat kemudian, penulis Injil tersebut mengacu dan kepada Yesus. Yesus menegaskan, “Aku dan Bapa adalah satu” (Yohanes 10:30) dan berkata kepada setiap orang yang telah melihat-Nya, telah melihat Bapa (Yohanes 14:9). Dia berkata bahwa Bapa akan mengirimkan Roh Kudus dalam nama-Nya, dan ketika Roh Kudus datang, Dia akan memuliakan-Nya (Yohanes 16:13-14).[13]
- Yohanes 14:15-21(khotbah)
Kasih adalah kata kunci dalam Injil Yohanes. Mewujudkan kasih bukanlah hal yang mudah. Karena itu, dibutuhkan penolong untuk mewujudkan kasih itu. Kata Penolong (ay.16) dan Penghibur (ay.26) berasal dari satu kata yang sama dalam bahasa Yunani, Parakletos, yang berarti seseorang yang dipanggil datang untuk menolong pada saat kesulitan. Arti khususnya terletak pada alasan mengapa ia dipanggil.
Orang Yunani menggunakan kata ini untuk menunjuk berbagai hal: seorang saksi yang dipanggil untuk membela tertuduh di pengadilan, seorang pengacara untuk membela tertuduh secara hukum, seorang ahli yang dipanggil untuk memberi nasihat pada situasi tertentu, seorang yang dipanggil untuk memberi semangat pada sekelompok serdadu yang patah semangat. Parakletos menolong manusia dalam kelemahannya dan memberi kemampuan untuk menghadapi hidup. Penolong itu (Roh Kudus) tidak diberikan kepada sembarang orang. Ia hanya akan menyertai orang-orang yang mengenal dan percaya kepada Allah (ayat 17). Oleh karena itu dikatakan bahwa dunia tidak melihat dan mengenal Dia. Mengapa demikian? Sebab pada hakikatnya, Roh Kudus itu adalah Allah sendiri. Ia tidak memaksakan diri-Nya untuk masuk ke dalam hati manusia, tetapi Ia tinggal dalam diri setiap orang yang percaya kepada-Nya. Fungsi Parakletos (Roh Kebenaran) yang ditekankan oleh Yesus adalah untuk (ayat 26): (a) Mengajar: kehidupan pengikut Kristus sebenarnya adalah kehidupan yang selalu belajar; belajar mengenai kebenaran, belajar mengenai makna dan tujuan hidup, belajar untuk makin serupa dengan Kristus. (b) Mengingatkan: Roh Kudus akan mengingatkan semua hal yang telah Yesus ajarkan supaya kita selalu taat pada perintah-Nya dan meneladani seluruh hidup-Nya. Dengan kata lain, para murid (dan kita semua) sesungguhnya diminta untuk selalu taat pada perintah-perintah-Nya. Ketaatan ini dilakukan bukan karena kita adalah budak yang tidak punya kehendak bebas, melainkan karena kasih kita kepada-Nya (ayat 15, 21). Jika kita mengasihi Yesus, maka kita akan berusaha melakukan segala hal yang telah Yesus ajarkan, sebab semuanya itu mengandung kebaikan dan kebenaran. Perkataan-perkataan Yesus ini akan digenapi setelah kebangkitan-Nya. Roh Kudus akan dicurahkan pada hari Pentakosta; 50 hari setelah kebangkitan-Nya. Sebelum semuanya itu terjadi, Yesus telah mengatakannya terlebih dahulu supaya ketika hal itu terjadi, para murid sungguh-sungguh mempercayainya (ayat 29).
3.Masmur 86:8-17 (bacaan/pengantar khotbah)
Dalam Mazmur 86 ini, Daud secara rinci mempersiapkan permohonannya kepada Tuhan. Ayat 1 sampai 7 memberikan permohonan yang berapi-api agar Tuhan mendengarkannya. Ayat 8 sampai 10 memberitahu Tuhan bahwa Dialah satu-satunya Tuhan yang dapat mendengar. Ayat 11 merupakan doa dan ikrar menjadi hamba Tuhan yang taat. Ayat 12 dan 13 memuji Tuhan yang pengasih dan menyelamatkan. Ayat 14 sampai 17 permohonan pertolongan ketika musuh menyerang. Permohonan ini tetap menjaga semangat kerendahan hati dan pujian penuh hormat. Di sini Tuhan disapa dengan cara yang sangat pribadi oleh Daud, mengharapkan sebuah jawaban. Hamba-hamba Allah yang setia dapat mengandalkan perhatian pribadi-Nya yang pengasih.
Terkadang kesusahan atau rasa sakit kita begitu besarnya sehingga yang bisa kita lakukan hanyalah berseru kepada Tuhan, “Lindungi aku” ayat 2. Dan sering kali, ketika tidak ada pertolongan yang terlihat, yang bisa kita lakukan hanyalah mengakui kebesaran Tuhan dan menantikannya. Hari-hari mendatang yang lebih baik. Keyakinan bahwa Tuhan menjawab doa akan menopang kita dalam masa dan keadaan sulit ini. Kehidupan, sebagai anugerah Tuhan, adalah hasil kasih-Nya. Pemazmur merasakan Cinta itu sebagai pembebasan dari kematian. Dalam perjanjian cinta yang setia, Tuhan pun mendengarkan doa umat-Nya dan melepaskan mereka dari ancaman kematian. Karena Tuhan kita adalah Tuhan yang Maha Pengasih dan Pemurah, lambat marah, berlimpah Cinta dan Kesetiaan. Kita mengalaminya di dalam Yesus Kristus sebagai kemenangan total atas kematian. Tuhan menyelamatkan kita dari kematian jasmani dan juga kematian rohani, dan memberi kita Keselamatan dan Kehidupan Kekal berdasarkan Kasih Tuhan dan mendatangkan pujian manusia. Tindakan penyelamatan Tuhan yang unik tidak dilakukan hanya untuk satu orang saja. Mereka menjadi alasan bagi semua orang untuk menyembah Tuhan.
Karakteristik Tuhan yang digambar disini: berupa Cinta, Pengampunan, Kesetiaan, Pengampunan, Anugerah, dan Kasih Sayang memberikan penghiburan terbesar bagi penderitanya. Ketika kita bertekun dalam doa, kita percaya dan tahu bahwa Tuhan akan menjawab.
- Matius 22:37 (Invocatio)
Ukuran mengasihi secara Alkitabiah juga bukan berdasarkan ukuran manusia, tetapi ukuran Allah. Sebagaimana Bapa Sorgawi mengasihi Tuhan Yesus, demikianlah Tuhan Yesus mengasihi kita. Dan sebagaimana Tuhan Yesus mengasihi kita, begitu jugalah kita harus mengasihi sesama kita. Bagaimana kita dapat memenuhi ukuran Allah dalam mengasihi sesama manusia seperti diri kita sendiri? Jawabannya: kita harus melekat kepada Allah.
- Relasi teks kotbah, bacaan dan invocatio
Allah memperkenalkan diriNya kepada kita dala relasi Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus berfungsi menolong kita untuk tetap taat kepada Kristus. Ketaatan kepada Yesus terwujud melalui hidup dalam kasih. Mewujudkan kasih bukan hal mudah. Di hadapan para murid ada banyak tantangan yang akan hadapi. Tantangan itu adalah kebencian. Yesus menyebut bahwa dunia ini membenci Kristus dan para pengikut-Nya. Ketika dunia mengajarkan kebencian, murid-murid Yesus diminta-Nya tetap mengasihi. Oleh karena itu, Ia memberikan pertolongan yaitu Roh Kudus. Dengan bersedia dipimpin oleh Roh Kudus, murid-murid Yesus dimampukan hidup dalam kasih. Kitapun juga demikian. Ketika mau membuka diri dipimpin Roh, kita dimampukan untuk mengalirkan kasih.
III. Kesimpulan
Tema minggu ini mengenal dan mengasihi Allah. Kata mengenal dalam kamus bahasa Indonesia, [mengenal] Arti mengenal di KBBI adalah: mengetahui; kenal (akan); tahu (akan). Sementara mengasihi, mengasihi/me·nga·sihi/ menaruh kasih kepada; mencintai; menyayangi. Jika tema kita mengenal dan mengasihi Allah dapat kita terjemahkan bagaimana kita selaku jemaat mengetahui akan kasih Allah dan mencintai Allah itu sendiri melalui ketaatan hidup yang benar. Munculnya Trinitatis setelah Kristen lahir, saat itu Kristen belum memiliki Alkitab sebagai kitab sucinya, padahal agama harus memiliki kitab suci. Kristen mengklaim Perjanjian Lama itu kitab sucinya sampai abad ke-2. Lahir pertanyaan dari orang Kristen apakah Agama Kristen itu monotheis? Jawabnya ya, monotheis yang bagaimana? Trinitas. Trinitas bukanlah satu istilah tetapi satu konsep iman. Istilah Tritunggal ini memang tidak ada di dalam Alkitab, baik Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Walaupun istilah Tritunggal ini tidak muncul di dalam Alkitab bukan berarti konsep ini tidak terdapat di dalam Alkitab.
[14]
Allah itu Esa, Allah itu Bapa, Anak dan Roh Kudus menyatakan satu kesatuan yang utuh. Esa bukan numerik tapi dipahami sebagai unity. bagaimana ketiganya berelasi inilah yang disebut perichoresis, peri (saling mengikat),(melingkar), chore (saling memberi ruang). Kesaksian Alkitab menyatakan bahwa kita mengenal Allah adalah Esa, yang memiliki makna universal dan supernatural. Konsep Allah adalah satu-satunya, Allah seluruh alam semesta. Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah, tetapi Kristus menyatakannya (Yoh.1:18), barang siapa yang telah melihat Yesus Kristus, ia telah melihat Allah (Yoh.14:9). Ada dua bentuk pernyataan diri Allah kepada manusia,yaitu: pernyataan umum dan pernyataan khusus. Pernyataan umum kita mengenal Allah sebagai pencipta menyatakan diri dalam ciptaanNya. Sementara pernyataan khusus Allah menyatakan diriNya melalaui perbuatanNya dalam sejarah, khususnya dalam sejarah bangsa Israel dan menyatakan diriNya melalui firmanNya. Dalam perjumpaan dengan Allah, Gereja mengakui bahwa Allah datang kepada kita karena kasihNya dalam diri Kristus. Kasih itulah anugerah bagi kita. kita telah mengenal Dia dan mengasihi Dia dengan hidup dalam ketaatan kita melalui karya dan guna, dalam bersekutu, melayani dan bersaksi atas sesama kita.Selamat Merayakan Minggu Trinitatis.
Pdt. W.Mazmur Ginting,M.Th-Runggun Karawang
[1] R Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika, Jakarta:BPK-GM,1984,93
[2]Nicea konstantinopel sudah menghasilkan suatu jawaban tentang perdebatan yang panjang mengenai Trinitas Kristen. Konsili itu menyatakan bahwa Allahnya Kristen Monotheis yang trinitatis. Apa maksudnya yang trinitatis, nicea menjelaskan tiga pribadi tiga lah hakikat. Gambar yang dipakai segitiga sama sisi.. tiga pribadi bapa, anak, roh kudus satu pribadi. Dan ketiga-tiganya substansinya adalah Allah yang tiga pribadi satu hakikat. Satu hakikatnya itu adalah Allah pribadinya Bapa, Anak dan Roh. Esa bukan berarti dalam arti bilangan tetapi esensi. Dan Nicea konstantinopel mengatakan kanon dimana gereja mengaku yang kudus dan am dan menganut dan mengakui keputusan itu sebagai kanon. Semua pertanyaan-pertanyaan yang bersifat ontologis yang tidak diatur dalam alkitab bersangkut paut dengan jawaban yang satu yaitu nicea yaitu trinitas. Keputusan itu dilahirkan pada abad ke-4.
[3] Pada konsili Nicea (325 T.U), para uskup menyepakati rumusan tentang Trinitas yang menyebutkan bahwa Allah adalah tiga pribadi, Bapa, Anak, dn Roh Kudus, yang bersatu dalam hakikat. Lihat. Urban,Linwood, Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen, Jakarta:BPK-GM,2003,54
[4] Pokok persoalan mengenai kristologi ialah bahwa dalam Alkitab dinyatakan dua hal menegani Kristus yang juga tidak bisa disejajarkan secara logis. Yang pertama adalah Kristus benar-benar Allah/Tuhan. Yang kedua ialah: Kristus benar-benar manusia. Nestorius mengabaikan hal yang pertama;Cyrillus hal yang kedua. Lihat Dr.Th.Van den End,Harta Dalam Bejana, sejarah gereja ringkas, Jakarta:BPK-GM,1999, 65
[5] Stephen Tong, Allah Tritunggal,88-90
[6] Stephen Tong, Allah Tritunggal,90-91
[7] Edward W.A. Khehler, Intisari Ajaran Kristen, Pematang Siantar: Akademi Lutheran Indonesia, 2012,31-35
[8] Sebelius menggagas pandangannya tentang Trinitas kira-kira tahun 200, bnd. GBKP, Katekisasi,Kabanjahe,53
[9] G.Dyah Paramita P.K., Elisabeth I.P. Chandra Mari Berpikir Tentang Teologi:Apa yang Kita Yakini?,..87 bnd Stephen Tong, Allah Tritunggal, 25
[10] Stephen Tong, Allah Tritunggal,25-27
[11] G.Dyah Paramita P.K., Elisabeth I.P. Chandra, Mari Berpikir Tentang Teologi:Apa yang Kita Yakini?,Yogyakarta:PT Gloria Usaha Mulia,2011,83
[12] G.Dyah Paramita P.K., Elisabeth I.P. Chandra Mari Berpikir Tentang Teologi:Apa yang Kita Yakini?,..85-86
[13] G.Dyah Paramita P.K., Elisabeth I.P. Chandra Mari Berpikir Tentang Teologi:Apa yang Kita Yakini?,..86
[14] Stephen Tong, Allah Tritunggal,Surabaya:Momentum,2013,31 (Kitab Perjanjian Baru tidak secara eksplisit menuliskan istilah "Allah Tritunggal", tetapi keberadaan Bapa,Putra dan Roh Kudus tersurat dalam banyak ayat, baik secara terpisah maupun bersama-sama. Berdasarkan rumusan dalam perintah tentang pembaptisan di Matius 28:19 "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus"(TB-LAI). Doktrin Tritunggal mendapatkan bentuknya seperti sekarang, adalah berdasarkan FirmanTuhan dalam Injil. Ucapan Yesus: Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku, dapat digunakan untuk menjelaskan istilah "pribadi", "sifat", "esensi", "subtansi", istilah-istilah yang belum pernah digunakan oleh para Rasul).