MINGGU 02 MARET 2025, KHOTBAH YESAYA 32:1-8
Invocatio :
“Kalak si erkemalangen man Tuhan teneng geluhna janah keluargana pe dat kecion” (Kua. 14:26)
Ogen :
Lukas 13:31-35
Khotbah :
Yesaya 32: 1-8
Tema :
Raja Si Bujur Ingan Cicio
Pengantar
Manusia selalu membutuhkan pengharapan mesianik, bahwa kelak akan datang seseorang yagn membawa kebebasan, keadilan, dan kebenaran yang sejati. Orang di Jawa terbiasa dengan konsep Ratu Adil, misalnya. Kebutuhan ini biasanya muncul kala kehidupan amat mengecewakan. Di situ muncullah pengharapan tentang masa depan yang lebih baik. Ini bukan sekadar soal psiko-sosiologis, tetapi juga masalah iman.
Yesaya 32 adalah bagian kitab Yesaya yang ditulis sebelum Kerajaan Yehuda ditaklukkan dan orang-orangnya dibuang ke Babel. Isinya kebanyakan tentang peringatan: bila hidup umat tidak berubah, akan datang penghukuman. Ada masalah dalam kehidupan umat sehingga mereka diperingatkan, namun sekaligus memiliki harapan pada masa depan, tentang situasi ketika “yang buta melihat, yang tuli menyimak, yang terburu nafsu menjadi bijak”. Di masa itu kontradiksi antara yang murtad dan yang berbudi luhur akan jelas baik dalam rancangan maupun tindakan (ay. 3). Inilah pengharapan mesianik Yesaya. Bagi kita, pengharapan mesianik itu telah terpenuhi dalam diri dan karya Yesus Kristus, sang Raja yang Adil dan Benar. Masalahnya, apakah kita yang beriman kepada-Nya telah juga menjadi adil dan benar dalam rancangan dan tindakan?
ISI YESAYA 32: 1-8
Kerajaan Yehuda yang pernah mengalami masa kejayaan di masa raja-raja Dinasti Daud kini sedang menjelang masa senja. Nabi Yesaya berhadapan dengan rezim Ahas yang sangat korup dalam menjalankan pemerintahannya. Rezim Ahas yang korup itu akan segera menuai bencana Inilah yang menjadi latarbelakangi harapan-harapan Yesaya mengenai raja mesianis yang akan menghadirkan zaman baru, yakni zaman keadilan dan kebenaran, zaman perdamaian, zaman pengenalan dan takut akan Tuhan. Harapan dan gambaran seperti inilah yang ada pada umat Israel. Mereka sudah banyak mengenal raja dengan berbagai latar belakang dan gaya kepemimpinan yang berbeda, akan tetapi hampir semua raja tersebut belum bertindak adil dan benar (bdk. Yes. 1:21-23). Ay.1 dan 2 menunjukkan adanya pengharapan akan kehadiran seorang raja yang karakternya dan pemerintahnya memiliki prinsip moral yang sehat (kebenaran) bersekutu dengan praktek moral yang sehat (keadilan) juga. Dengan ini menunjukkan adanya suatu pemerintahan yang bersih, adil, dan benar, karena semua yang terkait di dalamnya akan mengabdikan diri kepada kebenaran dan keadilan tanpa mengutamakan kepetingan pribadi atau golongan. Semua ini menggambarkan peran positif dalam kepemimpinan dan tatanan sosial di bawah pemerintahan Tuhan sebagai Raja yanga benar dan adil. Peran ini menawarkan perlindungan untuk yang tak berdaya, bukan kekuasaan berdasarkan kekerasan yang mematikan bagi yang lemah. Gambaran ini juga sebagai kritik yang keras kepada “para pemimpin” Yehuda dan Yerusalem yang seringkali menyeleweng dan menindas rakyat demi kepentingan diri sendiri,
Ay. 3-4 berbicara tentang pembaharuan mental dan spiritual yang terjadi dalam pemerintahan Yang Adil dan Benar. Pemimpin sejati tidak akan memungkinkan transformasi spiritual di mana yang mengalami kekurangan seperti kebutaan, tuli, dan gagap disingkirkan. Pemerintahan yang seperti itu akan membawa transformasi yang besar dimana mata dan telinga mereka akan berfungsi sebagaimana mestinya dan peka terhadap kebenaran dan keadilan. Mereka tidak akan mengeraskan hati terhadap Tuhan. Ini sangat kontras ketika teguran disampaikan kepada Yehuda atas sikap pemberontakkan dan rencana politis yang terselubung dan mengandalkan Mesir untuk bantuan militer sera menolak teguran Allah melalui nabi-nabinya (bdk.ay.10-11). Mereka tidak mencari Tuhan sebagai perisai yang sejati dan lebih memilih pada kekuatan militer bangsa Mesir dan mengadakan persekutuan dengannya. Dalam perubahan yang terjadi ada ketaatan kepada jalan Tuhan serta mampu membedakan antara yang baik dan yang jahat (5:18–23).
Ay. 5-8 mendeskripsikan sesuatu yang kontras dengan yang duraikan pada ayat sebelumnya. Dalam masyarakat pada konteks Yesaya, yang berhasil mendapatkan kekuasaan akan diperlakukan sebagai orang yang hebat, terlepas dari karakter mereka yang sebenarnya, karena banyak orang yang takut akan kekuasaan. Bebal/bodoh adalah salah satu kata negatif terkuat dalam PL karena kata itu menggambarkan orang yang secara sadar menolak jalan-jalan Tuhan, yang merupakan jalan menuju kehidupan. Dalam pemerintahan yang lalim, orang “bebal” dan “penipu” dengan cara-cara yang jahat dan tidak jujur, dapat memperkaya diri sendiri atau merebut kedudukkan yang tinggi dan terpandang oleh masyarakat. Mereka berlagak seperti orang budiman, dermawan, berbudi luhur dan terhormat. Hal yang demikian tidak lagi dapat terjadi dalam pemerintahan yang adil dan benar, karena keadilan dan kebenaran akan membuka kedok meraka
OGEN : LUKAS 13: 31-35
Perjalanan Yesus mewartakan Injil Kerajaan Allah tidak hanya direspon dengan mereka yang menerima dengan sukacita, namun dihadapkan pula dengan penolakan dari beberapa kalangan. Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Yahudi kerap kali tampil untuk menolak pengajaran yang Yesus lakukan. sekilas apabila kita membaca bagian ini, seolah-olah apa yang dilakukan oleh orang-orang Farisi adalah karena mereka peduli kepada Yesus. Namun apa yang dilakukan oleh orang-orang Farisi sesungguhnya adalah dalam rangka menghentikan pengajaran yang dilakukan oleh Yesus. Mereka menakut-nakuti Yesus dengan mengatakan bahwa Herodes akan membunuh-Nya apabila ia tetap berada di Yerusalem. Namun tipu muslihat dari orang-orang Farisi tidak membuat Yesus takut dan gentar. Justru Yesus menggunakan informasi ancaman yang disampaikan oleh orang-orang Farisi itu sebagai kesempatan untuk menjelaskan maksud kedatangan-Nya di dunia ini. Kematian-Nya adalah bagian dari rencana Allah dan tidak memiliki kaitan apapun dengan rencana Herodes untuk membunuh-Nya. Dalam pandangan Yesus, sosok Herodes dipandang sebagai “serigala.” Pelayanan Yesus sebelum Ia wafat dinyatakan, yaitu: “Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai.” Makna kata “pada hari ini dan besok” menurut Scott Shauf dalam Commentary on Luke 13:31-35 menegaskan bahwa Herodes tidak memiliki kuasa apapun terhadap diri Yesus. Sebab Yesus sendiri yang menentukan “saat-Nya” kapan Ia memenuhi rencana Allah melalui kematian-Nya dan kapan Ia akan bangkit. Jadi Injil Lukas yang menegaskan dengan pernyataan Yesus yaitu: “pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai” merupakan waktu yang diagendakan Allah dalam hidup-Nya. Perhatikanlah perkataan Yesus, yaitu: “dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai” menunjuk pada kedaulatan Yesus dalam menentukan tugas dan misi hidup-Nya sampai selesai.
Invocatio amsal 14:26
Kalimat "takut akan Tuhan" ini seringkali terdengar, baik dalam ungkapan doa pribadi, nasehat-nasehat melalui kotbah, maupun harapan terhadap orang-orang yang sangat kita kasihi. Namun ternyata tidak semua telah memahami makna kalimat ini dengan benar. Takut akan Tuhan bahkan kadang hanya dimaknai sebagai suatu sikap takut karena Tuhan itu bisa mendatangkan hukuman, dan ancaman balasan atas pelanggaran dan kelakuan jahat kita. Rasa takut yang demikian adalah rasa takut yang bersifat negatif, karena meski kita menjadi tunduk dan berusaha patuh padaNya namun lebih karena didasari oleh rasa takut mendapatkan hukuman. Tuhan seolah sebagai figur yang kejam, pendendam dan penghukum.Namun dalam ayat kitab Amsal ini kata takut memiliki makna yang lebih positif. Takut (Ibrani "Yirah") adalah takut yang mendasarkan pada ketaatan/kepatuhan yang disertai dengan sikap tunduk dan hormat atas keMaha Kuasaan Allah dengan segala kekudusan, kebenaran, keadilan dan kebesaranNya. Sehingga takut "yirah" inilah yang harus selalu kita tanamkan dalam diri kita. Didalam hormat dan patuh pada Tuhan, kita mengambil sikap merendahkan hati dihadapanNya, serta menundukkan diri untuk mematuhi dan mentaati perintahNya. Sikap ini lebih melahirkan ketulusan, kepasrahan, keikhlasan dibanding takut yang menimbulkan kekhawatiran, kegelisahan, bahkan mungkin keterpaksaan. bersama kita.
Refleksi
- Bacaan kita berbicara tentang sebuah janji pengharapan akan seorang raja yang akan datang dan memimpin dengan benar dan adil. Memang, tidak semua raja di Yehuda dan Israel adalah raja yang benar dan adil. Namun Tuhan juga menjanjikan akan seorang raja yang diperkenan oleh-Nya. Bagaimana raja yang adil dan benar itu akan memimpin? Dia akan menjadi raja yang melindungi mereka yang benar dan merancang apa yang baik dan luhur. Dikatakan dalam rman Tuhan, bahwa pemerintahannya akan seperti tempat perteduhan tehadap angin, dan tempat perlindungan terhadap angin ribut. Kepemimpinannya akan mendatangkan jalan keluar dari permasalahan, seperti aliran air di tanah kering dan naungan batu di tanah tandus. Kepemimpinannya akan menegakkan kebenaran, sehingga orang-orang bebal tidak akan lagi dibenarkan. Kepemimpinannya akan selalu menginginkan dan mewujudkan apa yang luhur bagi bangsanya. Sebuah pemerintahan yang bukan sekadar mewujudkan apa yang benar dan baik, tetapi sebenarnya mencerminkan pemerintahan Allah atas umatNya. Seorang raja yang dipilih Tuhan seharusnya mewujudkan panggilan tersebut dalam hidupnya. Janji Mesianik berujung kepada Kristus dan pemerintahan-Nya, bahwa Dia adalah Raja yang adil dan benar itu, dan pemerintahan-Nya atas umat-Nya adalah penggenapan seperti yang dinyatakan di dalam rman Tuhan. Kristus akan memimpin hidup umat-Nya dengan benar dan adil, merancangkan hal yang luhur dan baik bagi hidup mereka. Dia tidak akan tutup mata terhadap mereka yang bebal dan memutar balik kebenaran. Sehingga umat-Nya tidak perlu kuatir untuk memberikan dirinya di bawah pemerintahan-Nya. Itulah artinya menjadikan Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita, yaitu kita menyerahkan diri menerima karya penebusan- Nya atas dosa kita, dan memberi diri tunduk dan taat atas pemerintahan- Nya bagi hidup kita. Kiranya Tuhan menolong kita untuk senantiasa hidup mengikut Kristus dalam ketaatan kepada-Nya yang adalah Raja atas hidup kita sampai penggenapannya nanti.
- Kondisi adanya seorang raja yang memerintah menurut kebenaran dan pemimpin-pemimpin yang memimpin menurut keadilan (32:1) merupakan pengharapan umat Allah yang saat ini belum terwujud. Belum ada seorang raja pun yang pernah memimpin secara benar dan adil. Betapapun benar dan adilnya, semua raja yang pernah memerintah dunia ini pastilah tidak ada yang sempurna. Satu-satunya raja yang benar dan adil secara mutlak hanyalah Tuhan Yesus Kristus. Akan tetapi, saat ini pemerintahan Tuhan Yesus masih samar-samar dan baru akan terwujud secara utuh saat Tuhan Yesus datang kedua kali.
- Dalam menanti masa itu maka penting sekali bagi orang percaya untuk menjauhi gaya hidup orang bebal dan penipu yang diuraikan dalam 32:5-8, serta tidak terlena dalam kenyamanan yang membuat kita tidak menyadari akan bencana yang akan datang (32:9-14). Tuhan rindu agar kita kembali kepada kebenaran. Apabila kita kerap mengabaikan atau melupakan prinsip firman Tuhan, mari kembalilah kepada-Nya. Jangan menjauh dari kebenaran Tuhan. Jangan biarkan diri kita dikuasai kehendak dunia ini. Cepatlah sadarkan diri. Ingat kembali ajaran dan nasihat Tuhan. Percayalah, kebenaran Tuhan akan menumbuhkan damai sejahtera, ketenangan, dan ketenteraman jiwa kita. Gaya hidup kita akan sangat dipengaruhi oleh relasi kita dengan Tuhan. Relasi yang sehat dengan Tuhan akan membuat kita memikirkan, merencanakan, dan melakukan hal-hal yang membawa kebaikan bagi orang lain.
- Memasuki minggu -minggu passionn, Kita diajak untuk merenungkan bgaimana Yesus memberi diri-Nya menjadi korban untuk menyelamatkan umat manusia. Berbeda dengan penguasa dunia yang dengan mudah mengorbankan orang lain untuk ‘menyelamatkan’ dirinya. Tuhan kita penuh kelemah lembutan, sesuatu yang bertolak belakang dengan keangkuhan manusia. Raja atau penguasa dunia dan para pengagumnya menghendaki ‘wibawa’ untuk kekerasan yang berlaku pada kehidupan sementara .Berbeda dengan sang Raja yang berkorban untuk keselamatan umatNya. Ia memberitakan damai sejahtera dan keadilan sehingga Kita pun diutus menjadi orang -orang yang berjuang untuk hidup dalam keadilan dan membawa kebaikan bagi sekeliling kita. Mari kita renungkan sudahkah kita bersikap adil dalam keluarga kita, kepada anak-anak kita, bahkan kepada orang yang bekerja sama dengan kita ? Kiranya kita yang telah mengalami sang Mesias, yang telah mengalami kasih dan keadilan Kristus, juga mewartakan dan menyatakan keadilan dan kebenaran bagi sesama manusia. Kiranya semakin banyak orang yang mengalami pemenuhan pengharapan mesianik ini