MINGGU 07 APRIL 2024, KHOTBAH JOHANES 3:1-8 (MINGGU SETELAH PASKAH)

Invoactio  :

Tetapi Samuel yang muda itu, semakin besar dan semakin disukai, baik di hadapan Tuhan maupun di hadapan manusia.1 Samuel 2:26

Baca Pertama :

Pengkhotbah 12:1-8

Tema  :

Tubuh Secara Pertendin / Lahir Dalam Roh.

 

Pendahuluan

Minggu ini tepat 1 minggu setelah perayan Paskah, Kebangkitan dan kemenangan Yesus Kristus dari kematian di kayu salib. Maut telah dikalahkan dengan kebangkitan Yesus Kristus, naik ke Sorga dan duduk disebelah kanan Allah yang Maha Tinggi untuk Memerintah dan Menghakimi umat manusia dan menyediakan tempat di sorga kelak bagi setiap orang percaya dan mengikuti Dia. Yesus Kristus sudah bangkit, kita manusia pun telah dimenangkan-Nya. Kita umatnya dilahirkan menjadi manusia yang baru. Manusia yang baru itu disebut pada minggu ini: QUASIMODOGENITI artinya seperti bayi yang baru lahir. Istilah ini diambil dari I Petrus 2 ayat 2,3 “Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan, Jika kamu benar- benar telah mengecap kebaikan Tuhan.”

Uraian Teks

  • - Invocatio (1 Samuel 2:26)

Samuel kecil melayani dengan baik. Empat kali, di tempat yang terpisah, dia disebut dalam perikop ini, dan kita diceritakan tentang dua hal:

  1. Pelayanan yang dilakukannya bagi TUHAN. Ia sungguh melayani dengan baik, sebab ia menjadi pelayan di hadapan TUHAN (ay. 11, 18) sesuai dengan kemampuannya pada waktu itu. Ia mempelajari katekisasi dan senantiasa beribadah, segera belajar untuk membaca, dan meluangkan waktu untuk membaca kitab hukum, sehingga dia menjadi pelayan di hadapan TUHAN. Ia melayani di hadapan imam Eli, yaitu di bawah pengawasannya dan sesuai perintahnya, jadi tidak di bawah pengawasan anak-anak Eli. Semua pihak sepakat bahwa anak-anak Eli tidaklah cocok untuk menjadi pembimbingnya. Mungkin dia melayani langsung imam Eli secara pribadi, mengerjakan ini itu sesuai perintah, dan itulah yang disebut melayani di hadapan TUHAN.
  2. Berkat yang diterimanya dari TUHAN: Ia bertumbuh di hadapan TUHAN (KJV), seperti sebuah tunas yang halus (ay. 21), yang terus bertumbuh (ay. 26) dalam kekuatan dan perawakan, dan terutama dalam hikmat dan pengertian serta kelayakan bagi pelayanan. Perhatikanlah, orang-orang muda yang melayani Tuhan semampu mereka, mereka akan memperoleh anugerah untuk berkembang sehingga dapat melayani-Nya dengan lebih baik. Orang-orang yang ditanam di dalam rumah TUHAN akan tumbuh subur (Mzm. 92:13). Ia semakin disukai, baik di hadapan TUHAN maupun di hadapan manusia. Perhatikanlah, merupakan suatu dorongan yang besar bagi anak-anak untuk menjadi penurut dan berbudi luhur serta baik sejak dini, sehingga mereka akan disukai oleh Allah dan manusia. Anak-anak yang demikian adalah yang dikasihi oleh langit dan bumi. Apa yang dikatakan di sini tentang Samuel dikatakan juga tentang Juruselamat kita yang terberkati, Sang Teladan Agung itu (Luk. 2:52).
  • - Bacaan Pertama (Pengkotbah 12:1-8)

Bacaan Pertama menyuguhkan kepada kita untuk memakai usia produktif ini, atau secara gamblang disebut usia muda untuk merenungkan Tuhan dan mengingat tanggung jawab mereka kepada-Nya selagi muda: Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu. Ini adalah,

  1. Penerapan sang pengkhotbah rajawi ini terhadap pengajarannya tentang kesia-siaan dunia dan segala sesuatu di dalamnya. "Engkau yang muda membuai dirimu sendiri dengan harapan-harapan besar yang bisa engkau dapatkan dari dunia ini, tetapi percayalah kepada mereka yang sudah melakukan hal ini sebelumnya, bahwa hal itu tidak membawa kepuasan penuh bagi jiwa. Oleh karena itu, supaya engkau tidak terperdaya oleh kesia-siaan ini, atau terlalu terganggu olehnya, ingatlah akan Penciptamu, dan jagalah dirimu dari kesusahan yang timbul dari kesia-siaan makhluk ciptaan.
  2. Kewajiban agung yang ditekankan kepada kita, untuk mengingat Allah sebagai Pencipta kita. Dan tidak hanya kita harus mengingat Allah sebagai Pencipta kita, bahwa Dialah yang menjadikan kita (KJV: dan bukan kita yang menjadikan diri kita sendiri), sehingga dengan demikian membuat-Nya layak menjadi Tuhan dan yang empunya kita, melainkan juga bahwa kita pun harus menyerahkan diri kita kepada-Nya dengan senantiasa mengingat diri bahwa dengan keberadaan-Nya sebagai Pencipta, maka kita harus tunduk kepada-Nya, dan memberi hormat serta melakukan kewajiban kita kepada-Nya sebagai Pencipta kita.
  • - Bahan Khotbah (Yohanes 3:1-8)

Bahan khotbah ini menceritakan bagaimana pengajaran Yesus terhadap Nikodemus mengenai lahir kembali atau yang kita sering sebut sebagai pertobatan. Yesus berbicara mengenai kodrat dan pentingnya pembaharuan jiwa atau kelahiran kembali. IA dengan tegas mengatakan bahwa Nikodemus tidak akan dapat memperoleh keuntungan apa pun dengan perubahan dan perkembangan lahiriah saja. Tetapi juga harus ada perubahan roh yang terlihat dari perubahan prinsip dan kehendak yang berpusat pada kasih serta kemuliaan Tuhan. Kita harus dilahirkan anōthen, yang berarti baik denuo -- lagi, maupun desuper -- dari atas.

Kita harus lahir baru, begitulah kata ini diartikan (Gal. 4:9), dan ab initio -- dari asal mulanya (Luk. 1:3). Melalui kelahiran pertama kita menjadi cemar, kita dibentuk dalam dosa dan kejahatan. Oleh karena itu, kita harus mengalami kelahiran kedua, jiwa kita harus dibentuk dan dihidupkan kembali menjadi baru.

Kita harus dilahirkan dari atas, begitulah kata yang dipakai oleh penulis Injil ini (3:31; 19:11), dan saya melihat arti ini sebagai apa yang terutama dimaksudkan di sini, tanpa mengesampingkan arti yang lain, karena dilahirkan dari atas mengandaikan dilahirkan kembali. Kelahiran baru ini bermula dari sorga (1:13) dan menuju ke sorga. Ini berarti bahwa kita dilahirkan ke dalam kehidupan yang ilahi dan sorgawi, kehidupan dalam persekutuan dengan Allah dan dengan dunia atas, dan untuk melakukannya, kita harus mengambil kodrat ilahi dan memakai rupa dari yang sorgawi.

Refleksi

Kita hidup di tengah zaman yang tidak menganggap dosa sebagai sebuah persoalan yang sangat serius. Benar atau salah ditentukan oleh masing-masing orang, bukan oleh Allah. Beberapa orang memandang istilah “dosa” terlalu negatif untuk dialamatkan pada orang lain. “Adalah berdosa untuk mengatakan orang lain berdosa,” begitu kira-kira pendapat mereka.

Mereka yang gagal melihat keseriusan dosa tentu saja menolak untuk mencari solusi yang radikal terhadap persoalan ini. Dosa bukan persoalan yang perlu dirisaukan. Solusinya pun ada di tangan manusia. Yang penting adalah berbuat baik. Yang penting adalah mengikuti ritual keagamaan. Yang penting memiliki model spiritualitas tertentu. Padahal bila kita menelisik kembali bahan Invocatio, perbuatan benar itu sangatlah menguntungkan Samuel hidup dan bertumbuh dalam berkat Tuhan. Bahkan dalam pembacaan Firman kita yang pertama juga menyampaikan kebenaran yang sama tentang pentingnya hidup benar dalam Tuhan, agar tidak terjerumus dalam kesia-siaan.

Jadi bagaimana? Marilah kita mengkaji ulang pemikiran di atas berdasarkan percakapan antara Yesus Kristus dengan Nikodemus dalam teks hari ini. Kita akan melihat bahwa kesalehan yang dibangun oleh manusia merupakan sebuah kesalahan, karena tidak dibangun dan dilahirkan dalam Roh. Kesalahan yang sangat menipu diri sendiri. Kesalahan yang bisa memberi kepuasan rohani yang semu. Kesalehan semacam ini justru seringkali lebih berbahaya daripada kesalahan yang kasad mata.

Kebaikan Nikodemus Jika semua agama membawa setiap penganutnya ke dalam kehidupan kekal yang berbahagia, Nikodemus pasti berada di antrian deretan depan. Jika segala jenis kebaikan relijius memadai untuk menghantar seseorang ke surga, Nikodemus merupakan salah satu orang yang paling pamtas untuk menerimanya. Para pembaca Injil Yohanes yang teliti dengan mudah akan menemukan keistimewaan Nikodemus.

Di kalangan bangsa Yahudi yang terkenal sangat relijius, Nikodemus menempati posisi yang istimewa. Dia adalah pemimpin agama Yahudi dari golongan Farisi. Pada zaman itu bangsa Yahudi mendapatkan perlakuan agak khusus dari pemerintah Romawi dalam hal otonomi. Untuk hal-hal tertentu, mereka bisa memutuskan sendiri perkara-perkara mereka melalui sebuah mahkamah konstitusi yang disebut Sanhedrin. Nah, salah satu elemen penting dalam kelembagaan ini berasal dari golongan Farisi. Tentu saja tidak semua orang Farisi secara otomatis menjadi anggota Sanhedrin. Hanya mereka yang terpilih saja untuk mewakili.

Dari kacamata kultural dan relijius pada zaman itu, semua ini jelas memberi keuntungan bagi Nikodemus. Dia dipandang sebagai seorang yang rohani. Bahkan di antara berbagai kelompok relijius waktu itu, golongan Farisi terkenal sangat militan dan detil dalam menaati Hukum Taurat. Mereka secara sengaja membedakan diri dari rakyat biasa yang dinilai tidak mengenal Taurat (7:49; bdk. Luk. 18:10-14; Flp. 3:5-6). Mereka terlihat lebih taat daripada golongan Saduki yang hanya berkutat pada ritual di bait Allah dan dipandang dekat dengan para penguasa asing. Jika setiap agama menawarkan jalan yang valid kepada kehidupan kekal yang berbahagia, bukankah Nikodemus pantas mendapatkan akses khusus untuk ke jalan tersebut?

Bukan hanya itu. Bahkan di antara sesama golongan Farisi, Nikodemus tetap terlihat menonjol. Dalam Injil Yohanes dia menjadi satu-satunya orang Farisi yang disebutkan namanya secara eksplisit. Dia menunjukkan sikap kepada Yesus yang jauh lebih positif daripada orang-orang Farisi yang lain.

Walaupun Yesus termasuk orang yang tidak belajar Taurat (7:15), Nikodemus tidak segan-segan untuk mengakui-Nya sebagai sebagai seorang rabi (3:1) sama seperti dirinya (3:10). Dia pun mendatangi Yesus untuk mendengarkan sesuatu dari Dia (bdk. 7:51).

Walaupun Yesus berasal daerah yang tidak tersohor, hal itu tidak menghalangi Nikodemus untuk mengakui Yesus sebagai seorang utusan dari Allah. Hal ini perlu digarisbawahi. Natanael, salah seorang pengikut mula-mula, sempat meragukan Yesus hanya gara-gara Dia berasal dari Nazaret di daerah Galilea (1:45-46). Begitu pula dengan orang-orang Farisi lain yang sok tahu kitab suci dan menegur Nikodemus dengan mengatakan bahwa tidak ada nabi yang berasal dari Galilea (7:52).

Kedatangan Nikodemus pada waktu malam bukan hanya sekadar untuk memperoleh informasi tertentu dari Yesus. Dia bukan seorang yang tidak tahu apa-apa dan membutuhkan informasi tambahan. Dia datang dengan kepekaan dan sebuah pengetahuan relijius yang benar tentang Yesus. Semua mujizat yang dilakukan oleh Yesus ditangkap oleh Nikodemus sebagai petunjuk bahwa Yesus berasal dari Allah (3:2). Hal ini tentu saja tidak salah. Yesus memang berasal dari Allah (3:31; 6:46; 7:29). Apa yang dilakukan-Nya merupakan bukti bahwa Dia diutus oleh Allah (10:25, 37-38; 14:11).

Sayangnya, apa yang benar belum tentu memadai. Kebenaran yang tidak utuh seringkali justru berbahaya. Bisa menipu diri sendiri. Bisa memberi kepuasan dan keamanan yang palsu. Yesus lebih dari sekadar utusan Allah. Dia bukan sekadar rabi. Tidak cukup mengakui Dia sebagai rabi atau nabi. Tidak memadai untuk mengakui Dia sebagai pembuat berbagai mujizat.

Kesalahan Nikodemus

Kesalahan fatal yang dilakukan Nikodemus adalah kegagalannya untuk melihat keseriusan dosa. Dosa merupakan sebuah persoalan fundamental yang membutuhkan solusi radikal. Nikodemus tampaknya gagal mencerna kebenaran ini.

Itulah sebabnya Yesus berbicara tentang perlunya perubahan natur manusia yang berdosa. Dalam ungkapan Yesus, hal ini disebut kelahiran kembali (3:3-8). Siapa saja yang ingin masuk dam melihat Kerajaan Allah patut menjalani proses transformasi radikal ini.

Kegagalan Nikodemus untuk mengerti perkataan Yesus memang sangat konyol, bahkan nyaris sukar untuk diterima dengan akal sehat. Namun, hal itu bukan sumber persoalan. Itu justru merupakan sebuah gejala yang mengarahkan pada persoalan lain yang lebih fundamental: natur yang berdosa.

Natur yang berdosa tidak dapat diatasi dengan ritual relijius. Tidak pula dengan ketaatan atau kebaikan. Bahkan karakter yang baik pun tidak memadai. Persoalan dalam diri manusia ini berada di luar kemampuan manusia untuk menyelesaikannya.

Puji Tuhan! Allah tidak pernah meninggalkan manusia dalam keputusasaan dan tanpa harapan. Tuntutan Yesus kepada Nikodemus memang mustahil dipenuhi oleh Nikodemus, tetapi tidak demikian halnya oleh Allah. Bentuk pasif “dilahirkan kembali” menyiratkan Allah sebagai subjek. Berdasarkan 1:12-13 para pembaca langsung mengetahui bahwa kelahiran ini dilakukan oleh Allah. Ini adalah kelahiran dari atas. Bukan melalui kehendak manusia. Bukan melibatkan upaya manusia. Semua adalah murni pekerjaan Allah.

Dengan demikian, apa yang dikatakan oleh Yesus kepada Nikodemus di 3:3 dan 3:5 bukanlah sebuah perintah yang harus dilakukan. Ini lebih ke arah pernyataan tentang keadaan manusia. Menyadari keadaan yang sebenarnya seringkali lebih penting daripada melakukan sesuatu untuk menyelesaikan keadaan itu. Kesadaran ini seyogyanya mendorong manusia untuk menyadari kepapaan dan kelemahan dirinya, sehingga dengan demikian mengondisikan dia untuk mencari pertolongan dari Allah saja.

Apa yang menyenangkan Allah seringkali bukanlah pencapaian-pencapaian yang kita lakukan bagi Dia melainkan pengakuan terdalam terhadap ketidakmampuan kita. Terkesan dengan kebaikan Allah pada kita jauh lebih penting daripada membuat Dia terkesan dengan kebaikan kita. Tanpa kekaguman terhadap anugerah-Nya yang menopang kita, tidak ada satupun upaya kita yang menyenangkan hati-Nya. Pendeknya, menyadari dan mengakui ketidakmampuan diri merupakan korban yang berharga di hadapan Allah daripada memamaerkan kemampuan dan segudang keberhasilan kita di hadapan-Nya.

Pdt Maria E. br Sitepu, S.Th GBKP Surabaya

MINGGU 31 MARET 2024, KHOTBAH MARKUS 16:1-8 (MINGGU PASKAH I)

INVOCATIO     :

“ Mekuah ka ateNdu mulihi kempak kami. Dosa-dosa kami iperjakiNdu, jenari iambekkenNdu ku teruh lawit si mbages”MIKHA 7: 19

OGEN :

KELUAREN 12 :21-28

THEMA  :

JESUS NGGO KEKE BERITAKENLAH !

 

 

PENGANTAR

Seorang ayah yang menderngar berita bahwa anaknya di perantauan sedang menderita sakit, tentu sedih hatinya. Dia berharap dan berdoa agar anaknya segera sembuh dan pulih. Sebaliknya ketika mendapat kabar bahwa anaknya sudah sembuh, hatinya gembira. Berita yang baik dan benar akan membuat pendengarnya senang. Demikian pula sebaliknya. Di dalam hubungan antar manusia ada aneka berita yang mempengaruhi kehidupan bersama. Relasi akan terganggu bahkan bisa rusak ketika terjadi komunikasi tidak baik, berita yang tersebar tidak jelas bahkan kandungan isinya tidak benar (hoax). Fakta yang ada di sekitar kita akhir-akhir ini adalah beragamnya kabar buruk yang sangat merisaukan, khususnya umat percaya. Di media sosial aneka berita bohong, hoaks, konten-konten yang mengandung fitnah, gosip dan ujaran kebencian yang dikemas dalam bentuk teks, suara dan gambar (video), lalu disebarkan lewat media sosial dan medium-medium lain. Hal itu sangat merisaukan sebab berpotensi merusak relasi antar manusia. Kita berharap berita-berita yang tersebar adalah berita gembira. Berita itu akan menumbuhkan pengharapan dan optimisme bersama. Kabar tentang kebangkitan Yesus adalah berita gembira. Kegembiraan itu pantas dirayakan dan diwartakan. Kebangkitan-Nya menegaskan bahwa Allah mengasihi semua orang.

PENJELASAN TEKS

OGEN (Kel 12 : 21 – 28)

Bagian ini mengisahkan tentang perayaan Paskah yang dilakukan oleh Israel atas perintah Tuhan. Dimana perayaan itu dilakukan sebelum tulah kesepuluh dijatuhkan atas Mesir, Tuhan memerintahkan Israel untuk menyembelih anak domba dan memakannya bersama dengan roti yang tidak beragi. Perayaan Paskah ini dilakukan sebagai ucapan syukur atas perbuatan Tuhan bagi Israel, yang akan membebaskan mereka dari Mesir. Kekuasaan Tuhan yang luar biasa ini telah disaksikan oleh Israel, mulai dari tulah yang pertama sampai tulah kesembilan. Peringatan ini merupakan peringatan baru dalam kehidupan orang Israel. Namun demikian, peringatan ini harus dilakukan terus-menerus agar nantinya keturunan Israel senantiasa mengingat kuasa Tuhan yang telah mengeluarkan nenek moyang mereka dari perbudakan di Mesir. Dalam Perayaan Paskah ini orang Israel melihat kekuasan Allah. Tapi apakah hanya kuasa Allah ? tidak ! karena di dalam kuasa Allah itu sebenarnya ada yang paling utama yaitu “KASIH” yang diberikan Allah kepada umatNya. Allah memiliki kasih yang sangat besar sehingga Ia melakukan segala hal untuk melepaskan bangsaNya yang tertindas, jadi kasihNya-lah yang mendasari Allah melepaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir.

INVOCATIO (Mikha 7: 19)

Banyak penafsir mengatakan bahwa ayat 18-20 merupakan suatu doksologi (nyanyian-pujian) yang mengandung pengakuan dan doa minta belaskasihan. Tuhan Allah yang digambarkan dalam bagian terakhir ini adalah Allah yang mengampuni dosa dan memaafkan. Seperti lagu “Sejauh Timur dari Barat” tadi,  sekalipun dosa umatNya begitu besar, jika umatnya mau bertobat maka pengampunan akan tersedia. Kata dosa  yang digunakan di di sini dalam bahasa Ibrani adalah ‘pesya’, yang berarti pelanggaran yang paling berat. Akan tetapi, jika kita, umat-Nya mau berbalik pada-Nya, maka Ia akan mengampuni. Oleh karena itu Mikha menaikkan pujian syukur pada Allah, karena Dia Allah yang kasihNya mau menghapuskan segala dosa asalkan umat-Nya mau berbalik pada-Nya. Mikha dalam ay.19 mengatakan “Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut”.Kata Ibrani yang diterjemahkan dengan ‘menghapuskan’ sebenarnya berarti ‘menginjak’. Seperi penakluk yang menginjak musuh-musuhnya dengan mengalahkan dan membinasakan mereka, demikianlah Tuhan Allah menaklukkan dosa mereka. Dan pengampunan Allah yang ditunjukkan oleh nabi Mikha adalah pengampunan yang radikal atau besar sekali, karena dikatakan lebih lanjut; ‘Engkau akan melemparkan segala dosa kami ke dalam tubir-tubur laut’. Mikha menubuatkan adanya hari pembaharuan dan pengampunan ketika Allah akan melemparkan dosa-dosa bangsanya ke dalamnya lautan, di mana dosa-dosa tersebut tidak lagi menjadi batasan atau penghalang antara Allah dengan umat-Nya. Betapa Maha pengampun dan penyayangnya Allah. Hal ini menunjukkan bahwa pengampunan Allah tidak terbatas bagi kita manusia yang terbatas.

MARKUS 16: 1-6

Adalah Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus, dan Salome adalah tiga orang perempuan yang dipastikan mengikuti detil penyaliban Yesus. Menurut Injil Markus, merekalah yang kemudian berinisiatif pergi ke kubur Yesus untuk memberikan rempah-rempah pada jenazah Yesus. Berangkatnya ketiga perempuan ke makam Yesus merupakan bukti bahwa mereka mencintai Yesus. Mereka berhasil memberanikan dan menyempatkan diri untuk sampai di makam Yesus yang dijaga ketat sementara murid-murid pria yang lainnya kocar-kacir bersembunyi. Tidak hanya itu, mereka mau mengurapi mayat Yesus yang sudah lewat dari dua malam, itu berarti mereka siap menjadi "nazis" karena bersentuhan dengan mayat, dan kemudian menahan bau jenazah yang tentu saja sudah mulai membusuk. Tidak dapat disangkal, mereka adalah orang-orang yang mengasihi Yesus secara luar biasa. Namun, hal ini juga sekaligus menjadi bukti bahwa mereka sama sekali tidak membayangkan kemungkinan Yesus akan bangkit. Padahal sebelum peristiwa salib itu, Yesus telah berkali-kali mengingatkan bahwa Ia akan menderita aniaya, disalibkan dan mati, namun pada hari yang ketiga akan bangkit kembali! Kematian telah mengubur segalanya termasuk pengharapan akan kebangkitan.

Ketiga perempuan yang pergi ke makam Yesus itu membayangkan bahwa, Yesus berada dalam kubur itu. Kini, bagaimana caranya mereka dapat masuk ke dalam kubur itu sementara pintu kubur tertutup oleh batu besar, "Siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi kita dari pintu kubur?" (Mrk 16:3). Kubur Yahudi terdiri dari dua ruangan. Ruang pertama berfungsi semacam ruang tunggu, di sinilah tempat jenazah diberi rempah-rempah. Ruang kedua adalah kubur yang sebenarnya tempat mayat diletakkan. kedua ruangan ini dipisahkan dengan pintu lubang berukuran kecil. Sekali lagi, melalui percakapan ini kebangkitan Yesus itu tidak pernah terbersit sedikit pun dalam benak mereka. Namun apa yang dikhwatirkan/ditakutkan oleh para perempuan itu tidak ada karena ternyata batu besar itu sudah digulingkan, dan ada seorang muda (walau dalam Injil lain menyampaikan secara jelas bahwa itu Malaikat) namun dalam Injil Markus menuliskan seorang muda; (neaniskom = pemuda). Penulis Injil Markus tidak menyebut malaikat secara tersurat tapi ada gagasan menggambarkan kebangkitan Yesus tidak melulu sebagai peristiwa atau misteri yang sulit diselami. Tetapi penulis rindu agar para pembaca memahami tulisannya dalam konteks yang nyata dan sederhana. Memakai orang muda adalah cara Markus menerangkan bahwa Allah berdaulat memakai atau menggunakan siapa saja untuk dipakai menyampaikan maksudNya. Makam itu kosong dan Yesus tidak ada disitu (ay.16). Tidak hanya sampai kepada makam yang kosong saja sebagai tanda, masih ada hal berikutnya yang meneguhkan mereka yakni, penampakan Yesus yang telah bangkit, maka malaikat itu menyuruh ketiga perempuan itu untuk segera memberi kabar kepada murid-murid yang lain dan terutama Petrus dan mereka akan menjumpai-Nya di Galilea (Mrk. 16:7). Di Galilea, mereka akan melihat Yesus yang bangkit, dengan demikian mereka akan lebih mampu memahami Yesus dan percaya kepada-Nya. Yesus mau berjumpa dengan murid-murid-Nya di tepat Ia mulai memberitakan Injil dulu. Dengan kembali ke Galilea, kecemasan, kegelisahan dan keraguan para murid dipulihkan.

 APLIKASI

  1. Dia yang hidup adalah Yesus Kristus yang bangkit, yang menang dan yang hidup. Dia menang, mengalahkan kuasa dosa dan kematian atau maut.Kita dipanggil untuk percaya dan mengamini, bahwa Dia tidak mati untuk seterusnya, tetapi bangkit pada hari yang ketiga. Inilah berita Paskah yang bagi kita; Dia yang hidup adalah Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat dunia. Hanya Dia yang berkuasa dan beranugerah untuk memberikan kemenangan kepada kita yang menerima, mengaku dan mengikut Dia dalam hidup ini. 
  2. Kebangkitan Yesus membuat kita pulih dan memiliki pengharapan baru bahwa Dia mengasihi kita dan tidak membiarkan kita tenggelam dalam ketakutan dan keputus-asaan. Belajar dari peristiwa kebangkitan, Tuhan memakai pelbagai cara yang tidak kita duga sebelumnya. Dari kisah tiga perempuan yang pergi ke makam Yesus, kita melihat mereka bersedih karena kehilangan Sang Guru; Harapan mereka hilang musnah, hidup mereka sekarang dikuasai oleh kesedihan dan ketakutan. Oleh karena itu wajarlah kalau semua ingatan mereka tentang perkataan Yesus yang akan bangkit itu juga terkubur. Selanjutnya, ketiga perempuan itu dituntun utusan Tuhan yang memerlihatkan tidak ada jasad Yesus di makam itu. "Ia mengatakan Yesus tidak ada di sini, Ia sudah bangkit Dalam peristiwa ini, kekuatiran dan kecemasan mereka dijawab: makam itu kosong! Seringkali, apa yang kita cemaskan justru lebih besar dari kenyataan yang sebenarnya. Ketakutan kita tentang masa depan dengan setumpuk masalah membuat kita tak berdaya. Selanjutnya,kita melihat batu besar penutup kubur Yesus sudah terbuka ketika ketiga perempuan itu masih berpikir, "bagaimana caranya membuka batu itu?"Lihatlah, Tuhan melakukannya bahkan sebelum mereka meminta pertolongan-Nya. Saat ini mungkin ada banyak "batu besar" yang menghalangi hidup kita. Batu besar itu bisa berupa beban berat kehidupan ekonomi kita, gangguan kesehatan, karier dalam pekerjaan, orang-orang yang membenci kita dan seterusnya, percayalah bahwa Tuhan sanggup menggulingkan "batu-batu" itu.
  3. Perjumpaan dengan Kristus yang bangkit membuat kita mampu memberitakan Kristus dalam hidup kita. Setelah mendapat penjelasan, malaikat utusan Tuhan itu memerintahkan mereka untuk pergi, memberitakan kesaksian kepada para murid, khususnya Petrus. Di Galilea kelak mereka akan bertemu dengan Yesus yang bangkit. Selanjutnya mereka akan menjadi saksi kebangkitan itu. Kebangkitan bukan soal kubur kosong. Mereka kelak akan berjumpa dengan Yesus sendiri. perjumpaan ini akan terus memulihkan mereka dan selanjutnya mampu menjadi saksi. Tidak mustahil melalui kecemasan dan ketakutan yang bisa kita lalui, Tuhan membentuk kita untuk menjadi saksi kebangkitan-Nya.

SABTU 30 MARET 2024, KHOTBAH MAZMUR 31:1-6 (SABTU PENGHARAPAN)

Invocatio  :

Masmur 71:5

Ogen :

Roma 6:1-14 (Tunggal)

Tema :

Kundesken Geluhku Bas Tan Tuhan/Kuserahkan Hidupku Dalam Tangan Tuhan

 

I. Pendahuluan

Sabtu Sunyi: Hari Sabtu diantara Jumat Agung dan Paska disebut dengan Sabtu Sunyi, karena pada hari Sabtu Sunyi ini jemaat diajak merenungan sesuatu yang amat penting : pengharapan. Bayangkan pada hari inilah murid Yesus merasa gundah dan kehilangan harapan, sebab Yesus yang mereka yakini sebagai Mesias yang akan membawa kebenaran, justru mati mengenaskan. Sabtu Sunyi/Suci adalah masa transisi antara KEMATIAN dan KEBANGKITAN, antara DUKA dan HARAPAN. Keduanya dilabuhkan dalam sikap iman seraya merenungkan makna kefanaan manusia dalam kematian Yesus. Penghayatan itu dilakukan dengan keheningan dan sikap meditatif di hadapan Allah. Apa yang dapat kita renungkan? Kita diajak untuk belajar menerima bahwa penantian sebagai suatu bentuk beriman dan berharap yang penting. Tentu tidak ada kepastian dalam kehidupan, tapi justru di sanalah kita belajar beriman. Beriman dalam ketidakpastian, dalam penantian. Kita bisa menghayati keheningan dan kesunyian yang pedih dan menyakitkan di kehidupan ini sebagai sebuah kesempatan kita menghayati iman dalam Tuhan. Melalui keheningan Sabtu Sunyi, kita dapat memperoleh pencerahan hidup, sehingga mampu mengubah setiap kedukaan, kepahitan, dan penderitaan menjadi sumber kekuatan, semangat, dan daya juang untuk memaknai kehidupan dalam perspektif iman.

 II. Isi

Masmur 31:1-6

Ketika menulis mazmur ini, Daud dikejar-kejar oleh Saul untuk dibunuh. Kondisinya waktu itu sangat genting karena hampir tidak ada celah bagi Daud untuk mempertahankan atau menyelamatkan dirinya (1Sam. 23:13). Apa yang ia lakukan? la segera berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Allah, sebelum melakukan apa pun (2-6). Tidak ada hal yang terlalu genting bagi Daud sehingga doa harus ditunda atau dilewatkan. Bagi Daud doa tetap harus dinomorsatukan dalam situasi dan kondisi apa pun. Doa sudah menjadi gerakan refleks baginya. Daud, dalam kesengsaraannya, sangat bersungguh-sungguh dalam doanya kepada Allah untuk memohon pertolongan dan kelegaan Dia berdoa, Supaya Allah meluputkan dia (ay. 2), bahwa hidupnya terlindung dari niat jahat musuh-musuhnya, dan supaya mereka berhenti mengejarnya. Ia berdoa supaya bukan saja karena belas kasihan-Nya, namun juga karena keadilan-Nya, Allah mau membebaskan dia, bertindak sebagai Hakim yang adil di antara dia dan para pengejarnya yang fasik. Ia meminta agar Allah berkenan menyendengkan telinga-Nya kepada permohonannya, pada seruannya, dan membebaskan dia (ay. 3), setidaknya Dia mau melindungi dan menjaganya di tengah pergumulannya itu. “Jadilah bagiku gunung batu, yang tidak tergoyahkan, tidak terkalahkan, seperti tempat perlindungan yang kokoh yang terbentuk oleh alam, dan kubu pertahananku, benteng yang dibangun oleh rancangan ahli, semuanya untuk menyelamatkan aku!” Karena itu, kita dapat berdoa agar pemeliharaan Allah menjaga hidup kita serta menghibur kita, dan oleh anugerah-Nya kita dimampukan untuk percaya bahwa kita aman di dalam Dia (Ams. 18:10). Bahwa walaupun begitu sukar permasalahannya, baik dalam hal tugas maupun dalam membuat keputusan, ia tetap bisa mendapatkan tuntunan ilahi, “Tuhan, tuntun dan bimbinglah aku (ay. 4), karena itu tetapkan langkahku, pimpinlah rohku, agar aku tidak akan pernah melakukan perbuatan yang terlarang dan yang tidak dapat dibenarkan – yang bertentangan dengan hati nuraniku, ataupun perbuatan yang tidak bijaksana dan gegabah – yang bertentangan dengan kepentinganku.” Hendaklah orang-orang yang memutuskan untuk mengikuti tuntunan Allah berdoa dengan iman agar memperoleh tuntunan-Nya. Bahwa karena para musuhnya begitu licik dan penuh kedengkian, maka Allah mau menggagalkan dan mengacaukan rancangan mereka terhadapnya. Ini juga yang harus menjadi keyakinan kita, saat kita menghadapi persoalan dan masalah yang sangat sukar, berserahlah kepada Tuhan Yesus dan kita harus yakin Tuhan Yesus akan menuntun kita dan membimbing kita supaya menang dan keluar dari setiap masalah dan problema kita yang kita hadapi. (ay. 5): “Engkau akan mengeluarkan aku dari jaring yang dipasang orang terhadap aku, dan jauhkanlah aku dari dosa, kesulitan dan maut yang mereka rancang untuk menjebak aku.” Dengan yakin Tuhan akan menggagalkan setiap rancangan jahat atau niat jahat yang dipasang orang orang yang membencinya, karena Tuhan tempat perlindungan baginya. Secara sungguh sungguh Daud menyerahkan nyawanya kepada Tuhan yang sanggup melindungi dan memberikan keamanan dalam seluruh hidupnya. “Ke dalam tangan-Mulah aku serahkan nyawaku,” Mazmur ini menjadi istimewa dan sakral khususnya ayat.6 Yang diucapkan Yesus ketika Ia berada di kayu salib. Dalam hidupnya pemazmur tidak mengandalkan kekuatannya sendiri atau bergantung kepada kekuatan manusia; pemazmur hanya percaya dan bergantung sepenuhnya kepada Tuhan tempat perlindungan yang aman. Biarlah Pengakuan akan keyakinan perlindungan di dalam Tuhan dari pemazmur, juga menjadi keyakinan kita sebagai orang orang yang sudah percaya kepada Tuhan Yesus.

Roma 6:1-14

Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini diletakkan di depan ketiga belas suratnya yang lain. Paulus menulis surat ini dalam rangka pelayanan rasulinya kepada dunia bukan Yahudi. Paulus menulis surat ini untuk mempersiapkan jalan bagi pelayanannya di Roma serta rencana pelayanan ke Spanyol. Tujuannya karena jemaat Roma rupanya mendengar kabar angin yang diputarbalikkan mengenai berita dan ajaran Paulus (mis. Rm 3:8; 6:1-2,15), Paulus merasa perlu untuk menulis Injil yang telah diberitakannya selama dua puluh lima tahun dan juga berusaha untuk memperbaiki beberapa persoalan yang terjadi di dalam gereja karena sikap salah orang Yahudi terhadap mereka yang bukan Yahudi (mis. Rm 2:1-29; 3:1,9 dan orang bukan Yahudi terhadap orang Yahudi (mis. Rm. 11:11-36).

Dalam pasal Roma 6:1-14 Paulus mempersoalkan anggapan salah bahwa orang percaya boleh berbuat dosa terus dan tetap aman dari hukuman karena kasih karunia Allah dalam Kristus. Paulus menanggapi penyimpangan antinomianis dari ajaran kasih karunia dengan menekankan satu kebenaran dasar: orang percaya sejati dikenal sebagai "dalam Kristus" oleh karena dibaptis dalam Kristus dan kematian mereka terhadap dosa “Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? (ay. 1). Bagaimana kita bisa memanfaatkan ajaran yang indah dan menghibur ini?” Akankah kita berbuat jahat, supaya yang baik timbul daripadanya, seperti yang disarankan sebagian orang? (Rm. 3:8). Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Akankah dari sini kita terdorong untuk berdosa dengan jauh lebih berani lagi, sebab semakin besar dosa yang kita perbuat semakin besar kasih karunia Allah akan dimuliakan dalam pengampunan kita? Beginikah kita memanfaatkan ajaran ini? Tentunya Tidak, itu namanya penyalahgunaan, juga sesat. Ketika kita telah dibenarkan oleh Tuhan, maka hidup kita menjadi baru dan dosa sudah lenyap (2, 11). Semua ini terjadi karena kita ikut di dalam kematian dan kebangkitan Yesus (5). Paulus mengajarkan salah satu arti baptisan yaitu mati dan bangkit bersama Yesus (3-4). Ketika kita ikut dalam kematian Yesus berarti semua dosa telah kita tanggalkan dan matikan di salib Kristus (6-7) untuk menuju kepada satu kehidupan yang baru di dalam Dia, yaitu hidup kekal melalui kebangkitan-Nya (8-11). Kristus mati satu kali untuk mematikan dosa selama-lamanya sehingga Ia hidup selama-lamanya juga bagi Allah. Itu berarti kemenangan tuntas atas dosa dan maut. Kita yang percaya Yesus, sudah dibebaskan dari dosa dan hukumannya, dan sudah memiliki hidup kekal untuk melayani Allah. Hal ini berarti juga bahwa baptisan yang kita terima cukup satu kali dan tidak perlu diulang lagi.

Tugas kita sekarang adalah bagaimana mengelola kasih karunia Allah itu dalam hidup kita. Paulus memberi nasehat bagi kita agar, memberi diri sepenuhnya kepada Allah. Artinya kita menyerahkan hidup kita, waktu, tenaga, pikiran, talenta, dan tubuh kita sepenuhnya untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan Dia saja (13b). Kita harus tidak lagi menyerahkan angggota tubuh kita untuk dikendalikan dan dipakai oleh iblis, dibujuk dan ditipu oleh dunia ini, dan dikuasai dan dikontrol oleh keinginan daging kita sebagai alat kejahatan (13a). Kita hanya boleh punya satu tuan atau majikan, yaitu Allah yang sudah menebus kita yang memiliki hidup kita sepenuhnya baik itu tubuh jiwa dan roh dan bukan iblis yang sudah kalah!

Masmur 71:5

Daud adalah seorang yang berkenan di hati Allah. Di dalam berbagai kesempatan, entahkah itu pada saat baik atau tidak baik, Daud selalu memuji dan menyembah TUHAN. Kita pun patut mengalaminya dan bisa belajar dari kehidupan Daud ini. Dalam berbagai persoalan yang dialami, Daud selalu menjadikan Tuhan sebagai benteng dan batu perlindungan. Bagi Daud tak seorang pun di dunia ini yang dapat menjadi jaminan keselamatan bagi jiwanya. Itulah sebabnya ia berkata, “… Engkaulah harapanku, ya Tuhan, kepercayaanku sejak masa muda, ya Allah. Namun untuk mendapatkan pemeliharaan Tuhan yang indah ini kita harus tetap setia sampai akhir hayat kita. Jangan sekali-kali tinggalkan Tuhan, apalagi samai bercabang hati dengan mengharapkan ilah lain atau manusia. Jangan coba-coba !!

III. Refleksi

Karya keselamatan Allah di dalam Kristus merangkum seluruh sejarah dan kehidupan kita manusia. Dengan demikian dalam keheningan Sabtu Pengharapan, kita merayakan karya keselamatan Allah di dalam Kristus yang menembus dimensi waktu dan sejarah kehidupan umat manusia. Keheningan Sabtu Pengharapan mengandung keyakinan dan kepastian keselamatan Allah yang berkarya melampaui akal dan pengertian manusia, sehingga karya penebusan Kristus merangkum seluruh eksistensi kita manusia sepanjang abad tanpa terkecuali.

Jika secara tidak sengaja kita menyentuh bara api, maka secara refleks tangan kita akan bergerak menjauhi bara api itu. Itulah gerakan refleks yang dikaruniakan Allah kepada setiap manusia dalam menghadapi bahaya maupun serangan atas dirinya. Menjalani kehidupan di dalam masyarakat kita akhir-akhir ini, Kristen harus memperlengkapi diri dengan gerakan refleks yang lain, bukan sekadar menghindar dari bara api yang akan menyengat tangan namun juga mempertahankan diri agar tidak hangus terbakar api pergolakan zaman. Sebagai Kristen doa harus merupakan tindakan refleks untuk mempertahankan dan menyelamatkan keberadaan kita mengandalkan tangan Tuhan yang menolong.

Kintsukuroi adalah seni memperbaiki bejana/vas yang rusak dengan pernis dan bubuk emas. Kesenian ini berasal dari Jepang dan berawal ketika seorang penjunan melihat banyak vas yang bagus, tetapi pecah sehingga dianggap tidak berharga dan dibuang. Melihat hal itu, si penjunan mengumpulkan pecahan-pecahan tersebut dan diperbaikinya dengan menyatukan pecahannya. Menariknya, ia tidak menutupi kerusakannya. Ia justru menyatukannya dengan pernis dan bubuk emas sehingga menonjolkan bagian yang rusak dengan emas dan membuat bejana itu lebih indah dari sebelumnya.

Dari nats renungan ketiganya kita dapat melihat karya tangan Tuhan dalam memelihara orang yang mengandalkan Tuhan dalam hidupnya. Layaknya vas bunga yang pecah memiliki nilai yang berharga bila berada di tangan orang yang tepat. Manusia yang merupakan ciptaan Allah itu sendiri mengapa meragukan pekerjaan tangan Tuhan. Tuhan yang akan selalu menolong dan membawa kita tetap aman dan nyaman oleh karena kasihnya yang tak berkesudahan karena dia tau apa yang terbaik untuk hidupmu.

Apalagi yang kau inginkan ? Renungkanla dalam kesunyian sabtu pengharapan ini!!

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD