MINGGU 17 MARET 2024, KHOTBAH IBRANI 5:7-10 (MINGGU PASSION VI)
Invocatio :
Ulangan 32:36
Ogen :
Mikha 7:7-9
T e m a :
Erpengendes Man Dibata Ibas Kiniseran/Berserah Kepada Allah dalam Penderitaan
I. Teks Invocatio: Ulangan 32:36
Sebab TUHAN akan memberi keadilan kepada umat-Nya, dan akan merasa sayang kepada hamba-hamba-Nya; apabila dilihat-Nya, bahwa kekuatan mereka sudah lenyap, dan baik hamba maupun orang merdeka sudah tiada.
I.1. Penjelasan teks Invocatio:
Allah akan menjatuhkan musuh-musuh Israel dan mengasihi umat-Nya sendiri, meskipun Israel telah membangkitkan murka-Nya, TUHAN akan memberi keadilan kepada umat-Nya. Artinya, Tuhan akan memberi keadilan kepada mereka melawan musuh-musuh mereka, membela perkara mereka, dan mematahkan kuk penindasan yang di bawahnya mereka sudah lama mengerang, sebab Ia merasa sayang kepada hamba-hamba-Nya. Ia tidak mengubah pikiran-Nya, tetapi mengubah jalan-Nya, dan berperang bagi mereka, sama seperti Ia telah berperang melawan mereka, apabila dilihat-Nya, bahwa kekuatan mereka sudah lenyap.
I.2. Ide Sentral Teks (IST) Invocatio:
Allah akan menyatakan kemurahan hatiNya karena kelemahan umatNya. IA memelihara Israel, umat kesayanganNya.
II. Teks Ogen : Mikha 7:7-9
Pengharapan baru bagi Sion
7:7 Tetapi aku ini akan menunggu-nunggu TUHAN, akan mengharapkan Allah yang menyelamatkan aku; Allahku akan mendengarkan aku!
7:8 Janganlah bersukacita atas aku, hai musuhku! Sekalipun aku jatuh, aku akan bangun pula, sekalipun aku duduk dalam gelap, TUHAN akan menjadi terangku.
7:9 Aku akan memikul kemarahan TUHAN, sebab aku telah berdosa kepada-Nya, sampai Ia memperjuangkan perkaraku dan memberi keadilan kepadaku, membawa aku ke dalam terang, sehingga aku mengalami keadilan-Nya.
II.1. Penjelasan Teks Ogen:
Konteks Kitab Mikha, Israel berada dalam kondisi kemerosotan akhlak yang sangat parah.
1). Orang benar sulit ditemukan ditengah-tengah Israel.
Begitu sulit menemukan orang benar sampai diumpamakan seperti sulitnya mencari buah saat musim panen sudah berlalu (ayat 1).
Kebohongan dan tipu daya sudah menjadi gaya hidup umat Allah, orang yang memiliki integritas dan hati yang tulus hampir musnah (ayat 2).
2). Kejahatan merajalela di mana-mana.
Para penegak hukum, penguasa, dan hakim bekerja sama untuk keuntungan pribadi (ayat 3).
Rakyat yang mengalami kejahatan tidak lagi mempunyai harapan untuk mendapatkan keadilan dan keamanan.
3). Teman dekat tidak lagi dapat dipercaya, bahkan istri atau suami sendiri pun tidak bisa saling percaya lagi (ayat 5). Hubungan keluarga rusak, penuh kebencian dan permusuhan di antara anggota keluarga (ayat 6).
Dalam kondisi yang demikian parah, Mikha menjadi teladan yang luar biasa dalam iman.
Mikha tidak mengeluh dan putus asa. Mikha tidak pesimis dan kehilangan pengharapan dalam hidup. Mikha justru berseru kepada Allah. Dia percaya dan berharap penuh kepada Allah (ayat 7).
Kaum sisa yang benar di Yehuda sedang menghadapi hari-hari gelap karena hukuman Allah atas dosa-dosa bangsa itu; akan tetapi, Mikha tetap memberitakan kata-kata pengharapan yang membangkitkan iman bagi mereka dan memandang lebih jauh dari kemenangan sementara musuh-musuh mereka kepada hari pemulihan mereka yang mulia oleh Allah.
Kalimat: "Aku akan bangun pula" adalah suatu pernyataan iman yang setaraf dengan pernyataan iman Ayub (Ayat 8)
Ada 2 macam orang berdosa. Pertama, orang yang berdosa namun tidak mau menyadari keberdosaannya dan tidak mau berbalik kepada Allah. Kedua, orang berdosa yang menyadari keberdosaannya dan mau berbalik kepada Allah. Bangsa Israel adalah orang berdosa jenis pertama, sedangkan Mikha adalah orang berdosa jenis yang kedua. Mikha sadar bahwa ia patut menerima kemarahan Tuhan (Ayat 9)
II.2. Ide Sentral Teks (IST) Ogen:
Allah adalah Penyelamat dan terang yang memberi keadilan.
III. Teks Khotbah : Ibrani 5:7-10
5:7 Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.
5:8 Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya, 5:9 dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya,
5:10 dan Ia dipanggil menjadi Imam Besar oleh Allah, menurut peraturan Melkisedek.
III.1. Penjelasan teks Khotbah:
Penulis kitab Ibrani menjelaskan bahwa Kristus adalah Imam Besar kita untuk selamanya, yang senantiasa menjadi Pengantara kita di hadapan takhta Allah (7:25). Sebagai Allah yang menjelma menjadi manusia, hanya Dia yang dapat menggantikan tempat kita dan mempersembahkan diri-Nya sebagai kurban untuk menghapus dosa "satu kali untuk selama-lamanya" (10:10). Tak seorang pun dapat mengambil "kehormatan itu bagi dirinya sendiri" (5:4).
Yesus mendisiplinkan diri-Nya untuk belajar taat selama hidup di bumi. Sekalipun status-Nya "Anak Allah" (5:8) dan Bapa-Nya sanggup menyelamatkan-Nya dari maut (5:7), semua hak istimewa itu Dia lupakan. Dia menolak diperlakukan khusus. Bukannya menempuh jalan aman dan nyaman, Dia justru memilih jalan penderitaan, bahkan disalibkan. Meskipun hanya manusia terhina yang pernah menempuh jalan itu. Di jalan salib, Yesus mengalami begitu banyak rasa sakit, godaan, dan pencobaan. Namun, setelah misi-Nya menyelamatkan manusia tercapai, Dia sendiri bisa menjadi Imam Besar yang berempati. Dia mengerti pergumulan kita (Ibrani 4:15), karena Dia pernah mengalami segala derita yang kita alami.
Ayat 7, Ayat ini mungkin menunjuk kepada kehebatan doa Yesus di Taman Getsemani. Doa Yesus "didengarkan" bukan dalam pengertian bahwa Allah menyingkirkan semua hal yang berhubungan dengan kematian, tetapi dalam pengertian bahwa Ia menerima pertolongan Allah untuk mengalami segala penderitaan yang sudah ditetapkan bagi-Nya.
Ayat 8, Kristus belajar dari pengalaman segala penderitaan dan pengorbanan yang sering kali merupakan akibat dari ketaatan yang setia kepada Allah di dalam dunia yang bejat ini (bd. Ibr 12:2; Yes 50:4-6; Fili 2:8). Ia menjadi Juruselamat dan Imam Besar yang sempurna karena penderitaan dan kematian-Nya dijalani tanpa dosa. Oleh karena itu, Kristus memenuhi syarat dalam segala hal (ayat Ibr 5:1-6) untuk menyediakan keselamatan kekal bagi kita (ayat Ibr 5:9;
Ayat 9, Keselamatan abadi yang diperoleh melalui penderitaan Yesus (ayat Ibr 5:8) tersedia hanya bagi mereka yang taat kepada-Nya melalui iman. Iman yang menyelamatkan adalah iman yang taat (Yoh 8:31; Rom 1:5; 16:26; Yak 2:17-26).
Ayat 10, Melkisedek adalah tokoh PL yang misterius. Ia muncul dalam Kej 14:1-24 sebagai imam Allah dari Salem (mungkin Yerusalem, Ibr 7:1; Kej 14:18; Mazm 110:1-4) sebelum zaman keimaman Lewi. Keimaman Kristus sejenis dengan keimaman Melkisedek.
III.2. Ide Sentral Teks (IST) Khotbah:
Yesus Kristus adalah Imam Besar yang menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya; IA menjadi pengantara kita dihadapan takhta Allah.
VI. KHOTBAH
Saudara-saudara,…
Ketika kita berada dalam kesulitan yang membuat kita menderita, reaksi spontan yang muncul dari kita ialah mengeluh, marah dan putus asa. Di sisi lain, ketika kita diperhadapkan dengan pilihan: percaya kepada Allah dalam kesuksesan atau kesukaran, mungkin sebagian kita berkata lebih mudah mempercayai Allah saat kita sehat, sukse sdan berkelimpahan. Hal inilah yang mengakibatkan banyak orang yang mengingkari imannya ketika mengalami penderitaan.
Pada Minggu Passion yang ke enam ini, kita diajak untuk memahami bagaimana keadilan Allah. Kebenaran dan keadilan Allah memang sangat bertolak belakang dengan pikiran dan logika manusia. Realita kehidupan manusia sering terpatri kepada pemahaman “menang” atau “kalah”. Tetapi kebenaran dan keadilan bukan sebatas siapa yang menang dan siapa yang kalah.
Saudara-saudara,..
Jika kita melihat bagaimana Kondisi yang kita alami pada masa sekarang ini. Ada beberapa contoh yang perlu kita renungkan kembali bagaimana tingkah polah manusia yang selalu berupaya untuk melakukan sesuatu yang jahat bagi orang lain untuk kepentingan dirinya sendiri.
Beberapa contoh misalnya:
- - Ketika kita membeli sesuatu berupa barang di toko, kita dapat tertipu dengan mudah apabila kita tidak tahu harga pasaran.
- - Kita tidak lagi merasa aman di tempat umum atau di jalan karena banyaknya aksi kejahatan (copet, jambret, begal dsb).
- - Dalam beberapa kasus kita melihat betapa lemahnya penegakan hukum di negeri ini (“tumpul keatas namun tajam kebawah”)
- - Tingkat kejahatan KKN saat ini diperkirakan lebih tinggi dibandingkan zaman orde baru (sudah tidak ada lagi urat malunya melakukan KKN, sudah dianggap biasa dan lumrah)
- - Hukum justru dimanfaatkan oleh para penegak hukum untuk menambah penghasilan (Lagu Maju Tak Gentar di plesetkan, Maju tak gentaaaar, membela yang bayaaar)…
- - Berbagai kasus pembunuhan: anak membunuh ibunya sendiri, Orangtua membunuh anaknya, pembantu membunuh majikannya dan jug sebaliknya dan banyak lagi lainnya.
Melihat situasi yang terjadi diatas, mari kita bertanya kepada diri kita sendiri, apakah di tengah kesulitan hidup yang kita alami saat ini, kita dapat memulai hari dengan harapan yang teguh pada Allah yang menyelamatkan kita? Sebagaimana firman Tuhan yang menjadi bacaan kita yang pertama dari kitab Mikha 7:7-9, Allah adalah Penyelamat dan terang yang memberi keadilan.
Meskipun saat ini sangat sulit menemukan orang benar, kejahatan semakin merajalela dimana-mana, bahkan teman sendiri tidak dapat lagi dipercaya, kita perlu belajar dari Nabi Mikha yang sadar bahwa ia manusia yang tidak luput dari kesalahan dan patut menerima kemarahan Tuhan, tetapi disisi lain dia berserah kepada Tuhan dan percaya akan keadilan Tuhan pasti dia peroleh pada waktunya, Tuhan akan membela perkaranya dan menyelamatkannya. Tuhan akan menolong setiap orang yang berharap padaNya.
Saudara-saudara,…
Dalam bacaan teks Khotbah, kita belajar banyak tentang penderitaan dan makna penderitaan itu bagi kita. Jalan penderitaan ternyata banyak gunanya. Melaluinya kita bisa belajar bersikap taat, menjadi lebih peka, dan mengerti pergumulan orang lain.
Adakalanya ketika kita menghadapi berbagai pencobaan dan doa kita yang sungguh-sungguh tampaknya tidak didengar. Pada saat-saat semacam itu, kita harus ingat bahwa Yesus telah diuji dengan cara yang sama dan bahwa Allah akan memberikan kasih karunia yang cukup kepada kita untuk mengalami penderitaan yang diizinkan-Nya dalam kehidupan kita
Sebab itu, apabila kita harus menghadapi penderitaan, mari kita mohon kekuatan Allah untuk tidak menolaknya, menghindarinya, atau meminta perlakuan khusus. Imam Besar kita memerhatikan dan menemani kita untuk melaluinya. Imam Besar kita yakni Yesus Kristus, yang menjadi pengantara kita dihadapan Allah, Dialah Pokok Keselamatan yang abadi bagi semua orang.
Kita perlu meneladani Yesus Kristus, yang mendisiplinkan diri-Nya untuk belajar taat selama hidup di bumi. Sekalipun status-Nya "Anak Allah", dan Bapa-Nya sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, tetapi semua hak istimewa itu Dia lupakan. Dia menolak diperlakukan khusus. Yesus Bukannya menempuh jalan aman dan nyaman, Dia justru memilih jalan penderitaan, bahkan disalibkan. Meskipun hanya manusia terhina yang pernah menempuh jalan itu. Di jalan salib, Yesus mengalami begitu banyak rasa sakit, godaan, dan pencobaan. Namun, setelah misi-Nya menyelamatkan manusia tercapai, Dia sendiri bisa menjadi Imam Besar yang berempati. Dia mengerti pergumulan kita, karena Dia pernah mengalami segala derita yang kita alami. Tidak seorang pun dapat menjadi hamba Tuhan tanpa melalui jalan ketaatan
Tema kita di Minggu Passion ke enam ini, ialah Berserah kepada Allah Dalam penderitaan…
Tema ini membimbing kita supaya seberat apapun pergumulan yang harus kita hadapi, bagaimanapun keadaan sekeliling kita, apapun respons mereka terhadap kita, berserahlah kepada Tuhan, tumpahkan segala keluh kesah kita kepadaNya, belajar setia seperti Yesus yang telah setia kepada BapaNya. Dengan demikian apa yang hendak di sampaikan dalam teks invocatio, menjelaskan kepada kita bahwa Allah akan menyatakan kemurahan hatiNya, kepedulianNya terhadap umatNya oleh karena kelemahan umatNya. IA memelihara kita semua umat kesayanganNya. Pada akhirnya keadilanNya akan dinyatakan bagi kita (Minggu Yudika). Terpujilah nama Tuhan. A m I n.
Pdt Philipus Tarigan-GBKP Rg Cililitan