MINGGU 15 DESEMBER 2024, KHOTBAH MATIUS 25:1-13

 

 

Kata Pembuka

Dalam segala hal dibutuhkan persiapan. Misalnya saja saat akan berangkat ke suatu tempat, baik untuk bekerja, pergi ke pesta, berwisata atau hadir ke acara penting, maka mempersiapkan diri tidak boleh dilewatkan. Apa yang mau dibawa, dikenakan, bagaimana perjalanannya, hendak pergi bersama siapa, semua membutuhkan persiapan. Agar tidak ada yang terlupa atau ketinggalan.

Jangan sampai seperti seorang pemuda yang pulang larut malam karena asik begadang dengan teman-temannya. Sesampainya di rumah, dia tidak lagi sempat melakukan apa-apa, karena sudah lelah dan mengantuk. Padahal besok adalah hari presentasi tugas di kelasnya. Dia tidak mempersiapkan barang-barangnya, karena berharap menyempatkannya besok. Pagi harinya, ternyata pemuda tersebut terlambat bangun. Akhirnya dia mempersiapkan diri dengan terburu-buru. Bahkan sarapan dan mandi pun tidak lagi sempat. Dia bergegas tanpa memperhatikan lagi perlengkapan yang harus dibawanya.

Saat tiba di kelas, dia menyadari catatan yang berisi tugas presentasinya tertinggal di rumah. Untuk kembali pulang tidak lagi ada waktu, sehingga mau tidak mau dia menerima resiko ditegur dan berkurang nilai karena ketidaksiapannya. Ditambah lagi perutnya lapar dan badannya yang tidak sempat mandi tadi, semakin menambah gerah dan mulai beraroma tidak sedap. Hal ini sangat mengganggu konsentrasinya sepanjang perkuliahan. Dari sinilah pemuda itu menyesal tidak mempersiapkan diri dengan lebih baik saat ada kesempatan.

Dari gambaran pengalaman ini, kita juga diingatkan bahwa segala sesuatu membutuhkan persiapan. Karena hidup dan pilihan, merupakan hal yang akan dipertanggungjawabkan dan upahnya pun akan diterima masing-masing sesuai keputusan pilihan yang telah diambil. Dalam hal apapun yang tidak dipersiapkan dengan baik maka hasilnya tidak akan maksimal bahkan dapat menjadi penyesalan. Termasuk dalam kehidupan beriman. Seorang Kristen harus mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh baik, dalam menantikan kedatangan Yesus kembali.

ISI

Matius 25:1-13 Yesus memberi perumpamaan tentang Kerajaan Surga dengan gambaran sepuluh gadis yang membawa pelita untuk menyongsong mempelai laki-laki. Menurut tradisi setempat di zaman itu, mempelai laki-laki akan mendatangi rumah orang tua mempelai perempuan, untuk menjemput sang mempelai perempuan. Setelah itu, para gadis dan tamu lain akan pergi bersama kedua pengantin ke rumah mempelai laki-laki dan disanalah akan diadakan perjamuan kawin (ay 1).

Dalam perumpamaan ini, ada lima gadis yang bodoh dan lima lainnya bijaksana (ay 2). Mereka bertugas menantikan kedatangan mempelai, yang tidak dapat dipastikan waktunya tetapi pelita harus terus menyala. Gadis-gadis bijak membawa pelita sekaligus minyak sebagai persiapan, tetapi gadis-gadis bodoh hanya membawa pelita tanpa persediaan minyak. Setelah menanti mempelai yang tidak kunjung datang dengan cukup lama, mereka tertidur (ay 3-5).

Pada saat mempelai datang, semua bangun dan bersiap menyongsongnya, termasuk memastikan pelita tetap menyala. Ternyata, pelita mereka hampir padam. Gadis-gadis bijak menungkan minyak agar pelita tetap menyala. Sementara gadis-gadis bodoh meminta persediaan minyak gadis-gadis bijaksana. Namun, tentu saja mereka tidak dapat membaginya karena tidak cukup untuk semua (ay 6-9). Saat gadis-gadis bodoh pergi membeli minyak, mempelai telah datang dan semua orang diajak masuk ke perjamuan kawin dan pintu ditutup. Gadis-gadis bodoh yang datang terlambat, memohon agar pintu dibukakan. Tetapi mereka tidak lagi diperkenankan masuk (ay 10-12). Yesus menutup perumpamaan ini dengan berkata, ‘..Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.’ (ay 13).

Perumpamaan ini disampaikan Yesus sebagai gambaran janji kedatangan kerajaan Surga yang tidak diketahui waktunya. Dalam perumpamaan-perumpamaan Yesus yang lainnya pun (Mat 22:1-14, 24:29-36, 24:37-44, 24:45-51) kita diingatkan bahwa jika tiba waktu Tuhan, orang yang bersiap dan yang melalaikan kesempatan tidak akan menerima bagian yang sama. KedatanganNya tidak diberitahukan waktunya dan bisa terjadi dengan tiba-tiba. Oleh sebab itu seperti gambaran gadis-gadis yang membawa pelita, sebagai orang percaya kita harus bersiap dan berjaga-jaga menantikan Tuhan dengan setia. Bagi yang tidak mempersiapkan diri, yang tidak mempergunakan kesempatan hidupnya dengan berbenah iman, maka saat Yesus datang kembali, tidak ada jalan untuk mengulang lagi. Maka selagi ada kesempatan hidup, kita perlu mempersiapkan dan memperlengkapi diri dalam iman. Yesus ingin mengajarkan untuk selalu siap, setia dan hidup taat akan perintah dan janjiNya. Jangan lalai atau terlena dengan keinginan dunia yang penuh dengan tantangan untuk setia pada Tuhan.

Yesaya 6:1-6 Merupakan nyanyian pujian karena kelepasan dan penghakiman yang diberikan Allah. Yesaya memproklamasikan, Allah adalah gunung batu yang kekal, yang memberi kepada umatNya kota yang kuat dan memasang tembok, benteng penyelamat. Karena itulah setiap umatNya harus membuka pintu-pintu gerbang dan masuk sebagai bangsa yang hidup benar dan tetap setia (ay 1-2). Hanya dalam Tuhan, didapatkan hati yang teguh, damai sejahtera bagi orang percaya bahkan tersedia hingga kekal (ay 3-4).

Yesaya menyatakan kepada umat Tuhan, gambaran kuasa Allah yang akan meruntuhkan kubu-kubu benteng musuh. Dia membuka semua kemungkinan menjadi jalan-jalan dan pintu-pintu yang terbuka bagi umatNya. Sehingga dalam sengsara sekalipun, tidak ada hal yang menjadi ketakutan bagi umatNya, selain dari hidup jauh akan Tuhan (ay 5-6).

Kehidupan orang percaya haruslah mengimani keselamatan yang Allah sediakan. Akan selalu ada pengharapan: yang mati dibangkitkan, yang runtuh dibangunkan, yang usang diperbarui, yang hancur dipulihkan. Walaupun berat dan banyak tantangan untuk hidup taat dan setia hingga kedatanganNya, tetapi janji Tuhan seperti yang dinyatakan Yesaya menjadi komitmen iman. Perumpamaan yang Yesus ajarkan juga menjadi pegangan untuk selalu bersiaga menantikan penggenapan. Maka setiap orang percaya, harus berani memegang dan memberitakan pengharapan akan Tuhan. Jangan takut apalagi putus asa dalam penantian.

Lukas 1:30, adalah berita dari Malaikat bagi Maria. "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah.” Walau sebenarnya sangat tidak mudah bagi Maria menerima rencana dan kehendak Tuhan bagi dunia melalui dirinya, tetapi Tuhan sendiri yang juga memampukannya. Maria yang awalnya khawatir juga takut, memilih untuk tetap setia. Dia mempersiapkan dirinya untuk menerima berkat Tuhan dalam pengharapan iman. Karena Tuhan menjanjikan kasih karunia baginya.

APLIKASI

Tidaklah mudah untuk tetap percaya dan memiliki pengharapan iman di tengah situasi hidup yang sulit dan penuh tantangan. Namun, Firman Tuhan tetap menyatakan bahwa orang-orang yang bersiaga dan tetap percaya, akan diselamatkan dan menerima kehidupan bersama Tuhan dalam Kerajaan Surga. Maka kita harus terus taat menanti, berdoa dan menjaga hidup menyongsong akan datangnya Kristus kembali. Dalam Minggu Advent ini kita tidak sekedar bersukacita merayakan Yesus yang sudah lahir bagi kita sebagai tanda kasih Tuhan. Tetapi juga mempersiapkan diri di dalam menyambut hari kedatanganNya. Disaat itulah Tuhan akan memberi upah dalam rangka kasih dan keadilanNya bagi setiap orang. Sejauh mana persiapan itu kita kerjakan? Adakah nantinya Tuhan mendapati kita tetap setia dan siaga?

Menunggu memang membosankan dan melelahkan, apalagi jika kita tidak tahu kapan datang waktuNya. Tetapi jika kita mau aktif melakukan dengan terus belajar, bekerja dan berkarya seturut kebenaran Firman Tuhan, maka penantian itu tidak akan sia-sia. Di ujungnya nanti, kita pun layak menerima keselamatan yang telah disediakanNya. Ingat bahwa tidak seorang pun tahu kapan Tuhan datang. Yang kita tahu adalah Tuhan pasti datang. Kesiapan diri dalam menyambut kedatangan Tuhan adalah cermin dari kesetiaan. Hanya orang yang menantikan dengan setia dalam arti sabar dan mempersiapkan diri dengan baik, yang akan mendapat upah kekal seperti janji Tuhan. Sedangkan yang hanya sibuk melewatkan kesempatan, akan menjadikan pengharapannya hilang, menggantungkan hidupnya pada kefasikan, akan menerima upah juga. Mereka tidak akan diperkenankan Tuhan menerima sukacitaNya.

Kesiapan kita menantikan Tuhan, perlu diwujudkan dalam sikap hidup yang konkret. Maka tetaplah :

  1. Berjaga-jaga dalam doa. Doa menjadi kekuatan bagi orang percaya yang menyadari kerapuhannya. Berdoalah senantiasa agar dapat tetap teguh melakukan kehendak Tuhan. Karena hanya dengan membangun hubungan dengan Tuhan yang penuh kesungguhan, kita ditolong memahami kehendakNya dan mengisi penantian dengan kehidupan yang baik.
  2. Hiduplah taat dan tertib seturut Firman Tuhan. Firman Tuhan adalah tuntunan hidup yang membuat kita mengerti kebenaran dan kehendakNya. Maka, teruslah hidup dalam persekutuan dan membuka hati untuk siap diajari oleh Firman Tuhan. Agar dalam penantian kita, ada hidup yang dibaharui dalam pertobatan. Tidak lagi fokus hanya untuk hal-hal dunia yang fana.
  3. Beritakan Sukacita menantikan Tuhan. Jangan hanya berdiam diri atau menanti dengan khawatir dan cemas. Tetapi bersukacitalah. Tetap tunaikan tugas dalam setiap kesempatan. Agar tidak hanya diri kita sendiri yang menantikan Tuhan dengan pengharapan. Melainkan orang lain juga turut melakukan kehendak Tuhan lewat kesaksian hidup kita.

Bersiapsedialah selalu, jangan membiarkan semua menjadi penyesalan. Hidup yang kita jalani saat ini adalah kesempatan yang dianugerahkan kepada kita untuk bersiap-siap menyambut kedatangan Tuhan. Bukan hanya dalam tradisi gerejawi, kemeriahan pesta, sambutan-sambutan penuh kesibukan yang ingin menunjukkan bahwa Yesus sudah lahir bagi kita. Layaklah kita bersukacita. Tetapi jangan lupa, menantikan kedatanganNya kembali juga membawa kita dalam refleksi janji Tuhan. Meneduhkan kembali hati yang mau menanti. KedatanganNya kembali akan menjadi kesempurnaan keselamatan bagi orang yang percaya. Sayangnya, banyak orang mengabaikannya dan belum menjalani hidupnya dengan bertanggung jawab akan iman. Maka jangan sampai kita terlambat untuk sadar, tetapi jadilah bijaksana dan setia dalam pengharapan, apapun tantangannya. Selamat bersiap menyambutNya, Tuhan memberkati! Amin.

Pdt. Deci Br Sembiring

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD