MINGGU 09 MARET 2025, KHOTBAH LUKAS 17:11-19

Invocatio  :

“Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepadaKu, maka Aku akan mendengarkan kamu.”

Bacaan :

Mazmur 22:1-12 (responsoria)

Khotbah   :

Lukas 17:11-19 (Tunggal)

Tema  :

MEMANGGIL YESUS UNTUK MEMINTA PERTOLONGAN

 

1. Pengantar

Minggu ini kita memasuki masa minggu Passion II yang dinamakan minggu Invocavit yang artinya berserulah kepadaKu. Kata berseru dalam bahasa Ibrani adalah Qara yang artinya memanggil, berteriak, menjerit dan dalam bahasa Yunani istilah ini Kaleo yang artinya memanggil nama seseorang. Minggu Invocavit diambil dari Mazmur 91:15 a. Invocavit sendiri adalah minggu introit menuju masa penderitaan. Sesuai namanya Invo adalah panggilan dan Cavit adalah ketentuan atau pernyataan. Pada minggu ini kita mengenang akan firman Allah yang terus menyerukan kebaikan dan janji Allah kepada manusia. Sebagaimana dalam minggu ini kita disegarkan kembali akan arti ketaatan akan iman kita kepada Kristus dalam segenap hidup yang kita jalani. Bagaimana kita menampakkan iman dalam tindakan dalam doa dan rasa syukur akan pertolongan Tuhan.

2. Penjelasan Teks

Khotbah: Lukas 17:11-19

Dalam nats ini kita membaca mengenai kesembuhan sepuluh orang kusta, yang kita tidak temukan dalam kitab Injil lainnya. Kusta merupakan penyakit yang dianggap orang Yahudi sebagai hukuman atas dosa, dan penyakit ini dianggap sebagai tanda ketidak senangan Allah. Sementara menurut Medis Modern Penyakit Kusta / Lepra atau Morbus Hansen adalah penyakit infeksi bakteri kronis yang menyerang jaringan kulit, saraf tepi, dan saluran pernapasan. Penyakit Kusta merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh infeksi Mycobakterium leprae. (Maulita Ferdiandana Yunar, AMK - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten , Artikel Kemenkes ,mengenal penyakit kusta, Senin, 07 Agustus 2023). Memang kita tidak sedang menggali soal asal usul penyakit ini baik menurut pandangan Yahudi atau dunia medis saat ini. Tetapi pemahaman orang Yahudi memandang penyakit kusta menjembatani kehadiran Yesus untuk menghapus dosa dan melenyapkan murka, dan hal ini ditunjukkanNya bagaimana kepdulianNya untuk mentahirkan orang kusta yang ditemui dalam perjalananNya ke Yerusalem menyusur perbatasan Samaria dan Galilea.

Di dalam narasi ini kita memperhatikan, permintaan orang-orang kusta itu kepada Yesus. Dalam nats ini ada sepuluh orang kusta. Meskipun status mereka dikucilkan dari pergaulan orang lain, mereka tetap leluasa bergaul dengan sesame penderita kusta lainnya. Dan hal itu menghibur mereka sebab dengan begitu mereka memiliki kesempatan untuk saling berbagi dan saling menguatkan. Seperti yang saya utarakan di atas bahwa Yesus sedang melakukan perjalanan ke Yerusalem meyusur ke perbatasan Samaria dan Galilea ketika memasuki suatu desa, dalam narasi nats ini tidaklah disebutkan apa nama desa itu. Tetapi kita perhatikan mereka (kesepuluh orang kusta itu) menemui Yesus. Mereka tinggal berdiri agak jauh, sebab mereka tahu bahwa berdasarkan hukum Taurat, penyakit ini mengharuskan mereka menjaga jarak. Mereka bersepakat meminta satu hal, dan benar-benar gigih memohonkannya (ayat 13). Mereka berteriak, sebab mereka agak jauh, dan berseru, “Yesus, Guru, kasihanilah kami!” orang-orang yang mengharapkan bantuan dari Yesus harus memandangNya sebagai Guru dan taat terhadap perintahNya. Jika Dia adalah Guru, maka itu berarti bahwa Ia juga adalah sang juruslamat. Mereka tidak secara khusus meminta supaya disembuhkan dari penyakit kusta, melainkan memohon belas kasihan Yesus. Kemungkinan sebelumnya mereka telah mendengar tentang Yesus dan itulah yang meneguhkan mereka untuk meminta pertolongan dariNya.

Aneh memang mengapa Yesus tidak langsung mentahirkan ataupun menyembuhkan penyakit mereka, tetapi mengirim mereka kepada imam, supaya diperiksa oleh imam, yang merupakan pengadil dalam hal penyakit kusta. Yesus tidak mengatakan kepada mereka pasti mereka akan sembuh. Ia hanya menyuruh mereka untuk memperlihatkan diri kepada imam-imam (ayat 14). Hal itu merupakan ujian bagi ketaatan mereka. Dalam hal ini kita juga pernah membaca dalam Perjanjian Lama bagaimana Naaman yang disuruh nabi Elisa pergi mandi dalam sungai Yordan (lih.2 Raja.5). Di sini kita dapat memperhatikan, orang-orang yang mengharapkan kebaikan Yesus haruslah bersedia mendapatkanya dengan cara yang telah ditentukan.

Beberapa dari orang kusta ini mungkin saja ingin membantah suruhan itu, tetapi karena sisanya setuju, maka akhirnya mereka semua pergi menghadap imam. Oleh karena hokum tata cara masih berlaku, Yesuspun berhati-hati menjaga hokum tersebut supaya dijalankan dan supaya nama baik hukum itu tetap dijaga. Ia juga ingin menjaga agar penghormatan yang selayaknya tetap diberikan kepada para imam yang menjalankan tugas mereka sesuai dengan hukum itu. Akan tetapi , mungkin juga Ia memiliki rencana lain, supaya imam itu bias menilai dan menyaksikan kesempurnaan kesembuhan tersebut, dan supaya imam menjadi tergugah, dan menggugah rekan-rekan imamnya untuk mencari tahu mengenai pribadi yang memiliki kuasa sebegitu dasyat atas penyakit-penyakit tubuh.

Dan sementara mereka ditengah jalan mereka menjadi tahir, sehingga mereka layak untuk diperiksa oleh sang imam dan disahkan olehnya bahwa mereka telah menjadi tahir. Perhatikanlah, kita barulah dapat berharap Allah akan menyongsong kita dengan belas kasihanNya bila kita didapati sedang menjalankan tugas kita. Jika kita melakukan apa yang kita bias, Allah tidak akan segan-segan turun tangan untuk melakukan apa yang kita tidak mampu lakukan. Kalimat pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam, merupakan ungkapan yang menyatakan pergilah dan ungkapkanlah perkaramu di hadapan hamba Allah yang setia. Segala sarana itu tidaklah dengan sendirinya punya kekuatan untuk memulihkan kita, tetapi Allah sendirilah yang akan memulihkan kita melalui sarana-sarana tersebut. Di dalam ayat 15, kita melihat ada seorang yang kembali untuk mengucap syukur ketika melihat bahwa ia telah sembuh, dan tidak lantas terus pergi menemui sang imam untuk dinyatakan tahir olehnya dan dibebaskan dari segala pengucilan yang sebelumya telah mengungkungnya seperti yang hendak dilakukan oleh Sembilan orang lainnya, melainkan kembali kepada Dia yang merupakan sumber dari kesembuhannya itu. Ia ingin memberikan kemulian kepadaNya terlebih dahulu, sebelum ia mengengecap kebaikanNya. Kelihatannya dia begitu tulus dan bersungguh-sungguh dalam pengucapan syukur itu. Ia memuliakan Allah dengan suara nyaring, mengakui bahwa kesembuhan itu dari Dia. Ia lalu tersungkur di depan kami Yesus, dalam sikap hormat yang menunjukkan kerendahan hati yang paling dalam, dan mengucap syukur kepadaNya. Yesus memperhatikan orang itu, sepertinya dia adalah seorang Samaria, sementara yang lain adalah orang Yahudi (ayat 16). Orang-orang Samaria terpisah dari jemaat Yahudi dan tidak memiliki pengetahuan dan ibadah penyembahan yang murni tehadap Allah seperti yang dimiliki oelh orang-orang Yahudi., tetapi justru orang Samarialah yang memuliakan Allah (ayat 17-18).

Bacaan : Mazmur 22:1-12

Mazmur ini adalah bagian doa Daud, kali ini kita berhadapan pemazmur yang menjerit kepada Allah karena penderitaanya. Alasan mengapa menderita diungkapkan dalam rangkaian mazmur ini. Dalam hal ini, dia merasa bahwa ia ditinggalkan Allah dengan alas an yang tidak diketahui (ayat 2). Hidupnya sekarang dalam ketegangan antara percaya atau tidak percaya kepada Allah. Ia berseru kepada Allah, namun Allah tetap jauh dan tidak menjawab, seakan-akan menolah dan membuang dia (bnd. 27:9 dan 71:9). Apakah ia menjadi putus asa? Tentu tidak, dia tetap percaya bahwa Tuhan memberi kekuatan dan pengharapan kepadanya. Di butuhkan perjuangan iman untuk tetap menyakini Allah dan menyerahkan segala penderitaannya kepada Allah. Dan dalam bacaan ini kita dapat belajar kalau pe mazmur memilih mengambil jalan iman, meskipun jalan ini penuh tantangan, kekecewaan, dan ketegangan. Pemazmur memilih jalan tetap percaya bahwa Allah tetap setia kepadanya.

Invoatio: Jeremia 29:12

Jeremia 29:12 berisikan tentang janji Allah kepada bangsa Israel setelah masa 70 tahun di dalam pembuangan Babilonia Dia akan membawa kembali bangsa ini ke Yerusalem. Hukuman yang diberikan kepada bangsa ini tidaklah menunjukkan Tuhan menolak pilihanNya, tetapi justru menunjukkan belas kasih Tuhan kepada bangsaNya.(bnd. Jeremia 29:11).

Benang merah Khotbah, Bacaan dan Invocatio: manusia sering kali diperhadapkan kepada pergumulan hidup yang membuat dirinya jatuh ke dalam kesengsaraan. Tetapi melalui ketiga nats di atas kita diingatkan bahwa siapun yang berseru meminta pertolongan kepadaNya tentu akan didengarNya. Dan setiap umatNya harus mengucap syukur atas pertolonganNya.

3. Penutup

Tema minggu ini: Memanggil dan meminta pertolongan kepada Yesus, tema ini mengingatkan orang yang benar-benar telah diselamatkan pasti menunjukkan kepekaan akan hal-hal rohani. Salah satunya adalah kepekaan akan anugerah yang sudah terjadi dalam hidupnya. Hidupnya akan penuh dengan ucapan syukur. Kesaksian-kesaksiannya bukan berpusatkan kepada dirinya sendiri dan apa yang sudah terjadi pada dirinya, tetapi kepada Allah dan apa yang Allah lakukan atas dirinya. Ketika masalah atau penyakit datang menimpa, biasanya kita langsung dating kepada Tuhan, saat seperti itu kita tak henti-hentinya berdoa, kita berharap agar Tuhan melepaskan beban itu dan menyediakan jalan keluarnya. Tapi setelah masala kita terselesaikan, bagaimana respon kita terhadap Tuhan yang memberkati dan menolong kita? Apakah kita mengucap syukur dan dating kepada Nya sama seperti seorang Samaria itu.

Mengucap syukur dan berterimakasih ketika orang lain memberikan sesuatu pada kita merupakan pelajaran etika yang pertama diberikan orang tua kita. Berterimaksih memang etika umum yang berlaku di mana saja. Itulah pelajaran yang penting yang Yesus ingin ajarkan melalui khotbah Minggu ini. beberapa penekanan dalam suplemen khotbah minggu ini:

  1. Tuhan mengerti dan mendengarkan setiap orang yang berseru memanggil dan meminta pertolongan kepadaNya di dalam iman. (bnd. Matius 7:7, 11:28).
  2. Janganlah mengandalkan Tuhan saat kita dalam situasi buruk saja, marilah kita dating bersyukur senantiasa kepadaNya dalam segala kondisi, seperti salah satu orang dari kesepuluh orang kusta itu.
  3. Orang yang telah mengalami sentuhan anugerah Tuhan hidupnya harus penuh dengan pengucapan syukur.

Pdt. Walder Mazmur Ginting-Runggun Karawang

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD