MINGGU 16 MARET 2025, KHOTBAH EFESUS 2:1-10

Invocatio :

Sebab itu, beginilah firman Tuhan, Aku kembali lagi kepada Yerusalem dengan kasih sayang. Rumah-Ku akan didirikan pula di sana, demikian firman Tuhan semesta alam, dan tali pengukur akan direntangkan lagi di atas Yerusalem (Sak. 1:16)

Ogen :

Hosea 14:1-3 (Tunggal)

Kotbah :

Efesus 2:1-10 (Tunggal)

Tema :

Perkuah Ate Dibata La Ersibar (Kemurahan hati   Allah Yang Tak Terbatas)

 

I. PENGANTAR

Minggu ini dinamakan minggu Reminiscere, yang artinya “Ingatlah segala RahmatMu dan kasih setiaMu ya Tuhan”, yang diambil dari masmur 25:6 (Ingatlah segala rahmatMu dan kasih setiaMu ya Tuhan, sebab semuanya itu sudah ada sejak purbakala). Dosa mengakibatkan manusia seharusnya mengalami kematian yang kekal dan manusia berusaha menolong dirinya dan keluar dari kematian yang kekal tersebut, tapi semua sia-sia. Dalam hal keselamatan, Johanes Calvin menggambarkan kehidupan manusia seperti ibarat “orang yang tak bisa berenang dan hampir tenggelam”. Hidupnya/keselamatannya hanya tergantung dari belas kasihan/kemurahan hati dari orang yang mau mengulurkan tangannya dan mengangkatnya dari air. Dan itu yang dinyatakan Yesus bagi manusia, supaya orang yang percaya beroleh keselamatan. Dan untuk menyatakan kasihNya, Yesus melalui begitu banyak penderitaan. Kalau Yesus saja bertahan demi kasihNya bagi kita, apakah kita layak juga untuk tidak bertahan dalam kasih Tuhan?

 II. PEMBAHASAN TEKS

  • Efesus 2:1-10

Kitab Efesus, ditulis oleh Paulus dengan tujuan mengingatkan kembali orang-orang kudus di Efesus (1:1) untuk tetap bertumbuh dalam iman, kasih, hikmat dan pernyataan Bapa yang mulia. Dia sungguh-sungguh menginginkan agar hidup mereka layak di hadapan Tuhan Yesus Kristus. Oleh karena itu, Paulus berusaha untuk menguatkan iman dan dasar rohani mereka dengan menyatakan kepenuhan maksud Allah dari penebusan “dalam Kristus” untuk gereja dan untuk setiap orang. Dan hal itu juga yang diperlihatkan dalam teks kita:

Ayat 1-3: Mengungkapkan tentang mengapa orang Kristen harus hidup menaruh belas kasihan dan kemurahan besar terhadap mereka yang masih hidup dalam pelanggaran dan dosa. Semua orang, tanpa Kristus hidupnya dikuasai oleh roh yang memperbudak mereka dalam dosa. Pikiran mereka dibutakan oleh Iblis terhadap Kebenaran Allah, sehingga mereka menuruti kehendak daging dan pikiran yang jahat. Dan Paulus mengaku bahwa, dulu mereka juga adalah bagian dari mereka yang layak menerima murka Allah.

Ay. 4-9: Tapi kemudian kondisinya berubah, hanya karena rahmat dan kasih Allah, membuat mereka mencari Allah dan berusaha melepaskan diri dari belenggu dosa oleh iman dalam Kristus yang menghidupkan, menyelamatkan dan membangkitkan kita.

Dalam PL Allah menyatakan diriNya sebagai Allah yang memberikan kasih karunia dan kemurahan kepada umatNya bukan karena mereka layak tetapi karena keinginanNya (inisiatif) sendiri untuk tinggal setia dalam perjanjian-perjanjian yang dibuat dengan Abraham, Ishak dan Yakub (Kel. 6:8).

Dalam PB, kasih karunia dan kasih Allah, hadir melalui diri Yesus Kristus yang diberikan kepada orang percaya, sambil menerima kemurahan, pengampunan dan keinginan serta kuasa untuk melakukan kehendak Allah (Yoh. 3:16, Flp. 2:13). Sehingga orang yang menyadari dia menerima kasih karunia Allah akan menyatakan imannya melalui tindakan pertobatan, yang memperlihatkan ketaatan dan pengabdian yang sepenuh hati yang terungkap dalam kepercayaan, kasih, rasa syukur dan kesetiaan. Tindakan/ sikap hidup seperti itu harus terus berkesinambungan, karena kepercayaan dan ketaatan harus semakin bertumbuh dan berkembang yang akhirnya menciptakan hubungan pribadi yang kuat kepada kasih terhadap Yesus Kristus. Iman dan kasih membawa kita pada hubungan baru dengan Allah dan membebaskan kita dari murkaNya, melalui hubungan ini, kita mati terhadap dosa dan didiami Roh Kudus (Gal.3:5).

Jadi keselamatan itu bukan karena usaha dan pekerjaan manusia (ay.9) tapi hanya karena pemberian Tuhan, karena manusia tidak akan bisa diselamatkan oleh usahanya sendiri. Tetapi sekalipun keselamatan adalah anugerah, tetapi anugerah itu hanya berlaku bagi orang-orang yang mau menerima keselamatan yang disediakan Allah yang mau datang pada panggilan pertobatan. Karena di ayat 10, dikatakan Allah menyelamatkan karena manusia adalah ciptaanNya yang sedang dipersiapkan untuk melakukan pekerjaan yang baik dan terus mau hidup di dalamNya.

Oleh sebab itu tidak ada yang patut untuk dimegahkan, sehingga kita merasa lebih dibandingkan yang lain. Karena ketika memegahkan diri maka sebenarnya disaat itu juga kita kehilangan hubungan dengan Tuhan. Orang yang memegahkan diri, tidak akan menyadari dan mengakui bahwa dia tidak membutuhkan Tuhan dan tidak akan mau mengakui kelemahan dan kekurangan dirinya. Sebagaimana yang diungkapkan dalam pembacaan yang pertama, Hosea 14:1-3, keselamatan bangsa Israel sangat tergantung dari kemurahan hati Allah. Kemurahan hati Allah, di suarakan dengan panggilan untuk bertobat dan kata itu dituliskan sebanya 2 kali. Kata “bertobat’, dalam bahasa Ibrani “shuv”, yang berarti bertobat, kembali dan berbalik. Konteks bangsa Israel saat itu jauh dari prilaku kehidupan bangsa pilihan. Kemakmuran dan kekayaan yang mereka miliki pada saat itu membuat mereka hidup dalam prilaku moral yang buruk bahkan busuk (9:9). Dan kondisi itu membuat Allah berencana mendatangkan hukuman bagi mereka yang tidak bertobat. Apakah bangsa Israel langsung merespon peringatan itu dengan berbalik dan bertobat? Dikatakan bahwa Hosea, menyerukan pertobatan kepada bangsa Israel 30 tahun lamanya. Mereka terus melakukan dosa dan tidak berbalik kepada Tuhan. Tapi Hosea tetap memiliki harapan bahwa suatu hari nanti bangsa Israel akan kembali kepada Allah dan menerima kasihNya. Dan memang di Hosea 14: 4-7, dikisahkan bahwa Tuhan akan memulihkan bangsa Israel dan membawa mereka kembali ke tanah air. Hal yang sama juga dituliskan dalam kitab Sakaria yang menjadi invocation kita minggu ini. Kitab Sakaria ditulis ketika bangsa Israel sedang dalam proses pembangunan kembali Bait Suci di Yerusalem setelah kembali dari pembuangan di Babel. Nabi Sakaria di panggil oleh Tuhan untuk memberikan pesan kepada bangsa Israel tentang pentingnya membangun kembali Bait suci dan memulihkan hubungan mereka dengan Tuhan. Dan Tuhan berjanji untuk kembali ke Yerusalem dengan kasih sayang dan membangun kembali rumahNya di tenga-tengah kota itu.

III. APLIKASI/PENUTUP

Dari ketiga teks ini, terlihat bahwa kasih karunia Allah/kemurahan Allah juga sangat dekat dengan nilai-nilai panggilan pertobatan. Minggu Passion III, mengajak kita kembali mengingat kemuarahan hati Tuhan yang telah Dia nyatakan dalam diri Yesus yang berkorban, berjuang dan bertahan dalam penderitaan untuk memulihkan, menyelamatkan dan memberikan kita kehidupan. Kasih Allah yang tak terbatas itu hendaknya cukuplah menjadi bukti bahwa kita juga hendaknya bersedia membuka diri pada panggilan pertobatan. Hidup dalam pertobatan menjadi manusia yang baru, dan bertahan dalam segala kondisi bukan hal yang mudah. Ada beberapa ciri orang yang mau hidup dalam kasih dan kemurahan Allah adalah mengakui ketergantungannya kepada Tuhan, mengucap syukur dalam segala hal, hidup dalam ketaatan terhadap perintah Allah, dan hati yang terus mau diperbaharui. Dengan demikian maka orang yang menerima kasih dan kemurahan Allah akan memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan dan juga dapat menjadi saksi tentang kasih dan kemurahan bagi orang lain.

Pdt. Sripinta br Ginting-Runggun Cisalak

MINGGU 09 MARET 2025, KHOTBAH LUKAS 17:11-19

Invocatio  :

“Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepadaKu, maka Aku akan mendengarkan kamu.”

Bacaan :

Mazmur 22:1-12 (responsoria)

Khotbah   :

Lukas 17:11-19 (Tunggal)

Tema  :

MEMANGGIL YESUS UNTUK MEMINTA PERTOLONGAN

 

1. Pengantar

Minggu ini kita memasuki masa minggu Passion II yang dinamakan minggu Invocavit yang artinya berserulah kepadaKu. Kata berseru dalam bahasa Ibrani adalah Qara yang artinya memanggil, berteriak, menjerit dan dalam bahasa Yunani istilah ini Kaleo yang artinya memanggil nama seseorang. Minggu Invocavit diambil dari Mazmur 91:15 a. Invocavit sendiri adalah minggu introit menuju masa penderitaan. Sesuai namanya Invo adalah panggilan dan Cavit adalah ketentuan atau pernyataan. Pada minggu ini kita mengenang akan firman Allah yang terus menyerukan kebaikan dan janji Allah kepada manusia. Sebagaimana dalam minggu ini kita disegarkan kembali akan arti ketaatan akan iman kita kepada Kristus dalam segenap hidup yang kita jalani. Bagaimana kita menampakkan iman dalam tindakan dalam doa dan rasa syukur akan pertolongan Tuhan.

2. Penjelasan Teks

Khotbah: Lukas 17:11-19

Dalam nats ini kita membaca mengenai kesembuhan sepuluh orang kusta, yang kita tidak temukan dalam kitab Injil lainnya. Kusta merupakan penyakit yang dianggap orang Yahudi sebagai hukuman atas dosa, dan penyakit ini dianggap sebagai tanda ketidak senangan Allah. Sementara menurut Medis Modern Penyakit Kusta / Lepra atau Morbus Hansen adalah penyakit infeksi bakteri kronis yang menyerang jaringan kulit, saraf tepi, dan saluran pernapasan. Penyakit Kusta merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh infeksi Mycobakterium leprae. (Maulita Ferdiandana Yunar, AMK - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten , Artikel Kemenkes ,mengenal penyakit kusta, Senin, 07 Agustus 2023). Memang kita tidak sedang menggali soal asal usul penyakit ini baik menurut pandangan Yahudi atau dunia medis saat ini. Tetapi pemahaman orang Yahudi memandang penyakit kusta menjembatani kehadiran Yesus untuk menghapus dosa dan melenyapkan murka, dan hal ini ditunjukkanNya bagaimana kepdulianNya untuk mentahirkan orang kusta yang ditemui dalam perjalananNya ke Yerusalem menyusur perbatasan Samaria dan Galilea.

Di dalam narasi ini kita memperhatikan, permintaan orang-orang kusta itu kepada Yesus. Dalam nats ini ada sepuluh orang kusta. Meskipun status mereka dikucilkan dari pergaulan orang lain, mereka tetap leluasa bergaul dengan sesame penderita kusta lainnya. Dan hal itu menghibur mereka sebab dengan begitu mereka memiliki kesempatan untuk saling berbagi dan saling menguatkan. Seperti yang saya utarakan di atas bahwa Yesus sedang melakukan perjalanan ke Yerusalem meyusur ke perbatasan Samaria dan Galilea ketika memasuki suatu desa, dalam narasi nats ini tidaklah disebutkan apa nama desa itu. Tetapi kita perhatikan mereka (kesepuluh orang kusta itu) menemui Yesus. Mereka tinggal berdiri agak jauh, sebab mereka tahu bahwa berdasarkan hukum Taurat, penyakit ini mengharuskan mereka menjaga jarak. Mereka bersepakat meminta satu hal, dan benar-benar gigih memohonkannya (ayat 13). Mereka berteriak, sebab mereka agak jauh, dan berseru, “Yesus, Guru, kasihanilah kami!” orang-orang yang mengharapkan bantuan dari Yesus harus memandangNya sebagai Guru dan taat terhadap perintahNya. Jika Dia adalah Guru, maka itu berarti bahwa Ia juga adalah sang juruslamat. Mereka tidak secara khusus meminta supaya disembuhkan dari penyakit kusta, melainkan memohon belas kasihan Yesus. Kemungkinan sebelumnya mereka telah mendengar tentang Yesus dan itulah yang meneguhkan mereka untuk meminta pertolongan dariNya.

Aneh memang mengapa Yesus tidak langsung mentahirkan ataupun menyembuhkan penyakit mereka, tetapi mengirim mereka kepada imam, supaya diperiksa oleh imam, yang merupakan pengadil dalam hal penyakit kusta. Yesus tidak mengatakan kepada mereka pasti mereka akan sembuh. Ia hanya menyuruh mereka untuk memperlihatkan diri kepada imam-imam (ayat 14). Hal itu merupakan ujian bagi ketaatan mereka. Dalam hal ini kita juga pernah membaca dalam Perjanjian Lama bagaimana Naaman yang disuruh nabi Elisa pergi mandi dalam sungai Yordan (lih.2 Raja.5). Di sini kita dapat memperhatikan, orang-orang yang mengharapkan kebaikan Yesus haruslah bersedia mendapatkanya dengan cara yang telah ditentukan.

Beberapa dari orang kusta ini mungkin saja ingin membantah suruhan itu, tetapi karena sisanya setuju, maka akhirnya mereka semua pergi menghadap imam. Oleh karena hokum tata cara masih berlaku, Yesuspun berhati-hati menjaga hokum tersebut supaya dijalankan dan supaya nama baik hukum itu tetap dijaga. Ia juga ingin menjaga agar penghormatan yang selayaknya tetap diberikan kepada para imam yang menjalankan tugas mereka sesuai dengan hukum itu. Akan tetapi , mungkin juga Ia memiliki rencana lain, supaya imam itu bias menilai dan menyaksikan kesempurnaan kesembuhan tersebut, dan supaya imam menjadi tergugah, dan menggugah rekan-rekan imamnya untuk mencari tahu mengenai pribadi yang memiliki kuasa sebegitu dasyat atas penyakit-penyakit tubuh.

Dan sementara mereka ditengah jalan mereka menjadi tahir, sehingga mereka layak untuk diperiksa oleh sang imam dan disahkan olehnya bahwa mereka telah menjadi tahir. Perhatikanlah, kita barulah dapat berharap Allah akan menyongsong kita dengan belas kasihanNya bila kita didapati sedang menjalankan tugas kita. Jika kita melakukan apa yang kita bias, Allah tidak akan segan-segan turun tangan untuk melakukan apa yang kita tidak mampu lakukan. Kalimat pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam, merupakan ungkapan yang menyatakan pergilah dan ungkapkanlah perkaramu di hadapan hamba Allah yang setia. Segala sarana itu tidaklah dengan sendirinya punya kekuatan untuk memulihkan kita, tetapi Allah sendirilah yang akan memulihkan kita melalui sarana-sarana tersebut. Di dalam ayat 15, kita melihat ada seorang yang kembali untuk mengucap syukur ketika melihat bahwa ia telah sembuh, dan tidak lantas terus pergi menemui sang imam untuk dinyatakan tahir olehnya dan dibebaskan dari segala pengucilan yang sebelumya telah mengungkungnya seperti yang hendak dilakukan oleh Sembilan orang lainnya, melainkan kembali kepada Dia yang merupakan sumber dari kesembuhannya itu. Ia ingin memberikan kemulian kepadaNya terlebih dahulu, sebelum ia mengengecap kebaikanNya. Kelihatannya dia begitu tulus dan bersungguh-sungguh dalam pengucapan syukur itu. Ia memuliakan Allah dengan suara nyaring, mengakui bahwa kesembuhan itu dari Dia. Ia lalu tersungkur di depan kami Yesus, dalam sikap hormat yang menunjukkan kerendahan hati yang paling dalam, dan mengucap syukur kepadaNya. Yesus memperhatikan orang itu, sepertinya dia adalah seorang Samaria, sementara yang lain adalah orang Yahudi (ayat 16). Orang-orang Samaria terpisah dari jemaat Yahudi dan tidak memiliki pengetahuan dan ibadah penyembahan yang murni tehadap Allah seperti yang dimiliki oelh orang-orang Yahudi., tetapi justru orang Samarialah yang memuliakan Allah (ayat 17-18).

Bacaan : Mazmur 22:1-12

Mazmur ini adalah bagian doa Daud, kali ini kita berhadapan pemazmur yang menjerit kepada Allah karena penderitaanya. Alasan mengapa menderita diungkapkan dalam rangkaian mazmur ini. Dalam hal ini, dia merasa bahwa ia ditinggalkan Allah dengan alas an yang tidak diketahui (ayat 2). Hidupnya sekarang dalam ketegangan antara percaya atau tidak percaya kepada Allah. Ia berseru kepada Allah, namun Allah tetap jauh dan tidak menjawab, seakan-akan menolah dan membuang dia (bnd. 27:9 dan 71:9). Apakah ia menjadi putus asa? Tentu tidak, dia tetap percaya bahwa Tuhan memberi kekuatan dan pengharapan kepadanya. Di butuhkan perjuangan iman untuk tetap menyakini Allah dan menyerahkan segala penderitaannya kepada Allah. Dan dalam bacaan ini kita dapat belajar kalau pe mazmur memilih mengambil jalan iman, meskipun jalan ini penuh tantangan, kekecewaan, dan ketegangan. Pemazmur memilih jalan tetap percaya bahwa Allah tetap setia kepadanya.

Invoatio: Jeremia 29:12

Jeremia 29:12 berisikan tentang janji Allah kepada bangsa Israel setelah masa 70 tahun di dalam pembuangan Babilonia Dia akan membawa kembali bangsa ini ke Yerusalem. Hukuman yang diberikan kepada bangsa ini tidaklah menunjukkan Tuhan menolak pilihanNya, tetapi justru menunjukkan belas kasih Tuhan kepada bangsaNya.(bnd. Jeremia 29:11).

Benang merah Khotbah, Bacaan dan Invocatio: manusia sering kali diperhadapkan kepada pergumulan hidup yang membuat dirinya jatuh ke dalam kesengsaraan. Tetapi melalui ketiga nats di atas kita diingatkan bahwa siapun yang berseru meminta pertolongan kepadaNya tentu akan didengarNya. Dan setiap umatNya harus mengucap syukur atas pertolonganNya.

3. Penutup

Tema minggu ini: Memanggil dan meminta pertolongan kepada Yesus, tema ini mengingatkan orang yang benar-benar telah diselamatkan pasti menunjukkan kepekaan akan hal-hal rohani. Salah satunya adalah kepekaan akan anugerah yang sudah terjadi dalam hidupnya. Hidupnya akan penuh dengan ucapan syukur. Kesaksian-kesaksiannya bukan berpusatkan kepada dirinya sendiri dan apa yang sudah terjadi pada dirinya, tetapi kepada Allah dan apa yang Allah lakukan atas dirinya. Ketika masalah atau penyakit datang menimpa, biasanya kita langsung dating kepada Tuhan, saat seperti itu kita tak henti-hentinya berdoa, kita berharap agar Tuhan melepaskan beban itu dan menyediakan jalan keluarnya. Tapi setelah masala kita terselesaikan, bagaimana respon kita terhadap Tuhan yang memberkati dan menolong kita? Apakah kita mengucap syukur dan dating kepada Nya sama seperti seorang Samaria itu.

Mengucap syukur dan berterimakasih ketika orang lain memberikan sesuatu pada kita merupakan pelajaran etika yang pertama diberikan orang tua kita. Berterimaksih memang etika umum yang berlaku di mana saja. Itulah pelajaran yang penting yang Yesus ingin ajarkan melalui khotbah Minggu ini. beberapa penekanan dalam suplemen khotbah minggu ini:

  1. Tuhan mengerti dan mendengarkan setiap orang yang berseru memanggil dan meminta pertolongan kepadaNya di dalam iman. (bnd. Matius 7:7, 11:28).
  2. Janganlah mengandalkan Tuhan saat kita dalam situasi buruk saja, marilah kita dating bersyukur senantiasa kepadaNya dalam segala kondisi, seperti salah satu orang dari kesepuluh orang kusta itu.
  3. Orang yang telah mengalami sentuhan anugerah Tuhan hidupnya harus penuh dengan pengucapan syukur.

Pdt. Walder Mazmur Ginting-Runggun Karawang

MINGGU 02 MARET 2025, KHOTBAH YESAYA 32:1-8

Invocatio :

“Kalak si erkemalangen man Tuhan teneng geluhna janah keluargana pe dat kecion” (Kua. 14:26)

Ogen :

Lukas 13:31-35

Khotbah :

Yesaya 32: 1-8

Tema :

Raja Si Bujur Ingan Cicio

 

 

Pengantar

Manusia selalu membutuhkan pengharapan mesianik, bahwa kelak akan datang seseorang yagn membawa kebebasan, keadilan, dan kebenaran yang sejati. Orang di Jawa terbiasa dengan konsep Ratu Adil, misalnya. Kebutuhan ini biasanya muncul kala kehidupan amat mengecewakan. Di situ muncullah pengharapan tentang masa depan yang lebih baik. Ini bukan sekadar soal psiko-sosiologis, tetapi juga masalah iman. 
Yesaya 32 adalah bagian kitab Yesaya yang ditulis sebelum Kerajaan Yehuda ditaklukkan dan orang-orangnya dibuang ke Babel. Isinya kebanyakan tentang peringatan: bila hidup umat tidak berubah, akan datang penghukuman. Ada masalah dalam kehidupan umat sehingga mereka diperingatkan, namun sekaligus memiliki harapan pada masa depan, tentang situasi ketika “yang buta melihat, yang tuli menyimak, yang terburu nafsu menjadi bijak”. Di masa itu kontradiksi antara yang murtad dan yang berbudi luhur akan jelas baik dalam rancangan maupun tindakan (ay. 3). Inilah pengharapan mesianik Yesaya.  Bagi kita, pengharapan mesianik itu telah terpenuhi dalam diri dan karya Yesus Kristus, sang Raja yang Adil dan Benar. Masalahnya, apakah kita yang beriman kepada-Nya telah juga menjadi adil dan benar dalam rancangan dan tindakan?

 ISI YESAYA 32: 1-8

Kerajaan Yehuda yang pernah mengalami masa kejayaan di masa raja-raja Dinasti Daud kini sedang menjelang masa senja. Nabi Yesaya berhadapan dengan rezim Ahas yang sangat korup dalam menjalankan pemerintahannya. Rezim Ahas yang korup itu akan segera menuai bencana Inilah yang menjadi latarbelakangi harapan-harapan Yesaya mengenai raja mesianis yang akan menghadirkan zaman baru, yakni zaman keadilan dan kebenaran, zaman perdamaian, zaman pengenalan dan takut akan Tuhan. Harapan dan gambaran seperti inilah yang ada pada umat Israel. Mereka sudah banyak mengenal raja dengan berbagai latar belakang dan gaya kepemimpinan yang berbeda, akan tetapi hampir semua raja tersebut belum bertindak adil dan benar (bdk. Yes. 1:21-23). Ay.1 dan 2 menunjukkan adanya pengharapan akan kehadiran seorang raja yang karakternya dan pemerintahnya memiliki prinsip moral yang sehat (kebenaran) bersekutu dengan praktek moral yang sehat (keadilan) juga. Dengan ini menunjukkan adanya suatu pemerintahan yang bersih, adil, dan benar, karena semua yang terkait di dalamnya akan mengabdikan diri kepada kebenaran dan keadilan tanpa mengutamakan kepetingan pribadi atau golongan. Semua ini menggambarkan peran positif dalam kepemimpinan dan tatanan sosial di bawah pemerintahan Tuhan sebagai Raja yanga benar dan adil. Peran ini menawarkan perlindungan untuk yang tak berdaya, bukan kekuasaan berdasarkan kekerasan yang mematikan bagi yang lemah. Gambaran ini juga sebagai kritik yang keras kepada “para pemimpin” Yehuda dan Yerusalem yang seringkali menyeleweng dan menindas rakyat demi kepentingan diri sendiri,

Ay. 3-4 berbicara tentang pembaharuan mental dan spiritual yang terjadi dalam pemerintahan Yang Adil dan Benar. Pemimpin sejati tidak akan memungkinkan transformasi spiritual di mana yang mengalami kekurangan seperti kebutaan, tuli, dan gagap disingkirkan. Pemerintahan yang seperti itu akan membawa transformasi yang besar dimana mata dan telinga mereka akan berfungsi sebagaimana mestinya dan peka terhadap kebenaran dan keadilan. Mereka tidak akan mengeraskan hati terhadap Tuhan. Ini sangat kontras ketika teguran disampaikan kepada Yehuda atas sikap pemberontakkan dan rencana politis yang terselubung dan mengandalkan Mesir untuk bantuan militer sera menolak teguran Allah melalui nabi-nabinya (bdk.ay.10-11). Mereka tidak mencari Tuhan sebagai perisai yang sejati dan lebih memilih pada kekuatan militer bangsa Mesir dan mengadakan persekutuan dengannya. Dalam perubahan yang terjadi ada ketaatan kepada jalan Tuhan serta mampu membedakan antara yang baik dan yang jahat (5:18–23).

Ay. 5-8 mendeskripsikan sesuatu yang kontras dengan yang duraikan pada ayat sebelumnya. Dalam masyarakat pada konteks Yesaya, yang berhasil mendapatkan kekuasaan akan diperlakukan sebagai orang yang hebat, terlepas dari karakter mereka yang sebenarnya, karena banyak orang yang takut akan kekuasaan. Bebal/bodoh adalah salah satu kata negatif terkuat dalam PL karena kata itu menggambarkan orang yang secara sadar menolak jalan-jalan Tuhan, yang merupakan jalan menuju kehidupan. Dalam pemerintahan yang lalim, orang “bebal” dan “penipu” dengan cara-cara yang jahat dan tidak jujur, dapat memperkaya diri sendiri atau merebut kedudukkan yang tinggi dan terpandang oleh masyarakat. Mereka berlagak seperti orang budiman, dermawan, berbudi luhur dan terhormat. Hal yang demikian tidak lagi dapat terjadi dalam pemerintahan yang adil dan benar, karena keadilan dan kebenaran akan membuka kedok meraka

OGEN : LUKAS 13: 31-35

Perjalanan Yesus mewartakan Injil Kerajaan Allah tidak hanya direspon dengan mereka yang menerima dengan sukacita, namun dihadapkan pula dengan penolakan dari beberapa kalangan. Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Yahudi kerap kali tampil untuk menolak pengajaran yang Yesus lakukan. sekilas apabila kita membaca bagian ini, seolah-olah apa yang dilakukan oleh orang-orang Farisi adalah karena mereka peduli kepada Yesus. Namun apa yang dilakukan oleh orang-orang Farisi sesungguhnya adalah dalam rangka menghentikan pengajaran yang dilakukan oleh Yesus. Mereka menakut-nakuti Yesus dengan mengatakan bahwa Herodes akan membunuh-Nya apabila ia tetap berada di Yerusalem. Namun tipu muslihat dari orang-orang Farisi tidak membuat Yesus takut dan gentar. Justru Yesus menggunakan informasi ancaman yang disampaikan oleh orang-orang Farisi itu sebagai kesempatan untuk menjelaskan maksud kedatangan-Nya di dunia ini. Kematian-Nya adalah bagian dari rencana Allah dan tidak memiliki kaitan apapun dengan rencana Herodes untuk membunuh-Nya. Dalam pandangan Yesus, sosok Herodes dipandang sebagai “serigala.” Pelayanan Yesus sebelum Ia wafat dinyatakan, yaitu: “Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai.” Makna kata “pada hari ini dan besok” menurut Scott Shauf dalam Commentary on Luke 13:31-35 menegaskan bahwa Herodes tidak memiliki kuasa apapun terhadap diri Yesus. Sebab Yesus sendiri yang menentukan “saat-Nya” kapan Ia memenuhi rencana Allah melalui kematian-Nya dan kapan Ia akan bangkit. Jadi Injil Lukas yang menegaskan dengan pernyataan Yesus yaitu: “pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai” merupakan waktu yang diagendakan Allah dalam hidup-Nya. Perhatikanlah perkataan Yesus, yaitu: “dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai” menunjuk pada kedaulatan Yesus dalam menentukan tugas dan misi hidup-Nya sampai selesai.

Invocatio amsal 14:26

Kalimat "takut akan Tuhan" ini seringkali terdengar, baik dalam ungkapan doa pribadi, nasehat-nasehat melalui kotbah, maupun harapan terhadap orang-orang yang sangat kita kasihi. Namun ternyata tidak semua telah memahami makna kalimat ini dengan benar. Takut akan Tuhan bahkan kadang hanya dimaknai sebagai suatu sikap takut karena Tuhan itu bisa mendatangkan hukuman, dan ancaman balasan atas pelanggaran dan kelakuan jahat kita. Rasa takut yang demikian adalah rasa takut yang bersifat negatif, karena meski kita menjadi tunduk dan berusaha patuh padaNya namun lebih karena didasari oleh rasa takut mendapatkan hukuman. Tuhan seolah sebagai figur yang kejam, pendendam dan penghukum.Namun dalam ayat kitab Amsal ini kata takut memiliki makna yang lebih positif. Takut (Ibrani "Yirah") adalah takut yang mendasarkan pada ketaatan/kepatuhan yang disertai dengan sikap tunduk dan hormat atas keMaha Kuasaan Allah dengan segala kekudusan, kebenaran, keadilan dan kebesaranNya. Sehingga takut "yirah" inilah yang harus selalu kita tanamkan dalam diri kita. Didalam hormat dan patuh pada Tuhan, kita mengambil sikap merendahkan hati dihadapanNya, serta menundukkan diri untuk mematuhi dan mentaati perintahNya. Sikap ini lebih melahirkan ketulusan, kepasrahan, keikhlasan dibanding takut yang menimbulkan kekhawatiran, kegelisahan, bahkan mungkin keterpaksaan. bersama kita.

Refleksi

  1. Bacaan kita berbicara tentang sebuah janji pengharapan akan seorang raja yang akan datang dan memimpin dengan benar dan adil. Memang, tidak semua raja di Yehuda dan Israel adalah raja yang benar dan adil. Namun Tuhan juga menjanjikan akan seorang raja yang diperkenan oleh-Nya. Bagaimana raja yang adil dan benar itu akan memimpin? Dia akan menjadi raja yang melindungi mereka yang benar dan merancang apa yang baik dan luhur. Dikatakan dalam rman Tuhan, bahwa pemerintahannya akan seperti tempat perteduhan tehadap angin, dan tempat perlindungan terhadap angin ribut. Kepemimpinannya akan mendatangkan jalan keluar dari permasalahan, seperti aliran air di tanah kering dan naungan batu di tanah tandus. Kepemimpinannya akan menegakkan kebenaran, sehingga orang-orang bebal tidak akan lagi dibenarkan. Kepemimpinannya akan selalu menginginkan dan mewujudkan apa yang luhur bagi bangsanya. Sebuah pemerintahan yang bukan sekadar mewujudkan apa yang benar dan baik, tetapi sebenarnya mencerminkan pemerintahan Allah atas umatNya. Seorang raja yang dipilih Tuhan seharusnya mewujudkan panggilan tersebut dalam hidupnya. Janji Mesianik berujung kepada Kristus dan pemerintahan-Nya, bahwa Dia adalah Raja yang adil dan benar itu, dan pemerintahan-Nya atas umat-Nya adalah penggenapan seperti yang dinyatakan di dalam rman Tuhan. Kristus akan memimpin hidup umat-Nya dengan benar dan adil, merancangkan hal yang luhur dan baik bagi hidup mereka. Dia tidak akan tutup mata terhadap mereka yang bebal dan memutar balik kebenaran. Sehingga umat-Nya tidak perlu kuatir untuk memberikan dirinya di bawah pemerintahan-Nya. Itulah artinya menjadikan Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita, yaitu kita menyerahkan diri menerima karya penebusan- Nya atas dosa kita, dan memberi diri tunduk dan taat atas pemerintahan- Nya bagi hidup kita. Kiranya Tuhan menolong kita untuk senantiasa hidup mengikut Kristus dalam ketaatan kepada-Nya yang adalah Raja atas hidup kita sampai penggenapannya nanti.
  2. Kondisi adanya seorang raja yang memerintah menurut kebenaran dan pemimpin-pemimpin yang memimpin menurut keadilan (32:1) merupakan pengharapan umat Allah yang saat ini belum terwujud. Belum ada seorang raja pun yang pernah memimpin secara benar dan adil. Betapapun benar dan adilnya, semua raja yang pernah memerintah dunia ini pastilah tidak ada yang sempurna. Satu-satunya raja yang benar dan adil secara mutlak hanyalah Tuhan Yesus Kristus. Akan tetapi, saat ini pemerintahan Tuhan Yesus masih samar-samar dan baru akan terwujud secara utuh saat Tuhan Yesus datang kedua kali.
  3. Dalam menanti masa itu maka penting sekali bagi orang percaya untuk menjauhi gaya hidup orang bebal dan penipu yang diuraikan dalam 32:5-8, serta tidak terlena dalam kenyamanan yang membuat kita tidak menyadari akan bencana yang akan datang (32:9-14). Tuhan rindu agar kita kembali kepada kebenaran. Apabila kita kerap mengabaikan atau melupakan prinsip firman Tuhan, mari kembalilah kepada-Nya. Jangan menjauh dari kebenaran Tuhan. Jangan biarkan diri kita dikuasai kehendak dunia ini. Cepatlah sadarkan diri. Ingat kembali ajaran dan nasihat Tuhan. Percayalah, kebenaran Tuhan akan menumbuhkan damai sejahtera, ketenangan, dan ketenteraman jiwa kita. Gaya hidup kita akan sangat dipengaruhi oleh relasi kita dengan Tuhan. Relasi yang sehat dengan Tuhan akan membuat kita memikirkan, merencanakan, dan melakukan hal-hal yang membawa kebaikan bagi orang lain.
  4. Memasuki minggu -minggu passionn, Kita diajak untuk merenungkan bgaimana Yesus memberi diri-Nya menjadi korban untuk menyelamatkan umat manusia. Berbeda dengan penguasa dunia yang dengan mudah mengorbankan orang lain untuk ‘menyelamatkan’ dirinya. Tuhan kita penuh kelemah lembutan, sesuatu yang bertolak belakang dengan keangkuhan manusia. Raja atau penguasa dunia dan para pengagumnya menghendaki ‘wibawa’ untuk kekerasan  yang berlaku pada kehidupan sementara .Berbeda dengan sang Raja yang berkorban untuk keselamatan umatNya. Ia memberitakan damai sejahtera dan keadilan sehingga Kita pun diutus menjadi orang -orang yang berjuang untuk hidup dalam keadilan dan membawa kebaikan bagi sekeliling kita. Mari kita renungkan sudahkah kita bersikap adil dalam keluarga kita, kepada anak-anak kita, bahkan kepada orang yang bekerja sama dengan kita ? Kiranya kita yang telah mengalami sang Mesias, yang telah mengalami kasih dan keadilan Kristus, juga mewartakan dan menyatakan keadilan dan kebenaran bagi sesama manusia. Kiranya semakin banyak orang yang mengalami pemenuhan pengharapan mesianik ini

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD