MINGGU 16 MARET 2025, KHOTBAH EFESUS 2:1-10
Invocatio :
Sebab itu, beginilah firman Tuhan, Aku kembali lagi kepada Yerusalem dengan kasih sayang. Rumah-Ku akan didirikan pula di sana, demikian firman Tuhan semesta alam, dan tali pengukur akan direntangkan lagi di atas Yerusalem (Sak. 1:16)
Ogen :
Hosea 14:1-3 (Tunggal)
Kotbah :
Efesus 2:1-10 (Tunggal)
Tema :
Perkuah Ate Dibata La Ersibar (Kemurahan hati Allah Yang Tak Terbatas)
I. PENGANTAR
Minggu ini dinamakan minggu Reminiscere, yang artinya “Ingatlah segala RahmatMu dan kasih setiaMu ya Tuhan”, yang diambil dari masmur 25:6 (Ingatlah segala rahmatMu dan kasih setiaMu ya Tuhan, sebab semuanya itu sudah ada sejak purbakala). Dosa mengakibatkan manusia seharusnya mengalami kematian yang kekal dan manusia berusaha menolong dirinya dan keluar dari kematian yang kekal tersebut, tapi semua sia-sia. Dalam hal keselamatan, Johanes Calvin menggambarkan kehidupan manusia seperti ibarat “orang yang tak bisa berenang dan hampir tenggelam”. Hidupnya/keselamatannya hanya tergantung dari belas kasihan/kemurahan hati dari orang yang mau mengulurkan tangannya dan mengangkatnya dari air. Dan itu yang dinyatakan Yesus bagi manusia, supaya orang yang percaya beroleh keselamatan. Dan untuk menyatakan kasihNya, Yesus melalui begitu banyak penderitaan. Kalau Yesus saja bertahan demi kasihNya bagi kita, apakah kita layak juga untuk tidak bertahan dalam kasih Tuhan?
II. PEMBAHASAN TEKS
- Efesus 2:1-10
Kitab Efesus, ditulis oleh Paulus dengan tujuan mengingatkan kembali orang-orang kudus di Efesus (1:1) untuk tetap bertumbuh dalam iman, kasih, hikmat dan pernyataan Bapa yang mulia. Dia sungguh-sungguh menginginkan agar hidup mereka layak di hadapan Tuhan Yesus Kristus. Oleh karena itu, Paulus berusaha untuk menguatkan iman dan dasar rohani mereka dengan menyatakan kepenuhan maksud Allah dari penebusan “dalam Kristus” untuk gereja dan untuk setiap orang. Dan hal itu juga yang diperlihatkan dalam teks kita:
Ayat 1-3: Mengungkapkan tentang mengapa orang Kristen harus hidup menaruh belas kasihan dan kemurahan besar terhadap mereka yang masih hidup dalam pelanggaran dan dosa. Semua orang, tanpa Kristus hidupnya dikuasai oleh roh yang memperbudak mereka dalam dosa. Pikiran mereka dibutakan oleh Iblis terhadap Kebenaran Allah, sehingga mereka menuruti kehendak daging dan pikiran yang jahat. Dan Paulus mengaku bahwa, dulu mereka juga adalah bagian dari mereka yang layak menerima murka Allah.
Ay. 4-9: Tapi kemudian kondisinya berubah, hanya karena rahmat dan kasih Allah, membuat mereka mencari Allah dan berusaha melepaskan diri dari belenggu dosa oleh iman dalam Kristus yang menghidupkan, menyelamatkan dan membangkitkan kita.
Dalam PL Allah menyatakan diriNya sebagai Allah yang memberikan kasih karunia dan kemurahan kepada umatNya bukan karena mereka layak tetapi karena keinginanNya (inisiatif) sendiri untuk tinggal setia dalam perjanjian-perjanjian yang dibuat dengan Abraham, Ishak dan Yakub (Kel. 6:8).
Dalam PB, kasih karunia dan kasih Allah, hadir melalui diri Yesus Kristus yang diberikan kepada orang percaya, sambil menerima kemurahan, pengampunan dan keinginan serta kuasa untuk melakukan kehendak Allah (Yoh. 3:16, Flp. 2:13). Sehingga orang yang menyadari dia menerima kasih karunia Allah akan menyatakan imannya melalui tindakan pertobatan, yang memperlihatkan ketaatan dan pengabdian yang sepenuh hati yang terungkap dalam kepercayaan, kasih, rasa syukur dan kesetiaan. Tindakan/ sikap hidup seperti itu harus terus berkesinambungan, karena kepercayaan dan ketaatan harus semakin bertumbuh dan berkembang yang akhirnya menciptakan hubungan pribadi yang kuat kepada kasih terhadap Yesus Kristus. Iman dan kasih membawa kita pada hubungan baru dengan Allah dan membebaskan kita dari murkaNya, melalui hubungan ini, kita mati terhadap dosa dan didiami Roh Kudus (Gal.3:5).
Jadi keselamatan itu bukan karena usaha dan pekerjaan manusia (ay.9) tapi hanya karena pemberian Tuhan, karena manusia tidak akan bisa diselamatkan oleh usahanya sendiri. Tetapi sekalipun keselamatan adalah anugerah, tetapi anugerah itu hanya berlaku bagi orang-orang yang mau menerima keselamatan yang disediakan Allah yang mau datang pada panggilan pertobatan. Karena di ayat 10, dikatakan Allah menyelamatkan karena manusia adalah ciptaanNya yang sedang dipersiapkan untuk melakukan pekerjaan yang baik dan terus mau hidup di dalamNya.
Oleh sebab itu tidak ada yang patut untuk dimegahkan, sehingga kita merasa lebih dibandingkan yang lain. Karena ketika memegahkan diri maka sebenarnya disaat itu juga kita kehilangan hubungan dengan Tuhan. Orang yang memegahkan diri, tidak akan menyadari dan mengakui bahwa dia tidak membutuhkan Tuhan dan tidak akan mau mengakui kelemahan dan kekurangan dirinya. Sebagaimana yang diungkapkan dalam pembacaan yang pertama, Hosea 14:1-3, keselamatan bangsa Israel sangat tergantung dari kemurahan hati Allah. Kemurahan hati Allah, di suarakan dengan panggilan untuk bertobat dan kata itu dituliskan sebanya 2 kali. Kata “bertobat’, dalam bahasa Ibrani “shuv”, yang berarti bertobat, kembali dan berbalik. Konteks bangsa Israel saat itu jauh dari prilaku kehidupan bangsa pilihan. Kemakmuran dan kekayaan yang mereka miliki pada saat itu membuat mereka hidup dalam prilaku moral yang buruk bahkan busuk (9:9). Dan kondisi itu membuat Allah berencana mendatangkan hukuman bagi mereka yang tidak bertobat. Apakah bangsa Israel langsung merespon peringatan itu dengan berbalik dan bertobat? Dikatakan bahwa Hosea, menyerukan pertobatan kepada bangsa Israel 30 tahun lamanya. Mereka terus melakukan dosa dan tidak berbalik kepada Tuhan. Tapi Hosea tetap memiliki harapan bahwa suatu hari nanti bangsa Israel akan kembali kepada Allah dan menerima kasihNya. Dan memang di Hosea 14: 4-7, dikisahkan bahwa Tuhan akan memulihkan bangsa Israel dan membawa mereka kembali ke tanah air. Hal yang sama juga dituliskan dalam kitab Sakaria yang menjadi invocation kita minggu ini. Kitab Sakaria ditulis ketika bangsa Israel sedang dalam proses pembangunan kembali Bait Suci di Yerusalem setelah kembali dari pembuangan di Babel. Nabi Sakaria di panggil oleh Tuhan untuk memberikan pesan kepada bangsa Israel tentang pentingnya membangun kembali Bait suci dan memulihkan hubungan mereka dengan Tuhan. Dan Tuhan berjanji untuk kembali ke Yerusalem dengan kasih sayang dan membangun kembali rumahNya di tenga-tengah kota itu.
III. APLIKASI/PENUTUP
Dari ketiga teks ini, terlihat bahwa kasih karunia Allah/kemurahan Allah juga sangat dekat dengan nilai-nilai panggilan pertobatan. Minggu Passion III, mengajak kita kembali mengingat kemuarahan hati Tuhan yang telah Dia nyatakan dalam diri Yesus yang berkorban, berjuang dan bertahan dalam penderitaan untuk memulihkan, menyelamatkan dan memberikan kita kehidupan. Kasih Allah yang tak terbatas itu hendaknya cukuplah menjadi bukti bahwa kita juga hendaknya bersedia membuka diri pada panggilan pertobatan. Hidup dalam pertobatan menjadi manusia yang baru, dan bertahan dalam segala kondisi bukan hal yang mudah. Ada beberapa ciri orang yang mau hidup dalam kasih dan kemurahan Allah adalah mengakui ketergantungannya kepada Tuhan, mengucap syukur dalam segala hal, hidup dalam ketaatan terhadap perintah Allah, dan hati yang terus mau diperbaharui. Dengan demikian maka orang yang menerima kasih dan kemurahan Allah akan memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan dan juga dapat menjadi saksi tentang kasih dan kemurahan bagi orang lain.
Pdt. Sripinta br Ginting-Runggun Cisalak