MINGGU 03 AGUSTUS 2025, MATIUS 18:1-5 (MINGGU KAKR)

Invocatio :

“Mahkota orang-orang tua adalah anak cucu dan kehormatan anak-anak ialah nenek moyang mereka (Ams.17:6)

Ogen  :

Kejadin 22:13-19 (Tunggal)

Tema :

Menyambut Anak-Anak Di Dalam Nama Tuhan

 

I. Pendahuluan

Anak merupakan buah hati setiap keluarga. Oleh karena itu kehadiran anak ditengah keluarga merupakan satu kebahagian bagi setiap orangtua. Tetapi tidak semua anak mendapat kebahagian di lingkungan dimana mereka tinggal. Bila kita melihat ada anak-anak yang “broken home” di dalam rumah tangga dan bahkan ada anak-anak yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Gereja wajib mengembalikan posisi anak dari marginal (terpinggirkan) ke posisi yang seharusnya.

Keberpihakan terhadap anak adalah tangung jawab keluarga, gereja dan pemerintah. Keluarga adalah unit dasar dalam masyarakat, sementara gereja adalah tempat dimana anak mendapat dukungan rohani dan pembentukan karakter. Tiga entitas ini, memiliki peran yang saling terkait dalam membentuk anak dan mempengaruhi perkembangan masyarakat secara keseluruhan. Tentunya sehubungan dengan tema “sambutlah anak-anak dalam nama Tuhan”, yang menuntun perenungan firman dalam khotbah ini.

II. Isi

Tema ini diambil dari bagian ay.5. Tema ini merupakan kalimat perintah yang dikatakan Yesus untuk para muridNya ketika mereka mempertanyakan perihal siapa yang terbesar dalam kerajaan Sorga. Kata sambutlah di sini, jika kita melihat pengertiannya dalam bahasa asli Yunani δέχομαι, baca : dekh'om-ahe (baca dekomai) yang artinya menerima anak-anak dalam teks asli Yunani (παιδίον, baca Paidion) yang artinya anak kecil/children. Apa maksud perkataan Yesus ini? Anak-anak golongan lemah dibandingkan orang dewasa. Anak-anak pasti membutuhkan pertolongan dan bergantung pada orang lain. Kalau orang dewasa cendrung sudah berdiri sendiri tidak bergantung pada orang lain.

  1. Siapakah yang Terbesar? Pertanyaan yang diajukan para murid Yesus bukanlah pertanyaan baru. Dalam masyarakat, status, kekuasaan, dan prestasi sering kali menjadi ukuran kesuksesan. Namun, Yesus mengalihkan fokus dari ukuran dunia ini menjadi sebuah pengajaran yang mendasar tentang kerendahan hati. Ia memanggil seorang anak kecil, simbol dari ketidakberdayaan dan kesederhanaan, untuk menegaskan bahwa dalam Kerajaan Surga, ukuran terbesar adalah mereka yang merendahkan diri.
  2. Pentingnya Pertobatan dan Kerendahan hati pertobatan yang Yesus maksudkan bukanlah sekadar pengakuan atas dosa, tetapi juga sebuah perubahan sikap hati. Menjadi seperti anak kecil berarti melepaskan ego dan ambisi pribadi yang sering menghalangi kita untuk menerima kasih karunia Tuhan. Ini adalah ajakan untuk menyederhanakan hidup kita, menjauh dari kebanggaan, dan mengedepankan sikap rendah hati.
  3. Anak Kecil dalam perspektif Alkitabiah Mengapa Yesus memilih seorang anak kecil sebagai contoh? Anak kecil mewakili ketulusan, ketergantungan, dan kepercayaan. Dalam konteks ini, anak kecil mengingatkan kita untuk kembali kepada dasar iman kita. Mereka tidak memiliki kepentingan pribadi yang kompleks; mereka datang dengan hati yang bersih, siap menerima kasih dan bimbingan. Dalam hal ini, kita diajak untuk mengevaluasi diri dan memikirkan kembali motivasi dan tujuan hidup kita.
  4. Menyambut anak kecil dan menyambut Yesus Yesus melanjutkan dengan menekankan pentingnya menjamu anak-anak kecil. Menyambut anak kecil tidak hanya berarti memberi perhatian kepada anak-anak secara fisik, tetapi juga menerima dan menghargai orang-orang yang dianggap tidak berarti dalam masyarakat. Ini berhubungan erat dengan kasih kita kepada sesama. Seringkali, kita lebih fokus pada orang-orang yang memiliki pengaruh atau kekuasaan, sedangkan Yesus mengingatkan kita bahwa setiap individu memiliki nilai yang sama di hadapan-Nya.

III. Relevansi

Dalam dunia modern yang kompetitif ini, pesan Yesus di Matius 18:1-5 memberikan tantangan yang besar. Kita hidup di tengah masyarakat yang sering kali merayakan status, kekuasaan, dan pencapaian individu. Namun, dengan mengedepankan sikap rendah hati dan ketulusan, kita dapat membawa dampak positif bagi diri kita sendiri dan orang-orang di sekeliling kita.

  1. Sikap Rendah hati di tempat Kerja: Dalam lingkungan profesional, banyak orang merasa perlu untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka, sering kali dengan cara yang dapat menimbulkan persaingan yang tidak sehat. Dengan mengedepankan kerendahan hati, kita dapat membangun hubungan yang lebih baik, menciptakan suasana kerja yang saling mendukung, dan memperkuat kerjasama tim.
  2. Dalam hubungan Pribadi: Kita sering kali terjebak dalam keinginan untuk menjadi yang terbaik di antara teman-teman atau keluarga kita. Dengan mengadopsi sikap anak kecil, kita belajar untuk menghargai keunikan setiap individu dan menerima mereka sebagaimana adanya. Hal ini dapat memperkuat hubungan dan mengurangi konflik yang tidak perlu.
  3. Menghargai Setiap Individu: Masyarakat sering kali menganggap sepele mereka yang dianggap “kecil” atau “tidak penting.” Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk menghargai setiap orang, termasuk mereka yang berada di pinggiran sosial. Menyambut dan menghargai semua orang menciptakan lingkungan di mana kasih dan dukungan bisa tumbuh.
  4. Melalui Tema, sambutlah anak-anak di dalam nama Tuhan, tentunya kita perlu kembali mengevaluasi bagaimana peranan orangtua apakah sudah membuat suasana “at home” ditengah keluarga sebab faktor kesibukan orangtua sering sekali waktu kebersamaan dengan anak sudah sangat minim di tengah keluarga.
  5. Gereja juga perlu memberi prioritas kepada program-program yang membangun iman anak-anak KAKR contohnya dengan melakukan pembinaan-pembinaan berkala bagi guru KAKR sehingga guru KAKR mendapatkan wawasan   baru dan relevan dalam memberikan pengajaran bagi anak-anak KAKR selain itu juga gereja perlu menjadi gereja yang “ramah anak” sehingga tercipta suasana damai dan sukacita bahkan anak-anak KAKR merasakan kegembiraan untuk datang ke Gereja.
  6. Melalui bacaan kita pertama kejadian 22:13-19, pengalaman Abraham sebagai bapa orang beriman, Abraham menerima janji berkat dari Tuhan karena ia percaya akan penyertaan Tuhan bahkan mau menyerahkan kehidupan anaknya kepada Tuhan, demikian juga kita sebagai orangtua hendaknya memiliki kepercayaan sepenuhnya utk menyerahkan masa depan bahkan kehidupan anak kita sepenuhnya kepada Tuhan sehingga orangtua akan menerima mahkota kebahagian dari keturunannya (bdk. Invocatio Ams 17:6).

Pdt.Natal Nael Ginting, S.Th

Rg Palangka Raya

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD