MINGGU 14 SEPTEMBER 2025, KHOTBAH KEJADIAN 39:1-6a (MINGGU PERMATA GBKP)

Invocatio  :

“yakni orang-orang muda yang tidak ada sesuatu cela, yang berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak dan yang mempunyai pengertian tentang ilmu, yakni orang-orang yang cakap untuk bekerja dalam istana raja (Dan.1:4a)”

Ogen  :

Titus 2:6-8 (Tunggal)

Tema  :

Pengarak-ngarak Tuhan Erbahanca Sangap (Penyertaan Tuhan Membawa Keberhasilan)

 

I. PENDAHULUAN

Gereja memiliki peran penting dalam Pendidikan dan pembinaan umatnya. Salah satu fungsi gereja adalah membangun Persekutuan (Koinonia) yang menjadi wadah pembelajaran bagi umat dari segala kategori usia. Di dalam gereja orang mencari jawaban dari Injil terhadap pertanyaan yang timbul oleh pengalaman hidup. Dalam pelayanan kategorial gereja terdapat kaum pemuda/pemudi yang juga merupakan bagian dari Persekutuan Gereja yang memiliki peran penting terhadap Gereja di masa depan. Dunia pun mengakui bahwa Pemuda adalah asset sebuah bangsa di masa depan, Bung Karno pernah berkata “berikan aku 1000 orang tua niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Berikan aku 1 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia” dengan kata lain “seribu orang tua bisa bermimpi, satu orang pemuda bisa mengubah dunia”. Pemuda mampu mempengaruhi dunia. Menurut KBBI Pemuda berasal dari kata “muda” artinya belum sampai setengah umur, berarti pemuda adalah manusia yang berada pada tahap belum lanjut umur. Seorang dikatakan pemuda diperkirakan mulai rentang usia 15-35 tahun yang dalam perkembangannya berada pada masa mempersiapkan diri dalam kehidupan bersama.

Permata GBKP di bentuk pada tanggal 12 September 1948 yang merupakan salah satu unit pelayanan dan satu-satunya wadah pembinaan dan kaderisasi bagi pemuda/pemudi di GBKP. Dalam Minggu Permata ini pemuda/i GBKP diingatkan kembali dalam tugas dan tanggung jawab selaku “Rudang-rudang” ibas jabu, gereja ras masyarakat. Dengan kata lain tentu diharapkan dalam proses pembentukan karakter permata GBKP mampu bertumbuh bersama dalam Tuhan menjadi generasi muda yang berintegritas dan senantiasa diperbaharui oleh Roh Kudus dalam setiap aspek kehidupannya sehingga Permata GBKP mampu menjadi terang yang membawa berkat bagi keluarga, gereja, dan masyarakat.

II. ISI

Alkitab mencatat tentang Kisah Yusuf dimulai pada pasal 37-50. dimana Yusuf adalah putra ke-11 dari Yakub, putra sulung dari Rahel, istri kesayangan Yakub.. Setelah berita tentang kelahirannya, kita menemui Yusuf kembali disaat ia berusia 17 tahun sebagai seorang gembala yang menggembalakan kawanan kambing. Saat itu Yakub ayahnya lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya; dan ia menyuruh membuat jubah yang maha indah bagi dia (Kej. 37:3). Saudara Yusuf iri terhadap Yusuf karena ayah mereka lebih menyayangi Yusuf, sehingga mereka membencinya (Kej.37:4). Kesenjangan itu diperparah ketika Yusuf mulai menyampaikan mimpinya pada keluarganya tentang penglihatan bernubuat yang menunjukkan bahwa Yusuf suatu hari akan berkuasa atas keluarganya (Kej. 37:5-11).

Kebencian terhadap Yusuf memuncak ketika saudaranya bermufakat membunuhnya. Ruben, saudara yang tertua, menolak rencana pembunuhan dan menyarankan Yusuf dilempar ke dalam sumur, karena ia berencana kembali dan menyelamatkannya. Namun, ketika Ruben sedang pergi, beberapa pedagang lewat dan Yehuda memunculkan ide menjual Yusuf ke saudagar-saudagar Midian (Orang Ismael) dengan harga 20 syikal perak, yakni 2/3 harga budak dewasa, nilainya sama dengan Rp. 8 Lalu Para saudaranya mengambil jubah Yusuf dan mencelupkannya ke dalam darah kambing untuk menipu ayahnya sehingga percaya bahwa anak kesayangannya telah diterkam mati oleh binatang buas (Kej. 37:18-35).

Kejadian 39:1-6a

Ayat 1-2

Setelah Yusuf dibawa ke Mesir sekitar tahun 1900 SM. sekitar 200 tahun setelah panggilan Abraham (Kej 12:1-3). Saudagar Midian menjual Yusuf kepada pegawai Istana Firaun yaitu Potifar kepala pengawal raja untuk menjadi pelayan (budak) di rumahnya. Ada peralihan status yang dirasakan oleh Yusuf yang dulunya adalah anak kesayangan ayahnya kini berubah menjadi seorang budak di negeri asing. Budak dalam Bahasa Ibrani (‘ebed) diartikan juga dengan “hamba” ataupun “pelayan” artinya seorang yang bekerja untuk keperluan orang lain, untuk melaksanakan kehendak orang lain. Ia pekerja, dan menjadi milik tuannya. Dalam hidup keagamaan Israel, hamba dipakai untuk menunjuk kerendahan diri seseorang di hadapan Allah (Kel.4:10; Mzm.119:17) hal demikian menunjukkan rendahnya kedudukan seseorang dan juga menyatakan tuntutan Ilahi yang mutlak terhadap seseorang dari umat yang dipilihNya dan penyerahan diri kepada Allah yang akan membela umatNya. Walaupun Yusuf sebagai hamba orang Mesir, namun kedudukan Yusuf sesungguhnya adalah sebagai Hamba TUHAN yang mana Yusuf hidup untuk mengabdi kepada TUHAN. Melakukan apa yang baik menurut TUHAN dan menjauhi segala kejahatan.

Ayat 2 : Tetapi Tuhan Menyertai Yusuf sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya; maka tinggallah ia di rumah tuannya, orang Mesir itu.

Ayat 3 : setelah dilihat oleh tuannya, bahwa TUHAN membuat berhasil segala sesuatu yang dikerjakannya

Yusuf adalah seorang yang takut akan Tuhan. Yusuf di dalam kesehariannya, diantara budak-budak yang ada di rumah potifar selalu setia dan tulus dalam melakukan pekerjaannya, ia tidak perlu dicambuk di rumah Potifar, ia senantiasa bekerja sekuat tenaga dan sepanjang hari ia selalu melakukan pekerjaan dengan penuh keceriaan (tidak bersungut-sungut). Segala pekerjaan yang dikerjakan Yusuf tidak pernah gagal. Ketika Yusuf mengerjakan taman, bunga-bunga bertumbuh subur dan indah. Ketika Yusuf mengurus ternak, seluruh ternak gemuk. Inilah bukti bahwa TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia dapat tinggal dengan tuannya dan melayaninya. Segala pekerjaan yang dilakukan oleh Yusuf sangat membuat hati Potifar terkagum sehingga tuannya memberikan kepercayaan untuk berkuasa atas rumahnya dan segala miliknya kepada Yusuf (Ayat 4). Yusuf yang bekerja dengan penuh tanggungjawab dan ketekunannya tenyata menghantarkan ia untuk naik level dalam pekerjaannya, Yusuf diangkat menjadi kepala dari semua pembantu, menjadi kepala dalam urusan rumah tangga, dan menjadi bendahara rumah tuannya Potifar. Dan akhirnya Yusuf tidak lagi melakukan pekerjaannya sebagai budak tetapi menjadi pengawas atas budak-budak. Inilah bukti Yusuf disertai oleh TUHAN (Yahwe) sehingga Sejak itulah Yusuf menjadi seorang yang sukses, segala yang dikerjakan Yusuf berhasil. Bahkan karenanya, TUHAN memberkati rumah dan segala yang dimiliki oleh orang mesir itu, sehingga di bawah kekuasaan Yusuf berkat TUHAN melimpah diatasnya (Ayat 5-6a). kesuksesan Yusuf tidak karena kemampuannya sendiri tetapi karena Kerendahan Hati Yusuf yang mau dibentuk oleh TUHAN menjadi pribadi yang lebih baik, dan TUHAN juga menjadikannya saluran berkat bagi semua bangsa, Demikian janji itu dinyatakan juga kepada Yusuf sebagai orang yang dipilihNya. TUHAN selalu menepati janjiNya terhadap hambanya yang taat kepadaNya, seperti Abraham yang cukup lama menunggu janji TUHAN (Kej. 17:7-14).

Ogen : Titus 2:6-8

Surat Paulus ditulis ketika Titus berada di Pulau Kreta (barat daya Asia kecil di Laut tengah) Paulus menugaskanTitus untuk melanjutkan pelayanannya di antara jemaat i Kreta (Tit. 1:5). Titus bukan orang Jahudi tetapi seorang yang bertobat dan menjadi rekan sekerja Paulus dalam pelayanannya. Oleh karena itu Paulus mengingatkan sekaligus ingin menugaskan agar menata apa yang ditinggalkan Paulus di Kreta, termasuk penetapan penatua. Membantu jemaat bertumbuh di dalam iman, pengetahuan akan kebenaran, dan kesalehan, serta membungkam guru-guru palsu. Khususnya dalam teks ogen kita berbicara tentang nasihat agar kiranya Titus mampu menjadi teladan dalam pelayanan kepada Tuhan. Melalui surat Paulus ini juga Titus dinasihati mengenai bagaimana seharusnya mengajar/memberi pengajaran terhadap setiap golongan orang yang menjadi anggota jemaat baik golongan laki-laki,Perempuan, yang sudah lanjut usia, golongan orang-orang muda dan golongan hamba-hamba. Titus mampu mempengaruhi jemaat dengan mencerminkan hidup yang benar dihadapan Allah. Inilah panggilan hidup yang Tuhan inginkan agar mampu menguasai diri dalam segala situasi (ay. 6-7). Titus juga mampu berusaha memakai perkataan yang baik dalam mengajar, tentunya yang berkenan di hadapan Allah. Sehingga sedikitpun tidak ada celah orang lain untuk mencari kesalahan dalam pelayanannya (ay. 8)

Invocatio : Daniel 1:4a

Kitab Daniel berisi berbagai peristiwa dari penyerbuan pertama Nebukadnezar ke Yerusalem (tahun 605 SM) hingga tahun ketika pemerintahan Koresy (tahun 536 SM), jadi latarbelakang kitab Daniel ini yaitu sejarah Babel selama 70 tahun pembuangan yang dinubuatkan nabi Yeremia (Yer 25:11). Saat itu ketika Allah memberikan kemenangan atas Yoyakim kepada Nebukadnezar. Raja Babel ini membawa beberapa perkakas rumah Allah dan juga beberapa bangsawan pilihan (ay. 1-2). Sejak kehancuran niniwe 7 tahun sebelumnya, Kerajaan Babel berkembang pesat sehingga mereka membutuhkan tenaga terpelajar dari bangsanya sendiri untuk menjalankan pemerintahan. Daniel seorang remaja pada saat itu, dan dia berasal dari anak-anak Yehuda, yang dibawa ke tawanan Babel bersama yoyakim dan berasal dari darah bangsawan, keturunan raja Hizkia (2 Raj. 20:18) tentu ia berasal dari kalangan keluarga terdidik, sehingga raja memilih pemuda-pemuda tampan, sehat, dan terpelajar tentunya tidak bercacat salah satunya Daniel dan ketiga kawannya (Hananya, Misael, dan Azarya) yang dinamai oleh pemimpin pegawai istana yaitu Sadrakh, Mesakh, dan Abednego Mereka di didik selama 3 tahun belajar tentang kebudayaan dan Bahasa Babel (ay 4, 8). Jika dilihat seterusnya maka Daniel diberikan kekuatan oleh Tuhan melalui kelebihannya tentu keberhasilan Daniel di Babel disebabkan oleh Integritas kepribadiannya, dan ia mampu melakukan nubuat-nubuat oleh karena campur tangan Tuhan.

Melalui teks Kotbah, Ogen dan Invocatio memberikan sebuah perenungan kepada jemaat Tuhan dan orang-orang muda bahwa ternyata dalam segala perjalanan hidup manusia Tuhan senantiasa menyertai. Sekalipun dalam situasi yang buruk menurut pandangan manusia tetapi Tuhan mengubahkannya sesuai dengan rencana Tuhan atas kehidupan kita. Melihat kehudupan Yusuf ternyata Tuhan ingin menaikkan derajat hidup keluarga Yakub melalui anaknya Yusuf, Tuhan memelihara hati Yusuf sehingga kebencian terhadap saudara-saudaranya sirna. Pikiran positif senantiasa membawa Yusuf melihat berkat dari Tuhan yang berlimpah bagi dirinya dan keluarganya. Titus meskipun ia masih muda Tuhan pelihara dalam tuntunanNya sehingga mampu melayani Tuhan dengan segala keterbatasannya ia tetap rendah hati mau dibimbing oleh Tuhan. Daniel juga masuk dalam pilihan orang-orang muda yang bernilai tentu hal ini juga merupakan bagian dari Rencana Tuhan yang menyertai Dia sehingga kehidupannya berhasil.  

III. APLIKASI/PENUTUP

  1. Tema dalam Minggu Permata ini adalah “Pengarak-ngarak Tuhan erbahanca sangap” Tuhan senantiasa menyertai umatNya dalam segala aspek kehidupan manusia. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan ketika kita dipilih menjadi bagian dari Anak-anak Tuhan. Proses kehidupan kita tentu jauh berbeda ketika Tuhan yang menjadi andil dalam kehidupan kita. Orang -orang muda dipakai oleh Tuhan menjadi alatNya. Maka kita sebagai Permata GBKP juga telah dipilih oleh Tuhan untuk menjadi alatNya “menjadi Rudang-rudang” kegeluhen yang mampu kuat, teguh dalam Iman dan pengharapan, tentunya tidak mudah goyah oleh keadaan zaman yang semakin berkembang. Meskipun keadaan sangat sulit dilalui oleh tantangan zaman tapi kasih Tuhan senantiasa melampaui segala zaman itulah yang membuka pikiran, hati, jiwa, raga kita anak-anak muda untuk berfikir positif memandang setiap persoalan, menjaga hati ketika ada banyak tantangan kehidupan tetap rendah hati menerima segala keadaan hidup, dan melatih jiwa, raga kita untuk terus belajar mendekatkan diri kepada Tuhan. “GOD is Number One” belajar untuk mengutamakan Tuhan dalam segala hal maka jendela keberhasilan akan Tuhan bukakan dalam kehidupan kita.
  1. Dalam perayaan HUT Kategorial Pemata GBKP ke 77 Tahun ini membawa perenungan yang dalam tentang bagaimana Hidup kita sebagai orang-orang muda mampu menjadi berkat bagi orang lain. Tentu tidak gampang menjadi berkat bagi orang lain mari kita mulai dari diri kita sendiri untuk lebih dulu berdamai dengan situasi hidup kita. Jangan-jangan selama ini kita berfikir hanya ketika hidup kita baik-baik saja kita mampu menjadi berkat. Tentu tidak. Oleh karena itu pentingnya kita belajar mendewasakan diri kita bersama Tuhan. Karena pepatah mengatakan “musuh terbesar dalam hidup ini adalah Diri Kita Sendiri” mari berjuang di dalam iman kepada Tuhan sehingga kita sudah selesai dalam memahami diri kita dan memahami kehendak Tuhan yang senantiasa memberikan kebaikan dalam kehidupan. Tetap semangat, masih ada kesempatan dan harapan yang Tuhan berikan untuk terus belajar dan bertumbuh di dalam Iman.Tuhan Yesus Memberkati. Soli Deo Gloria.

                                                                                               

Det. Melia Santaria br. Silaban

GBKP Perminggun Subang

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD