SUPLEMEN PEKAN PENATALAYANAN GBKP TAHUN 2022, WARI VII

Invocatio : “Maka Allah melihat segala yang dijadikanNya itu, sungguh amat baik”.  (Kejadian 1 : 31a)

Bacaan     : Yesaya 3 : 10 – 11

Kotbah     : Efesus 2 : 1 – 10

Tema       : Mengerjakan Pekerjaan Yang Baik

 

1. PENDAHULUAN

Kejatuhan manusia kedalam dosa disebabkan oleh ketidakpercayaan dan ketidaktaatan manusia (Adam dan Hawa) akan apa yang Allah firmankan. Mereka memilih mempercayai tipu muslihat iblis dari pada mempercayai apa yang Allah katakan. Ketidakpercayaan (keraguan) mendatangkan ketidaktaatan (pelanggaran) dan itu adalah dosa yang membawa manusia kepada kematian rohani maupun kematian jasmani, baik pada Adam dan Hawa juga keturunannya. Dosa membawa manusia kepada keterpisahan dengan Allah. Manusia kehilangan “kemuliaan Allah” dan upah dari dosa itu adalah maut. Namun Allah tidak menginginkan anak-anakNya hidup dalam dosa dan menerima hukuman kekal. Oleh karena itu Allah memberikan kasih karuniaNya dalam diri Yesus Kristus yang melayakkan manusia kembali menerima “kemuliaan Allah” dan “janji keselamatan” dari Allah (Roma 6 : 23). Bukan itu saja, dosa mengawali kerusakan ciptaan Allah yang awalnya sungguh amat baik.

2. ISI

Surat Paulus kepada jemaat Efesus mengingatkan jemaat tentang kasih karunia yang telah Allah nyatakan dalam diri Yesus Kristus bagi setiap orang percaya. Hal ini sangat penting dipahami dan dihidupi oleh jemaat Efesus ditengah perkembangan kota Efesus, dimana pada waktu itu kota ini adalah kota yang cukup besar dan terkenal, perkembangannya begitu pesat khususnya di bidang kebudayaan dan keagamaan. Salah satu perkembangan keagamaan yang paling mempengaruhi kehidupan jemaat adalah penyembahan dewi Artemis. Kuil-kuil dewi Artemis berdiri dengan megahnya. Kehadiran Paulus dan Injil yang ia kabarkan membuat ia mendapat pertentangan dari orang-orang Efesus sehingga ia harus meninggalkan kota itu (Kis. 19 :21 – 41). Dengan mengingatkan kembali tentang kasih karunia dari Allah, Paulus menghendaki agar jemaat hidup dalam iman dan pengharapan kepada Allah, tidak terpengaruh dengan budaya atau agama yang bertentangan dengan Injil serta tetap mampu hidup menunjukkan sikap dan karakter sebagai orang-orang yang telah diselamatkan oleh kasih karunia Allah.

Ada beberapa hal yang ditekankan Paulus dalam Efesus 2 : 1 – 10 yaitu :

  1. Ayat 1 – 3 : Siapa Kita Dahulu

Dosa adalah “pelanggaran terhadap hukum atau standart yang ditetapkan Allah. Kita hidup menuruti keinginan daging dan dunia. Oleh karena dosa dan pelanggaran, kita semua sudah mati. Mati dalam artian : 1). Kematian Rohani yang ditandai dengan terputusnya/ terpisahnya hubungan denga nallah; 2). Kematian Jasmani yang ditandai dengan terpisahnya tubuh dan jiwa/roh. Dan jika kita tidak berubah maka kematian kekal akan menyertainya. Kematian kekal dimana manusia akan dibuang ke neraka, yaitu tempat siksaan yang akhirnya membawa manusia jauh dari hadirat Allah untuk selama-lamanya (Mat. 10 : 28; 25 : 41; Ibrani 10 : 31; Wahyu 14 : 11; 20 : 11 – 15).

  1. Ayat 4 – 7 : Oleh Kasih Karunia Allah

Kita yang dulunya mati oleh karena dosa, kembali menerima kehidupan dalam anugerah dan kasih Allah. Kematian dan kebangkitan Kristus menjadi jaminan kehidupan dan keselamatan bagi orang percaya. Sama seperti Kristus yang mati, kita juga mati terhadap dosa dan seperti Kristus dibangkitkan, kita juga dibangkitkan sebagai manusia baru sehingga kita menerima kehidupan yang kekal dan kemuliaan Bersama dengan Kristus di Sorga (ay. 6). Dalam kasih karunia Allah dan oleh iman kepada Yesus Kristus kita diselamatkan dari dosa dan kematian kekal.

  1. Ayat 8 – 9 : Bukan Karena Hasil Usaha

Kasih Karunia adalah sesuatu yang kita terima dariAAllah bukan karena hasil usaha atau kelayakan kita untuk menerimanya. Tetapi semata-mata karena Allah begitu menyayangi kita. Allah tidak menginginkan anak-anaknya mati oleh karena dosa sehingga Allah sendiri berinisiatif untuk menyelamatkan kita dengan memberikan anakNya yang Tunggal, yaitu Yesus Kristus (Yoh. 3 : 16). Oleh karena itu tidaklah layak dan pantas jikalau ada yang memegahkan diri dalam kehidupan ini. Kita semua adalah manusia berdosa, yang berada pada titik terendah namun oleh karena kasih karunia Allah kita dilayakkanNya menerima kemuliaan.

  1. Ayat 10 : Hidup Melakukan Pekerjaan Baik

Menerima kasih karunia dengan cuma-cuma bukan berarti kita bisa hidup seenaknya, bukan berarti kita bisa terus menerus hidup dalam hawa nafsu duniawi, menuruti keinginan daging, pikiran yang Jahar dan sikap hidup yang tidak berkenan bagi Allah. Namun sebaliknya, Allah menghendaki setiap orang Kristen menyadari keberadaanNya sebagai orang yang telah diselamatkan untuk hidup dalam iman dan pengharapan kepada Allah, hidup kudus dan benar sesuai firman dan kehendakNya.

3. REFLEKSI

1. Allah telah menyatakan kasih karunianya bagi kita, oleh karena itu sudah sepantasnya dan seharusnya kita menghargai kasih karunia itu dengan hidup dalam kehendakNya. Hidup dalam kesetiaan dan ketaatan; hidup dalam kebenaran dan kekudusan; meninggalkan semua hal-hal yang tidak berkenan bagi Allah; hidup dalam Kristus (2 Kor. 5 : 17 “ Jadi siapa yang ada dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru : yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang”.)

2. Kita mau hidup sebagai orang fasik atau orang benar adalah pilihan kita. Namun orang benar akan hidup Bahagia dan menikmati hasil pekerjaannya dan orang fasik akan mendapat malapetaka dan celaka karena mereka akan diperlakukan menurut perbuatannya (Invocatio). (orang fasik = orang yang tahu kebenaran namun tidak mau hidup dalam kebenaran, tahu hal yang baik namun tidak melakukannya; orang yang tidak mau hidup dalam “aturan” Allah.

3. Orang-orang yang telah diselamatkan oleh Allah adalah milik Allah. Sebagai milikNya, Allah mempersiapkan dan menghendaki kita untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan baik dalam setiap keberadaan dan kehadiran kita (hidup bagi Allah). Kehadiran kita harus mampu menyatakan kasih karunia Allah bagi sesama kita, lingkungan dan bagi seluruh ciptaan. Kita diselamatkan bukan karena perbuatan baik, tetapi kita diselamatkan untuk melakukan perbuatan baik.

 

                                                                       Pdt. Elba Pranata Barus, S.Th

                                                                        GBKP Rg Bandung Timur

SUPLEMEN PEKAN PENATALAYANAN GBKP TAHUN 2022, WARI V

THEMA : TUTUS IBAS NGELAI

INVOCATIO : Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi (Kejadian 1:1)

BACAAN : Kejadian 41: 46-49

KHOTBAH : Matius 25:21-30

 

Syalom, jemaat Tuhan yang terkasih,
Suatu kali, ada seorang dokter muda yang diberikan kepercayaan dan kesempatan untuk membantu sebuah proses operasi. Bagi sang dokter muda, ini adalah proses operasi pertama dimana dia turut mengambil bagian di dalamnya. Ketika salah seorang dokter senior sedang bekerja dan menyelesaikan proses operasi tersebut, sang dokter muda pun angkat bicara dan melapor kepada dokter seniornya. Kepada dokter senior ia mengatakan bahwa dokter senior tersebut telah menggunakan 12 lembar kain kasa dalam operasi yang mereka kerjakan, tetapi ketika operasi hampir selesai dan kasa tersebut dihitung kembali, dokter muda itu hanya mendapati 11 lembar kain kasa saja. Dengan kasar dokter senior pun menjawab bahwa ia telah mengeluarkan semua kain kasa yang digunakan pada tubuh pasien. Sang dokter muda pun bersikeras kain kasa itu hilang satu, tetapi seniornya menjawab; ia akan melanjutkan tugasnya untuk menjahit dan menutup luka operasi pasien. Dengan mata menyala-nyala, dokter muda pun berkata: “Anda tidak boleh melakukannya, pikirkan nyawa pasien!” Mendengar perkataan dan kesungguhannya, dokter senior pun tersenyum sambil mengatakan: “Engkau telah lulus ujian.” Dokter senior pun berbicara sambil mengangkat kakinya, dan ditunjukkannya kain kasa ke-duabelas, yang dengan sengaja ia jatuhkan ke lantai. Ternyata dalam seluruh proses operasi yang mereka jalani hari itu, sang dokter senior tengah menguji sang dokter muda untuk melihat kemajuan, serta tanggung jawab baik etis dan moral sang dokter muda sebagai seorang dokter yang dapat dipercaya.

Jemaat terkasih, lewat perumpamaan tentang talenta pada Matius 25:14-30 kita juga diajak untuk melihat siapa diri kita di hadapan Tuhan; apakah kita hamba-hambaNya yang setia, rajin dan dapat dipercaya ataukah ketika IA datang IA mendapati kita menjadi hamba-hamba yang malas dan tidak bertanggungjawab. Perikop ini dibuka dengan sebuah perbandingan yang ingin menunjukkan tentang hal Kerajaan Sorga. Kerajaan Sorga dibandingkan dengan seorang tuan yang memanggil 3 orang hambanya dan mempercayakan hartanya untuk mereka kelola dalam jumlah yang berbeda sementara sang tuan pergi ke luar negeri. Talenta sendiri sebenarnya merupakan timbangan/ ukuran yang dipakai untuk menimbang sesuatu yang berharga. Dalam kisah ini 1 talenta adalah 6000 dinar; dimana 1 dinar adalah banyak upah yang diterima oleh seorang pekerja dalam satu hari. Bila kita konversikan kepada konteks kita; di Kupang misalnya upah minimal pekerja per hari adalah Rp. 67.000. Bila jumah tersebut dikalikan dengan 1 talenta berarti hasil yang didapat kurang lebih Rp. 402.000.000. Mengikuti perhitungan ini, berarti hamba yang menerima 2 talenta menggandakannya menjadi 4 talenta berarti total memiliki 1,6 miliar rupiah sementara hamba yang menerima 5 talenta dan menghasilkan 5 talenta lagi total memiliki kurang lebih 4 miliar rupiah. Dari jumlah ini kita bisa melihat besarnya “modal” yang diberikan oleh sang tuan kepada para hambanya. Sikap yang ditunjukkan para hamba itu menjadi kompas bagi kita untuk mengembangkan sikap dan nilai beriman yang Tuhan inginkan dari hidup kita. Nilai-nilai apa sajakah itu?
1. Hamba yang menerima dua talenta dan lima talenta “bersegera” melakukan tugasnya untuk mengelola talenta yang dipercayakan kepadanya tanpa menunda-nunda. Dalam kisah ini kita melihat bagaimana sang tuan tidak mempersoalkan besarnya hasil yang didapat, tetapi yang dilihatnya adalah kemauan untuk mengerjakan talenta itu. Tentu dalam mengelola talenta yang begitu besar ada banyak kendala yang ditemui,bahkan tidak menutup kemungkinan mereka bisa saja mengalami kerugian. Meski demikian mereka tetap mengerjakan bagian yang dipercayakan kepada mereka dalam kesungguhan. Dalam hal ini kita belajar bahwa dalam kesungguhan dan tidak menunda-nunda, pekerjaan dan pelayanan kita niscaya memberikan buah yang baik.
2. Sikap berikutnya adalah kebaikan. Para hamba yang mengerjakan bagiannya mendapatkan pujian hamba yang baik (agatos) dan setia (pistos). Dalam hal ini kita dapat melihat kebaikan dan kesetiaan mereka dalam cara mereka mengelola talenta yang ada pada mereka. Mereka bekerja dengan menyadari bahwa talenta itu sifatnya bukan hak milik, melainkan pemberian yang perlu mereka kelola; dan dengan demikian mereka bertanggungjawab kepada pemilik/ sang tuan atas pengelolaan tersebut. Bila kita hubungkan kepada thema Pekan Penatalayanan kita yakni membagikan kabar sukacita lewat seluruh ciptaan, maka sesuai juga dengan Invocatio, kita perlu menyadari alam semesta ini adalah milik Allah Sang Pencipta. Kita bukan pemilik, melainkan pengelola yang harus mempertanggungjawabkan seluruh sikap kita atas semesta ini kepada Allah sang Pemilik segalanya.
3. Sikap ketundukan kepada Tuhan yang telah memberikan talenta dan kepercayaan kepada kita. Dalam bacaan pertama kita melihat bagaiman sikap Yusuf yang bekerja keras atas kepercayaan yang diberikan Raja Mesir (Firaun) kepadanya. Tidak jarang kita temui situasi dimana seseorang telah memperoleh suatu jabatan dan ia menjadi lupa diri dan lupa tujuan untuk apa ia ditempatkan dalam sebuah kedudukan. Tidak demikian halnya dengan Yusuf, ia tetap mengerjakan tugasnya dengan total dan kreatif. Hamba ketiga dalam perikop kita tidak mengembangkan talenta yang diberikan padanya karena didorong oleh kekerasan hati dan tidak mau tunduk kepada kedaulatan tuannya. Walaupun ia tahu apa sebenarnya yang harus ia perbuat, ia berdiam diri dan memilih untuk tidak melakukan apa-apa. Karena itulah kesengajaan untuk berdiam diri dan “membekukan” talenta yang diberikan di mata sang tuan adalah kejahatan dan kemalasan. Kesengajaan untuk tidak mau bertumbuh dan mengembangkan talenta yang diberikan Tuhan adalah dosa di mata Tuhan. Injil Matius dalam pasal 25 dengan tegas sudah mengingatkan kita, untuk menantikan kedatangan Tuhan kita tidak hanya cukup berjaga-jaga (bdk ay. 1-13), tetapi juga harus mengerjakan dan melakukan hal-hal yang mencerminkan nilai-nilai Kerajaan Sorga.

Jemaat yang terkasih, kita dipanggil untuk menjadi anak-anak Tuhan yang memiliki kesetiaan dalam pelayanan. Memang tidak mudah mengembangkan tiga sikap yang tersebut di atas, tetapi kita juga hendaknya tidak lupa bahwa Tuhan telah memberikan kepada kita “modal/ talenta” dan yang lebih besar dari itu yakni kepercayaan kepada kita untuk mengelola segala sesuatu yang Tuhan berikan kepada kita. Bukan semata-mata soal besar-kecilnya pemberian Tuhan kepada kita karena itu tergantung dari kemampuan kita menerimanya. Yang menjadi penekanan adalah bagaimana Tuhan mempercayai kita untuk mengelola dan mengembangkan pemberianNya. Sebagai anak-anak Tuhan yang menyadari segala sesuatu yang ada pada kita adalah pemberian Tuhan, maka kita perlu benar-benar mengerti akan harga sebuah kepercayaan. Tuhan tidak pernah salah memberikan/ mempercayakan sesuatu kepada kita sebab IA tahu betul dan mengenal siapa kita.

Dalam setiap pilihan dan perbuatan pasti ada konsekuensinya. Bagi mereka yang setia, Tuhan akan memberian pujian dan Tuhan akan mempercayakan pekerjaan yang lebih besar lagi, yakni kita ikut berbagi kebahagiaan dengan sang Tuan. Sementara konsekuensi bagi mereka yang tidak setia, Tuhan akan mengambil talenta yang sudah IA berikan dan IA akan memberikannya kepada orang lain yang mau bertanggungjawab. Dan kepada mereka yang tidak setia yang tersisa hanyalah dicampakkan dalam kegelapan yang paling gelap, disana ada ratap dan kertak gigi. Mari kita bersama memeriksa diri; apa saja yang telah diberikan Tuhan dalam hidup kita? Sudahkah kita mengerjakan dan mengelolanya dalam ketundukan kepada Tuhan dan penuh dengan kesungguhan?

Pdt. Eden P. Funu-Tarigan, S.Si (Teol)
GBKP Perpulungen Kupang

SUPLEMEN PEKAN PENATALAYANAN GBKP TAHUN 2022, WARI IV

Invoctio : Heber 10:24

Ogen  : I Korinti 12:4-11

Kotbah : Keluaren 17:8-13

Tema  : Sitatang-tatangen Selaku Aron Dibata

 

I. Kata Perlebe

Lit kata mutiara ngatakensa “Tidak peduli betapa brilian pikiran atau strategi anda, jika anda bermain sendirian, anda akan selalu kalah dari tim”. Kata mutiara enda ngingetken kita maka ibas pelayanenta bas gereja Tuhan, uga beluhna pe kita, uga mantapna pe ide-ideta guna memajuken gereja tapi adi sekalak kita ndahikensa labo banci mereken ulih si mehuli. Arah bahan renungenta berikut sibakal sibahas end ape ngingetken kita maka selaku aron Dibata tetap saling mendukung ras sitatang-tatangen guna tersehi sura-sura Dibata. Kita bias jika bersama ras Tuhan tetap sitermulia.

II. Isi

A. Invocatio

Sisampat-sampaten harus menjadi budaya ibas gereja, kita harus membiasakan diri guna tetap sisampat-sampaten. Tujun membiasaken diri guna sisampat-sampaten e eme gelah keke ukur guna nehken keleng ate ras ndalanken si mehuli. Hal si itekanken ibas bahan invocatiota enda eme kai si banci sibahan man jemaat, labo kai si banci si dat arah jemaat. Paulus sadar maka adi lakin kita sisampat-sampaten ibas perpulungen maka kita pasti jadi lemah. Perjumpan-perjumpan ibas ibadah ula hanya perpusat pada dirinta saja seh maka lanai kita peduli man kalak sideban bahken kalak si kundul arah sampingta.

B. Ogen

Arah bahan ogenta, Paulus menegasken maka sumber “pemere” (karunia) eme Dibata, gegeh guna makekansa pe ibas Dibata nari. Jadi labo lit sekalak pe lit hakna guna ngangkatken dirina ras ngerendahken kalak sideban sebab e kerina rehna ibas Dibata nari. Alu bagel abo perlu lit persaingen sebab Dibata mereken man sekalak-sekalak pemere sipelain-lain rikutken sura-sura Kesah.

Pemere e ibereken labo guna kepentingen peribadi-pribadi tapi guna pendahin Dibata. Dibata mereken man banta pemere e gelah kita banci jadi mitra kerja Tuhan guna nehken misi Dibata ibas doni enda. Enda me si ate Paulus ipesehna man perpulungen Korinti erkiteken ibas perpulungen Korinti enggo turah biak makeken pemere Dibata si lit bas ia guna kepentingen ras kemajun dirina sendiri labo guna kepentingen ras kemajun perpulungen Tuhan.

Patutlah kita ngataken bujur man Tuhan arah pemere-pemere si iberekenna man banta arah ngit kita ipake Tuhan ngelai ibas perpulungen alu tutus. La lit sician-cianen, la lit simerasa lebih penting, lebih tinggi tah lebih rendah sebab kerina ibereken Tuhan sue ras sura-suraNa. Alu bagel abo lit kita kalak si erkiniteken si hanya sebagai penonton ibas pelayanen, kerina kita adalah pelaku (pemain) menurut karunia si ipercayaken Tuhan man banta.

C. Khotbah

Perang si terjadi antara bangsa Amalek ras bangsa Israel, eme perang pertama kenca ia mulih I perbudaken Mesir nari. Bangsa Israel seh kal perluna penampat sebab situhuna peperangen e labo seimbang sebab pasuken Amalek eme pasuken si berpengalmen, sementara bangsa Israel hanyalah mantan budak. Aminna pe adi iandalken gegeh pasuken labo mungkin ia benci menang tapi Musa la mbiar, ia ngelakoken 2 hal guna ngadapisa, eme nuruh Josua guna milih piga-piga kalak dilaki guna erperang ras tetap mengandalkan Tuhan.

Tupung Josua ndatken perintah arah Musa guna milih piga-piga dilaki bangsa Israel guna ikut erperang, minter ilakoken Josua bagi si ikataken Musa, janah la lit cataten ngataken maka kalak si ipilihna nolak tah pe jungut-jungut man Musa tah pe man Tuhan, ia patuh man perintah Josua guna ikut perang.

Musa mereken ketetapen ukur man Josua maka tupung pagi Josua ras pasukenna erperang maka ia pagi tedis i datas uruk njemak ciken si isuruh Dibata ibaba Musa sebagai symbol kuasa ras pengarak-ngarak Tuhan. Tupung Josua ras pasukenna lawes ndarat erpereng ngelawan bangsa Amalek, sedangken Musa, Harun ras Hur Lawes ku datas uruk. Tupung musa ngangkat tanna ku das maka mennag bangsa Israel tapi tupung musa pesusur tanna maka bangsa Amalek mulai ka menang. Harun ras Hur nampati Musa tupung enggo latih iakapna, ibaba Harun ras Hur batu guna ingan kundul Musa, janah tedis ia duana arah kawes ras kemuhen Musa guna ngangkat tan Musa. Kerina ia meranken peranna masing-masing guna banci memenengken perang, kerjasama sada ras sidebanna tetap ijaga alu mehuli.

               

III. Pengkenaina

1. La lit si metahat adi kita mengandalken Tuhan, tupung la iakap mungkin bangsa Israel banci nalukeken bangsa Amalek tapi erkiteken ia mengandalken Tuhan hal e banci menjadi mungkin. Bage k ape kita bas kegeluhenta, tupung lit si metahat, la kin siakap mungkin banci jadi adi ras Tuhan.

2. Ndahiken dahin Tuhan labo dahin sibanci sidahiken sekalak, Tuhan mereken kalak sideban si banci nampati kita guna ndahihensa. Bagi nina Pengerana 4: 9-10 “ Ulin dua kalak asangken sekalak-sekalak, sebab adi dua kalak erdahin mbelang bekasna. Kune sekalak guling banci sekalak nari nampatisa. Tapi sisada-sisada ngenca, kenca guling ise nari si nampatisa.” Kegagalen ibas ndalanken erbage-bage program ibas pelayanen rusur kal isebabken kita merasa banci ndahikensa sekalak-sekalak tanpa penampat kalak sideban, tep-tep kalak ngandalken gegehna saja, padahal mpersada potensi-potensi si lit banci mereken dampak ras keberhasilen si luar biasa.

3. Bagi Musa si enggo latih ngangkat tongkat janah perlu penampat Harun ras Hur bage pe kita la lit ise pe banci lalap megegeh, kita perlu dukungen, kita perlu ipegegehi, kita perlu isampati. Galati 6:2 ngatakensa “Sisampat-sampatenlah kami bas mbaba baban geluh enda. Alu bage isehkenndu kap Undang-undang Kristus. Kerelaan guna tetap sisampat-sampaten labo hal sepele tapi hal si banci mereken ulih si luar biasa.

4. Temata ngatakensa “ Sitatang-tatangen Selaku Aron Dibata”. Tema enda ngajuk kita maka selaku aron Dibata tentu harus sisadari maka labo kita ngasup erdahin sekalak-sekalak, alu bage kita perlu kalak sideban guna nampati kita, bage pe kalak sideban perlu guna sisampati. Kesadaren sibage tetap haru ipupuk selaku aron Dibata gelah ula kita mengandalken diri sendiri entah mpediat kalak sideban erdahin sekalak. Dahin si idahiken alu ras-ras tentuh banci reh pedasna dung ras reh sikapna pe ulihna, tapi adi kita erdahin sekalak-sekalak banci jadi melaen dung janah ulihna pe la memuasken.

Bage pe arah tema enda ngingetken kita maka selaku aron Dibata, la seri gegehta, kita punya kelebihen ras kekurangn masing-masing, ibas kelebihenta kita nampati aron sideban si kurang bas ia, bage pe ibas kekurangenta maka aron sideban ka si nampatisa.

Pdt Rahel br Tarigan M.Th-Rg. Denpasar

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD