SUPLEMEN PEKAN KELUARGA GBKP WARI III, KHOTBAH LUKAS 2:41-42

Invocatio       : Ibrani 10 : 25

Bacaan          : Yosua 24 : 14 – 24

Tema             : Keluarga yang berperan aktif ditengah jemaat


 

I. PENDAHULUAN

Keluarga Kristen adalah Keluarga merupakan tempat persekutuan hidup antara ayah, ibu, anak yang disebut juga sebagai keluarga inti. Keluarga Kristen adalah persekutuan hidup antara ayah, ibu, dan anak-anak yang telah percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi serta meneladani hidup dan ajaran-ajaranNya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu persekutuan ditengah-tengah keluarga harus senantiasa dijaga dan dipelihara berlandaskan iman dan kasih. Ketika persekutuan anggota keluarga itu baik, maka akan nyata dalam komitmen dan kesetiaan untuk bersama-sama ikut terlibat dalam segala peribadahan dan pelayanan yang dilakukan ditengah-tengah gereja. Kemajuan pelayanan gereja akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana kehidupan dan keimanan anggota jemaat yang dibentuk di dalam keluarga.

II. PENJELASAN TEKS

Ibrani 10 : 25

Surat Ibrani ditujukan kepada orang-orang percaya yang pada saat itu mengalami penderitaan dan ancaman yang cukup berat oleh karena iman percaya mereka kepada Yesus Kristus. Salah satu yang menjadi tujuannya adalah tetap mengingatkan jemaat untuk senantiasa menjaga iman dan memegang teguh pengharapan mereka akan Kristus ditengah-tengah situasi terburuk sekalipun. Orang-orang percaya harus senantiasa bertekun dalam iman (saling menasehati, mengingatkan dan mendorong dalam iman), senantiasa menjaga persekutuannya dengan Allah dan sesama. Pada kenyataannya waktu itu ada sebagaian orang yang oleh karena beratnya pergumulan, tantangan dan ancaman membuat mereka goyah dalam iman dan pengharapan akan Kristus. Mereka meninggalkan persekutuanNya dengan Allah dan sesama orang percaya.

Yosua 24 : 14 – 24

Yosua 24 ini adalah pidato terakhir Yosua bagi bangsa Israel dimana ia menyatakan proklamasi imannya kepada Allah. Yosua memberikan kesempatan bagi Israel untuk memperbaharui keimanan dan kesetiaan mereka kepada Allah. Ia juga memberikan kesempatan kepada Israel untuk memilih dan menentukan kepada siapa mereka akan menyembah, namun Yosua sendiri menyatakan komitmennya dan keluarganya bahwa mereka hanya akan menyembah dan beribadah kepada Allah saja (ay. 15). Pengakuan iman kepada Allah bukan sesuatu yang mudah karena hal itu tidak bisa berhenti pada ucapan semata tetapi harus dinyatakan dalam kehidupan yang takut akan Dia serta beribadah kepadaNya dengan tulus ikhlas dan setia (ay. 14), hidup dalam kesetiaan, ketaatan dan kekudusan (ay. 19). Keberanian Yosua untuk menyatakan komitmen imannya di hadapan bangsa Israel ternyata disambut dan direspon juga oleh bangsa Israel. Mereka juga Bersama-sama bertekad dan berjanji untuk senantiasa hanya menyembah dan beridah kepada Allah saja (ay. 21, 24).

Lukas 2 : 41 – 41

Dalam agama Yahudi ada ketentuan bahwa para laki-laki dewasa diwajibkan untuk pergi ke Yerusalemtiga kali setahun untuk ikut serta dalam merayakan tiga hari raya besar orang Yahudi (Kel. 23 : 14 – 17; Ul. 16 : 16). Dikisahkan bagaimana Yesus yang sudah berumur 12 tahun diajak orang tuanya ke Yerusalem untuk bersama-sama merayakan Paskah, yakni hari raya untuk memperingati pembebasan yang dilakukan oleh Allah kepada bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Yesus yang berusia 12 tahun dianggap sudah dewasa. Yusuf dan Maria membawa Dia ke Yerusalem untuk mempersiapkanNya menjadi abak Taurat. Bagi umat Yahudi, anak yang memasuki usia 13 tahun dianggap sebagai anak Taurat, karena itu mereka harus terus belajar dan diajar tentang Taurat hingga mereka beranjak dewasa.

Pertumbuhan Yesus sebagai seorang anak tidak terlepas dari peran Yusuf dan Maria sebagai orang tua duniawiNya. Yusuf dan Maria adalah orang yang taat akan tradisi keagamaan dan perintah Tuhan bagi umat Yahudi yang di mulai Ketika Yesus di sunat pada hari kedelapan (Luk. 2 : 21). Yusuf dan maria menjadi orang tua yang aktif dalam membawa Yesus kepada pertumbuhan fisik dan rohani. Yusuf dan Maria juga secara bersama-sama dengan Yesus melibatkan diri mereka sebagai pribadi dan keluarga dalam acara-acara persekutuan yang melibatkan banyak orang (communal). Sekalipun jarak yang mereka harus tempuh cukup jauh dan membutuhkan waktu 4 – 5 hari untuk bisa sampai ke Yerusalem, tetapi semua itu dilakukan dengan penuh sukacita dan ketaatan (ay. 41 “Tiap-tiap tahun……” ini menunjukkan adanya konsistensi dan kesetiaan untuk senantiasa terlibat dan melakukannya).

III. APLIKASI

Kehidupan pelayanan gereja tidak terlepas dari kehidupan persekutuan anak-anak Tuhan. Ada begitu

banyak kegiatan pelayanan yang dilakukan secara bersama dan melibatkan banyak orang (communal), baik itu Kebaktian Minggu, Perpulungan Jabu-Jabu, PA Kategorial, Pekan-Pekan, dan juga kegiatan perayaan gerejawi lainnya. Namun dalam kenyataannya masih banyak anggota jemaat yang belum terlibat aktif, apalagi mengambil bagian dalam pelayanan gereja. Belum semua keluarga secara bersama-sama ikut menunjukkan keaktifan dan pertisipasinya. Ada yang ayah ibu saja yang aktif, ada yang hanya ibu saja, ayah saja atau anak saja. Tema Pekan Keluarga kita hari ini “Keluarga Yang Berperan Aktif ditengah Jemaat” (Jabu Sindahi Dahin Perpulungen) mengingatkan dan mengajak kita untuk bersama-sama ditengah-tengah keluarga berperan aktif dalam pelayanan secara bersama-sama.

Beberapa hal yang menjadi perenungan bagi kita adalah :

  1. Keluarga harus mempunyai komitmen untuk senantiasa hidup dalam persekutuan yang intim dengan Allah dan sesama anggota keluarga. Adanya komitmen dan kesehatian orang tua untuk senantiasa taat dan setia dalam beribadah dan menyembah kepada Allah, memberikan teladan kepada seluruh anggota keluarga. Orang tua tidak hanya bertanggungjawab atas pertumbuhan fisik anak-anaknya, tetapi juga dalam pembentukan karakter dan iman keluarga.
  2. Apapun tantangan dan pergumulan seharusnya tidak menyurutkan semangat kita untuk tetap hidup dalam persekutuan dengan sesama kita ditengah-tengah pelayanan gereja. Bahkan Ketika pergumulan semakin berat, kita harus semakin menguatkan iman kita melalui persekutuan kita, kita saling menguatkan-memotivasi, saling menasehati dan mengingatkan satu dengan yang lain. Dengan demikian kita bukan hanya dikuatkan bersama-sama tetapi juga bertumbuh bersama di dalam Tuhan.

(khususnya disaat ini, sekalipun keadaan ditengah pandemic ini sudah semakin membaik, namun kita belum memiliki kerinduan untuk terlibat dalam kegiatan Bersama. Atau bahkan ada yang sudah merasa nyaman dengan ibadah online. Tidaklah salah hal demikian asalkan kita tidak mengabaikan persekutuan kita bersama-sama dengan sesama orang percaya. Merasa nyaman sehingga tidak ada kerinduan untuk bertemu dan berkumpul lagi secara langsung).

  1. Ketika kita menunjukkan kesetiaan kita untuk senantiasa terlibat dalam pelayanan-pelayanan yang ada, sernan mampu menunjukkan “buahnya” dari cara hidup, sikap dan juga kehidupan yang saling mengasihi; hal itu akan menjadi kesaksian bagi orang-orang yang ada disekitar kita. Keberanian kita untuk menyatakan iman (kata, perbuatan dan cara hidup) kita ditengah-tengah dunia ini akan sangat mempengaruhi kehidupan ini. 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD