Minggu 03 November 2019, Khotbah Kolose 3:5-11

Invocatio :

’’Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu, hiduplah sebagai anak-anak terang (Efesus 5:8)

Bacaan :

Hakim-Hakim 6:23-27 (Responsoria)

Tema :

Jemaat yang tetap diperbaharui Allah


A. Pendahuluan
Pernahkah saudara bertemu dengan teman lama saudara (mungkin teman SMP/SMA). Saat SMP atao SMA dia nakal sekali, bahkan hampir sering tinggal kelas. Selalu dapat SP dari kepala sekolah. Setelah beberapa lama (10) tahun kemudian ada kesempatan bertemu dalam sebuah rapat atau tugas banyak berbincang serta bernostalgia. Dari hasil pertemuan dan pengamatan saudara,teman itu, dia sudah berubah dari cara bicara, cara berpikir dan bertindak sertsa mempunyai kedudukan yang baik. Bagaimana perasaaan saudara? Atau sebaliknya teman dahulu baik budi dan juara terus, pada saat bertemu kembali mendengar dia pengedar narkoba, masuk keluar masuk penjara?.Hidup manusia melalui banyak proses dan menghasilkan sessuatu yang baik atau buruk tergantung kepada pilihannya masing-masing

B. Isi
Penjelasan Teks Kolose 3:5-11
Jemaat di Kolose adalah salah satu dari beberapa jemaat yang mendapat kiriman surat oleh Rasul Paulus walaupun kota Kolose adalah kota yang kecil dan tidak begitu penting dalam era itu. Namun di tengah kesibukannya, Rasul Paulus meluangkan waktu untuk menulis surat bagi jemaat di Kolose.

Jika kita membaca Kitab Kolose ini, maka kita akan menemukan bahwa jemaat di Kolose adalah jemaat yang sudah memiliki iman kepada Tuhan Yesus Kristus, hidup dalam kasih dan memiliki pengharapan akan hidup yang kekal lewat pemberitaan Injil. Namun ternyata ada masalah pengajaran dalam jemaat Kolose yang kemudian berpengaruh kepada perilaku hidup mereka sehari-hari.(Kol 1:3-6)

Jemaat di Kolose adalah jemaat yang sudah mengalami kelahiran baru, tetapi mereka masih dipengaruhi dengan kebiasaan hidup yang lama. Mereka tidak menyadari bahwa sebagai orang yang sudah percaya kepada Kristus harus hidup dalam realitas yang baru. “Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia.” (Kol 2:6)

Paulus menasehatkan untuk hidup seperti Yesus Kristus. Perikop ini bergantung pada dua perintah utama yaitu pertama untuk "mematikan” (membunuh)". Perintah dalam Kol. 3: 5 Paulus membuat daftar keinginan dosa yang harus dimatikan/dibunuh. Paulus menyebutkan lima keinginan berdosa khusus yang harus dibunuh: imoralitas seksual/percabulan(porneian, kata umum yang digunakan untuk imoralitas yang bersifat seksual), kenajisan (akatharsian, negasi atau tidak adanya kemurnian), nafsu (pathos, hasrat / nafsu), keinginan jahat (kakus epithumian, kerinduan jahat), dan keserakahan (keserakahan didefinisikan sebagai penyembah berhala).

KOL. 3: 6 nasehat sebagai peringatan kuat jika melakukan dosa tersebut diatas: "Karena hal-hal ini, menimbulkan murka Allah menimpa orang yang tidak taat." Murka Allah dimaksudkan di sini jika jemaat Kolose gagal untuk mematikan keinginan jahat ini, mereka akan dapat mendapatkan penghakiman Tuhan dengan pasti.

Kol. 3: 7-8a berisi perintah kedua Paulus. Terlepas dari kenyataan bahwa orang Kolose pernah berjalan dalam pola dosa ini (3: 7), mereka harus "mensingkirkan" atau "membuang (seperti sampah)" tindakan berdosa tertentu. Paulus mendaftarkan tindakan berdosa dalam ay 8b-9a yang harus mereka singkirkan. Tiga yang pertama membahas sikap mereka (amarah, geram, kedengkian) dan yang ketiga membahas kata-kata mereka (fitnah, bahasa kotor, kebohongan).

Kol. 9b-11 memberikan nasihat agar jemaat Kolose menanggalkan manusia lama dan meengenakan manusia baru yang terus menerus diperbaharui. Di sini Paulus menyinggung jenis pakaian yang dipakai untuk pakaian jemaat Kolose. Mereka telah melepas pakaian lama dan memakai pakaian baru. Penafsiran umum dari ayat-ayat ini adalah Paulus mengatakan bahwa jemaat Kolose memiliki dua kodrat - yang lama dan yang baru - dan Paulus mengimbau agar mereka hidup sesuai dengan kodrat baru mereka.. Paulus mempertentangkan identitas mereka di hadapan Kristus (mereka adalah bagian dari manusia lama dengan praktik-praktiknya) dan setelah mengenal dan menerima Kristus (mereka adalah bagian dari manusia baru). Dalam Kristus, jemaat Kolose adalah umat-Nya yang baru seperti. "Manusia baru" yang mulai mereka kenakan adalah kemanusiaan baru yang sedang "Allah perbarui" (ayat 10) ke dalam gambar-Nya. Kemanusiaan baru ini ditandai dalam ay 11 dengan :
1) penghapusan perbedaan ras, budaya, dan sosiologis (tidak ada lagi orang Yahudi atau Yunani, sunat atau tidak sunat, biadab, Skit, budak atau bebas);
2) kesatuan dalam Kristus (“Kristus adalah semua dan di dalam semua”). Paulus berkata, “Kristus adalah yang terpenting, dan Ia ada di dalam kita semua, terlepas dari perbedaan kita.” Jadi, orang Kolose memiliki status baru dalam Kristus yang melampaui perbedaan mereka. Paulus menyatakan status baru mereka sebagai anggota umat Allah sebagai alasan kepatuhan mereka terhadap perintah-Nya untuk mengesampingkan tindakan berdosa mereka.

Paulus memperingatkan jemaat Kolose agar hidup sesuai dengan status baru yaitu manusia baru. Sehingga satu keharusan bagi jemaat agar patuh dan taat kepada Kristus. 

Oleh karena itu Manusia baru sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihiNya, kenakanlah: (Baca Kol. 3:12-13)

- Belas kasihan
- Kemurahan
- Kerendahan hati
- Kelemah lembutan
- Kesabaran
- Mengampuni kesalahan orang lain
- Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perbuatan atau perkataan, lakukanlah semuanya itu didalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita. (Kol. 3 :17).

Penjelasan Teks Hakim-Hakim 6:23-27
Latar belakang teks ini muncul karena: orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN; sebab itu TUHAN menyerahkan mereka ke dalam tangan orang Midian, tujuh tahun lamanya.” “sehingga orang Israel menjadi sangat melarat oleh perbuatan orang Midian itu. LALU [hasil dari kesengsaraan yang mereka alami] BERSERULAH ORANG ISRAEL KEPADA TUHAN.”

Karena penindasan yang mereka alami, orang Israel pun berseru kepada Tuhan. Sekali lagi, ini bukan pertama kalinya mereka berlaku demikian. Telah banyak kali mereka melakukan apa yang jahat di mata Tuhan serta menyembah ilah-ilah palsu, lalu tatkala bencana mulai menerpa, mereka pun berbalik dan mencari Allah yang benar.

Sebagai respons terhadap seruan orang Israel, Allah mengutus seorang nabi yang menyampaikan Firman-Nya serta menegur orang Israel atas apa yang telah mereka perbuat. Allah memerintahkan Gideon untuk meruntuhkan mezbah Baal dan menebang tiang berhala yang di dekatnya. Seperti yang akan kita baca selanjutnya, keberadaan mezbah dan tiang berhala serta reaksi orang-orang yang marah ketika mereka melihat mezbah Baal dan tiang berhala dihancurkan (lihat Hakim-hakim 6:28-30), meninformasikan bahwa kejahatan yang orang Israel lakukan di mata Allah adalah penyembahan berhala. Hal itu juga menunjukkan bahwa tidak semua orang Israel, melainkan hanya sebagian saja, yang kembali kepada Tuhan dan mencari Dia. Namun, karena KasihNya kepada orang-orang yang telah kembali kepada Tuhan, Tuhan pun mau membebaskan seluruh bangsa Israel.

C. Aplikasi
Jemaat yang tetap diperbaharui Allah adalah jemaat yang mau menerima serta menyadari statusnya sebagai manusia baru yang sudah diperbaharui Yesus dengan penebusan dosa yang dilakukanNya di kayu salib. Jemaat sudah dipilih dan ditebus Tuhan dari dosa-dosanya. Sehingga sekarang jemaat menjadi manusia baru yang mau mematikan hal-hal duniawi (percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan keserakahan, dan menanggalkan manusia lama (marah, geram, kejahatan, fitnah, kata-kata kotor dan kebohongan) serta sekarang kenakan manusia baru (seperti teladan hidup Kristus : Belas kasihan, kemurahan, Kerendahan hati, kelemah lembutan, kesabaran, mengampuni kesalahan orang lain dan selalu bersyukur).

Karena Kristus adalah yang terpenting, dan Ia ada di dalam kita semua, terlepas dari perbedaan kita. Jemaat GBKP juga menyadari akan status baru sebagai anggota umat Allah, sebagai manusia baru yang terus diperbaharui Allah dan hidup sesuai dengan status itu. Sehingga segala sesuatu yang kita lakukan dengan perbuatan atau perkataan, lakukanlah semuanya itu didalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita. Seperti yang dilakukan Gideon dalam bacaan kita Hakim-Hakim 6:23-27, Gideon dipakai Tuhan untuk menyelamatkan bangsa Israel dari penjajahan bangsa Midian. Gideon taat dan melakukan apa yang diperintahkan Allah sehingga dia dipakai Allah untuk menyelamatkan bangsa Israel dari kemelaratan, penderitaan penjajahan bangsa Midian. Jemaat juga sudah dibebaskan Tuhan dari belenggu/penjajahan dosa melalui penebusan Yesus Kristus hiduplah taat dan setia didalam Yesus dan firmanNya. Maukah saudara terus diperbaharui oleh Yesus melaui kuasa Roh Kudus? Serta menampakkan pembaharuan tersebut dalam pikiran, perkataan dan perbuatan?

Pdt. Rosliana br Sinulingga
GBKP Runggun Bumi Anggrek

Minggu 27 Oktober 2019, Khotbah I Tawarikh 16:19-27

Invocatio :

Dan ia telah menugaskan kami memberitahukan kepada seluruh bangsa dan bersaksi, Bahwa Dialah yang ditentukan Allah menjadi hakim atas orang orang hidup dan orang orang mati. (Kis 10:24)

Bacaan :

Roma 15:15–21 (R)

Tema :

Beritakanlah perbuatan Allah yang besar

I. Pendahuluan 
Sudah sepantasnya kita tidak boleh berdiam diri lagi karena telah menyaksikan karya Tuhan Allah yang Maha Agung. Tindakan dan perbuatan Tuhan yang besar itu menjadi bukti Dia berkuasa dan Maha Agung. Tidak ada sesuatu di dunia ini yang besar yang dapat menandingi Dia. Berita tentang kemuliaan Tuhan yang memberikan sukacita buat semua orang dapat diungkapkan melalui pujian kepada Tuhan. Selain dari hal tersebut diatas, dari pengalaman hidup seseorang mendorong dia untuk menyaksikan perbuatan Allah yang dahsyat yang dapat diungkapkan dari nyanyian dan gaya hidupnya.Seperti yang diungkapkan dari teks khotbah 1 Taw 16 : 19 – 27 sebagai bentuk nyanyian pujian kepada Tuhan.

II. UraianNats 
Kebahagiaan, keamanan dan kebebasan kita dari kekhawatiran tergantung kepada rasa terimakasi kita kepada Allah dan ketekunan kita dalam mencari wajahNya setiap hari (1 Taw 16:8-11) orang yang terus menerus berseru kepada Tuhan dengan ucapan syukur dapat memiliki keyakinan bahwa ia akan berjalan disamping mereka dan senantiasa memberikan pertolongan sepanjang hidup mereka (Maz 46:2)

Kisah sejarah yang terdapat dalam 1 Tawarikh ditulis dengan satu tujuan tertentu, tidak hanya mencatat fakta fakta sejarah, tetapi menemukan arti dari apa yang terjadi 1 Taw , merupakan kitab sejarah yang ditulis menurut pandangan Tuhan. Kitab ini ditulis pada waktu umat Allah hidup dalam lingkungan yang bersifat sangat duniawi. Negeri mereka telah hancur karena perang akibatnya banyak dari mereka yang runtuh imannya. Mereka tidak dapat lagi melihat campur tangan Allah dalam masalah masalah mereka.

1 Taw 16 : 19 – 27 , adalah penggalan puji pujian yang diubah dari kitab Mazmur 105 : 1 – 15 dan 96 : 1-13 yang isinya bagaimana janji Tuhan memberikan tanah kepada bangsaNya. 1 Kronika juga menerangkan bagaimana Daud menghadapi pergumulan berat, dan menerangkan kemenangannya dalam peperangan.Pengalaman hidup bersama Tuhan dikuatkan dari sejarah pemilihan dan penebusan bangsa Israel.Bangsa Israel (Keturunan Abraham, Ishak dan Yakub) adalah bangsa yang kecil di lingkungan bangsa bangsa dimana mereka jadi budak (asing). Tapi janji Tuhan terhadap bangsa ini tetap akan memberikan tanah perjanjian sebagai tempat tinggal, dan bangsa ini akan menjadi satu bangsa yang besar di tanah Kanaan. Tuhan akan menjaga, menyertai, dan memberkati bangsa Israel. Pengalaman sejarah inilah yang dituangkan dalam puji pujian dalam perikop tersebut.

Melalui puji pujian inilah bangsa Israel mengumandangkan perbuatan dan penyertaan Tuhan yang besar. Perbuatan Tuhan yang mereka beritakan adalah Tuhan sudah memberikan keselamatan sepanjang sejarah bangsa Israel, penyertaan Tuhan terhadap nenek moyang mereka (Abraham, Ishak dan Yakub). Menyertai bangsa ini di tanah mesir. Penyertan dari Mesir sampai ke Tanah Kanaan begitu juga di masa pembuangan di Babel hingga mereka kembali ke Yerusalem.

III. Aplikasi 
Menyatakan perbuatan Allah yang besar. Hal inilah yang dinyatakan dan dilakukan Raja Daud dan bukan hanya secara pribadi dia menyatakan perbuatan Allah yang besar, tetapi Daud menghimbau agar bangsa Israel juga menyatakan, memberitakan, bahkan mengumandangkan penyertaan Tuhan dalam kehidupan mereka. Sama seperti Petrus dan Rasul Rasul yang lainnya disuruh untuk memberitakan/menyatakan menyaksikan perbuatan perbuatan Tuhan yang ajaib dan berkuasa didalam diri Tuhan Yesus (Invocatio : Kis 10:42). Paulus juga sangat pro aktif didalam menyaksikan karya Tuhan baik kepada Yahudi dan non Yahudi, bahkan ke seluruh dunia (Bacaan Roma 15:15-21).

Minggu ini adalah minggu zending GBKP dimana jemaat diingatkan kembali agar tidak berhenti untuk menyatakan kebaikan Tuhan dalam hidupnya. Terlebih bagi perjalanan sejarah GBKP hingga kini, bahwa Tuhan itu sangat amat baik menyertai perjalanan GBKP dari awal hingga sampai sekarang dan seterusnya. Kumandangkanlah hal yang demikian kepada keluarga, anak dan cucu agar mereka mengerti dan dapat lebih memuliakan Tuhan dalam hidupnya dan mereka mampu menceritakan kemuliaan Tuhan dan perbuatanNya dahsyat dan agunh (Tema) sampai selama lamanya .....

Pdt Neni Triana Sitepu
Runggun Cisalak

Minggu 20 Oktober 2019, Khotbah Roma 16:1-5a

Invocatio :

Anak-anaknya bangun, dan menyebutnya berbahagia, pula suaminya memuji dia (Amsal 31:28)

Bacaan :

Rut 2:1-3

Thema :

Membantu Dari Pekerjaan

 

I. Pendahuluan
Membantu adalah salah satu perbuatan yang diberikan kepada orang lain untun mengurangi beban orang itu. Kesulitan dan kelemahan adalah bagian kehidupan manusia, sebab dalam satu hari bisa beberapa kali seseorang itu terkena masalah dan memerlukan pertolongan dari orang lain. Berdasarkan itu semua manusia harus bisa jadi penolong, di mana pun dan kapan pun berdasarkan pemberian Tuhan yang ada pada dirinya. Jadi, menolong adalah salah satu jati diri, ciri khas orang percaya.

II. Isi
Bahan invocatio kita mengatakan, “anak-anaknya bangun, dan menyebutnya berbahagia” (ay. 28a). Kata kerja Ibrani yang dipergunakan untuk kata “bangun” juga dipergunakan dalam Yeremia 1:17; 1 Tawarikh 28:2; 2 Tawarikh 30:27. Anak-anaknya bangun, berdiri dengan sikap penuh hormat untuk memuji ibunya, mereka menyebutnya orang yang berbahagia karena mendapat berkat dari Tuhan. Sikap bangun atau berdiri yang dikemukakan dalam ayat ini biasanya dilakukan dalam rangka membuat suatu pernyataan penting (Mi. 6:1; Yer. 1:17; 1 Taw. 28:2; 2 Taw. 300:27). Arti harfiah dari kata-kata Ibrani untuk “menyebutnya berbahagia” adalah “menyebutnya orang yang diberkati”. Dia adalah orang yang diberkati Tuhan dalam pekerjaannya mendukung kebutuhan keluarga, dalam mendukung tugas suaminya, dalam pelayanannya kepada orang-orang miskin dan tertindas, dan khususnya dalam mendidik anak-anaknya. “... pula suaminya memuji dia” (ay. 28b) Istilah Ibrani yang dipergunakan untuk “memuji” yang biasa dipergunakan untuk menaikkan pujian kepada Tuhan. Pujian itu disampaikan dengan sungguh-sungguh seperti menyampaikan “pujaan”, tetapi bukan untuk menyembahnya, melainkan untuk menyampaikan rasa bangga dan kagum yang mendalam. Pujiannya disampaikan dalam Amsal 31:29, dia menilai istrinya yang cakap lebih daripada semua perempuan yang lain, termasuk yang lebih muda dari dirinya.

Bahan bacaan Rut 2:1-3 menceritaken tentang anugerah Allah dalam bentuk pemeliharaanNya dinyatakan dalam pasal 2 ini. Setidaknya untuk bertahan dan melanjutkan hidup Naomi dan Rut, Allah bekerja melalui 2 cara pemeliharaanNya, yaitu yang tidak terlihat maupun yang terlihat langsung. Disinilah letak keunikan Kitab Rut; dalam kitab ini Allah seakan-akan diam tak bekerja dengan cara yang ajaib mencarikan jalan keluar buat Naomi dan Rut. Allah tidak memberikan keajaiban seperti yang dilakukan kepada janda sarfat ataupun manna kepada orang Israel di padang gurun. Dengan cara yang tak terlihat Allah membawa Rut menjadi sarana bagi dirinya sendiri maupun Naomi, mertuanya untuk melanjutkan hidup mereka. Mungkin Naomi dan Rut tidak melihat bahwa waktu kedatangan mereka, hukum gleaning serta lokasi tempat Rut mencari bulir jelai, semuanya itu merupakan cara Allah memelihara mereka. Masuknya Naomi dan Rut ke Betlehem bersamaan dengan dimulainya panen jelai seakan menyiratkan harapan baru bahwa setidaknya mereka tidak akan menderita kelaparan lagi. Namun harapan itu akan menjadi sebuah keraguan mengingat Naomi dan Rut tidak memiliki ladang ataupun mata pencaharian yang akan pasti. Bersyukurlah, Allah telah lebih dahulu memberlakukan hukum gleaning pada orang Israel. Hukum gleaning adalah hukum yang mewajibkan para tuan tanah untuk tidak memetik hasil panen dan memberikan hak kepada orang miskin, janda, dan orang asing untuk memungut ceceran hasil panen yang entah tersisa/terjatuh (Im. 19:9-10; 23:22; Ul. 24:19-21). Dasar pemikiran Allah memberikan hukum ini adalah bahwa Allahlah pemilik tanah, bukan tuan tanah (Im. 25:23). Manusia (dalam hal ini tuan tanah) adalah penatalayan dari tanah yang dimiliki Allah dan predikat ini hanya berlaku selama manusia respek pada hukum Allah. Orang kaya memiliki tanggung jawab moral terhadap orang miskin.

Dalam usahanya melanjutkan hidup bagi dirinya sendiri serta Naomi, mertuanya, Rut mencari ladang tempat dia dapat memungut bulir jelai yang jatuh. Alkitab memakai satu kata yang menarik, “kebetulan” (miqreh) ketika Rut masuk ke salah satu ladang yang ternyata milik Boas. Kata ini mencakup tindakan atau peristiwa yang terjadi tanpa diketahui dan disengaja oleh orang yang terlibat di dalamnya. Dengan kata lain masuknya Rut ke sebuah ladang yang tidak diketahuinya merupakan sebuah skenario tersembunyi dari Allah yang mengatur semuanya. “Kebetulan” tersebut mencakup masuknya Rut ke ladang milik Boas yang ternyata (tidak diketahui oleh Rut) adalah kerabat (saudara jauh) Elimelekh, mertua laki-lakinya. Boas digambarkan sebagai orang yang kaya raya atau bisa dikatakan Boas adalah orang yang sangat berpengaruh di Betlehem. Apa maksud kata “kebetulan” dipakai di sini? Dalam 1 Samuel 6:9 kata “kebetulan” dipakai untuk menunjukkan sesuatu yang terjadi di luar rencana. Tetapi tidak demikian halnya dalam Kitab Rut. Semua yang terjadi atas Rut bukanlah sesuatu yang datang tanpa disangka. Allah telah mengatur semuanya. Dia sudah membawa Rut dari Moab ke Betlehem. Dia jugalah yang sekarang bertindak untuk menyelesaikan rencanaNya dengan wanita Moab ini. Dalam mata manusia, Rut “kebetulan” datang ke ladang Boas. Tetapi kita harus membaca ayat itu demikian: “Allah betul-betul membawa dia ke tempat di mana ia menjumpai Boas yang kelak menjadi penebusnya”.

Roma 16:1-5a yang menjadi bahan khotbah kita merupakan pasal terakhir dari surat Roma. Pasal ini dibagi menjadi tiga perikop oleh LAI, yaitu: salam, peringatan dan segala kemuliaan bagi Allah. Tiga perikop ini mungkin bisa diklasifikasikan sebagai: salam kepada saudara seiman dan sepelayanan dan ini yang menjadi penekanan dalam bahan khotbah kita (16:1-16, 21-24), peringatan akan bahaya perpecahan (16:17-20), dan salam terakhir Paulus (melalui Tertius) yang berisi penyingkapan kemuliaan Allah (16:25-27). Perikop pertama yang menjadi penekanan bahan khotbah kita adalah tentang salam kepada saudara seiman/sepelayanan itu disebutkan dan diberi salam bertujuan agar jemaat di Roma mengetahui siapa yang paling dihargai dan juga kepada siapa mereka harus mengikuti. Menarik sekali tafsiran ini. Dengan kata lain, melalui penyebutan nama-nama di dalam salamnya, Paulus ingin agar jemaat Roma mengenal orang-orang yang disebutkan dan mengikuti mereka. Di beberapa gereja Paulus memerintahkan perempuan untuk tidak mengambil peran kepemimpinan, mungkin karena menyebabkan masalah di sana. Febe adalah bukti bahwa ini bukan merupakan kebijakan universal. Paulus mengenal Febe sebagai diaken di gereja di Kenkrea, dekat Korintus. Itu adalah gelar lain yang digunakan Paulus untuk merujuk kepada pemimpin atas gereja. Paulus pernah memberikan Timotius nasihat ini: “Mereka juga harus diuji dahulu, baru ditetapkan dalam pelayanan itu setelah ternyata mereka tak bercacat” (1 Tim. 3:10). Paulus menyebut Febe sebagai saudara. “Saudara” ini bukan saudara secara jasmaniah, namun secara rohaniah. Lalu, apa pentingnya kata “saudara” ini? Pentingnya adalah Paulus menyebut Febe, seorang perempuan sebagai saudara seiman. Di dalam tradisi Yahudi, ada pemisahan antara pria dan wanita, bahkan di dalam ibadah. Paulus menerobos budaya Yahudi dengan pengertian integratif bahwa pria dan wanita itu sama di mata Tuhan dan di dalam persekutuan di dalam Kristus, meskipun masih ada perbedaan natur dan otoritas di antara keduanya. Paulus bukan mengingatkan jemaat Roma untuk memperhatikan orang-orang yang melayani di Roma, tetapi justru orang yang melayani di luar Roma, yaitu di daerah Korintus. Ini adalah suatu teladan bagi kita. Kita sering kali hanya memperhatikan para pelayan Tuhan di tempat kita berada, namun tidak memperhatikan para pelayan Tuhan di tempat lain atau bahkan di pelosok-pelosok daerah. Bukan hanya menganggap Febe sebagai saudara seiman dan pelayan Tuhan, Paulus mengingatkan jemaat Roma untuk menyambutnya dan memberikan bantuan kepadanya. Di ayat 2, ia berkata, “supaya kamu menyambut dia dalam Tuhan, sebagaimana seharusnya bagi orang-orang kudus, dan berikanlah kepadanya bantuan bila diperlukannya. Sebab ia sendiri telah memberikan bantuan kepada banyak orang, juga kepadaku sendiri”. Dari ayat ini, kita belajar dua point penting: pertama, menyambut saudara seiman di dalam Tuhan. Paulus mengingatkan jemaat Roma untuk menyambut Febe sebagai saudara seiman di dalam Tuhan, seperti seharusnya bagi orang-orang kudus. Berarti, seorang diaken bisa diidentikkan dengan orang kudus pada zaman itu, karena yang bisa menjadi diaken haruslah orang yang memelihara kekudusan. Dengan menerima dan menyambut saudara seiman di dalam Kristus, kita sedang membangun sebuah persekutuan yang indah di dalam Kristus yang mengakibatkan orang-orang di luar Kristen akan merasakan cinta kasih Kristus. Kedua, membantu saudara seiman jika diperlukan. Menyambut saudara seiman di dalam Tuhan bukan hanya ditandai dengan ucapan di mulut bibir kita saja, tetapi juga melalui perbuatan kita. Perbuatan itu ditandai dengan kerelaan kita membantu saudara seiman kita jika diperlukan.

Dalam dunia yang didominasi laki-laki, Priskila rupanya seorang perempuan yang menonjol, dibuktikan oleh fakta bahwa hampir tiap kali dia dan suaminya, Akwila , disebutkan di dalam Alkitab, namanya disebutkan lebih dulu. Mungkin karena ia memimpin pelayanan, sementara suaminya memimpin bisnis keluarga, yaitu membuat kemah. Rasul Paulus juga dilatih sebagai pembuat kemah, tinggal dan bekerja bersama pasangan ini saat dia mendirikan gereja di Korintus, Yunani. Paulus menyebut Priskila dan Akwila, sepasang suami-istri sebagai teladan pelayanan khususnya di dalam keluarga. Di sini kita bisa melihat apa yang Tuhan inginkan bagi keluarga dalam pelayanan. Priskila dan Akwila adalah pasangan suami-istri yang berpindah-pindah. Kehidupan yang berpindah-pindah ini adalah suatu yang tidak gampang. Tetapi di manapun mereka berada mereka mendirikan gereja, di manapun mereka berada, mereka mengumpulkan jemaat di rumah mereka. Kemungkinan besar mereka bukan full-time missionary, tetapi di dalam seluruh pekerjaan mereka, mereka mengutamakan dan melakukannya di dalam Kristus. Paulus mengatakan kalimat terakhir yang begitu indah tentang Priskila dan Akwila: mereka adalah orang-orang yang mempertaruhkan nyawanya bagi pekerjaan Tuhan (ay. 4) “Kepada mereka bukan aku saja yang berterima kasih, tetapi juga semua jemaat”. Di dalam bahasa aslinya mereka adalah orang-orang yang meletakkan leher mereka di atas batu. Kalau Febe melayani dengan segala apa yang dia miliki, dan membantu Paulus, membawa surat Paulus kepada jemaat di Roma; Priskila dan Akwila melakukan bahkan lebih dari itu, mereka menyerahkan leher mereka bagi Paulus. Bukan satu gereja, tetapi banyak gereja yang melihat Priskila dan Akwila mempertaruhkan nyawa mereka untuk Injil boleh diberitakan.

III. Refleksi
Kejadian 2:18 mengatakan: TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu ”seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia”. Kata “menjadikan penolong baginya” diberikan kepada perempuan, artinya Allah memberikan kepada perempuan kekuatan yang lebih dalam bekerja, memikirkan yang baik, mempergunakan yang ada pada dirinya, untuk membawa predikatnya sebagai penolong. Tahun ini Moria GBKP sudah berumur 71 tahun, berdasarkan thema khotbah kita “Membantu Dari Pekerjaan”, tentu tidak ada lagi kekhawatiran keluarga, jemaat dan masyarakat terhadap Moria GBKP, sebab Moria sudah jadi penolong. Artinya Moria sudah mempergunakan hidupnya seperti kodratnya dia diciptakan sebagai penolong. Dalam setiap sendi-sendi kehidupan ada kemampuan untuk memberikan pertolongan. Dilahirkan satu prinsip bahwa bekerja bukan hanya mencukupkan keperluan pribadi, keluarga saja tetapi juga hasil bekerja itu satu bagian disiapkan membantu orang lain; kekuatan yang Allah berikan bukan untuk kesenangan dan kepentingan pribadi dan keluarga saja tapi juga untuk orang di sekitarnya yang memerlukan bantuannya. Jadikanlah menolong, bekerja sebagai sukacita dalam hidup. Menolong dan bekerja jadi karakter hidup, kalau tidak menolong, tidak bekerja ada saja hal yang kurang dalam diri ini. Dalam kehidupan seorang ibu (Moria) yang seperti ini tentu menjadi sukacita di dalam keluarganya, anak-anaknya bersyukur kepadanya dan suaminya pun memuji-muji dia. Sebab dalam kehidupan seorang ibu yang bekerja dengan rajin, apapun yang dikerjakannya pasti hasilnya juga baik, ibu yang mau membantu dengan sukacita jadi kebanggaan terhadap keluarganya, karena berkat Tuhan yang melimpah dia terima yang bisa dirasakan anak-anak dan suaminya. Selamat HUT Moria GBKP 71 tahun.


Pdt. Andreas Pranata Meliala, S.Th
GBKP Rg. Cibinong

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD