Minggu 24 November 2019, Khotbah Matius 13:47-50

Invocatio :

Kepada Dia yang seorang diri melakukan keajaiban-keajaiban besar! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

Bacaan :

Habakuk 3:1-5 (Responsoria)

Tema :

TUHAN Memisahkan yang Baik dan yang Tidak Baik

 

I. Pendahuluan
Tidak terasa minggu ini kita sudah masuk kalender gereja yang disebut Minggu Akhir Tahun Gereja yang mengingatkan kita akan anak-anak Tuhan atau pun saudara-saudara kita yang sudah lebih dulu berjumpa dengan Allah Sang Penciptanya. Minggu inibukan peringatan untuk menangisi mereka yang sudah meninggal dunia tetapi mengingatkan akan adanya kematian atau pun menyadarkan kita akan adanya akhir kehidupan. Firman Allah juga mengingatkan bahwa kelak kita juga akan menghadapi kematian dan penghakiman. Memento Mori ‘ingat, kau harus mati’ atau ‘ingat, kematianmu’ menjadi pengingat agar apapun yang terjadi, apapun jalan yang kita pilih, kita harus bisa bertahan dan tidak melupakan siapa diri kita. Keyakinan kita bahwasanya Yesus Sang Juruselamat akan datang kembali untuk menghakimi kita dan memisahkan hidup manusia yang percaya dan tidak percaya kepadaNya.

II. Penjelasan Nats
Firman Tuhan dalam Matius 13:47-50 merupakan perumpaan yang disampaikan Yesus kepada muridNya tentang hal Kerajaan Surga atau pun yang dipahami sebagai perumpamaan tentang penghakiman pada akhir zaman ketika orang benar dan orang jahat dipisahkan.Yesus mengambarkan hal Kerajaan Surga seperti pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan. Pukat adalah sebuah alat penangkap ikan yang besar (jala besar), dan pukat ini sering kali ditinggalkan di laut selama waktu tertentu. Ketika pukat itu penuh dengan ikan maka diangkat ke tepi pantai dan para nelayan akan memisahkan ikan-ikan yang ada dalam pukat tersebut. Ikan yang baik dimasukkan dalam pasu dan ikan yang tidak baik di buang. Perumpamaan yang disampaikan Yesus meliputi kehidupan nelayan penangkap ikan yang tidak asing bagi para murid dan pendengar pada saat itu. Pastinya mereka mengerti pekerjaan dan fungsi nelayan. Nelayan menagkap segala jenis ikan, tetapi tidak semua ikan dapat dimakan sehingga ikan yang tidak baik mereka buang. Tradisi nelayan Palestina harus memisahkan ikan tangkapannya ke dalam 2 golongan yaitu ikan yang dapat dimakan dan tidak dapat di makan. Ikan yang halal dan haram yang sudah ditentukan dalam Imamat 11:10-12.

Perumpaan ini menjelaskan bahwa misi Yesus dan murid-muridNya merupakan seruan kepada semua manusia dari berbagai tingkat sosial di dunia ini. Orang baik dan orang jahat sama-sama hidup di dunia ini tetapi tiba waktu pemisahan yang ditentukan TUHAN maka orang baik dan jahat akan dipisahkanNYa (bd. Hak. 3”1-5).

Dalam buku Perumpaan Yesus (Arman Barus) Pukat atau jala besar dalam perumpamaan ini digambarkan adalah Gereja, laut adalah dunia hal ini menerangkan tentang pelayanan gereja yang membawa semua bangsa ke dalam gereja. Berbagai jenis ikan adalah beragam manusia, perumpamaan tentang universalitas pelayanan Yesus menjangkau manusia dari berbagia golongan. Melempar jala berarti mengumpulkan manusia. Oleh sebab itu gereja sebagai perpanjangan tangan TUHAN mempunyai peran penting untuk membawa manusia hidup baik. Dengan mengaplikasikan Firman Allah dalam kehidupan sehari-hari sehingga banyak orang yang mampu melihat kebenaran Firman Allah sehingga ia juga mampu untuk hidup baik.

III. Penutup
1. Perumpaan dalam Matius 13:47-50 merupkan perumpamaan yang menjelaskan adanya hari penghakiman dimana terjadi pemisahan antara orang yang baik dan tidak baik. Dan penghakiman hanya hak Allah bukan manusia.
2. Penghakiman yang akan terjadi tidak hanya untuk warga gereja melainkan meliputi seluruh dunia. Semua kelompok etnis manusia tampa terkecuali. Penghakiman tahap eskatologis terjadi pada akhir zaman dimana malaikat-malaikat memisahkan orang baik dan orang jahat. Dan penghakiman yang demikian dilukiskan dengan mencampakkan orang jahat ke dalam tungku api yang terdapat ratapan dan kertak gigi.
3. Kerajaan surga bersifat universal, meliputi semua suku bangsa dunia dan undangan masuk ke dalam Kerajaan Surga diberikan kepada semua kelompok etnis tampa perbedaan. Semua manusia dari berbagai status sosial.
4. Firman Tuhan ini bukan untuk menakuti kita untuk menjalani hidup tetapi mengingatkan kita untuk tetap setia melakukan Firman Tuhan sampai hari yang ditentukan Allah tiba bagi kita manusia untuk menerima penghakiman dan pemisahan yang baik dan tidak baik. Dan yang menjadi harapan kita, kita masuk dalam bagian yang baik dihadapan Tuhan (bd. Invocatio).

Pdt. Mea br Purba
Runggun Cibubur

Minggu 17 November 2019, Khotbah Kisah Para Rasul 16:25-34

Invocation :

Mazmur 103:17, Tetapi kasih setia Tuhan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya atas orang-orang yang takut akan Dia, dan keadilanNya bagi anak cucu. 

Bacaan :

Ulangan 12:1-7

Tema :

Keluarga yang percaya akan senantiasa bergembira

Pendahuluan
Dapat dikatakan bahwa keluarga merupakan bagian dari rencana Allah untuk menghadirkan keselamatan dan kebahagian bagi umat manusia. Karena itu manusia pertama langsung dipersatukan dalam ikatan keluarga, Adam dan Hawa diberkati sebagai suami istri.Untuk menghadirkan keselamatan (kerajaan Allah) di dunia makagerejamelakukan pemembinaan terhadap jemaat juga dilakukan dalam lingkup kekeluargaan. Demikian juga Persekutuan dalam gereja terdiri dari keluarga-keluarga Kristen. Keluarga Kristenadalah persekutuan ayah, ibu, dan anak-anak yang telah percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamatnya dan meneladani serta menjalankan ajaran Tuhan dalam kehidupannya sehari-hari. Sehingga keluarga juga dapat disebut sebagai miniature gereja.

Pembahasan
Mazmur 103 mengungkapkan rasa syukur dan pujian kepada Tuhan atas keuntungan dan berkat yang telah dilimpahkanNya atas umat yang percaya padaNya. Bahwa kasih setia Tuhan untuk selama-lamanya artinya kasihNya lebih dari hidup itu sendiri, karena hidup manusia ada batasnya, bahkan bisa diartikan kasih Tuhan melampaui hidup manusia yang hanya seperti rumput (ay 15). Bagi orang yang takut akan Tuhan, berlaku janji keselamatan dan keadilan Tuhan bahkan akan terus berlaku juga bagi anak dan cucunya. Bisa disimpulkan bahwa kasih Tuhan tak berkesudahan bagi keluarga yang takut akan Dia (baca: mengasihi Tuhan).

Bangsa Israel menerima ketetapan dari Tuhan untuk memusnahkan tempat peribadatan bangsa-bangsa terdahulu yang mereka dapati di tanah perjanjian. Hal ini tentu saja dilatar belakangi oleh perjalanan hidup bangsa Israel sendiri yang dapat dengan mudahnya tergoda untuk menyembah ilah-ilah lain. Untuk menghindarkan bangsa Israel dari penyembahan terhadap ilah-ilah lain di tanah Kanaan,selain peribadahan dalam dalam rumah tangga (Ul 6:7,20) maka disepakatilah pemusatan peribadahan bagi mereka. Dalam ayat 5 disebutkan bahwa Allah sendirilah yang akan memilih tempat tersebut dan hanya ketempat tersebutlah mereka dapat membawa segala persembahan mereka (ay 6), tempat ini kemudian kita kenal dengan bait suci di Yerusalem. Tujuan dari pemusatan ibadah ini adalah untuk mencegah setiap orang melakukan ibadah dan tindakan menurut keinginan dan pandangannya masing-masing ditanah baru mereka tempati (ay 8-9). Tempat ibadah tersebut juga memiliki fungsi social, seperti yang dicatatkan dalam ayat 7, yaitu sebagai tempat keluarga (kamu dan seisi rumahmu) untuk bersukaria dihadapan Tuhan. Sukaria keluarga tersebut diekspresikan dengan acara makan bersama (miriplah dengan orang Karo yang juga selalu mengekspresikan sukacitanya dengan makan bersama).Alasan untuk bersukaria tersebut adalah karena keluarga telah menerima berkat Tuhan dalam segala usahanya. Sehingga keluarga yang bahagia adalah keluarga yang senantiasa mengucap syukur, pertama-tama syukur atas keselamatan yang Tuhan berikan kemudian syukur karena berkat melimpah yang diterima setiap harinya.

Paulus dan Silas mengalami penderitaan di penjara, kaki terbelenggu dan tubuh mereka terluka karena di dera/ dicambuk (ay 22-24), hukuman ini dijatuhkan karena mereka dianggap bersalah ketika mengabarkan Injil diantara masyarakat dikota Filipi, ada kelompok yang merasa dirugikan dan menuduh Paulus dan Silas mengacau kota dengan mengajarkan adat-istiadat Yahudi (ay19-21). Namun ditengah penderitaan fisik ini pun mereka senantiasa berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah, yang mereka lakukan adalah mengucap syukur dalam penderitaan. Doa dan pujian didengar oleh tahanan lain bahkan kemudia mendatangkan gempa hebat yang mengakibatkan:Sendi-sendi penjara goyah; Seketika terbukalah semua pintu; Terlepaslah belenggu mereka; Kepala penjara terjaga dari tidurnya (kepala penjara yang tadinya membelenggu kaki Paulus dan Silas). Kondisi ini membuat kepala penjara berpikir bahwa seluruh orang hukuman telah melarikan diri, dan bukannya mencoba mengejar atau pun meminta tolong untuk mencari orang-orang hukuman yang dikiranya sudah lari malahan dia menghunus pedangnya untuk tujuan membunuh diri sendiri.Mengapa seseorang mau membunuh diri sendiri? Menurut hellosehat.com penyebabnya adalah karena depresi, sikap impulsive (melakukan sesuatu berdasarkan dorongan hati), masalah social (dikucilkan/ bullying), filosofi kematian (mereka melihat tidak ada peluang untuk hidup), dan sakit mental. Dan saya kira kita sepakat bahwa kegembiraan ditengah keluarga akan menjauhkan anggota keluarga dari keinginan/ pikiran untuk bunuh diri.Mungkin rasa takut atas akibat dari kejadian gempa hebat,karena tahanan yang menjadi tanggung jawabnya dianggapnya sudah melarikan diri membuat kepala penjara mengambil keputusan instan tersebut.

Kita bisa saja beropini tentang penyebab kepala penjara tersebut ingin bunuh diri namun satu-satunya persoalan yang ditanyakannya kepada Paulus dan Silas adalah tentang keselamatannya. Katanya “Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?” dan jawaban yang diterimanya “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu”. Keinginannya untuk tetap hidup menjadi jalan masuk bagi Paulus dan Silas memperkanlakan Juru Selamat. Peristiwa gempa hebat dipenjara akhirnya bukan semata untuk membebaskan Paulus dan Silas tapi untuk mendatangkan keselamatan bagi kepala penjara dan keluarganya. Maka Injil diberitakan kepada kepala penjara dan semua orang yang ada dirumahnya, sekeluarga menjadi percaya dan memberi diri untuk dibabtis. Ayat 34, kembali kita bertemu dengan keluarga yang bergembira karena lawatan Tuhan dalam hidupnya dan ekspresi sukacita itu dilakukan dengan makan bersama.

Kesimpulan
1. Secara sederhana kesimpulan pertama dari Firman Tuhan diatasmaka haruslah mengadakan quality time bersama keluarga sangat penting dan yang dimaksud adalah dalam bentuk makan bersama.
2. Keselamatanoleh Tuhan Yesus yang di terima akan mengubahkan hidup sekeluarga dan juga memampukan kita untuk hidup penuh rasa syukur bersama keluarga yang Tuhan anugrahkan.
3. Keluarga yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus akan menjadi bagian dari keluarga Kerajaan Allah, bagian dari tubuh Kristus di dunia ini.
4. Sukacita ditengah keluarga bukanlah hal yang datang dari pencapaian dunia tapi karena seluruh keluarga memiliki iman percaya kepada Tuhan Yesus.
5. Kedekatan dan kebersamaan dalam keluarga akan menghindarkan anggota keluarga dari depresi dan pengaruh buruk/ negatif lingkungan dan teknologi.

Pdt. Erlikasna Purba
Runggun Denpasar

Minggu 10 November 2019, Khotbah Filipi 4:6-8

Invocatio :

Karena itu aku menasehati kamu, supaya kamu makan dahulu. Hal itu perlu untuk keselamatanmu. Tidak seorangpun di antara kamu akan kehilangan sehelaipun dari rambut kepalanya (Perb. 27:34)

Bacaan :

Kejadin 1:29-31 (Tunggal)

Tema :

PIKIRKANLAH YANG BENAR (UKURILAH SIMEHULI).

 

I. KATA PENARUH
Pandangan etika Kristen mengatakan bahwa pandangan kita terhadap sesuatu itu menentukan sikap kita terhadap sesuatu itu. Seperti seorang ibu yang memiliki 2 putra. Kedua putranya bekerja yakni anak yang pertama bekerja sebagai penjual es krim dan anak yang kedua bekerja menyewakan payung waktu hujan. Ketika hari hujan maka sedihlah hati ibu tersebut karena yang dia ingat anaknya yang pertama mengingat es krim anaknya tidak akan habis terjual karena hari hujan. Jika hari sangat cerah maka ibu tersebut juga sangat bersedih karena yang dia ingat anaknya yang kedua mengingat payung anaknya tidak akan ada yang menyewanya karena hari tidak hujan. Oleh sebab itu baik hari hujan atau cerah hati ibu tersebut sangat sedih. Suatu hari teman-temannya mengajaknya untuk bersama-sama mereka ikut dalam persekutuan gereja mereka. Ternyata dengan seringnya ikut daam persekutuan-persekutuan gereja, maka ibu tersebut sering sekali mendengarkan firman Tuhan tentang bagaimana Allah turut bekerja dalam segala perkara untuk mendatangkan kebaikan bagi orang percaya.

Akhirnya ibu tersebut dapat mengelola pikirannya sehingga baik cerah atau hujan dia dapat tersenyum gembira karena ketika hari hujan yang dia ingat anaknya yang kedua mengingat payung anaknya pasti banyak disewa orang karena hari hujan. Kalau hari cerah ibu tersebut sangat gembira juga karena yang dia ingat anaknya yang pertama mengingat es krim jualan anaknya pasti habis terjual mengingat teriknya matahari. Ternyata gembira tidaknya dan senang tidaknya ibu tersebut bukan tergantung apa jualan anaknya, atau tidak tergantung hujan atau cerahnya hari, melainkan tergantung apa yang dipikirkan ibu tersebut.

Khotbah kita Minggu ini juga mau mengajarkan kepada kita tentang nasihat-nasihat Rasul Paulus untuk menjalankan berbagai kewajiban kristiani yaitu supaya kita berdiri teguh di dalam iman Kristen yang kita akui (ay. 1). Paulus menasehati agar jemaat Pilipi berdiri dengan teguh dalam Tuhan. Sekarang mereka sudah ada di dalam Kristus, dan karena itu mereka harus berdiri teguh di dalam Dia, mantap dan kokoh dalam berjalan dengan-Nya, dan tetap dekat dan setia sampai pada akhirnya. Atau, berdiri dengan teguh dalam Tuhan berarti berdiri dengan teguh dalam kekuatan dan anugerah-Nya, dengan tidak mengandalkan diri dan mengakui ketidakberdayaan kita.

Dalam Pilipi 4:6-8 Paulus menyampaikan nasehatnya untuk memberikan peringatan terhadap kekhawatiran yang menggelisahkan (ay. 6).Berbagai kesulitan seperti yang dialami gereja di Filipi wajar membuat mereka kurang bersukacita. Kekuatiran baik tentang kehidupan pribadi maupun gereja memang bisa membuat kesukaan menjadi sesuatu yang tidak akrab dalam pengalaman orang Kristen. Tetapi Paulus mengingatkan bahwa sukacita orang Kristen berasal dari Tuhan (ayat 4). Sebaliknya dari membiarkan kondisi sukar mempengaruhi sikap orang Kristen, Paulus meminta agar orang Kristen di Filipi secara aktif menyatakan kebaikan hati mereka (ayat 5). Status 'dalam Tuhan' yang menjadi sumber orang Kristen memiliki sukacita dan damai sejahtera tidak boleh dihayati oleh orang Kristen secara pasif. Hanya bila secara aktif orang Kristen memupuk status tersebut dalam doa, maka relasi dengan Tuhan itu menjadi komunikasi yang hidup dan hangat. Dalam kondisi demikian kekuatiran tak beroleh tempat sebab damai dan sukacita Allah sendiri penuh dalam hati orang percaya (ayat 4-7).

Sebagai penangkal ampuh melawan kekhawatiran yang menggelisahkan, Rasul Paulus menyarankan supaya kita senantiasa berdoa kepada Tuhan. Dalam hal ini Paulus mengajarkan bahwa kita tidak hanya harus memelihara waktu-waktu untuk berdoa, tetapi juga harus berdoa setiap saat. Ketika apa saja membebani roh kita, kita harus menenangkan pikiran kita dengan doa. Ketika urusan-urusan kita menjadi kacau atau gelisah, kita harus mencari petunjuk dan dukungan. Kita harus memadukan ucapan syukur dengan segala doa dan permohonan kita. Doa berarti mempersembahkan keinginan-keinginan kita kepada Allah, atau memberitahukannya kepada Dia. Bukan berarti bahwa Allah perlu diberi tahu kebutuhan-kebutuhan atau keinginan-keinginan kita, sebab Ia mengetahuinya secara lebih baik daripada yang bisa kita katakan kepada-Nya. Tetapi Ia ingin mengetahuinya dari kita, dan mau supaya kita menunjukkan perhatian dan kepedulian kita, mengungkapkan penghargaan kita terhadap rahmat-Nya dan rasa kebergantungan kita kepada-Nya.

Dengan menyatakan segala keinginan kita kepada Allah maka akan berdampak bahwa damai sejahtera Allah akan memelihara hati kita (ay. 7). Damai sejahtera ini akan memelihara hati dan pikiran kita dalam Kristus Yesus. Damai sejahtera itu akan menjaga kita untuk tidak berdosa di bawah permasalahan-permasalahan kita, dan tidak tenggelam di dalamnya. Damai sejahtera itu akan membuat kita tetap tenang dan terkendali, tidak diombang-ambingkan amarah, tetapi mendapat kepuasan batin.

Paulus juga menasehati jemaat Pilipi untuk memperoleh dan menjaga nama baik, nama untuk hal-hal yang baik yang ada pada Allah dan orang-orang baik yaitu semua yang benar, semua yang mulia (ay. 8). Kita harus memperhatikan supaya perkataan dan perbuatan kita benar, dan perilaku kita sopan dan pantas, sesuai dengan tempat dan keadaan hidup kita. Semua yang adil, semua yang suci – yang sesuai dengan kaidah-kaidah keadilan dan kebenaran dalam berhubungan dengan orang lain, tanpa adanya ketidakmurnian dan campuran dengan dosa. Semua yang manis, semua yang sedap didengar, yaitu semua yang menyenangkan. Itu akan membuat kita dicintai orang lain, dan mereka pun akan mengatakan serta memikirkan yang baik-baik tentang kita. Semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji – apa saja yang betul-betul bajik dan layak dipuji.

Kebajikan terpuji dengan sendirinya, dan akan dipuji. Kita harus hidup dalam semua jalan kebajikan, dan tinggal di dalamnya. Maka, entah datang dari manusia atau tidak, pujian akan datang dari Allah (Rm. 2:29). Dalam kesemuanya ini, Rasul Paulus menawarkan dirinya kepada mereka sebagai teladan (ay. 9). Apa yang telah mereka pelajari dan apa yang telah mereka terima, dan apa yang telah mereka dengar dan apa yang telah mereka lihat pada diri Paulus, mereka dapatmelakukanitu.

Perhatikanlah, ajaran dan kehidupan Paulus adalah dua hal yang sejalan. Apa yang mereka lihat padanya adalah sama dengan apa yang mereka dengar darinya. Ia bisa mengajukan dirinya dan juga ajarannya untuk mereka contoh. Kata-kata kita kepada orang lain akan bertambah kuat apabila kita bisa meminta mereka untuk melihat apa yang ada pada kita. Dan inilah cara supaya Allah, sumber damai sejahtera, menyertai kita sekalian yaitu dengan senantiasa menjalankan kewajiban kita kepada-Nya. Tuhan beserta kita selama kita beserta Dia (bnd. Yohanes 15:7).

Tema kita adalah PIKIRKANLAH YANG BENAR. Pikirkan berasal dari kata Pikir yang dalam KBBI artinya akal budi, ingatan, angan-angan. Memikirkan artinya mencari upaya untuk menyelesaikan sesuatu dengan menggunakan akal budi, mempertimbangkan, merenungkan, memperhatikan, mempedulikan, mengindahkan. Benar dalam KBBI artinya sesuai sebagaimana adanya (seharusnya), betul, tidak salah, tidak berat sebelah, dapat dipercaya. Jadi melalui tema ini memberikan suatu pengertian kepada kita bahwa kita harus mencari upaya melakukan hal yang seharusnya atau yang benar.

Pada Minggu kesehatan ini kita diajak untuk tidak lagi menyibukkan diri dengan masalah-masalah hidup kita sehingga kita kehilangan semangat dan harapan untuk hidup dan mempengaruhi selera makan kita. Banyak orang tidak peduli dengan kesehatan mereka karena banyaknya masalah atau karena sibuknya mencari harta dunia ini.

Tetapi melalui khotbah Minggu ini kita diajak untuk dapat memahami bahwa masalah boleh saja datang menghampiri kita akan tetapi jangan biarkan kekuatiran hidup menghilangkan harapan kita. Seperti yang disampaikan dalam Invocatio, bagaimana ketika Paulus berlayar ke Roma dan angin kencang dan badai menghantam kapal mereka dan seakan-akan tidak ada lagi harapan untuk hidup. Ketakutan orang-orang yang berada di atas kapal tersebut membuat mereka tidak mau makan dan tidak minum selama 14 hari. Tetapi Paulus tetap meyakinkan mereka dan menyuruh mereka makan karena Allah pasti akan memelihara dan melepaskan mereka dari badai yang menerpa mereka.

Karena dari zaman Adam dan Hawa Allah sendiri sudah menyiapkan segalanya yakni memberikan persediaan kepada Adam tanpa Adam mengkhawatirkannya, dan masih memberikan persediaan kepada semua makhluk tanpa mereka mengkhawatirkannya. Allah tidak akan membiarkan orang-orang yang percaya pada-Nya kekurangan apa saja yang baik (Mat. 6:26). Dia yang memberi makan burung-burung tidak akan membiarkan kelaparan anak-anak-Nya.Oleh sebab itu sebagai orang beriman biarlah masalah menerpa hidup kita tetapi kita harus percaya bahwa Allah pasti akan memelihara hidup kita. Yang penting yang harus kita lakukan adalah tetap melakukan yang baik yang benar dan yang berkenaan kepada Allah maka Allah akan menambahkan segalanya (bnd. Mat. 6:33). Amin

Pdt. Jaya Abadi Tarigan
GBKP Runggun Bandung Pusat

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD