RABU 17 AGUSTUS 2022, KHOTBAH ROMA 8:21-25 (HUT KEMERDEKAAN RI KE 77)
Invocatio :
“Kembalilah pula, TUHAN, luputkanlah jiwaku,Selamatkanlah aku oleh karena kasih setia-Mu.
Bacaan I :
Kejadian 40:13-15 (Tunggal)
Tema :
Merdeka janah ngenanami kebebasen / Merdeka supaya mengalami kebebasan
Pengantar
Tanggal 17 Agustus akan selalu identik dengan kata “Kemerdekaan/Merdeka”. Untuk bisa mendapat kemerdekaan harus menempuh perjuangan yang sulit dan panjang bahkan di dalamnya pun ada penderitaan dan pengorbanan. Perjuangan yang tidak mudah itu membuat tidak semua orang bisa bertahan dan mendapatkan kemerdekaan. Bisa kita lihat juga dari perjuangan Bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan. Dalam perjalanannya ada yang tidak bisa menanti kemerdekaan itu datang sehingga mereka meninggalkan Indonesia dan beralih bersama dengan penjajah. Namun, kita bersyukur masih banyak orang yang bisa bertahan dan memiliki pengharapan sehingga sampai saat ini kita sudah merasakan kemerdekaan selama 77 tahun. Selain kemerdekaan Indonesia, hari ini kita membahas kemerdekaan dari dosa. Sudahkah kita merdeka?
Isi
Tuhan Yesus sudah datang ke dunia dan menebus dosa kita di atas kayu Salib. Kita sudah dimerdekakan dari dosa. Tapi, hidup di dalam dunia berdosa, membuat kita setiap hari melihat perbuatan dosa di sekeliling kita. Kita masih bisa tergelincir ikut-ikutan berdosa. Sebagai orang yang sudah dimerdekakan dari dosa, kita harus bisa melawan dosa dan kesenangan dunia yang membuat kita kembali dikungkung oleh dosa. Menjauhi dosa tidak mudah, apalagi menjadi anak-anak Allah seperti yang ada dalam bacaan kita.
Banyak penderitaan yang kita alami saat kita hidup dalam ketaatan bersama Tuhan. Ketika Paulus menulis surat ini, sebagaian besar orang percaya di kota Roma, sedang atau akan mengalami penderitaan dahsyat. Rasul Paulus sendiri mengalami berbagai penderitaan setelah ia mengikut Tuhan. Paulus tidak menghadapu penderitaan dengan mengelakannya tetapi dihadapi dengan kebenaran firman.
Bagaimanakah orang seharusnya memandang penderitaan yang dialaminya saat ini? Penderitaan saat ini harus dipandang dalam kaitan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita. Di Roma 8:18 “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.” Ilustrasi yang dipakai oleh Paulus ialah seorang perempuan yang sakit bersalin. Sembilan bulan menderita berbagai ketidaknyamanan, Mendapatkan sukacita yang tidak terhingga saat bayi lahir. Demikian juga hidup kita yang penuh dengan penderitaan sekarang ini, tidak sebanding dengan pengharapan Sorgawi yang dijanjikan Tuhan bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya.
Dalam bacaan pertama kita mengingat kembali kisah Yusuf. Akibat memelihara integritas, Yusuf dipenjara. Statusnya dari budak menjadi penjahat karena tuduhan yang ia dapat. Penderitaan yang Yusuf alami tidak berkesudahan. Namun, ia tidak menyerah. Dalam penjara, Allah hadir dan bertindak memuwujudkan rencana-Nya bagi orang pilihan-Nya. Yusuf menjadi peka akan penderitaan orang. Di Kejadian 40:7 Yusuf bertanya kepada juru roti dan anggur di dalam penjara, “mengapakah hari ini mukamu semuran itu?”. Yusuf menaruh perhatian kepada penderitaan dan masalah orang lain. Itu bisa ia lakukan karena ia tahu bagaimana menderita dan ia mau membantu orang lain untuk tidak menederita. Dari situ juga kuasa Allah dinyatakan.
Penderitaan kini harus dihadapi dengan fakta kemuliaan kelak yang akan Tuhan nyatakan bagi anak-Nya. Penderitaan dapat menjadi alat Tuhan mengobarkan pengharapan iman yang kreatif. Menjalani kehidupan kita dengan membuka diri akan kehadiran Roh Kudus. Di tengah pergumulan dan penderitaan hidup, Roh Kudus menjadi jaminan akan berakt yang akan diterima oleh anak-anak Allah. Roh Kudus yang memberikan pengharapan karena Ia menjadi kemuliaan kekal yang kelak menanti kita.
Paulus sudah menjelaskan bahwa kita yang memiiki buah sulung Roh Allah menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu penebusan tubuh kita (ayat 23). Di ayat 25, “tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.” Tubuh yang ditebus akan merupakan tubuh yang dimuliakan, bebas dari segala dosa. Dengan pengharapan semacam ini, orang percaya menantikan penggenapannya dengan sabar dan tekun.
Refleksi
Tanpa mengalami penderitaan bagaimana Yusuf memiliki kepekaan terhadap orang yang sedang susah. Tanpa dipakai Tuhan untuk menanggapi mimpi orang lain, bagaimana mungkin ia mengantisipasi mimpi dari Allah untuknya? Jika Rasul Paulus tidak menghadapi berbagai penderitaan bagaimana ia bisa memberikan nasihat kepada jemaatnya? Hadapilah setiap babak baru dalam hidup kita dengan semangat untuk melihat apa yang Allah ingin kita pelajari dan berikan. Selamat menjalani berbagai penderitaan dengan harapan pembebasan dari Allah dan selamat menjadi saksi Tuhan untuk bisa membantu mereka yang juga menderita memiliki pengharapan akan pembebasan dari Allah.
Detaser Essy br Sembiring-Perpulungen Makassar