MINGGU 14 AGUSTUS 2022, KISAH PARA RASUL 8:4-13

Invocatio: Efesus 2:10

Bacaan: Yesaya 61:1-4

Thema: Bersehati Dalam Pengajaran

 

I. Pendahuluan

Beberapa hari yang lalu saya sempat membaca artikel yang dipublikasikan salah satu teman saya di akun media sosial miliknya. Artikel itu isinya tentang temuan mutakhir dari peneliti medis di Memorial Sloan Kettering Cancer Center, Nem York, di mana mereka menguji coba obat cancer dinamai MMRd atau Mismatch Repair-deficient atau disebut juga dengan Microsatellite Instability (MSI). Cara kerja obat genetik ini adalah mengidentifikasi sel kanker yang tersembunyi dan menghancurkannya melalui sel imun, dan hasilnya semua pasien yang mengikuti trial dinyatakan sembuh. Riset ini baru saja terbit di New England Journal of Medicine. Namun saat ini biayanya masih sangat mahal yaitu USD 11.000 per dosis dan diperlukan 3 minggu sekali, sampai 6 bulan. Bagi Amerika Serikat, sebagai negara dengan jumlah kematian 50.000 jiwa per tahun karena kolorektal kanker tentu temuan ini sangat menggembirakan. Ini pertama kalinya terjadi dalam sejarah ratusan tahun medis modern. Nah, point saya dalam pendahuluan ini. Berkaitan dengan teologi, kenapa membaca hal-hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahun perlu? Agar kita paham kerja keras dan pengorbanan para medis dan peneliti ini juga adalah mujizat, jangan selaku kita ringkas, mujizat itu: sekali pukul, hanya 3 menit, lalu kita bilang mujizat itu nyata. Lalu saat mujizat tidak ada kita hakimi lagi iman kita lemah. Maka tidaklah heran, salah satu keilmuan yang paling lambat berevolusi adalah ilmu teologi. Saya meyakini di sinilah pentingnya selalu pengajaran itu ditekankan di dalam kehidupan gereja.

II. Isi

Bahan invocatio kita yaitu Efesus 2:10 merupakan penjelasan dari Paulus tentang anggapan yang salah bahwa semua yang diterima manusia itu bukan hasil usahanya. Itu adalah pemberian Allah, jangan ada yang memegahkan diri. Ungkapan memegahkan diri yang dipakai Paulus di sini secara mendasar yaitu usaha pembangunan diri sendiri, yang tidak berdasar atas pemberian allah, tetapi atas prestasi manusia, baik dalam bentuk pekerjaan/perbuatan, maupun dalam bentuk pengetahuan. Jangan memegahkan diri maksudnya jangan menyangka bahwa pekerjaan yang kita kerjakan di dalam atau di luar jemaat itu adalah suatu jasa, dan bahwa karena itu keselamatan dapat diperoleh berdasarkan jasa sehingga kita mengharapkan segala sesuatu dari diri kita sendiri. Semuanya adalah kasih karunia Allah. Penekanan dalam bahan invocatio ini salah satunya adalah kasih karunia Allah. Dalam bahan invocatio ini Paulus memberikan motivasi dari perkataannya: kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya, sebagai lingkungan hidup kita. Kita adalah ciptaan baru. Mendapat eksistensi di dalam Kristus. Kita tidak diselamatkan oleh perbuatan baik, tetapi diciptakan dalam Kristus untuk melakukan perbuatan baik. Keselamatan itu bukan pekerjaan manusia, tapi pekerjaan Allah. Segala sesuatu yang kita butuhkan untuk keselamatan kita, Allah berikan. Malahan keselamatan kita sendiri adalah pemberianNya. Tugas kita adalah menerima pemberian itu dan sebagai ucapan syukur, kita meneruskannya kepada orang lain.

Bahan bacaan kita Yesaya 61:1-4 merupakan bagian dari Trito Yesaya yang berisi tentang berita kesukaan yang sudah disaksikan oleh pemberita berita kesukaan itu sendiri. Berita ini dialamatkan kepada orang-orang sengsara, orang-orang yang berkekurangan, miskin dan tertekan. Bukan Israel seluruhnya, bukan Yerusalem, tapi orang-orang yang menderitalah yang diberi kesukaan. Pembebasan ini dikiaskan kepada tahun Sabat, tahun penghapusan hutang, di mana dibebaskan hamba-hamba dan orang miskin, dan tahun itu disebur tahun rahmat. Perubahan pada tahun pembebasan ini dilukiskan dengan kiasan yang indah: orang-orang yang berkabung menaruh debu ke atas kepalanya, dan orang-orang hina duduk di dalam debu, sedangkan orang-orang yang terhormat memakai perhiasan kepala.

Bahan khotbah kita Kisah Para Rasul 8:4-13 bercerita tentang penyebaran Injil dan keberhasilan Filipus yang digerakkan oleh Roh Kudus. Pemberitaan tentang Injil terus disampaikan dengan terang-terangan, para pengikut Kristus tidak takut menderita, bahkan mereka bangga dengan penderitaan mereka demi mengikut Yesus. Mereka sudah berpencar ke mana-mana. Tokoh Filipus di sini adalah salah satu dari 7 diaken yang dipilih oleh rasul-rasul. Tempat yang dipilih Filipus adalah kota Samaria. Filipus melayani di kota itu diutus untuk menyembuhkan pikiran manusia. Ajaran Filipus, setelah terbuktikan, diterima di Samaria. Dan ternyata mujizat yang dilakukan oleh Filipus melalui kuasa dari Tuhan adalah jalan pembuka untuk bisa mengajari orang Samaria lebih dalam lagi tentang Injil Yesus Kristus. Penduduk kota Samaria itu dengan bulat hati, mereka semuanya bersehati sepikir, bahwa ajaran Injil layak diselidiki dan didengarkan tanpa rasa curiga. Orang Samaria itu puas dalam memperhatikan dan mendengarkan khotbah Filipus, dan pekerjaan baik yang dikerjakan oleh Filipus. Hasil dari pemberitaan, pengajaran dan pelayanan yang dilakukan Filipus tanpa ragu penduduk Samaria itu mau dibaptis. Tentu saja apa yang dilakukan oleh Filipus itu tersebar ke mana-mana. Injil tidak membuat orang menjadi murung, tapi malah bersukacita. Tapi, walau begitu belajar untuk meninggalkan yang buruk sering kali merupakan pekerjaan yang lebih sulit daripada mempelajari yang baik. Orang Samaria ini, walau bukan penyembah berhala seperi bangsa non-Yahudi, ternyata tertarik untuk mengikuti Simon, seorang tukang sihir yang membuat kegaduhan di antara mereka. Dari sini bisa kita pelajari betapa kuatnya tipuan iblis yang menggerakkan mereka untuk melayani kepentingan Simon ini. Simon, menganggap dirinya luar biasa. Simon sebenarnya tidak berniat memperbarui hidup mereka, atau memperbaiki ibadah dan kesalehan mereka. Simon menyatakan dirinya sebagai Mesias. Intinya dia ingin dianggap sangat penting. Dan ternyata penduduk kota itu banyak mengakui kehebatan Simon. Tapi walau begitu, Simon si tukang sihir ini punya pengaruh atas mereka, dan penduduk kota ini percaya kepada Simon, tapi ketika mereka melihat perbedaan antara Simon dan Filipus, penduduk kota itu meninggalkan Simon dan beralih mendengarkan Filipus. Lalu Simon pun juga mau mendengarkan Filipus dan akhirnya mau dibaptis.

III. Refleksi

Yesus adalah orang Yahudi dan agamanya pun agama Yahudi. Ia setia datang ke Bait Suci, begitu juga 12 muridNya. Setelah Yesus naik ke surga, murid-murid tetap melanjutkan kebiasaan ini selama beberapa bulan ataupun beberapa tahun. Dari catatan kitab Kisah Para Rasul dan beberapa surat-surat Paulus terlihat di situ pengikut Tuhan Yesus tetap beribadah dengan orang Yahudi yang lain di sinagoge. Gereja lahir ke dunia ini sewaktu pengikut Tuhan Yesus perlahan-lahan mulai merasakan bahwa ada satu hal yang secara mendasar membedakan mereka dengan agama Yahudi. Yang membedakannya adalah pengakuan pengikut Tuhan Yesus bahwa Ia adalah Tuhan dan Juruselamat. Pengakuan ini jadi pemberitaan yang mendasar. Pengakuan ini disampaikan Petrus dengan jelas dalam khotbahnya beberapa hari setelah Yesus naik ke surga seperti yang tercatat dalam Kisah Para Rasul 2. Pengakuan ini isinya bukan hanya informasi saja, tapi pengakuan ataupun kesaksian yang masih tetap harus dicerna, digumuli, dipikirkan dan direnungkan. Oleh karena itu pengakuan perlu dijelaskan sampai kepada dampaknya di dalam kehidupan. Oleh karena itu lahirlah pengajaran yang sumbernya dari pengakuan itu sendiri. Intinya mengenai kehidupan Tuhan Yesus. Pengajaran itu sendiri banyak sekali bentuknya: pengajaran secara lisan, pengajaran secara tertulis, doa, nyanyian, pengakuan iman, doktrin, dsb. Karena ada pengakuan, maka dengan perlahan-lahan pengikut Tuhan Yesus memisahkan diri dari sinagoge. Lalu muncullah gereja. Gereja-gereja Kristen yang pertama ini bentuknya adalah gereja rumah. Dan ada dugaan, kegiatan utama gereja rumah ini adalah belajar. Siapa yang mengajari? Sudah tentu 12 rasul. Dan dalam perkembangan waktu ada jabatan guru.

Gereja sudah ada di dalam rencana Tuhan. Gereja bukanlah gedungnya. Gereja juga bukan persoalan administrasui ataupun organisasi saja. Gereja adalah tubuh Kristus. Gereja adalah pilihan Tuhan, hasil penebusan Tuhan. Gereja adalah bangsa yang kudus dan imam-imam raja. Gereja adalah garam dan terang dunia. Gereja adalah saksi Kristus di dunia, ditengah-tengah orang berdosa. Sering sekali kita melihat gereja lebih mengarah kepada gedungnya. Apakah pada saat Kristus nanti datang untuk yang kedua kalinya, gedung gereja yang bakal diangkat Kristus ke surga? Tentu tidak, yang diangkat adalah orang percaya. Di dalam gedung gereja ada orang yang terpilih, yang dituntun hatinya, dan dibersihkan. Siapa yang menuntun? Roh Kudus. Dibersihkan dengan apa? Dengan darah Kristus. Bagaimana hal ini bisa dipahami oleh jemaat? Ternyata harus ada pembinaan yang disampaikan kepada jemaat. Gereja ada dasarnya yang sangat serius yaitu mengajar. Mengajar berarti apa yang diperlihatkan, dan sekarang ini, kita diharapkan tidak lagi jadi teolog konseptor, tapi semua tubuh kita ini adalah ilmu teologi yang kita gerakkan. Kehidupan yang kita ajarkan adalah jadi budaya bersama. Bimbingan khotbah kita ini mengingatkan kita pentingnya pengajaran ataupun pendidikan. Karena manusia yang terdidiklah yang bisa membawa kehidupan ini lebih baik. Pendidikan mengubah cara berpikir. Dan tentu saja belajar juga tidak boleh tanggung-tanggung. Pesan Tuhan Yesus sebelum Dia naik ke surga: baptislah semua bangsa dan ajarlah melakukan segala sesuatu yang diperintahkan Tuhan. Pekerjaan gereja tidak hanya membaptis tapi juga mengajar. Kalau sekedar dibaptis tentu itu hanya sekedar jadi anggota. Tapi dengan mengajar berarti kita disuruh Tuhan menjadikan bangsa-bangsa menjadi murid Tuhan. Tentu tidak hanya jadi anggota gereja. Tapi, jadi murid-murid Tuhan. Berarti sebelum diajari orang lain, terlebih dahulu kita sudah menerima pengajaran itu. Sebab kalau menurut Matius 28:16-20 kita menjadi guru bagi orang lain. Dan ada teolog yang mengatakan bukan hanya 3 tugas gereja, tapi mungkin 4. Kalau biasa kita tahu koinonia, marturia, diakonia. Tapi ada teolog yang mengatakan harus Tritugas gereja itu ditambahkan jadi 4 yaitu: pengajaran (pemuridan). Bagaimana menjadikan warga gereja menjadi murid-murid Tuhan. Bagaimana menjadikan warga gereja jadi orang yang mau belajar. Karena hanya orang yang tidak mau belajar yang menjadi kurang ajar. Pekerjaan gereja adalah menjadikan warganya menjadi murid. Sebab dengan menjadi muridlah maka warga gereja bakal jadi orang terpelajar. Pekerjaan gereja bukan sekedar ibadah tapi juga mengajar dan belajar. Kalau kita baca sejarah banyak sekali universitas, banyak sekali sekolah, pada awalnya gereja yang memulai. Universitas ataupun sekolah terkenal pada awalnya adalah sekolah teologi. Lembaga pendidikan yang dimulai gereja. Karena begitu pentingnya pendidikan itu. Pengajaranlah yang membentuk satu masyarakat yang maju. Kalau tidak ada pengajaran yang baik maka kualitas mental bakal menurun. Kita tahu tubuh kita ini butuh asupan gizi. Kalau tidak tercukupi gizinya tentunya berpengaruh kepada kesehatan atapun pertumbuhan tubuh. Begitu juga dengan mental, jiwa, kerohanian kita. Jiwa kita, mental kita, kerohanian kita perlu pengajaran. Untuk itulah gereja kita membuat satu lembaga yang dinamai PWG. PWG inilah sebenarnya motor penggerak pengajaran, dan untuk itu harus dikembangkan. Diterapkan dengan baik ditengah-tengah gereja kita. Warga gereja perlu asupan rohani, makanan rohani. Inilah yang perlu diajarkan.

 

Pdt. Andreas Pranata Meliala, S.Th-Runggun Cibinong

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD