MINGGU 24 JULI 2022, KHOTBAH MALEAKHI 3:8-12 (MINGGU GBKP NJAYO)

   Invocatio : Dage Kiniteken rehna arah megi berita e, janah isi berita e, e me kata kerna Kristus   (Roma 10:17)

Ogen : Galati 6:4-10

Thema  : Maba Persembahen/ Membawa Persembahan

 

PENDAHULUAN

Dalam perjalanan pelayanan beberapa hari lalu, ada satu hal menarik yang kami perhatikan ketika bus yang sedang kami tumpangi berhenti di salah satu halte. Tepat di sebelah halte bus tersebut, terdapat sebuah warung makan yang kelihatan sederhana malah cenderung biasa-biasa saja. Yang tidak biasa dari warung ini adalah si pemilik warung meletakkan sebuah meja di depan warungnya dan mengisi meja itu dengan nasi yang dibungkus lengkap dengan lauknya. Pada meja itu ditambahkan tulisan dengan keterangan : “berbagi berkat bagi yang membutuhkan” yang berarti makanan di meja itu bisa diambil secara gratis oleh siapa pun yang sedang ada dalam kesusahan dan terancam tidak bisa makan. Dalam cerita yang kami dapatkan, si pemilik warung tersebut memang memiliki kerinduan besar untuk menolong sesama sejauh yang dapat dia lakukan. Dia secara teratur menyediakan makanan gratis itu setiap hari Jum’at sebagai tanda kasihnya kepada saudara yang membutuhkan pertolongan. Dia melakukannya dengan sebuah komitmen dan kasih sehingga sebagai pemilik warung dia rela menyisihkan keuntungan warungnya bagi orang yang membutuhkan. Tentu sebagai pemilik warung sederhana yang mengalami kesulitan dan tekanan untuk bangkit dari efek pandemi, berbagi dengan orang lain bukan sebuah hal mudah untuk dilakukan. Tetapi si pemilik warung menolak untuk berfokus hanya memikirkan diri sendiri dan memilih untuk memberikan yang terbaik dalam menolong sesama.

Lain halnya dengan bangsa Israel dalam kitab Maleakhi saat mereka mengalami situasi pasca pembuangan di Babel. Daripada memperbaiki kondisi kerohanian dan nilai-nilai kehidupan yang berkenan di mata Tuhan, mereka justru lebih memilih untuk melakukan playing victim, dimana seolah-olah mereka menjadi korban yang tidak bersalah dalam kehidupan yang mereka jalani. Dalam kenyataannya bangsa Israel bersalah, tapi mereka malah mempertanyakan kesetiaan Tuhan (bdk. Mal. 1:2; 3;9). Lebih lanjut lagi mereka mempertanyakan mengapa Tuhan tidak berkenan atas persembahan mereka dan menangis dengan air mata palsu, padahal mereka sendiri jelas tahu persembahan yang mereka berikan adalah persembahan yang cemar di mata Tuhan (bdk. Mal.1:8; 3:8) Bila hal seperti ini terjadi, perlulah kita mempertanyakan dimanakah letak iman percaya, kasih, dan hormat bangsa Israel kepada Tuhan?    

PENDALAMAN TEKS

Dalam konteks kitab Maleakhi, kita melihat bagaimana situasi kehidupan yang mereka alami. Mereka mengalami krisis keyakinan dan krisis pengharapan atas kenyataan yang dimulai sejak kehancuran Bait Suci sebagai simbol kehadiran Tuhan. Bait suci kedua memang dibangun kembali tetapi tidak semegah seperti sebelumnya. Bangsa Israel hidup dalam perjuangan terlebih saat kelimpahan yang didambakan sekembali dari pembuangan Babel belum menjadi kenyataan. Disamping itu terjadinya gagal panen dan kemarau panjang membuat kehidupan Israel semakin terancam. Dalam kondisi yang demikian mereka menjadi tidak peduli dan merasa beribadah (baca: memberikan persembahan) atau tidak kepada Tuhan sama saja sebab Tuhan tidak menunjukkan kuasaNya seperti yang dinantikan oleh bangsa Israel. Ayat 8-9 adalah sebuah kritik yang keras kepada bangsa Israel sebab dalam pandangan Tuhan, bangsa Israel melakukan kejahatan dan menipu Tuhan. Mereka tidak lagi mau memberikan persembahan kepada Tuhan dan dibalik itu tersembunyi motif yang sesungguhnya yaitu ketidaktaatan dan ketidak-percayaan bangsa Israel kepada Tuhan. Tuhan selalu setia dan mengasihi umatNya, tetapi tampaknya tidak demikian balasan Israel kepada Tuhan. Selain itu menahan persembahan menjadi kejahatan karena mereka menahan berkat yang seharusnya menjadi milik orang-orang miskin sesuai dengan sistem perpuluhan yang berlaku saat itu.

Karena itu, Tuhan memberikan tantangan bagi bangsa Israel untuk membuktikan kesetiaan Allah. Dalam ayat 10 dikatakan: “Ujilah Aku..” bagian ini dimaksudkan bukan hanya untuk menekankan kewajiban atau regulasi, tetapi terutama untuk mengajak bangsa Israel kembali tunduk dan taat kepada Tuhan lewat persembahan yang mereka bawa kepada Tuhan. Dengan tunduk kepada Tuhan, maka bangsa Israel dapat keluar dari dosa dan penyimpangan yang telah berurat- akar selama ini. Ketika bangsa Israel melakukannya, maka Tuhan akan memberikan berkat berupa hujan yang turun membawa kesuburan pada tanah dan mengakhiri penderitaan akibat belalang pelahap yang merusak sumber penghidupan bangsa Israel (bdk. Ay.11). Dengan begitu umat dapat menyadari bahwa sejak awal Tuhan itu besar dan IA setia pada kehidupan umatNya (bdk. Ay.12)

APLIKASI

Dalam minggu GBKP Njayo, kita diminta untuk memperhatikan bagaimana selama ini sikap dan cara kita dalam membawa persembahan bagi Tuhan yakni:

  1. Membawa persembahan pada Tuhan adalah sebuah bukti ketaatan dan pengakuan bahwa kehidupan kita telah diberkati Tuhan. Dengan demikian kita tidak mengingkari campur tangan Tuhan dalam segala yang ada pada kita. Kita boleh menikmati berkat-berkat Tuhan, tetapi tidak boleh melupakan Tuhan dan tidak boleh mensejajarkan Tuhan dengan kemakmuran itu. Segala sesuatu adalah milik Tuhan, maka jangan sampai kita lupa dan “menyingkirkan” Tuhan dalam hidup kita.
  2. Dalam membawa persembahan bagi Tuhan sangat perlu untuk memperhatikan kualitas persembahan kita. Bila Tuhan memberi yang terbaik untuk kita, tentu kita pun memberikan yang terbaik sebagai tanda kasih bagi Allah yang telah memelihara kehidupan dan memerdekakan kita dari belenggu dosa. Kita perlu merenungkan kembali bagaimana kita memberi persembahan yang “prima” bagi Tuhan sebab harus diakui banyak hal yang mempengaruhi kualitas persembahan kita pada Tuhan. Membawa persembahan dengan teratur dan berkualitas adalah salah satu displin rohani yang terus perlu kita kerjakan.
  3. Sebagai umat kita turut bertanggungjawab dalam pelayanan GBKP. Dalam bingkai gereja yang mandiri, maka kita semua ditempatkan Tuhan di tengah-tengah gereja kita untuk menyalurkan berkat-berkatNya lewat keberadaan kita. Tuhan memberkati setiap upaya dan kerja kita sehingga disinilah kita terpanggil untuk ikut dalam arak-arakan pelayanan itu. Bacaan kita di minggu ini (Gal. 6:4-10) telah menggarisbawahinya dengan menyampaikan: bertolong-tolongan dalam menanggung beban. Kata beban disini merujuk pada barang bawaan yang biasanya dibawa oleh masing-masing prajurit di punggungnya saat berjalan. Jadi, masing-masing orang harus membawanya dan tidak bisa dibawakan oleh orang lain.

Dalam situasi yang dihadapi dunia dan gereja kita saat ini, kita dipanggil untuk mengambil bagian dalam membawa persembahan kita, aktif merawat dan memperhatikan gereja kita dan tidak jemu-jemu dalam melakukan perbuatan baik. Pasti ada pengorbanan yang kita lakukan baik uang, waktu, pemikiran, kenyamanan, dan lain-lain. Jangan kita lupakan bahwa benih baik yang ditabur dalam ketaatan dan dirawat dalam kesetiaan tidak akan pernah sia-sia.

 

Pdt. Eden P. Funu-tarigan, S.Si (Teol)-GBKP Perpulungen Kupang

MINGGU 17 JULI 2022, KHOTBAH MAZMUR 104:10-23 (MINGGU MERDANG)

Invocatio : 1 Korintus 15: 37

Bacaan I  : 2 Korintus 9: 8-11

Tema   : Dunia ini Penuh Dengan Berkat-berkat Tuhan (Dem Doni Enda Alu Pasu-pasu Tuhan)

 

I. Pengantar

Minggu ini kita masuk ke dalam minggu “merdang” atau minggu menabur yang dihubungkan dengan merawat lingkungan dan ketahanan pangan. Minggu yang mengingatkan kita untuk tetap menabur untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Menabur benih dalam arti yang lebih luas bukan hanya diperuntukan kepada para petani tetapi kepada semua orang di dalam pekerjaannya masing-masing. Melalui pekerjaan yang kita kerjakan setiap harinya, kita dituntut untuk menabur benih kebaikan sehingga kita juga akan menuai kebaikan dari pekerjaan kita, melalui pekerjaan kita juga kelestarian lingkungan tetap terjaga, sehingga kehidupan manusia juga akan terjaga dengan baik.

II. ISI

Pada umumnya kita mengukur kebaikan Tuhan dengan tolok-ukur dikabulkannya permohonan kita. Tahukah Anda bahwa kebaikan Tuhan tidak selalu diwujudkan dengan memenuhi apa yang kita inginkan, melainkan dengan memenuhi apa yang kita butuhkan. Salah satu bukti konkret yang jarang sekali menjadi perhatian kita, yaitu keindahan dan kemisterian alam. Melalui alam, Tuhan menyatakan kebaikan serta pemeliharaan-Nya. Segala kebutuhan primer manusia dan makhluk hidup lainnya sudah tersedia di alam.          

Dalam mazmur ini terlihat jelas bagaimana pemazmur memuji kebaikan Tuhan. Sebab Ia memberikan air bagi ciptaan-Nya (10-13), Engkau melepas mata-mata air. Salah satu kebutuhan terpenting di Palestina pada zaman kuno ialah persediaan air yang mencukupi. Pemazmur memuji Allah karena memberikan pemeliharaan berupa mata air dan hujan sehingga semua bentuk kehidupan, binatang dan sayur-mayur bisa terus hidup. Dia juga memuji Tuhan karena memberikan makanan bagi ciptaan-Nya (14-16), rumput bagi hewan, tumbuhan, anggur, minyak bagi manusia. Dan memberikan tempat tinggal bagi ciptaan-Nya (17-18) yaitu pohon-pohon, gunung-gunung dan bukit-bukit. Air, makanan, dan tempat tinggal merupakan tiga kebutuhan mendasar semua mahkluk hidup. Ketiga kebutuhan mendasar itu telah disediakan oleh Tuhan saat Ia menciptakan alam semesta dan segala isinya. Bulan ... matahari (19-23) dua benda angkasa ini diperhatikan secara khusus, sebab dua-duanya tidak dapat diabaikan dalam mengatur masa-masa dan hari-hari. Tuhan menciptakan benda-benda penentu waktu untuk mengatur suklus alami yang membuat berbagai mahluk, termasuk manusia memiliki gilirannya masing-masing.           

Melalui bahan kotbah kita ini dapat kita lihat bahwa semua ciptaan, baik itu manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan bergantung kepada Tuhan Allah. Allah kemudian menjadi pusat dari narasi pujian Mazmur 104 ini. Allah yang dipuji oleh pemazmur tidak hanya duduk diam di surga, kehadiran Allah justru ditemukan pada karya-Nya yaitu tatanan langit dan bumi yang diciptakan teratur membawa manfaat bagi seluruh penghuninya.

Dari bacaan kita 2 Korintus 9: 8-11 kita dapat belajar bahwa benih adalah bibit yang menjadi awal dari suatu pertumbuhan. Benih yang baik akan menentukan hasil yang baik. Sumber benih yang baik hanya ada pada Tuhan, Tuhanlah yang menyediakan benih yang baik. Kita hanyalah penabur dari benih yang baik itu. Jika kita mau menabur benih yang baik maka Tuhan pun akan memberikan pertumbuhannya dan akan memberikan hasil yang terbaik bagi kita. Tanpa kita sadari, setiap berkat, rezeki atau materi yang kita terima, sebenarnya sebagian adalah benih untuk ditabur dan sisanya adalah roti untuk dimakan. Roti untuk dimakan adalah semua materi yang kita terima yang digunakan untuk kebutuhan kita atau keluarga yang ada dalam tanggung jawab kita. Roti untuk dimakan akan habis ketika digunakan, tetapi benih untuk ditabur akan berlipatganda yang pada akhirnya akan kembali kepada kita sebagian sebagai "roti untuk dimakan" dan juga sebagai "benih untuk ditabur" 

III. Aplikasi

Sesungguhnya, Tuhan telah menciptakan alam semesta beserta isinya dengan teramat sangat indah. Itu merupakan anugerah yang amat besar, yang terlebih dahulu Dia sediakan sebelum menciptakan manusia. Sejak semula, Tuhan pun sudah menyatakan bahwa apa yang Dia ciptakan adalah baik. Kelestarian alam harus dijaga. Manusia dalam menjalani hidup sangat bergantung pada keadaan alam. Jika alam sekitar baik, manusia akan nyaman dalam menjalani hidup, sedangkan jika rusak akan merasa terancam. Alam semesta juga telah memenuhi segala kebutuhan hidup manusia. Semua yang dibutuhkan manusia, bahkan juga makhluk-makhluk Tuhan lainnya, telah tersedia di alam ini. Dengan demikian, menjaga kelestarian alam memang sangat penting. Sesuai dengan tema kita mengatakan “Dunia ini Penuh dengan Berkat-berkat Tuhan” mengingatkan kita bahwa segala sesuatu yang dibutuhkan manusia sudah disediakan oleh Allah melalui alam ciptannya. Dunia ini sudah sejak awal dipenuhi dengan berkat-berkat Tuhan yang dapat dinikmati oleh manusia jika manusia dapat mengolah, menjaga dan merawatnya dengan baik.

Dalam minggu menabur (merdang) ini pun kita di ingatkan untuk tetap bekerja keras dan mengelola dengan baik hasil dari pekerjaan kita sehingga kita dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga kita dan dapat juga menjadi berkat bagi orang lain melalui berkat-berkat Tuhan yang telah kita terima. Diberkati dan mejadi berkat, itulah yang harus diupayakan setiap orang Kristen di dalam hidupnya. Danau Galilea di Tanah Perjanjian, betapa suburnya wilayah di sekitarnya. Di dalamnya juga banyak terdapat ikan-ikan, sehingga di sekitar Danau Galilea juga banyak burung-burung yang mencari ikan disana. Namun berbeda dengan Laut Mati, di Laut Mati, wilayah di sekitarnya hanya berupa batu-batu cadas dan gersang. Bahkan di dalam Laut Mati tidak ada satupun mahluk yang bisa hidup. Apa yang menyebabkan perbedaan tersebut? Ternyata karena Danau Galilea selau mengalirkan kembali air yang diterimanya dari Gunung Hermon, lalu dialirkan kembali ke Sungai Yordan, sehingga Danau Galilea terus-menerus menerima aliran-aliran air yang baru dan menyegarkan. Itulah yang membuat wilayah di sekitar Danau Galilea menjadi subur dan makmur. Sedangkan Laut Mati, hanya menerima air saja yang masuk ke dalamnya, tetapi tidak mengalirkannya lagi, sehingga di dalamnya terdapat timbunan mineral yang kadarnya sangat tinggi yang menyebabkan tidak ada satu mahluk hidup pun yang bisa tinggal di dalamnya.

Kita dipanggil untuk diberkati dan menjadi berkat. Kalau kita hanya menerima berkat saja dan tidak mau jadi berkat, maka lama-kelamaan hidup kita bisa menjadi seperti Laut Mati dimana tidak ada kehidupan di dalamnya. Tetapi kalau kita diberkati dan menjadi berkat, maka keadaan hidup kita akan seperti Danau Galilea yang subur, makmur dan penuh damai sejahtera.

Pdt Rahel br Tarigan-Runggun Denpasar

MINGGU 10 JULI 2022, KHOTBAH AMSAL 9:7-12

Invocatio : Mzm 119:66

Bacaan : 2 Timotius 2:14-19

Tema : Kepentaren Erbahanca Umur Gedang

 

I. Pengantar

Kita pasti sudah sering mendengar perkataan “pendidikan adalah nomor satu”. Memang perkataan ini sangat benar karena kita tidak akan bisa melakukan apapun jika tidak mendapatkan pendidikan. Dari pendidikanlah kita akan mendapatkan pengetahuan. Sebagaimana yang kita tahu maka pengetahuan adalah dasar dari kehidupan manusia. Pengetahuan yang memberikan pengertian kehidupan dan bagaimana cara menjalankan kehidupan. dan dari pengetahuan itu pula kita dapat mendapatkan hikmat. Tanpa pengetahuan manusia tidak akan bisa berbuat apapun bahkan untuk menjaga keberlangsungan hidupnya. Melihat pentingnya pengetahuan ini sebagai orang Kristen juga seharusnya mementingkan pendidikan dan dari sana pulalah kita akan mendapatkan hikmat dan pengetahuan untuk memahami rencana Allah bagi kehidupan kita.

II. Isi

Invocatio kita dituliskan oleh Daud. Disini Daud membuat pernyataan syukur atas perlakuan Allah yang penuh kebajikan kepadanya. Daud memiliki banyak pengalaman hidup dengan Allah. Berdasarkan pengalaman-pengalaman itu Daud mengalaskan permohonannya untuk memperoleh pengajaran ilahi ajarkanlah kepadaku kebijaksanaan dan pengetahuan yang baik. Banyak orang memiliki pengetahuan, tetapi kurang memiliki kebijaksanaan. Mereka yang memiliki keduanya adalah orang-orang yang telah diperlengkapi oleh Allah dengan tujuan untuk melayaniNya juga. Permohonan ini didukung dengan alasan yang kuat sebab aku percaya kepada perintah-perintahMu. Hal ini menunjukkan bahwa Daud tidak sembarangan dalam meminta kepada Allah. Ia meminta dengan dasar bahwa ia taat dan patuh terhadap perintah-perintah yang diberikan Allah.

Bahan bacaan 2 Tim. 2: 14-19. Ayat 14 pada surat ini Paulus medesak Timotius untuk mengingatkan orang-orang percaya agar tidak memperdebatkan hal-hal kecil yang tidak penting (“bersilat kata”) atau melakukan pembicaraan bodoh karena perdebatan yang seperti itu membingungkan, tidak berguna, dan bahkan berbahaya. Guru-guru palsu senang menimbulkan perselisihan dan perpecahan dengan ribut-ribut yang tidak ada artinya mengenai hal-hal kecil yang tidak penting (1 Tim. 6:3-5). Untuk menjelaskan firman kebenaran secara tepat, kita harus menyelidiki apa yang dikatakan firman Allah supaya kita bisa memahami maksudnya. Dalam hal inilah diperlukan hikmat dan pengetahuan.  

Ayat 15, karena Allah akan memeriksa pekerja yang seperti apa kita bagiNya, maka kita hendaknya membangun hidup kita berdasarkan firmanNya dan membangun firmanNya dalam hidup kita. FirmanNya itu sendiri memberitahu kita bagaimana untuk hidup bagiNya dan melayani Dia. Mempelajari firman Allah dengan konsisten sangat penting. Jika tidak maka kita akan terbuai untuk menomorduakan Allah dan lupa akan tujuan hidup kita yang sebenarnya.         

Ayat 16, dalam bidang-bidang penting dari pengajaran Kristen, kita harus berhati-hati dalam mengeluarkan pendapat kita. Karena jika kita berbicara dengan asal-asalan tanpa belajar terlebih dahulu, hal itu akan membangkitkan kemarahan dan melukai perasaan. Dalam mengabarkan injil kepada orang lain juga harus hati-hati sebab dalam segi apapun kita selalu dijadikan contoh bahkan dari segi kita mengeluarkan pendapat.          

Ayat 17-18, Himeneus juga disebut dalam 1 Timotius 1:20. Paulus telah menyerahkan Himeneus kepada iblis karena ajaran sesatya mengenai kebangkitan yang merusak iman sebagian orang. Pengajaran-pengajaran palsu menyangkal adanya kebangkitan tubuh. Mereka yakin bahwa ketika orang mejadi Kristen, dia dilahirkan kembali secara rohani, dan itulah satu-satunya kebangkitan yang akan pernah ada. Bagi mereka kebangkitan bersifat simbolis dan rohani, bukan fisik. Tetapi Paulus dengan jelas mengajarkan bahwa orang percaya akan dibangkitkan setelah mereka mati, dan tubuh mereka seperti juga jiwa mereka akan hidup kekal bersama Kristus (1 Kor. 15:35).          

Guru-guru palsu tetap mengeluarkan kebohongan. Sebagian dari mereka memutarbalikkan kebenaran, sebagian lagi memperlemah kebenaran, dan sebagian lagi menghapus kebenaran begitu saja dengan mengatakan kebenaran Allah tidak berlaku. Tetapi berapa banyaknya pun orang yang mengikuti para pendusta itu, dasar yang kokoh dari kebenaran Allah tidak pernah berubah, tidak pernah goyah, dan tidak akan pernah pudar. Apabila kita mengikuti kebenaran Allah, kita akan hidup menurut jalan Allah.           

Bahan kotbah kita diberi judul perikop undangan hikmat dan undangan kebodohan. Menggali ayat ini tidak dapat terlepas dari ayat sebelumnya dalam perikop ini. Hikmat dan kebodohan digambarkan dalam pasal ini sebagai dua perempuan yang bermusuhan, masing-masing mempersiapkan pesta dan mengundang orang datang ke pesta itu. Namun hikmat adalah perempuan yang bertanggungjawab, sementara kebodohan adalah perempuan yang menyajikan makanan curian. Hikmat berseru-seru kepada pikiran, sementara kebodohan berseru-seru kepada indra. Lebih mudah untuk menyenangkan indra daripada pikiranm tetapi kesenangan karena kebodohan bersifat sesaat atau sementara. Sementara kepuasan yang didatangkan hikmat berlangsung kekal.           

Degan teguran-teguran kita, kita harus memberi orang lain nasihat dan harus mengajar mereka (ayat 9). Orang bijak akan menganggap sebagai teman, orang bijak saat ditegur mereka akan mengasihinya dan berterimakasih kepada kita. karena bagi orang berhikmat teguran dianggap yang membawa kebaikan. Berbeda dengan orang yang tidak berhikmat, saat diberikan nasihat atau teguran maka mereka tidak akan bisa terima bahkan dibalas dengan cemoohan.           

Apakah seseorang berhikmat atau tidak dapat langsung kita nilai bagaimana responnya saat menerima kritikan???? Dengan demikian kita lebih baik mendengarkan dahulu apa yang dikatakan jangan langsung merespons dengan penghinaan atau jawaban mencari alasan ketika ditegur. Hal ini tentu tidak disenangi oleh Allah. Karena Allah mengkehendaki kita menjadi orang-orang yang berhikmat.

III. Aplikasi

Hikmat kepintaran dimulai dengan menganal Allah. Dia memberi wawasan tentang cara hidup karena Dialah yang menciptakan kehidupan. Untuk mengenal Allah kita tidak hanya cukup dengan mengetahui fakta-fakta tentang Dia. Kita harus memiliki hubungan pribadi denganNya. Jika kita ingin menjadi orang yang berhikmat, maka kita harus mengenali Allah dengan baik dan lebih baik.           

Memang hidup kita selaku diperhadapkan dengan pilihan. Namun kita bisa membandingkan pilihan-pilihan itu dengan seksama dalam terang hikmat Tuhan, maka hanya akan ada satu pilihan saja yaitu berpaut pada Tuhan sang sumber hikmat. Karena hanya dengan hikmat Tuhan saja, hidup akan mendapatkan kesejatian dan kepuasan. Diluar hikmat Tuhan, hidup hanya kenikmatan sesaat tanpa kepuasan sejati dan bermakna.                                                                

Pdt Maria Endamalem Sitepu S,Th-Runggun Surabaya

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD