Minggu 01 Desember 2019, Khotbah Yesaya 40:1-8 (Advent I)

Invocatio :

Katakanlah kepada orang-orang yang tawar hati : “Kuatkanlah
hati, janganlah takut! Lihatlah, AllahMu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah, Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!”(Yesaya 35:4)

Ogen :

Wahyu, 19:11-15.

TEMA :

“BERITAKANLAH ALLAH SUDAH MENGAMPUNI DOSA”.

 

Syalom, Salam sejahtra bagi kita sekalian.
Puji Tuhan, Hari ini kita sudah memasuki minggu Advent I, minggu Advent adalah minggu yang mengingatkan tentang kedatangan Tuhan Yesus melalui kelahiranNya dan kedatanganNya yang kedua kalinya. Kelahiran Yesus sebagai sarana untuk menghadirkan keselamatan bagi dunia melalui kematiaan di kayu salib dan kebangkitan dari antara orang mati, sedangkan kedatanganNya kedua kali menggenapi keselamatan bagi orang yang percaya serta beriman kepadaNya. Pada Minggu-minggu Advent banyak gereja dan jemaat mengadakan perayaan Natal, hal ini tidaklah salah, namun esensi dari Advent itu sendiri jangalah dikaburkan dengan dengan seremonial saja tetapi wujudkanlah natal yang adventis.

Tema renungan minggu ini, mengajak seluruh umat untuk menjadi pembawa berita sukacita bagi dunia, dengan mengumandangkan “Allah sudah mengampuni dosa kita. Statement ini bukanlah kalimat pasif, namun merupakan kalimat Aktif yang menuntut tindakan nyata melalui pertobatan yang kelihatan di dalam pembaharuan hidup dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari. Pengampunan itu nyata dalam pertobatan yang sungguh-sungguh.

Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus, ada beberapa hal yang akan saya bagikan bagi kita melalui teks renungan ini:

1. Dosa menimbulkan Penderitaan.
Perbuatan Dosa adalah perbuatan yang melawan kehendak dan Perintah Allah, perbuatan dosa mendatangkan murka Allah dan penderitaan bagi manusia sendiri. Alkitab mencatat bahwa kuasa dosa semakin lama semakin besar dan semakin menjauhkan manusia dari Allah. Bangsa Israel sebagai bangsa pilihan Allah selalu melakukan perbuatan dosa dan melawan Allah, sehingga mereka berulangkali dihukum dan dibuang kepada bangsa bangsa-bangsa asing yang kejam (Babilon, Mesir,Persia, Asyur, dll). Di dalam pembuangan itu umat Allah mengalami penderitaan yang hebat dan dahsyat. Walaupun dosa telah dikalahkan Yesus melalui Salib, namun Peperangan terhadap kuasa dosa tetap berlangsung sampai hari ini. Iblis selalu memiliki banyak cara agar manusia termasuk pengikut Kristus agar jatuh kedalam jerat. Oleh karenanya setiap orang orang harus selalu waspada dan berjaga-jaga terhadap tipu muslihat iblis yang menggiring kita kepada perangkap dosa (bdk.Mat.26:41). usia muda, setengah baya, serta lansia tidak terlepas dari godaan dosa, apa yang dapat kita lakukan untuk melawan dosa?, Matius 26:41, “Berdoa” kepada Tuhan untuk memohon kekuatan melawan dosa, Mazmur,119:9, belajar Firman Tuhan karena Firman Tuhan adalah pelita bagi kehidupan, 2kor,15:33, pergaulan yang baik/jangan meninggalkan persekutuan, apabila kita melakukan perbuatan dosa, bertobatlah dengan sungguh-sungguh karena Allah kita maha pengampun.

2. Allah tetap memelihara dan Menghibur umatNya.
Yesaya pasal 40 adalah awal Deutro Yesaya, dimana bangsa Israel sedang dalam pembuangan yang penuh dengan penderitaan dan akan mendapatkan pembebasan, berita ini disebut juga sebagai “nubuat pemulihan”. Bangsa Israel kurang lebih hampir 70 tahun berada di dalam pembuangan, waktu yang sudah sangat lama mungkin saja mereka sudah lupa terhadap Allah serta latar belakang mereka sebagai bangsa Pilihan. Mungkin saja mereka juga sudah tidak memiliki harapan untuk kembali ke Yerusalem, Namun Allah tidak pernah melupakan umatNya sendiri Ia memberikan tetap memelihara umatNya dan akan membebaskan mereka dari pembuangan. Tujuan dari pembebasan ini adalah, agar Israel kembali melakukan tugasnya menjadi berkat bagi dunia. Allah tetap konsisten memegang janjiNya untuk memelihara umatNya walaupun di dalam pembuangan. Pemeliharaan Allah terlihat melalui kehadiran Yesaya dan nubuatan yang disampaikannya. Didalam kehidupan manusia kita tidak terlepas dari berbagai pergumulan hidup, antara lain : Kematian, Dukacita, Masalah, dll, Tetapi kita jangan pesimis dan putus asa karena Allah pasti akan mememelihara umatNya dengan berbagai cara.

3. Allah sendiri yang membebaskan umatNya.
Allah kita adalah Allah pembebas bagi manusia, Nubuatan tentang pembebasan itu bukanlah rancangan manusia namun merupakan inisiatif Allah sendiri, Alkitab mencatat bahwa Allah sendiri melalukan pembebasan melaui, Musa, Para Hakim, Nabi-nabi, Raja-raja, dan Yesus Kristus. Kitab bacaan kita minggu ini Allah melihat bahwa Israel sudah cukup mengalami penderitaan di pembuangan akibat pelanggaran mereka sendiri, sehingga melalui nabi Yesaya Allah menyatakan pembebasan dan pengampunan dosa bagi mereka. Berita pembebasan dan pengampunan dosa ini adalah berita sukacita yang sungguh menghiburkan umatNya, pembebasan ini membuktikan bahwa kasih Allah tidak ada habisnya, umat yang hampir tidak memiliki harapan mendapatkan harapan baru. Allah memiliki banyak sekali cara untuk membebaskan kita dari berbagai penderitaan, Puncak pembebasan Allah adalah melalui Yesus Kristus Allah mendamaikan diriNya dengan manusia.

4. Umat Percaya sebagai sarana untuk mengabarkan Pengampunan Dosa.
Pembebasan Israel adalah gambaran dari eksistensi Allah yang selalu mendatangkan kebaikan bagi manusia, bangsa Israel sudah dibebaskan dari pembuangan, namun hal ini adalah nubuatan terhadap rancangan Allah untuk mendatangkan pembebasan secara universal bagi dunia/bagi manusia berdosa melalui Yesus Kristus yang sudah datang 2000 tahun yang lalu, serta akan segera datang kembali pada masa parousia. Nabi Yesaya menubuatkan agar mempersiapkan “jalan”, untuk kedatangan Mesias sang pembebas, hal ini juga merujuk kepada Gereja dan umat percaya agar menjadi sarana untuk mempersiapkan kedatangan Yesus Kristus yang kedua dengan mengabarkan pertobatan dan pengampunan dosa sebelum hari maranatha tiba. Ini adalah berita sukacita yang harus direspons oleh setiap pengikut Kristus bagi dunia ini. Kita harus senantiasa bersyukur dan bersukacita untuk dipakai menjadi alat keselamatan bagi dunia ini, ini adalah tugas mulia dan sangat berharga. Karena kita sudah terlebih dahulu menerima anugerah pengampunan dosa.

Pdt. Togu P. Munthe
Runggun Cililitan

Minggu 24 November 2019, Khotbah Matius 13:47-50

Invocatio :

Kepada Dia yang seorang diri melakukan keajaiban-keajaiban besar! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

Bacaan :

Habakuk 3:1-5 (Responsoria)

Tema :

TUHAN Memisahkan yang Baik dan yang Tidak Baik

 

I. Pendahuluan
Tidak terasa minggu ini kita sudah masuk kalender gereja yang disebut Minggu Akhir Tahun Gereja yang mengingatkan kita akan anak-anak Tuhan atau pun saudara-saudara kita yang sudah lebih dulu berjumpa dengan Allah Sang Penciptanya. Minggu inibukan peringatan untuk menangisi mereka yang sudah meninggal dunia tetapi mengingatkan akan adanya kematian atau pun menyadarkan kita akan adanya akhir kehidupan. Firman Allah juga mengingatkan bahwa kelak kita juga akan menghadapi kematian dan penghakiman. Memento Mori ‘ingat, kau harus mati’ atau ‘ingat, kematianmu’ menjadi pengingat agar apapun yang terjadi, apapun jalan yang kita pilih, kita harus bisa bertahan dan tidak melupakan siapa diri kita. Keyakinan kita bahwasanya Yesus Sang Juruselamat akan datang kembali untuk menghakimi kita dan memisahkan hidup manusia yang percaya dan tidak percaya kepadaNya.

II. Penjelasan Nats
Firman Tuhan dalam Matius 13:47-50 merupakan perumpaan yang disampaikan Yesus kepada muridNya tentang hal Kerajaan Surga atau pun yang dipahami sebagai perumpamaan tentang penghakiman pada akhir zaman ketika orang benar dan orang jahat dipisahkan.Yesus mengambarkan hal Kerajaan Surga seperti pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan. Pukat adalah sebuah alat penangkap ikan yang besar (jala besar), dan pukat ini sering kali ditinggalkan di laut selama waktu tertentu. Ketika pukat itu penuh dengan ikan maka diangkat ke tepi pantai dan para nelayan akan memisahkan ikan-ikan yang ada dalam pukat tersebut. Ikan yang baik dimasukkan dalam pasu dan ikan yang tidak baik di buang. Perumpamaan yang disampaikan Yesus meliputi kehidupan nelayan penangkap ikan yang tidak asing bagi para murid dan pendengar pada saat itu. Pastinya mereka mengerti pekerjaan dan fungsi nelayan. Nelayan menagkap segala jenis ikan, tetapi tidak semua ikan dapat dimakan sehingga ikan yang tidak baik mereka buang. Tradisi nelayan Palestina harus memisahkan ikan tangkapannya ke dalam 2 golongan yaitu ikan yang dapat dimakan dan tidak dapat di makan. Ikan yang halal dan haram yang sudah ditentukan dalam Imamat 11:10-12.

Perumpaan ini menjelaskan bahwa misi Yesus dan murid-muridNya merupakan seruan kepada semua manusia dari berbagai tingkat sosial di dunia ini. Orang baik dan orang jahat sama-sama hidup di dunia ini tetapi tiba waktu pemisahan yang ditentukan TUHAN maka orang baik dan jahat akan dipisahkanNYa (bd. Hak. 3”1-5).

Dalam buku Perumpaan Yesus (Arman Barus) Pukat atau jala besar dalam perumpamaan ini digambarkan adalah Gereja, laut adalah dunia hal ini menerangkan tentang pelayanan gereja yang membawa semua bangsa ke dalam gereja. Berbagai jenis ikan adalah beragam manusia, perumpamaan tentang universalitas pelayanan Yesus menjangkau manusia dari berbagia golongan. Melempar jala berarti mengumpulkan manusia. Oleh sebab itu gereja sebagai perpanjangan tangan TUHAN mempunyai peran penting untuk membawa manusia hidup baik. Dengan mengaplikasikan Firman Allah dalam kehidupan sehari-hari sehingga banyak orang yang mampu melihat kebenaran Firman Allah sehingga ia juga mampu untuk hidup baik.

III. Penutup
1. Perumpaan dalam Matius 13:47-50 merupkan perumpamaan yang menjelaskan adanya hari penghakiman dimana terjadi pemisahan antara orang yang baik dan tidak baik. Dan penghakiman hanya hak Allah bukan manusia.
2. Penghakiman yang akan terjadi tidak hanya untuk warga gereja melainkan meliputi seluruh dunia. Semua kelompok etnis manusia tampa terkecuali. Penghakiman tahap eskatologis terjadi pada akhir zaman dimana malaikat-malaikat memisahkan orang baik dan orang jahat. Dan penghakiman yang demikian dilukiskan dengan mencampakkan orang jahat ke dalam tungku api yang terdapat ratapan dan kertak gigi.
3. Kerajaan surga bersifat universal, meliputi semua suku bangsa dunia dan undangan masuk ke dalam Kerajaan Surga diberikan kepada semua kelompok etnis tampa perbedaan. Semua manusia dari berbagai status sosial.
4. Firman Tuhan ini bukan untuk menakuti kita untuk menjalani hidup tetapi mengingatkan kita untuk tetap setia melakukan Firman Tuhan sampai hari yang ditentukan Allah tiba bagi kita manusia untuk menerima penghakiman dan pemisahan yang baik dan tidak baik. Dan yang menjadi harapan kita, kita masuk dalam bagian yang baik dihadapan Tuhan (bd. Invocatio).

Pdt. Mea br Purba
Runggun Cibubur

Minggu 17 November 2019, Khotbah Kisah Para Rasul 16:25-34

Invocation :

Mazmur 103:17, Tetapi kasih setia Tuhan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya atas orang-orang yang takut akan Dia, dan keadilanNya bagi anak cucu. 

Bacaan :

Ulangan 12:1-7

Tema :

Keluarga yang percaya akan senantiasa bergembira

Pendahuluan
Dapat dikatakan bahwa keluarga merupakan bagian dari rencana Allah untuk menghadirkan keselamatan dan kebahagian bagi umat manusia. Karena itu manusia pertama langsung dipersatukan dalam ikatan keluarga, Adam dan Hawa diberkati sebagai suami istri.Untuk menghadirkan keselamatan (kerajaan Allah) di dunia makagerejamelakukan pemembinaan terhadap jemaat juga dilakukan dalam lingkup kekeluargaan. Demikian juga Persekutuan dalam gereja terdiri dari keluarga-keluarga Kristen. Keluarga Kristenadalah persekutuan ayah, ibu, dan anak-anak yang telah percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamatnya dan meneladani serta menjalankan ajaran Tuhan dalam kehidupannya sehari-hari. Sehingga keluarga juga dapat disebut sebagai miniature gereja.

Pembahasan
Mazmur 103 mengungkapkan rasa syukur dan pujian kepada Tuhan atas keuntungan dan berkat yang telah dilimpahkanNya atas umat yang percaya padaNya. Bahwa kasih setia Tuhan untuk selama-lamanya artinya kasihNya lebih dari hidup itu sendiri, karena hidup manusia ada batasnya, bahkan bisa diartikan kasih Tuhan melampaui hidup manusia yang hanya seperti rumput (ay 15). Bagi orang yang takut akan Tuhan, berlaku janji keselamatan dan keadilan Tuhan bahkan akan terus berlaku juga bagi anak dan cucunya. Bisa disimpulkan bahwa kasih Tuhan tak berkesudahan bagi keluarga yang takut akan Dia (baca: mengasihi Tuhan).

Bangsa Israel menerima ketetapan dari Tuhan untuk memusnahkan tempat peribadatan bangsa-bangsa terdahulu yang mereka dapati di tanah perjanjian. Hal ini tentu saja dilatar belakangi oleh perjalanan hidup bangsa Israel sendiri yang dapat dengan mudahnya tergoda untuk menyembah ilah-ilah lain. Untuk menghindarkan bangsa Israel dari penyembahan terhadap ilah-ilah lain di tanah Kanaan,selain peribadahan dalam dalam rumah tangga (Ul 6:7,20) maka disepakatilah pemusatan peribadahan bagi mereka. Dalam ayat 5 disebutkan bahwa Allah sendirilah yang akan memilih tempat tersebut dan hanya ketempat tersebutlah mereka dapat membawa segala persembahan mereka (ay 6), tempat ini kemudian kita kenal dengan bait suci di Yerusalem. Tujuan dari pemusatan ibadah ini adalah untuk mencegah setiap orang melakukan ibadah dan tindakan menurut keinginan dan pandangannya masing-masing ditanah baru mereka tempati (ay 8-9). Tempat ibadah tersebut juga memiliki fungsi social, seperti yang dicatatkan dalam ayat 7, yaitu sebagai tempat keluarga (kamu dan seisi rumahmu) untuk bersukaria dihadapan Tuhan. Sukaria keluarga tersebut diekspresikan dengan acara makan bersama (miriplah dengan orang Karo yang juga selalu mengekspresikan sukacitanya dengan makan bersama).Alasan untuk bersukaria tersebut adalah karena keluarga telah menerima berkat Tuhan dalam segala usahanya. Sehingga keluarga yang bahagia adalah keluarga yang senantiasa mengucap syukur, pertama-tama syukur atas keselamatan yang Tuhan berikan kemudian syukur karena berkat melimpah yang diterima setiap harinya.

Paulus dan Silas mengalami penderitaan di penjara, kaki terbelenggu dan tubuh mereka terluka karena di dera/ dicambuk (ay 22-24), hukuman ini dijatuhkan karena mereka dianggap bersalah ketika mengabarkan Injil diantara masyarakat dikota Filipi, ada kelompok yang merasa dirugikan dan menuduh Paulus dan Silas mengacau kota dengan mengajarkan adat-istiadat Yahudi (ay19-21). Namun ditengah penderitaan fisik ini pun mereka senantiasa berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah, yang mereka lakukan adalah mengucap syukur dalam penderitaan. Doa dan pujian didengar oleh tahanan lain bahkan kemudia mendatangkan gempa hebat yang mengakibatkan:Sendi-sendi penjara goyah; Seketika terbukalah semua pintu; Terlepaslah belenggu mereka; Kepala penjara terjaga dari tidurnya (kepala penjara yang tadinya membelenggu kaki Paulus dan Silas). Kondisi ini membuat kepala penjara berpikir bahwa seluruh orang hukuman telah melarikan diri, dan bukannya mencoba mengejar atau pun meminta tolong untuk mencari orang-orang hukuman yang dikiranya sudah lari malahan dia menghunus pedangnya untuk tujuan membunuh diri sendiri.Mengapa seseorang mau membunuh diri sendiri? Menurut hellosehat.com penyebabnya adalah karena depresi, sikap impulsive (melakukan sesuatu berdasarkan dorongan hati), masalah social (dikucilkan/ bullying), filosofi kematian (mereka melihat tidak ada peluang untuk hidup), dan sakit mental. Dan saya kira kita sepakat bahwa kegembiraan ditengah keluarga akan menjauhkan anggota keluarga dari keinginan/ pikiran untuk bunuh diri.Mungkin rasa takut atas akibat dari kejadian gempa hebat,karena tahanan yang menjadi tanggung jawabnya dianggapnya sudah melarikan diri membuat kepala penjara mengambil keputusan instan tersebut.

Kita bisa saja beropini tentang penyebab kepala penjara tersebut ingin bunuh diri namun satu-satunya persoalan yang ditanyakannya kepada Paulus dan Silas adalah tentang keselamatannya. Katanya “Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?” dan jawaban yang diterimanya “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu”. Keinginannya untuk tetap hidup menjadi jalan masuk bagi Paulus dan Silas memperkanlakan Juru Selamat. Peristiwa gempa hebat dipenjara akhirnya bukan semata untuk membebaskan Paulus dan Silas tapi untuk mendatangkan keselamatan bagi kepala penjara dan keluarganya. Maka Injil diberitakan kepada kepala penjara dan semua orang yang ada dirumahnya, sekeluarga menjadi percaya dan memberi diri untuk dibabtis. Ayat 34, kembali kita bertemu dengan keluarga yang bergembira karena lawatan Tuhan dalam hidupnya dan ekspresi sukacita itu dilakukan dengan makan bersama.

Kesimpulan
1. Secara sederhana kesimpulan pertama dari Firman Tuhan diatasmaka haruslah mengadakan quality time bersama keluarga sangat penting dan yang dimaksud adalah dalam bentuk makan bersama.
2. Keselamatanoleh Tuhan Yesus yang di terima akan mengubahkan hidup sekeluarga dan juga memampukan kita untuk hidup penuh rasa syukur bersama keluarga yang Tuhan anugrahkan.
3. Keluarga yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus akan menjadi bagian dari keluarga Kerajaan Allah, bagian dari tubuh Kristus di dunia ini.
4. Sukacita ditengah keluarga bukanlah hal yang datang dari pencapaian dunia tapi karena seluruh keluarga memiliki iman percaya kepada Tuhan Yesus.
5. Kedekatan dan kebersamaan dalam keluarga akan menghindarkan anggota keluarga dari depresi dan pengaruh buruk/ negatif lingkungan dan teknologi.

Pdt. Erlikasna Purba
Runggun Denpasar

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD