MINGGU 08 MEI 2022, KHOTBAH KISAH PARA RASUL 9:36-43 (MINGGU JUBILATE : BERSORAKLAH)

Invocatio :

Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan Ia pun menyembuhkan mereka di sana (Matius 19:2).

Bacaan : 

1 Raja-Raja 17:17-24 (Tunggal)

Tema :

Banyak Orang Percaya Kepada Tuhan (Nterem Kalak Si Tek Man Tuhan)

 

KATA PEMBUKA

 Anthony de Mello dalam bukunya Doa Sang Katak 2 Meditasi dengan Cerita, menuliskan tentang seorang petani jagung yang mendapatkan penghargaan nasional karena ia memiliki kebiasaan membagi-bagikan biji jagung yang paling baik kepada petani-petani di sekitarnya. Ketika ditanya: “Mengapa kamu membagikan benih jagung terbaik kepada semua tetangga kamu?” Maka si petani jagung itu menjawab, “Jika aku menanam benih yang baik, dan tetanggaku menanam benih yang tidak baik. Lalu terjadi penyerbukan silang, entah lewat angin atau binatang. Apa jadinya? Aku pun tidak akan mendapatkan jagung yang berkualitas. Aku berbagi sehingga benih jagungku juga berkualitas.” Dari cerita Anthony de Mello tersebut, kita belajar bahwa ketika seseorang rela memberi yang terbaik untuk orang lain, maka kita sudah menjadi berkat buat orang lain. Kerelaan memberi bukan membuat seseorang merugi, melainkan malah memberkati. 

PEMBAHASAN

Bahan kotbah minggu ini dari Kisah Para Rasul 9:36-43 yang menceritakan kepada kita tentang seorang tokoh perempuan yang percaya kepada Tuhan serta hidup penuh kasih dan mau memberi bagi sesama manusia. Tokoh itu adalah Tabita, ia tinggal di Yope. Nama Tabita, dalam Bahasa Yunani disebut Dorkas. Mengapa nama Tabita, disebutkan juga dalam Bahasa Yunani ? Karena di Yope ini, penduduknya yang menetap adalah orang Yahudi dan juga bukan Yahudi. Nama Dorkas berarti “rusa betina”. Ia adalah satu-satunya perempuan dalam Perjanjian Baru yang disebut sebagai “murid perempuan” (Yunani : mathetria). Perempuan ini menonjol dalam perbuatan baik penuh kasih dan dalam memberi sedekah yaitu membantu orang-orang miskin. Sungguh, Tabita adalah seorang perempuan yang sangat berperan penting dalam jemaat. Tabita juga membuatkan baju dan pakaian yang diberikannya kepada para janda yang miskin. Ini menunjukkan bahwa Tabita sebagai seorang percaya kepada Tuhan, yang memiliki talenta membuat baju dan pakaian, mengembangkan talentanya itu dan mempergunakannya untuk menolong orang-orang dan para janda miskin. Mengapa ini dilakukannya ? Tentu saja berdasarkan kasihNya kepada Tuhan, dan Tabita juga mengasihi orang-orang yang ada dalam kesusahan serta menolong mereka. Ini merupakan bentuk pelayanan yang sangat baik untuk diteladani.

Tabita sakit lalu meninggal. Alkitab tidak secara langsung menjelaskan tentang penyakit yang di derita oleh Tabita, sehingga menyebabkan kematiannya. Meninggalnya tiba-tiba dan tentu saja menimbulkan dukacita yang sangat mendalam. Segala sesuatu untuk keperluan penguburan sudah dipersiapkan. Dan setelah dimandikan, mayat Tabita di baringkan di ruang atas. Ruang atas ini mungkin merupakan tempat pertemuan jemaat (seperti dalam Kis. 1:13 dan 20:8). Para murid yang ada di Yope tidak tinggal diam saja dengan keadaan dukacita yang mereka sedang hadapi.

Mendengar kabar bahwa Petrus ada di Lida, mereka menyuruh dua orang kepadanya dengan permintaan: “Segeralah datang ke tempat kami.” Mereka sangat berharap bahwa Petrus dapat menolong mereka. Mengapa ? Karena mereka telah mendengar bahwa Petrus telah menolong Eneas yang telah delapan tahun terbaring di tempat tidur karena lumpuh. Oleh kuasa Yesus Kristus melalui Petrus, Eneas disembuhkan dan dia bangun serta membereskan tempat tidurnya. Peristiwa inilah yang mendorong penduduk di Lida dan Saron berbalik kepada Tuhan (Kisah Para Rasul 9:32-35). Karena itu, para murid yang ada di Yope pun berharap bahwa Petrus dapat menolong mereka.

Bagaimana respon Petrus terhadap permintaan murid-murid dari Yope ? Petrus bukanlah seorang yang menunda-nunda pekerjaan, dan bukan juga seorang pemberi harapan palsu. Petrus segera berkemas dan berangkat bersama-sama dengan mereka. Setelah sampai di Yope, ia dibawa ke ruang atas dan semua janda datang berdiri dekatnya dan sambil menangis mereka menunjukkan kepadanya semua baju dan pakaian, yang dibuat Dorkas waktu ia masih hidup. Ini memperlihatkan kepada kita, betapa pelayanan yang dilakukan oleh Tabita sangat dirasakan manfaatnya, pelayanan yang menyentuh hati. Tentu saja, ini semua menambah duka mendalam bagi mereka sehingga mereka menangisi mayat Dorkas serta membawa semua baju dan pakaian yang dibuat Dorkas semasa hidupnya.

Mendengar dan melihat keadaan dukacita yang sedemikian, apa yang dilakukan oleh Petrus ? Petrus menyuruh mereka semua keluar, lalu ia berlutut dan berdoa. Ini menjelaskan kepada kita bahwa Petrus mengandalkan kuasa Tuhan yang bekerja melalui dia untuk membangkitkan Tabita. Petrus berkata : “Tabita, bangkitlah!” Lalu Tabita membuka matanya dan ketika melihat Petrus, ia bangun lalu duduk. Petrus memegang tangannya dan membantu dia berdiri. Kemudian ia memanggil orang-orang kudus beserta janda-janda, lalu menunjukkan kepada mereka, bahwa perempuan itu hidup.” (ayat 40-41)

Mujizat yang dilakukan Petrus ini, tersiar di seluruh Yope dan banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan. Petrus masih tinggal beberapa hari lagi di Yope, di rumah seorang yang bernama Simon, seorang penyamak kulit. Waktu yang beberapa hari di Yope ini, dipergunakan Petrus untuk memberikan pengajaran kepada orang-orang percaya kepada Tuhan, supaya mereka semakin teguh di dalam iman kepada Tuhan serta tetap setia kepada Tuhan. Orang-orang yang baru percaya kepada Tuhan, tetap membutuhkan perhatian, pendampingan serta pengajaran agar imannya semakin teguh di dalam Tuhan.

Kehidupan, kematian dan kebangkitan Tabita menjelaskan kepada kita tentang kebenaran Injil bahwa di dalam Tuhan ada kebangkitan bagi orang-orang yang percaya kepadaNya serta tetap setia berkarya untuk kemuliaan Tuhan.

Selanjutnya di dalam bahan bacaan minggu ini yaitu 1 Raja-Raja 17:17-24, yang menceritakan tentang bagaimana Elia membangkitkan anak seorang janda di Sarfat yang telah ditolongnya supaya memiliki makanan dan minuman ketika musim kekeringan. Janda Sarfat ini adalah seorang yang beriman, yang dengan penuh ketaatan patuh kepada Elia, melakukan apa yang perintahkan Elia untuk dilakukannya yaitu membuat sepotong roti bundar kecil bagi Elia, baru kemudian membuatnya bagi anaknya. Tindakan iman yang dilakukannya ini membuahkan hasil bahwa dalam kuasa Tuhan, tepung dalam tempayan tidak habis-habis dan minyak dalam buli-buli tidak berkurang sampai waktu Tuhan memberi hujan ke atas bumi (ay.15-16)

Janda di Sarfat ini memberikan kamar atas kepada Elia sebagai sikap hormatnya kepada Elia (ay.19,23). Adanya kamar di atas menunjukkan bahwa sebetulnya janda di Sarfat ini adalah seorang yang kaya. Karena pada umumnya, orang-orang membangun rumah sebagai tempat tinggal dengan satu kamar. Kalau seseorang mempunyai rumah dengan lebih dari satu kamar, apa lagi ada kamar di atas, itu sudah menunjukkan bahwa ia adalah orang kaya. Boleh jadi, janda Sarfat ini sebelumnya adalah orang kaya, tetapi, mungkin karena kematian suaminya dan juga musim kering (ay.7), ia menjadi jatuh miskin.

Selanjutnya, Janda Sarfat yang beriman, hidup benar serta bersikap hormat kepada nabi Elia ini mengalami penderitaan, yaitu anaknya mati. Di tengah penderitaan berat yang sedang dihadapi Janda Sarfat itu, apakah yang dia lakukan? Ia datang kepada Elia serta menceritakan dukanya (ay.18). Lalu Elia membawa persoalan itu kepada Tuhan melalui doanya. Elia berdoa supaya anak itu dihidupkan kembali (ay.21), dan Tuhan mengabulkan doa Elia serta menghidupkan anak itu kembali. Ini menunjukkan bahwa doa memiliki kuasa yang besar. Semua peristiwa yang dialami oleh Janda Sarfat ini semakin membawa dia mengenal bahwa Elia adalah abdi Allah. Penderitaan yang dialami oleh Janda Sarfat dan anaknya ini membawa kebaikan serta imannya juga semakin bertumbuh.

APLIKASI

Minggu ini disebut sebagai Minggu Jubilate, artinya bersoraklah. Makna kata Jubilate ini adalah bersorak-sorai atas sukacita yang kita alami. Sesuai dengan tema kotbah minggu ini, Banyak Orang Percaya Kepada Tuhan, tentu saja jikalau semakin banyak orang percaya kepada Tuhan akan membawa kita bersukacita di dalam Tuhan.

Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan IA pun menyembuhkan mereka di sana (Matius 19:2). Kuasa Tuhan yang bekerja, yang memberikan kesembuhan; dan juga kekuatan dalam menghadapi berbagai penderitaan seperti yang dialami oleh seorang janda di Sarfat. Demikian juga, kuasa Tuhan yang bekerja melalui Tabita dengan pelayanan kasih, memberi dengan sukacita yang dilakukannya, serta kebangkitannya dari kematian oleh kuasa Tuhan melalui Petrus yang datang mengunjungi Tabita; semua peristiwa ini membuat semakin banyak orang yang percaya kepada Tuhan.

Di tengah kehidupan kita pada masa kini, dengan berbagai pergumulan hidup yang kita hadapi, apa yang hendak kita lakukan, agar semakin banyak orang diteguhkan dan tetap percaya kepada Tuhan ?

1. Perkunjungan Rumah Tangga.

Setelah masa pandemi yang kita lalui, membuat program Perkunjungan Rumah Tangga secara langsung tidak dilakukan lagi agar memutus penyebaran Covid 19. Tetapi, sekarang penting untuk mengadakan perkunjungan rumah tangga secara langsung dengan melakukan protokol kesehatan yang baik. Melalui perkunjungan yang kita lakukan, kita dapat mengetahui berbagai pergumulan jemaat, mendoakan mereka serta mendorong mereka untuk terus mengandalkan Tuhan serta aktif ikut ambil bagian dalam pelayanan gereja kita.

2. Berbuat Baik

Seperti yang disampaikan oleh Bunda Teresa : Bila engkau baik hati, bisa saja orang lain menuduhmu punya pamrih. Tapi bagaimanapun, berbaik hatilah. Kebaikan yang engkau lakukan hari ini, mungkin saja besok sudah dilupakan orang. Tapi bagaimanapun, berbuat baiklah. Bagimanapun berikan yang terbaik dari dirimu. Selanjutnya, Bunda Teresa juga mengatakan : Jangan biarkan setiap orang yang datang pada anda, pergi tanpa merasa lebih baik dan lebih bahagia. Jadilah ungkapan hidup dari kebaikan Tuhan. Kebaikan dalam wajah anda, kebaikan dalam mata anda, kebaikan dalam senyum anda Hal ini tentu mendorong kita untuk tidak jemu-jemu berbuat baik (Galatia 6:9-10)

3. Berdoa

Di tengah penderitaan yang kita alami, percayalah dan setialah kepada Tuhan. Bahwalah penderitaan yang kita alami kepada Tuhan melalui doa. Pada akhirnya penderitaan itu membawa kebaikan bagi kita. Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah (Roma 8:28).

Tuhan memberkati kita. Amin.

Pdt. Crismori V. Ginting, S.Pd. M.Th

GBKP Sitelusada

JUMAT 15 APRIL 2022, KHOTBAH JESAYA 52:13-52 (JUMAT AGUNG)

Invocatio  :

"Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah. (1 Petrus 2:16)

Bacaan :

Ibrani 4:14-16 (Tunggal)

Tema :

Suruh-suruhen Si Ipehaga/ Hamba Yang Dimuliakan

 

A. PENDAHULUAN

Hari ini kita memperingati Jumat Agung, di mana kita mengingat kembali kematian Tuhan Yesus & kasih-Nya yang luar biasa bagi setiap kita. Melalui Peristiwa Jumat Agung, kita merenungkan kematian Kristus yang menghidupkan kita, Dia yang harus mati supaya kita hidup. Teks Jesaya 52:13-53:12 dipercaya merujuk pada Mesias, Hamba yang Mederita, yang penggenapannya digenapi setelah 700 tahun dalam diri Kristus. Penderitaan dan kematian Kristus adalah merupakan hal yang penting dalam iman Kekristenan, karena melaluinya kita mengalami penebusan. Yesus, sendiri, menjelang disalibkan mengamanatkan pada murid-murid-Nya untuk terus mengingat penderitaan-Nya melalui Perjamuan Kudus.

B. PENDALAMAN TEKS

Untuk membuktikan bahwa sang hamba yang digambarkan Yesaya mengacu kepada Kristus, ada beberapa ayat dalam PB yang menggunakan Yesaya 52: 13- 53:12 ini menunjuk kepada Kristus. Petrus mengutip Yes. 53 Ay. 5-6, digunakan untuk menunjukkan kepada Yesus (1Pet. 2:24-25). Paulus juga dalam Roma 10:16 mengutip & menghubungkannya dengan Kristus. Inilah yang mendorong beberapa penafsir menyimpulkan bahwa Yesuslah yang dinubuatkan oleh Yesaya dalam figur Hamba yang menderita. Yesaya 52:13-15 menjelaskan keberhasilan sang hamba, bahwa hamba itu akan berhasil, dan menggambarkan keadaan-Nya di masa depan dengan tiga kata: ditinggikan (yarum), disanjung (nissa’) dan dimuliakan (gabah).

Melalui Firman Tuhan pada Kebaktian Jumat Agung ini, beberapa point khotbah yang bisa kita renungkan:

1. Kristus adalah Hamba Allah yang menderita demi keselamatan kita, tapi kesetiaanNya pada misiNya menjadikanNya ditinggikan & dimuliakan.

Kita dapat memperoleh kemerdekaan dari perbudakan dosa dan ancaman murka Tuhan karena penderitaan Sang Hamba Allah. Pada bagian selanjutnya, Yesaya membahas tentang Sang Hamba yang menderita. Hamba yang dipukul, dihina, dan dibunuh demi kemerdekaan kita. Renungkan keindahan dari setiap kalimat yang dinubuatkan Yesaya, bahwa Sang Hamba itu akan ditinggikan dan dimuliakan, ini menjadi pesan utama dari teks ini & dinyatakan di awal. Inilah kesimpulan dari seluruh pembahasan teks perikop Yes 53: 13-53:12, yaitu bahwa Sang Hamba itu tidak akan gagal. Dia rela dan setia menjalankan tugas yang diberikan kepada-Nya, walau dengan perjuangan & penderitaan yang sangat berat, sebagaimana dicatat oleh Yesaya di dalam bagian selanjutnya (bdk. Yes. 53:1-12). Ini juga yang menjadi Tema kita pada Kebaktian Jumat Agung kali ini: “Hamba Yang Dimuliakan”, Dia ditinggikan & dimuliakan, setelah sebelumnya direndahkan, dihina, dimaki, dilukai & menderita sampai mati demi menggantikan hukuman atas kita supaya kita selamat.

2. Mengingat & menghargai KematianNya semakin membulatkan hati kita untuk setia melayani Tuhan.

Kebaktian Jumat Agung mengingatkan kita kembali bagaimana Kristus dengan rela menjalani langkah-Nya menuju kematian. Ketika tubuh & wajah-Nya yang penuh luka, menggambarkan beratnya derita yang ditanggung-Nya. Ketika semua orang berteriak & mengolok-olok Dia, pada waktu ingatan kita membawa kita pada peristiwa itu, mari bulatkan tekad & hati kita untuk berkata: “Yesus adalah Tuhan & Juru Selamatku! KasihNya begitu besar, aku akan mengikut Dia & mengasihiNya seumur hidupku.” Yesus menanggung semua derita bagi kita. Dialah Sang Mesias yang sejati. Mesias yang telah menderita & rela mati untuk kita.

3. Tuhan peduli & ikut merasakan penderitaan kita

Melalui Nats Ogen Ibrani 4:14-16 kita jg semakin diteguhkan karena memiliki Tuhan yang penuh kuasa dan kasih karunia yang dapat kita andalkan. Yesus adalah Imam Besar Agung, yang sungguh sempurna menyatakan kasihNya, janji penyertaan & pertolonganNya bukan omong kosong. Tidak ada penderitaan yang lebih pahit pernah dialami manusia seperti yang dialamiNya. Sebelum kita mengalami penderitaan, Dia sudah terlebih dahulu merasakan. Firman Tuhan ini meneguhkan kita, bahwa seberat apapun penderitaan yang kita hadapi, Yesus sudah terlebih dahulu menempuh jalan yang kita lalui itu, Kristus rela menggantikan kita menanggung hukuman dosa, serta mengerti akan kelemahan dan kejatuhan kita, agar Dia dapat merasakan derita & kelemahan yang kita rasakan & memberikan pertolongan yang terbaik bagi kita (ay. 15-16).

 

C. APLIKASI

Apa yang dapat kita aplikasikan dalam kehidupan kita melalui firman Tuhan ini:

  1. Kristus sudah mati mengantikan kita. Karena Ia mengasihi kita, Ia rela mengantikan kita. Dia yang adil, diperlakukan secara tidak adil. Dia yang benar, diperlakukan secara keji. Ia yang tidak berdosa, dihakimi oleh orang yang berdosa, untuk menanggung hukuman atas dosa & kesalahan kita. KasihNya tanpa syarat dan begitu sempurna karena Ia mau berkorban bukan karena kita sudah baik & bertobat tapi ketika kita masih berdosa, sebagaimana Paulus berkata, “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa (Rom 5:8).”Dia sudah berkorban & lebih dulu melayani kita, sudahkah kita juga siap berkorban, mengasihi & melayani-Nya lebih sungguh?
  2. Salib adalah tanda kasih Tuhan kepada dunia. Dengan kematian Yesus kita ditebus & diselamatkan. Sebagai orang-orang yang sudah diselamatkan & dimerdekakan, tanggung jawab kita adalah teguh berpegang pada iman & pengharapan kepada Kristus dan bersaksi tentang kasih dan keselamatan yang sudah kita terima kepada orang lain, melalui pikiran, perkataan & perbuatan, serta mensyukuri kemerdekaan yang telah Tuhan anugerahkan dengan hidup sebagai hamba Allah yang membebaskan & membawa kemerdekaan juga bagi sesama (bdk. Invocatio).
  3. Apa & bagaimanapun penderitaan yang kita alami & hadapi, Firman Tuhan ini mengingatkan bahwa Tuhan peduli & mengasihi kita. Teladan Kristus mengajarkan kepada kita untuk memiliki mental yang tangguh dalam menghadapi segala penderitaan & taat sampai mati, bukan mental “pengecut” yang lari dari masalah, tapi menghadapinya sampai mendapatkan kemenangan & dimuliakan. Mungkin hari-hari ini, di masa pandemi COVID-19 yang belum juga usai ini, ada banyak pergumulan yang menghampiri kita, umatNYA, banyak yang berjuang untuk bertahan hidup akibat dampak yang ditimbulkan pandemi, ada yang mengalami PHK, kesulitan ekonomi, berjuang dalam sakit penyakit, dsb. Firman Tuhan meneguhkan kita bahwa Tuhan peduli dan merasakan apa yang kita rasakan & akan memberi pertolongan tepat pada waktunya.

D. PENUTUP

Betapa kita harus bersyukur kepada Allah yang begitu mengasihi kita & tidak menyayangkan anakNya, Yesus Kristus sebagai Hamba yang rela menderita karena dosa, pemberontakan & kejahatan kita manusia. Dia yang suci, benar, tidak berdosa, dibuat berdosa karena kita, supaya kita bisa dibenarkan di hadapan Allah (2 Kor. 5:21). Dia telah menanggung dosa kita di kayu salib supaya kita yang percaya dan mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Selamat memperingati Jumat Agung & menghayati Kasih & pengorbanan Kristus.

 

 Pdt Jenny Eva Karosekali - GBKP Rg. Harapan Indah

MINGGU 10 APRIL 2022, KHOTBAH MAZMUR118:19-29 (MINGGU PALMARUN)

Invocatio :

Kolose 1:20b dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus

Ogen :

Matius 21:1-9 (Tunggal)   

Tema :

Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan

 

Pendahuluan

Ada satu lagu pujian yang mengingatkan kita untuk selalu bersyukur kepada Tuhan karena Dia baik. “Bersyukur kepada Tuhan, bersyukur kepada Tuhan. Sebab Dia baik bersyukur kepada Tuhan.” Sekalipun, situasi yang kita alami ada dalam kesusahan, penderitaan, kita percaya ada rancangan Tuhan yang baik dalam hidup kita, sehingga kita senantiasa mampu bersyukur.

Mazmur 113-Maz 118 biasa dipakai oleh orang Yahudi pada perayaan Paskah setiap tahunnya. Dua Mazmur pertama dinyanyikan sebelum perjamuan Paskah, dan sisanya setelah perjamuan. Dengan demikian menurut beberapa penafsiran, mazmur ini adalah nyanyian terakhir yang dinyanyikan Yesus Kristus sebelum kematianNya.

Pemazmur terlebih dahulu mengajak Israel secara keseluruhan (2..biarlah Israel), Pemimpin Rohani (3..kaum Harun), dan semua umat yang takut akan Tuhan (4) untuk memuji Tuhan. Setelah ajakan mengucap syukur (ay. 1-4), pemazmur menceritakan tiga kesaksian berbeda akan karya Tuhan dalam hidupnya. Yang pertama ay/ 5-9, kesaksian akan pertolongan Tuhan dari kesesakan karena himpitan musuh. Terbukti, Tuhan adalah tempat perlindungan yang lebih teruji daripada manusia, bahkan bangsawan sekalipun. Kedua, ay. 10-12, kesaksian raja akan pertolongan Tuhan ketika musuh berupaya menaklukan bangsanya. Umat Israel berulangkali mengalami bagaimana Tuhan melepaskan mereka dari cengkraman dari bangsa-bangsa musuh. Ketiga, ayat 13-25 yang juga menjadi bagian kotbah kita, adalah kesaksian pemazmur yang mengalami pembentukan dari Tuhan melalui penolakan dan hajaran. Tuhan mengijinkan dia kalah dan babak belur, tetapi pengalaman itu justru membentuk kekuatan dan ketangguhan untuk tetap setia kepada Tuhan. Dialah batu yang dibuang tukang bangunan, tetapi yang dijadikan sebagai batu penjuru untuk mengokohkan sebuah bangunan. Dan kembali Masmur ini ditutup dengan ajakan bersyukur, yang merupakan ulangan dari ay. 1.

Pendalalam Teks

Sebagaimana pengantar menjelaskan bahwa perikop ini adalah ungkapan syukur pemazmur yang sungguh merasakan pertolongan Tuhan, walaupun diawali dengan penderitaan (ay. 18 Tuhan menghajar aku dengan keras), tetapi pemasmur mengimani itu adalah cara Tuhan dalam membentuk pemazmur. Sehingga pemasmur tidak lupa mengucapsyukur kepada Tuhan. Ada 6 kali kalimat yang menunjukan ungkapan syukur pemazmur atas pertolongan Tuhan (ay 19, bukakanlah aku pintu gerbang kebenaran, aku hendak masuk dan mengucap syukur kepada Tuhan, ay. 21 aku besyukur kepadaMu, sebab Engkau menjawab aku, dan telah menjadi keselamatanku, ay. 24 bukan hanya bersyukur tapi juga bersorak-sorak dan bersuka cita selamanya, ay. 28 Allahku aku hendak bersyukur kepadaMu, aku hendak meninggikan Engkau dan ditutup di ay. 29 ajakan bersyukur : Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Dia baik.

Dan di ay. 22-23 Apalagi yang dialami oleh pemazmur, merupakan kesaksian pengalaman hidup Yesus Kristus. Dimana Yesus menerapkan ayat ini pada diriNya sendiri karena Ia ditolak oleh umatNya sendiri, tetapi kemudian menajdi batu penjur rumah Allah yang baru, yaitu gereja. Pemazmur bermohon, supaya Tuhan memberi keselamatan dan juga nubuatan keselamatan melalui pengorbanana Kristus dan dinyanyikan oleh orang banyak ketika Yesus memasuki Yerusalem. Pembacaan Firman Tuhan pertama (ogen), Judul Yesus dielu-elukan di Yerusalem, bagaiman sambutan yang sangat antusias dari orang banyak pada waktu itu yang mengharapkan Yesus sebagai penyelamat/pembebas dari bangsa Romawi yang selama ini sudah menjajah bangsa Israel. Sehingga orang banyak menyebut Yesus bukan saja sebagai Mesias yang datang dalam nama Tuhan tetapi juga sebagai nabi yang datang dari Nazaret (11). Namun dari perspektif Yesus, Dia sengaja mendemostrasikan diriNya sebagai Mesias dengan karakter dan tujuan yang berbeda. Yesus menunggang keledai bukan kuda (sesuai dengan nubuatan nabi Zakaria (Za 9;9), keledai merupakan simbol perdamaian dan kesederhanaan, kelemahlembutan dan kerendahan hati. Yesus tidak menungang kuda yang adalah lambang kekuatan dan kuasa. Bahkan Yesus tidak menunggang induk keledai, melainkan anaknya (ay. 7). Demonstrasi Yesus ini hendak menegaskan kemesiasanNya yang bersifat rohani. Ia datang sebagai raja damai untuk membebaskan umat manusia dari belenggu perbudakan dosa dan dari konsekuensi hukaman Allah.

Aplikasi

Minggu ini adalah Minggu Palmarum, minggu yang mengingatkan kita akan peristiwa Yesus memasuki kota Yerusalem sebelum Dia menjalani Via dolorosa. Umat menyambutNya dengan penuh sukacita sambil menghamparkan baju-baju (seolah red karpet), di jalan dan memotong ranting ranting dari pohon dan menyembarkan nya di jalan. Tradisi ini sampai sekarang masih diteruskan oleh beberapa gereja.

Apa pesan Firman Tuhan pada minggu Palmarun tahun ini

  1. Tetaplah besyukur kepada Tuhan dalam setiap perkara hidup kita, karena Tuhan baik. Sekalipun ada-hal-hal yang tidak kita mengerti adalah cara Tuhan untuk membentuk kita. Percayalah pertolonganNya selalu tepat pada waktuNya.
  2. Pujia-pujian pengaggungan kita kepada Tuhan harus tulus, bukan karena ada keinginan kita (udang di balik batu), bahkan ada hidden agenda, sehingga seringkali yang terjadi ketika tidak sesuai dengan harapan/ekpetasi kita kecewa.
  3. KehadiranNya sebagai Juruslamat yang membebaskan orang-orang berdosa dengan kelemahlembutan, kerendahan hati bukan kekerasan dan keangkuhan. Biarlah lah terpenggil untuk menjadi penolong, pembebas, jurudamai dengan karakter yang tetap mengedepankan kerendahan hati.

 

Pdt. Larena br. Sinuhadji-Rg. Cikarang

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD