MINGGU 09 OKTOBER 2022, KHOTBAH MATIUS 11:25-30

Invocatio : Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus (Galatia 6:2)

Ogen        : Mazmur 23:1-6

Khotbah : Matius 11:25-30

TEMA    : Perbuatan Yang Berkenan Bagi Tuhan


Pendahuluan 

Siapa dari kita yang tidak pernah merasakan letih, lesu dan berbeban berat ? Apapun status sosial, profesi dan bagaimanapun tingkat kemapanan hidup seseorang, yang namanya pergumulan dan beban hidup, yang membuat kita merasa letih dan lesu pasti pernah kita alami & rasakan. Karena selama kehidupan masih berjalan, beban kehidupan juga akan terus ada, tekanan hidup yang membuat kita letih & lesu pasti akan kita hadapi, namun bagaimana kita merespon & kepada siapa kita bersandar sehingga kita memperoleh kelegaan inilah yang akan kita pelajari melalui ketiga bagian nas Firman Tuhan Minggu ini. Yesus sanggup memberikan kelegaan, kedamaian dan membebaskan kita dari semua beban yang tidak dapat kita atasi sekalipun sehingga kita juga dimampukan untuk melaksanakan apa yang berkenan bagi Tuhan, menyatakan kasih & berkatNya, bertolong-tolongan menanggung beban orang lain juga.

Pendalaman Teks :

Konteks perikop Matius 11: 25-30 ini merujuk kepada legalisme orang Yahudi dalam melaksanakan tuntutan hukum Taurat. Orang-orang Yahudi hidup dalam Taurat dan tradisi lisannya, yang menghasilkan 613 peraturan (613 mitsvot) yang harus ditaati tanpa terkecuali. Jelas ini sangat melelahkan jiwa manusia, tetapi di dalam Kristus manusia hidup dalam hukum yang memerdekakan (bdk: Gal. 5:1). Dalam perikop yang berjudul “Ajakan Juruselamat” ini, Matius mengungkapkan ucapan syukur Yesus sebagai pendahuluan perikop, “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya, Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu (Mat. 11:25).” William Barclay menyatakan bahwa yang dimaksud pada pendahuluan teks ini adalah bagaimana Yesus mengungkapkan para rabi Yahudi (kaum intelektual) yang menolak Yesus,sementara orang-orang miskin, yang sakit, dan yang terpinggirkan (orang kecil) justru menerima Dia.[1] Jadi sesungguhnya ayat 28 terikat secara konteks dengan ayat-ayat sebelum dan sesudahnya yaitu tentang penolakan rabi Yudaisme terhadap Yesus.

 Ayat 26-27: Yesus mengklaim bahwa tidak ada seorang pun yang dapat mengenal Bapa selain Dia, dan tidak ada seorang pun yang mengenal Dia selain Bapa. Klaim ini kembali menegaskan bahwa pengenalan seseorang akan Yesus adalah sebuah anugerah yang besar, bukan hasil usaha manusia. Berdasarkan pendekatan konteks Matius 11:25-30, seharusnya kita memahami bahwa perikop ini tidak berbicara tentang persoalan jasmaniah seperti permasalahan hidup manusia, tetapi persoalan hukum Taurat yang telah menjadi kuk bagi bangsa Yahudi. “Kuk hukum Taurat, sebagaimana para rabi menamakannya adalah sesuatu yang ternyata berat dan membebani, karena bersifat lahiriah dan bendawi (tidak pribadi).”

[2]

Dalam terjemahan Yunani, istilah “letih lesu” menggunakan kata “κοπιωντες” (kopiōntes) yang dapat juga diartikan “berusaha keras” atau “menjadi letih lesu”. [3] Yesus memberi ajakan kepada semua orang yang berbeban berat, yaitu mereka yang berusaha selamat melalui ketaatan pada Hukum Taurat & supaya mereka berkenan di hadapan Tuhan. Ini mengingatkan kita pada Matius 23:4, di mana ahli Taurat dan orang Farisi dituduh membuat orang-orang memikul ‘beban berat’ dengan tuntutan legalistik mereka. Karena itu, Yesus mengundang untuk meletakkan beban mereka, dan menerima keselamatan yang disediakan bagi mereka oleh Kristus. Orang-orang berdosa, yang lelah karena dosa & kejahatannya (bdk. Yes 6:5 Luk 5:8), juga diundang untuk datang kepada Kristus, dan segera menemukan kelegaan.

Ajakan Juruselamat dalam Matius 11:28 memiliki makna teologis yang Kristosentris, bahwa:

Keselamatan adalah Anugerah Allah : karena tidak ada seorang pun yang dapat mengapai keselamatan melalui usahanya sendiri, sebab tidak seorang pun yang benar (Rm. 3:10). Orang yang letih lesu dan berbeban berat dalam teks ini merujuk kepada orang yang berusaha melakukan hukum Taurat dengan sempurna dengan tujuan mendapatkan keselamatan. Upaya mendapatkan keselamatan melalui ketaatan akan Taurat membuat mereka letih lesu dan berbeban berat karena tuntutan hukum Taurat menjadi beban yang mematikan bagi mereka. Untuk itulah Kristus datang dan menawarkan anugerah keselamatan yang hanya diperoleh melalui iman. Ajakan Yesus: “Marilah kepada-Ku.”adalah bersifat pribadi, karenanya marilah sekarang merespon panggilanNya, jangan menunggu karena itu adalah undangan yang begitu merdu dan menuntut penerimaan kita secara spontan.

Kristus Menggenapi Hukum Taurat : bukan untuk meniadakan hukum Taurat (Mat. 5:17). Yesus adalah Allah yang berinkarnasi menjadi manusia dan hanya Dialah pribadi yang sanggup menggenapi semua tuntutan hukum Taurat. Dalam Matius 11:28, Yesus memberikan undangan kepada setiap kita yang tidak sanggup melakukan tuntutan hukum Taurat secara sempurna & memberi kelegaan kepada semua yang mau datang kepada-Nya. Segala beban yang berat dan melelahkan dapat kita tanggung bersama dengan Kristus. Yesus memberi kelegaan bagi jiwa-jiwa yang letih yang dengan iman dating kepadaNya.

Kristus mengganti kuk perhambaan menjadi kuk yang memerdekakan: Yesus meminta kita memikul kuk-Nya dan belajar dari padaNya. Kuk secara metaforis menggambarkan takluknya seseorang kepada satu pribadi. Seekor banteng pun jika sudah mengenakan kuk pada lehernya akan patuh pada kendali tuannya. Mengenakan kuk Kristus berarti menempatkan diri di bawah kendali Tuhan dan melakukan apa yang berkenan bagiNya. Kuk yang dipasang Kristus bagi kita enak dan ringan (ay. 30) karena dipasang dengan Kasih dan penuh dengan anugerah. Di dalam Yesus beban menjadi ringan, sekalipun kita harus mengalami penderitaan sama seperti Kristus dalam ketaatan akan Tuhan, tapi kita akan merasakan kelegaan melalui kasih anugerah dan penghiburanNya.

Ini juga yang disaksikan oleh Pemazmur dalam Mazmur 23 (Ogen), bahwa Tuhan adalah gembala kita, yang memandu kita menjalani kehidupan, sekalipun harus melewati “lembah kekelaman” kita tidak takut bahaya, sebab dengan gada & tongkatNya Tuhan menjaga & menghibur kita. Tidak ada beban yang terlalu berat jika kita berjalan bersama dengan Tuhan, sang Gembala ajaib. Merenungkan syair atau kata-kata dari Mazmur 23 ini, memang sungguh indah, karena memberi rasa aman dan tentram. Tuhan kita digambarkan sebagai Gembala yang penuh kasih, dan memperhatikan para domba-Nya, selalu berusaha agar para domba-Nya “tidak berkekurangan”. Dialah Gembala yang betul-betul mengenal dan tahu akan kebutuhan domba-domba-Nya. Kehadiran Tuhan di dalam perjalanan kehidupan kita sebagai orang-orang percaya akan membawa dampak positif: dari berjalan di tengah kekuatiran dan ketidakpastian menjadi merasa aman dan tentram; dari hidup dalam kesepian menjadi hidup dalam kekeluargaan atau persekutuan; dari merasa berkekurangan menjadi berkecukupan dan penuh ucapan syukur. Perasaan aman, tak berkekurangan dan penuh ungkapan syukur akan memampukan kita juga untuk menjadi saluran berkat bagi sesama, menyatakan kasih dan melaksanakan hukum Kristus sebagaimana Paulus katakan dalam teks Invocatio kita: “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu ! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.”(Gal 6:2). Dengan demikian kita telah melakukan apa yang berkenan bagi Tuhan sebab kita adalah hamba-hamba Kristus, yang mengenakan kuk Kristus dan berada di bawah kendali Kristus. Inilah yang menjadi tema renungan kita pada Minggu ini.

 PENUTUP

Minggu ini adalah Minggu penjemaatan YKPD Alpha Omega, Panti Asuhan Gelora Kasih & PPOS, yang mengajak kita untuk mengingat, peduli dan memperhatikan saudara-saudara & orang tua kita yang membutuhkan pelayanan kasih. GBKP melalui unit pelayanan diakonia YKPD Alpha Omega, PAK Gelora Kasih & PPOS untuk memperkenalkan pengajaran & mewujudnyatakan Kasih Kristus melalui seluruh program pelayanannya untuk memberi kelegaan bagi saudara-saudara kita yang berbeban berat karena keterbatasan mereka (difabel, yatim piatu & lanjut usia) yang membutuhkan perhatian dan uluran tangan yang penuh kasih dari setiap kita jemaat GBKP. Mari melaksanakan panggilanNya, melakukan yang berkenan bagi Tuhan, dengan menyatakan kasih dan kebaikan Tuhan kepada sesama melalui pelayanan diakonia, memberi kelegaan bagi orang-orang yang membutuhkan pertolongan karena kita juga sudah lebih dahulu menerima kasih Kristus yang melepaskan kita dari segala beban dosa dan memberi kelegaan kepada kita. Tuhan memampukan kita untuk terus hidup berkenan di hadapanNya. Diberkati untuk Menjadi Berkat Bagi Sesama !

 

Pdt. Jenny Eva Karosekali STh., M.Min.-GBKP Rg. Harapan Indah

 

[1] William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Injil Matius Pasal 11-28 (Jakarta: BPK Gunung

Mulia, 2015), 21.

[2] Tafsiran Alkitab Masa Kini 3: Matius-Wahyu (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2006), 87.

[3] B. F. Drewes, Wilfrid Haubeck, and Heinrich von Siebenthal, Kunci Bahasa Yunani Perjanjian Baru

(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), 35.

MINGGU 02 OKTOBER 2022, KHOTBAH HAGAI 2:1-9

Invocatio         : Sakaria 6:15 a “ Orang-orang dari jauh akan datang untuk turut membangun bait Tuhan”

Bacaan 1         : Epesus 2:19-22

Khotbah          : Hagai 2:1-9

Tema               : Kemegahan Rumah Tuhan (Kiniulin Rumah Pertoton)


Pendahuluan

Rumah Tuhan saat ini identik dengan gedung gereja. Gereja juga diartikan sebagai rumah tempat berdoa dan melakukan upacara agama Kristen. Namun dalam bahasa Yunani, gereja juga diartikan sebagai ekklesia dan kuriake. Ekklesia adalah orang-orang yang Tuhan panggil keluar dari dunia untuk menjadi saksi-Nya. Sedangkan kuriake merupakan orang-orang yang dipanggil untuk menjadi milik Kristus dan memuliakan nama-Nya.

Berbicara tentang minggu perawatan inventaris gereja maka secara sederhana kita memahami bagaimana gereja yang adalah orangnya membangun, mengadakan perlengkapan dan merawat gereja yang adalah gedungnya dan halamannya dan semua perlengkapan yang ada di dalamnya. Walaupun realitanya masih banyak kendala yang dihadapi dalam pembangunan gereja, misalnya biaya yang seharusnya bisa menjadi ringan jika semua jemaat mengambil bagian namun hanya sebagian yang betul-betul memberi dukungan dana hingga terasa berat; begitu juga dalam pengadaan inventaris gereja masih saja kita berpikir mengadakan yang murah asal ada saja dulu hingga kwalitas yang rendah ditambah perawatan yang minim berakibat banyak inventaris gereja yang rusak dan tak terpakai.

Pendalaman Teks

Nabi Hagai hanya sedikit sekali muncul dalam Alkitab. Selain dari kitab yang mencatat pesan-pesannya, hanya Ezra yang menyebut namanya, yaitu dalam Ezra 5:1, 6:14, yang dengan sekilas menghargai pengaruh baik dari nubuat nabi itu. Namanya mengandung arti bahwa ia dilahirkan pada hari perayaan keagamaan. Secara umum kitab Hagai berisi peringatan yang disampaikan secara umum kepada seluruh rakyat Israel yang telah kembali dari pembuangan. Pelayanannya tepatnya dimulai sekitar 16 tahun setelah kepulangan kembali orang Yahudi ke Yehuda. Setelah ditunda selama 15 tahun, pekerjaan pembangunan Bait Suci itu dilanjutkan kembali melalui upaya Hagai dan Zakharia (Ezra 6:14).

Selama bertahun-tahun mereka kembali dari pembuangan dan sampai pada saat peringatan ini diberikan bangsa Israel ternyata tidak memperhatikan Bait Suci. Bait Suci tetap dalam kondisi reruntuhan dan ketika kembali rakyat Israel sibuk mengurus diri dan keluarga mereka masing-masing dan tidak ada semangat untuk membangun kembali Bait Allah yang rusak. Nabi Hagai memiliki pemikiran bahwa Bait Suci adalah wujud kehadiran TUHAN dan kelanjutan dari karya penyelamatan Allah. Tanpa kehidupan iman dan beribadatan kepada TUHAN, maka TUHAN tidak akan memberikan berkat dan kebaikan bagi bangsa israel pada saat itu. Keadaan inilah yang membuat mereka sebagai satu bangsa berada dalam keadaan miskin, panen gagal dan mereka mengalami penderitaan yang besar. Dalam keadaan demikian Allah melalui nabi Hagai mengingatkan akan kesalahan mereka, yaitu bahwa selama ini mereka telah mendahulukan kepentingan mereka dibanding mengutamakan Tuhan (Hagai 1:3-11).

Pesan dari Tuhan melalui nabi Hagai berkaitan dengan bagaimana kita dapat memiliki keberanian untuk bangun dari tidur kita dan terlibat dalam pekerjaan Tuhan, membangun Bait Suci. Dan beberapa hal yang menjadi penekanan nabi Hagai adalah:

  • Fokus pada kondisi sekarang/ masa kini (ay. 4) bangsa Israel tidak lagi bisa menangisi masa lalu ataupun berkeluh kesah akan masa depan tapi harus mulai dengan melihat sekitarnya, melihat Rumah Tuhan yang dalam kondisi reruntuhan dan mulai membangun kembali.
  • Komitmen untuk bekerja (ay 5) berulang kali disebutkan “kuatkanlah hatimu”. Sekarang memang tidak banyak umat Tuhan yang mau memberi dirinya terlibat aktif dalam pelayanan. Di gereja hanya 10% anggota jemaat melakukan semua pelayanan (kelompok emphatos) dan 90% lainnya lebih banyak mengeluh dan berkomentar. Namun komitmen untuk menguatkan hati diikuti sebuah janji yaitu penyertaan Tuhan karena itu diharapkan jemaat bisa dengan percaya diri berkomitmen untuk bekerja – melayani.
  • Merefleksikan apa yang Tuhan telah lakukan dimasa lalu bangsa Israel tentunya membuat mereka semakin yakin akan penyertaan Tuhan ditengah-tengah bangsaNya. Karena itu dengan kondisi yang tidak menentu dan tantangan yang berat seharusnya tidak membuat mereka goyah dan mundur dari pekerjaan membangun Bait Suci (ay 6)
  • Berharap pada Kemuliaan Tuhan (ay 7-9) Langkah terakhir untuk memiliki keberanian yang kita butuhkan untuk menjawab panggilan untuk membangun dan memperkuat rumah Tuhan adalah dengan berharap pada kemuliaan Tuhan bukan pada kekuatan manusia.

Di nubuatan Nabi Hagai kita diingatken akan pentingnya bangunan fisik Gereja, Bait Suci (Rumah Pertoton) tempat berkumpul dan bersekutunya jemaat untuk bersama-sama memuji dan menyembah Tuhan. Sedangkan di Efesus 2:19-22, kita melihat penekanan Rasul Paulus ada pada menjadi orang percaya berarti berada di dalam Kristus dan mereka yang ada di dalam Kristus adalah gereja Kristus. Ketika orang-orang percaya berkumpul, saling mengasihi, melayani dan membangun, Kristus menjadi nyata. Gereja adalah sarana yang dengannya Kristus menjadi terlihat di dunia ini. Jika kita adalah orang yang percaya kepada Kristus artinya kita bukan hanya salah satu dari jutaan orang percaya saat ini, bukan hanya orang Kristen anonim. Paulus mengingatkan kita bahwa kita adalah 'anggota rumah tangga Allah'. Kita diadopsi ke dalam keluarga Allah (1 Yohanes 3:1). Kita dianggap sebagai saudara dan saudara Kristus Yesus (Ibrani 2:11-12). Kita dibuat menjadi ahli waris bersama dengan Kristus Yesus (Roma 8:16-17). Inilah artinya menjadi orang yang percaya kepada Kristus Yesus dan inilah gereja yaitu orang percaya bangunan yang terdiri dari batu yang tersusun rapi, menjadi Bait Allah, tempat kediaman Allah, di dalam Roh. Dua teks ini bukan saling bertentangan namun menjadi pelengkap dan menyempurnakan pemahaman kita tentang Gereja.

Aplikasi

  1. Tuhan tidak akan pernah memanggil kita untuk melakukan sesuatu tanpa memberi persiapan yang dibutuhkan. Tuhan tidak akan pernah memanggil kita untuk melakukan sesuatu dan kemudian meninggalkan kita begitu saja sendirian. Hagai memberi tahu bangsa Israel bahwa Tuhan akan menyertai mereka. Saat mereka mulai melakukan pekerjaan membangun kembali bait suci, mereka tidak perlu takut atau khawatir, karena Tuhan akan menyertai mereka. Ini menjadi penyemangat untuk semua warga gereja untuk memberi perhatian dan terlibat pada pembangunan dan perawatan inventaris gereja. Ditengah kesulitan mengadakan dana, membangun gedung gereja yang seringkali terkendala izin masih ada harapan bahwa dalam perkenaan Tuhan, jemaat yang bersatu hati dan pikiran akan mampu mengatasi itu semua.
  2. Banyak kritik yang ditujukan kepada Organisasi Gereja, bahwa membangun gereja yang membutuhkan biaya mahal adalah bentuk ketidakberpihakan gereja terhadap kondisi jemaat dan masyarakat sekitar yang mungkin masih banyak membutuhkan pelayanan. Tapi dalam hal ini mari kita fokus pada situasi kondisi tempat peribadahan yang bisa membuat jemaat merasakan hadirat Tuhan dalam bersekutu. Bahwa tempat beribadah menjadi penting untuk diadakan, dirawat dan dipergunakan dengan maksimal dalam rangka pertumbuhan dan pendewasaan iman jemaat.

Pdt. Erlikasna br Purba-Rg. Graha Harapan

MINGGU 25 SEPTEMBER 2022, KHOTBAH KELUARAN 22:21-24 (MINGGU MENGHARGAI HAM)

Invocatio :    Namun demikian, dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-laki dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan. Sebab sama seperti perempuan berasal dari laki-laki, demikian pula laki-laki dilahirkan oleh perempuan; dan segala sesuatu berasal dari Allah. (I Kor 11:11-12)

Ogen        :    Kolose 3:8-17 (Responsoria)

Khotbah   :    Keluaran 22:21-24 (Antiponal)

Tema        :    Tetap melakukan kebenaran


Pengantar

Kalau kita berbicara tentang Hak Azasi Manusia, sampai saat ini masih banyak pelanggaran yang terjadi dalam kehidupan kita, terutama kepada perempuan dan anak. Sebagai contoh pelecehan seksual, pemerkosaan guru terhadap murid-muridnya. Kejahatan-kejahatan dengan berkedok agama, misalnya penggelapan dan penipuan donasi dengan cara mengeksploitasi penderitaan orang lain. Termasuk kebebesan beribadah kaum minoritas sampai saat ini masih dihambat. Dan masih banyak lagi kasus-kasuh pelanggaraan HAM yang terjadi di Indonesia. Dari peristiwa-peristiwa tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa penghargaan terhadap hak asasi manusia masih belum sesuai dengan harapan walaupun setiap tahun kita memperingati hari HAM sedunia seperti yang kita peringati pada hari minggu ini.    

Pendalaman Teks

Setelah bangsa Israel menerima 10 hukum Tuhan dari Tuhan melalui Musa di Gunung Sinai, Tuhan memberikan aturan-aturan lainnya (Aturan tentang kebaktian 20:22-26, peraturan tentang jaminan nyawan sesama manusia 21:12-36, Aturan tentang jaminan harta sesama manusia 22:1-17, Peraturan tentang dosa yang keji, Peraturan tentang orang yang tidak mampu, peraturan tentang hak-hak manusia 23:1-13). Dan renungan kita merupakan bagian dari peraturan tentang orang yang tidak mampu.

Tuhan memanggil bangsa Israel menjadi bangsa pilihanNya agar menjadi umat yang kudus. Implikasi langsungnya adalah umat harus memiliki gaya hidup yang berbeda dengan bangsa lain; pola hidup, pola beribadah, pola makan, dll. Sudah pasti, ketika hal ini dilakukan bisa saja membuat bangsa Israel menjadi eksklusif, di mana perbedaan gaya hidup ini membuat sekolompok manusia memandang kelompok manusia lainnya sebagai kelompok manusia yang lebih rendah karena gaya hidup yang berbeda. Tetapi bukan hal ini yang diinginkan Tuhan. Kalaupun persoalan ini muncul, hal itu harus diatasi. Tetapi Tuhan menginginkan gaya hidup yang lebih baik sebagai umat Tuhan.

Aturan yang diperintahkan Tuhan dalam teks kita, supaya bangsa Israel jangan menindas atau menekan seorang asing,seorang janda/anak yang yatim. Sabab bangsa Israel dahulu pun adalah orang asing di tanah Mesir. Artinya, sikap etis terhadap orang lain didasarkan pada ingatan kolektif bahwa mereka pun dulu pernah menjadi umat yang tertindas. Tuhan menghendaki agar umatNya berempati kepada orang-orang yang tersingkir dalam masyarakat, yaitu janda, anak yatim, orang miskin. Ketika hal itu dilanggar, jelas Tuhan mengatakan, Tuhan yang akan menjadi lawan dari umatnya sendiri. Tuhan akan mendengar seruan orang-orang yang tertindas ini, jika mereka berseru-seru kepada Tuhan dengan nyaring (band. Pengalaman bangsa Israel ps. 2:23b dan mereka berseru-seru sehingga teriak mereka minta tolong karena perbudakan itu sampai kepada Allah).

Bacaan Firman Tuhan pertama, Surat Paulus kepada jemaat Kolose dilatarbelakangi munculnya ajaran palsu yang mengancam masa depan rohani jemaat Kolose. Sehingga secara khusus di Ps. 3 Paulus memberikan tuntunan praktis yang harus dilakukan sebagai orang percaya, yang sudah hidup baru di dalam Tuhan. Paulus menasehati jemaat Kolose untuk mematikan, membuang dan menanggalkan segala yang duniawi (5-9, kemarahan, kejahatan, fitnah, kata-kata yang tidak membangun, berdusta, dll). Hal itu berarti, walaupun secara rohani Jemaat sudah memiliki hidup baru, secara praktis dalam hidup sehari-hari harus berjuang dalam memelihara kehidupan baru itu. Mereka harus secara sadar berusaha menepis kecendrungan untuk kembali dalam kehidupan mereka yang lama. Hidup baru adalah anugrah Tuhan, tetapi haruslah tetap dipelihara dalam upaya yang berkelanjutan. Rasul Paulus melihat pentingnya pembaharuan dengan ungkapan menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru yang terus menerus dibaharui. Sebagaimana dengan rela hati dan terus berjuang melalui kuasa Roh kudus untuk menanggalkan dan mematikan keinginan dunia, pengikut Kristus juga harus dengan sadar dan berusaha mengenakan segala hal baik. Belaskasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, kesabaran, saling mengampuni, dll. Dan kasih yang telah diberikan Kristus kepada umatNya menjadi dasar sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.

Aplikasi

Setiap manusia memiliki hak yang harus dihargai. Hak asai yang merupakan anugrah Tuhan sejak seseorang dilahirkan. Hal tersebut adalah hak dasar dan mutlak. Dalam UU no. 39 th. 1999, disebutkan bahwa HAM adalah ‘seperangkat hak yang melekat pada manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrahNya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum dan pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”. Artinya setiap manusia harus saling menghargai sesamanya, hak individu tersebut harus dihormati. Tetapi pada kenyataannya, sampai saat ini masih banyak pelanggaraan HAM terjadi (lihat pengantar, pelecehan seksual, kejahatan berkedok agama, tindakan bullyng, diskriminasi SARA

Ada beberapa point yang menjadi pesan firman Tuhan dalam minggu ini :

1.Tetap melakukan kebenaran, menghargai dan menghormati apa yang menjadi hak dasar setiap pribadi adalah satu keharusan bukan karena dorongan supaya kita selamat tetapi mengingat bahwa kita sudah terlebih dahulu diselamatkan. Bangsa Israel selalu diingatkan bahwa dulu mereka juga budak di tanah Mesir mengalami penindasan. Pengalaman penderitan dan saat ini hidup dalam kebebasan menjadi pengingat dan pendorong untuk tetap melakukan tindakan peduli, empati kepada orang-orang yang dipinggirkan. Bukan sebaliknya, pengalaman penderitaan yang sudah dialami menjadi pendorong untuk melakukan penindasan sebagai tindakan balas dendam.

2.Kita adalah manusia baru yang harus tetap dibaharui dari hari ke sehari melalui tuntunan Roh Kudus dan hidup dalam FirmanNya.Tetap melakukan kebenaran hanya bisa terjadi ketika hidup tunduk pada pimpinan Roh Kudus dan hidup di dalam kebenaran Firman Tuhan.

3.Gereja baik secara pribadi dan organisasi harus terus menerus ikut dalam gerakan perjuangan HAM. Ketika kita melihat pelanggaran HAM, gereja jangan diam tetapi menyuarakan suara kenabiaanNya. Bahkan jangan kita terlibat sebagai pelaku dari pelangaraan HAM. Paling tidak ada beberapa hal praktis yang dapat kita lakukan :

-Menghargai hidup yang sudah diberikan oleh Tuhan.

-Menolak dengan tegas segala bentuk pelanggaran HAM

-Bersikap kritis terhadap upaya penegakan HAM. Ikut memantau dan melaporkan ketika ditemukan pelanggaran dalam proses peradilan HAM, juga bersikap tegas dan tidak pandang bulu terhadap pelanggar HAM.

-Melaporkan bila terjadi pelanggaran HAM.

Biarlah kita tetap hidup berdampingan dengan sesama kita, dengan saling menghargai, menghormati dan mengasihi kalau banyak yang membedakan kita, baik jenis kelamin, tingkat sosial, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, agama dan suku yang berbeda. Tuhan menciptakan kita berbeda agar kita tetapi saling menghargai dan melengkapi.

Manusia yang mengingkari hak asasi manusia mereka adalah menantang kemanusian mereka..Nelson Mandela.

Pdt. Larena Sinuhadji-GBKP Cikarang

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD