MINGGU 03 APRIL 2022, KHOTBAH FILIPI 3:4b-14

Invocatio: Yesaya 53:3

Bacaan: Yesaya 43:16-21

Thema: Ikut Merasakan Penderitaan Kristus

 

I. Pendahuluan

Masa Prapaskah disebut passio artinya “sengsara”. Dengan demikian, makna “Minggu Sengsara” harus terus kita rayakan demi menguatkan iman percaya kita dalam menapaki perjalanan hidup kita. Minggu ini umat diajak merenungkan makna sengsara dan penderitaan Yesus yang akan terjadi. Masa Minggu Sengsara bukan dimaksudkan agar umat menyukai penderitaan (masokhisme). Dalam sikap masokhisme seseorang menyukai dan menikmati rasa sakit fisik atau psikologis yang ditimbulkan pada diri sendiri atau orang lain. Perilaku masokhisme adalah kelainan psikis dan perlu diterapi secara medis dan spiritual. Sebaliknya, melalui Minggu Sengsara ini umat diajak merenungkan bahwa keselamatan mereka telah dibayar dengan harga yang sangat mahal, yaitu darah Putera Allah, Yesus Kristus (1 Ptr. 1:18-19). Respon umat pada Minggu Sengsara ini adalah kesediaan diri untuk menghayati keselamatannya sebagai rahmat Allah, sehingga mengalami proses pembaharuan hidup dalam karya penebusan Kristus melalui pola hidup menurut keinginan Roh. Dalam sudut pandang Minggu Sengsara, umat percaya bukan menyesali dosa dan kesalahannya dengan melukai diri sendiri, sebaliknya mengalami proses pemulihan dari luka-luka dosa, yaitu pembaharuan diri yang didasarkan pada anugerah Allah.

II. Isi

Dalam Filipi 3:4-6 Paulus menyaksikan bagaimana ia dahulu hidup tanpa cela menurut ukuran keagamaan, tunduk dan taat pada hukum Taurat, status dan kedudukannya terhormat sebagai orang Farisi, dan dari kelahirannya, ia adalah orang Ibrani asli. Selain itu, Paulus memiliki semangat militan untuk menegakkan kebenaran agamanya, sehingga menganiaya umat Kristen. Inilah keutamaan yang dianggap Paulus semula hebat dan benar ternyata setelah perjumpaannya dengan Kristus dipintu gerbang kota Damsyik, apa yang dianggapnya selama ini hebat dan benar ternyata salah besar. Nilai keutamaan sebagai nilai terbaik akan diperoleh ketika seseorang memperoleh pencerahan yang membebaskan. Sering, seseorang menganggap dirinya telah melakukan nilai keutamaan hanya karena telah melakukan kewajiban agama dan moral belaka. Seharusnya, kewajiban dan tanggung jawab moral kita didasari oleh pencerahan rohani, sehingga menghasilkan sudut pandang yang baru. Melalui pencerahan rohani, kita dimampukan melihat dan menilai tiap kewajiban dan tanggung jawab moral dari lingkup yang lebih luas dan kritis. Kita tidak sekadar melihat dan memaknainya sekadar sebagai sesuatu yang harus kita lakukan dengan setia. Tetapi, kewajiban dan tanggung jawab moral kita itu secara sengaja ditempatkan pada peristiwa penyataan Allah yang telah terjadi dalam sejarah hidup manusia.

Pencerahan dan pembebasan itu terjadi melalui perjumpaan kita dengan Tuhan Yesus. Pengalaman yang mencerahkan dan membebaskan tersebut juga disaksikan Paulus setelah ia berjumpa dengan Kristus (Flp. 3:4-5). Paulus melepaskan seluruh kebanggaan yang dimiliki, setelah ia menemukan yang lebih mulia, lebih kekal, dan keselamatan yang tiada taranya. Selama kita belum menemukan sesuatu yang lebih berharga dan mulia, kita sering menganggap apa yang kita banggakan sebagai milik kita itu lebih dari segala-galanya. Namun, pada saat seseorang berjumpa dan mengenal Kristus, barulah ia menyadari bahwa seluruh kebanggaan dan kemegahannya hanyala sia-sia belaka. Setelah berjumpa dan mengenal Kristus, yang dahulu dianggap sebagai suatu keuntungan ternyata kerugian semata.

Yesaya 43:16 menyaksikan bagaimana Allah berkarya dengan membuat jalan melalui laut yang hebat. Bagi umat Israel, lautan merupakan wilayah yang berbahaya dan tempat kuasa kegelapan tinggal. Itu sebabnya mereka menghayati peristiwa keluarnya bangsa itu dari Mesir sebagai tindakan pertolongan dan karya keselamatan Allah yang mampu membebaskan mereka dari kuasa Firaun, sekaligus dari cengkeraman kuasa kegelapan. Dalam Yesaya 43:18-19 Allah menghendaki agar kita memiliki sudut pandang luas ke depan, dan mampu secara kreatif mengubah sesuatu yang tidak mungkin menjadi kenyataan, seperti seseorang yang mampu mengubah padang gurun menjadi jalan, dan padang gurun yang kering memiliki aliran sungai. Saat hidup kita dilandasi kasih yang murni, kita akan dimampukan Allah untuk melakukan hal-hal transformatif dan kreatif sehingga karya, serta pelayanan kita dapat menjadi berkat yang tidak pernah lekang oleh waktu dan perubahan zaman. Ingatlah bahwa tujuan utama seluruh pelayanan kita pada intinya adalah kemuliaan Kristus (Yes. 43:21). Nilai keutamaan hidup kita adalah memuliakan Allah dan Kristus yang dinyatakan melalui tindakan yang transformatif dan kreatif sesuai dengan karunia hikmatNya.

III. Refleksi

Paulus memperlihatkan sikap imanya yang kita ditafsirkan maknanya dalam sudut pandang baru dalam karya penebusan Kristus. Di Filipi 3:13-14 bisa kita lihat, dengan sudut pandang iman yang baru, Paulus mampu menghayati makna “pertobatan” secara eksistensial, sehingga ia tidak terjebak pada romantisme iman di masa lalu. Melalui Kristus, Paulus menemukan kekayaan iman, sehingga ia melupakan apa yang ada di belakangnya dan mendorong dia untuk secara progresif bertumbuh dan semakin serupa dengan Kristus. Hubungan antara bahan khotbah dan bahan bacaan kita ini menghasilkan sikap iman yang otentik. Paulus menghayati iman kepada Kristus sebagai panggilan yang mendorongnya melakukan dengan antusias. Iman yang otentik dilakukan oleh Paulus dengan penuh semangat, tidak sekadar meniru dengan ekspresi orang lain. Ia tidak sekadar mengungkapkan kasihnya kepada Kristus menurut pola hukum Taurat, tetapi utamanya ia mengungkapkan secara otentik, tidak terduga dan sangat menyentuh hati.

Pengenalan yang dalam akan Kristus membuat kita mau ikut dalam penderitaan yang pernah dijalan oleh Kristus. Berada dalam persekutuan dengan Kristus berarti mengalami kuasa perubahan: kuasa pengampunan dosa, kuasa penciptaan hidup yang baru. Kuasa ini telah dialami oleh Paulus. Oleh kuasa itu hidupnya berubah, hidupnya menjadi lain daripada hidupnya yang dahulu. Itu tidak berarti bahwa hidupnya yang sekarang lebih senang dan lebih indah daripada hidupnya yang dahulu. Persekutuan dengan Kristus bukan saja membawa pengampunan dosa dan hidup baru. Persekutuan itu juga berarti partisipasi dalam penderitaan Kristus. Sehingga orang yang berbuat demikian juga turut menderita dengan Dia, bukan karena kehendaknya sendiri, tetapi karena kehendak Dia. Bukan untuk memenuhi penderitaan penebusanNya, sebab hal itu tidak mungkin, tetapi untuk turut menanggung penderitaan yang Ia tanggung di dalam orang itu. Dengan penderitaan demikian ia menjadi serupa dengan Dia dalam kebangkitanNya.

 

Pdt Andreas P Milala

Rg Cibinong

MINGGU 27 MARET 2022, KHOTBAH MAZMUR 32:8-11

Invocatio   :

Bersukacitalah senantiasa Di Dalam Tuhan!Sekali lagi kukatakan : Bersukacitalah! (Fil 4:4)

Bacaan :

Lukas 15:1-7 ( Tunggal)

Tema :

Meriahlah Atendu Ibas Tuhan/Bersukacitalah di dalam Tuhan

 

Pendahuluan

Setiap manusia menginginkan hidupnya bersukacita dan bahagia. Kebahagiaan atau sukacita sering dikaitan dengan keadaan atau situasi. Sebagai contoh jika seseorang berhasil, berhasil di dalam pekerjaan, persekolahan, usaha, keluar dari masalah, sehat dari penyakit, sukses meraih pendidikan tinggi maka semua ini akan membuat kita bahagia. Wujud dari kebahagian ini bisa kita tunjukan dengan melakukan pesta, makan bersama bahkan di tradisi orang Karo bisa membuat acara syukuran sampi menari semalam suntuk.Apakah ini sebenarnya arti dari bersukacita, kebahagiaan atau malam ate? Sebenarnya tidak salah jika kita berhasil kita bersukacita, kita sukses kita sukacita. Sebab menurut KBBI arti sukacita adalah girang hati berarti ada sesuatu yang membuat girang hati. Tetapi sebenarnya bukan hanya sebatas memiliki atau mendapat. Jika ini yang kita maksudkan dengan sukacita maka tidak semua manusia yang ada didunia ini bisa merasakan sukacita tersebut. Hanya orang orang yang mendapat dan memilikilah pemilik sukacita tersebut. Bagimana dengan orang orang yang mungkin susah, menderita, tersampingkan, sakit, gagal di dalam kehidupan ini apakah mereka tidak bisa bersukacita. Terlebih pada masa sekaranhg ini kita masih ada didalam masa pandemi yang terjadi banyak masalah dan pergumulan bahkan banyak diantara kita yang kehilangan baik itu pekerjaan dan juga saudara saudara kita yang lebih dahulu meninggalkan kita. Pertanyaanya apakah mereka bisa bersukacita?Pada Minggu latare yang artinya sukacita kita akan melihat dari sisi alkitab apa yang dimaksud dengan sukacita.

Pembahasan Nats

Masmur 32 menurut M.C, Barth digolongkan ke dalam Masmur Doa ucapan syukur (Tafsir Mazmur 1-72). Ungkapan syukur ini disampaikan oleh penulis Masmur karena doanya dijawab oleh Tuhan. Doa yang dijawab itu merujuk kedalam beberapa hal yaitu: dibebaskan dari bahaya maut dan penyakit (30), dibebaskan dari fitnah (66), dibebaskan dari penindasan(92) dan dibebaskan atau daimpuni dosanya(32). Secara garis besar ada dua isi dari masmur doa ucapan syukur tersebut pertama adalah ajakan bersyukur atau situasi yang ada dari penulis dan kedua adalah penyebab dari ucapan syukur tersebut.Kalau kita melihat secara menyeluruh Mazmur 32 kita dapat melihat bahwa ayat 1 dan 2 adalah kondisi dari penulis sendiri dimana Daud sebai penulis merasakan sangat bersukacita sebab ia telah dibebaskan dari belenggu dosa yang menghimpitnya di dalam kehidupanya. Yang membebaskan Ia dari belenggu dosa dan hukuman terhadap dosanya bukan kekuatan dan usaha yang dilakukanya semua itu karena kasih Tuhan. Hal ini berbeda dengan kondisinya ketika ia masih ada dibawah belenggu dosa ini digambarkan oleh Daud didalam ayat 3 dan 4 ia merasakan penderitaan yang luar biasa. Ia merasa tertekan gambaranya sampi ketulang sumsumnya dan merasakan panas yang luar biasa. Artinya ia tidak memiliki ketenangan , ketentraman secara keseluruhan dari hidupnya tidak ada yang memberikan sukacita dan kedamaian pada hal ia raja pemilik segalanya. Ini dirasakanya bukan hanya sewaktu waktu tapi seluruh keberadaan dan situasi hidupnya dirasakanya sebab di katakana siang dan malam. Jadi tidak ada sebentar juga ia merasa tenag hidupnya terus merasakan kesakitan dampak dari dosanya. Kemudian ia datang kepada Tuhan. Hal ini dapat kita lihat ketika nabi Natan menegor dosanya akhirnya ia datang kepada Tuhan mengakui semua dosanya (2 Samuel 12:13). Ia telah berdoasa dengan melakukan perbutan yang tidak berkenan dihadapan Tuhan. Ia menggunakan kuasa dan hawa nafsunya untuk merebut istri panglimanya. Ia merasa dengan memiliki istri panglimanya akan mendatangkan sukacita tetapi yang terjadi adalah sebaliknya. Ia mengakui semua dosanya tersebut.Dan seterusnya ia menghimbau juga bahwa setia orang yang berdosa datanglah kepada Tuhan dan minta pengampunan dosa. Katanya ketika Tuhan dapat ditemui artinya ketika ada kesempatan hendaklah langsung datang kepada Tuhan jangan mengeraskan hati Tuhan pasti mengampuni. Kemudian penulis melanjutkanya ke dalam bahan khotbah kita. Pada bagian Khotbah kita Daud menuliskan bagaimana Tuhan bukan hanya mengampuni tetapi juga meminta kepada orang yang diselamtakan itu dua hal yaitu mendengarkan, melakukan dan mengarahkan mata kepada jalan yang akan ditunjukan oleh Tuhan. Hidup orang yang diselamatkan harus berfokus kepada Tuhan agar tidak disesatkan kembali oleh dunia dan keadaan sekitarnya.Hal kedua adalah supaya jangan keras kepala dan sulit mendengarkan didikan dan ajaran. Daud melambangkanya seperti kuda yang tidak berakal. Artinya tidak mau mendengarkan dan tetap dikuasai oleh keinginanya dan nafsunya. Karena demikian kegarannganya atau nafsunya harus dikendalikan yaitu dengan kekang. Demikian juga orang yang sudah diselamatkan harus bisa mengekang dirinya dari semua keinginanya yang bisa menyebabkan jatuh lagi kedalam belenggu dosa.Kemudian di ayat 10 Daud menggambarkan apa ayang terjadi bagi orang yang fasik yang tidak mau bertobat dan tetap hidup menuruti segala keinginan dan nafsunya. Digambarkan banyak derita yang dialaminya hal ini dapat juga dengan jelas kita lihat didalam Masmur 37 yang diberi judul “Kebahagiaan orang fasik” Orang fasik menghalalkan segala cara untuk memperoleh yang ada didunia ini yang dianggapnya kebahagiaan atau sukacita tetapi pada akhirnya kebahagin dan sukacita yang dimilikinya itu hanya semua. Di dalam Mzm 37 :9 dikatakan bahwa orang fasik yang berbuat jahat akan dilenyapkan tetapi orang yang menantikan Tuhan akan mewarisi negri. Jadi jelas bahwa bukan sukacita yang diterima orang fasik pada akhirnya tetapi hukuman yang kekal mereka dilenyapkan selamnya. Setelah itu Daud menutup Masmur 32 ini dengan sebuah penutup yang indah dan menyimpulkan bahwa hanya di dalam Tuhan terdapat sukacita dan orang yang jujur dan benar akan memperolehnya. Jadi untuk mendapatkan sukacita yang datanngnya dari Tuhan kita harus hidup seturut dengan kehendaknya.Dalam invocation kita Filipi 4:4 Paulus lebih jauh mengatakan bukan situasi atau keadaaan yang membuat kita bersukacita. Tetapi jiia kita ada bersama dengan Tuhan yang menguasai situasi dan keadaan tersebut sebab Tuhan mamapu mengubah situasi yang susah, kesakitan , pergumulan dan masalah menjadi keberhasilan dan sukacita. Paulus mau mengatakan Tuhan adalah penyebabnya. Bukan hanya ketika kita susah tetapi didalam semua kondisi kebneradaan hidup kita kita tetap ada di dalam Tuhan. Sukacita kita juga bukan hanya sebatas sukacita yang ada didunia ini tetapi kita juga mau beroleh sukacita yang abadi hal ini digambarkan juga di dalam bacaan kita di dalam Kitab Injil Lukas 15:1-7 bahwa sorga juga bersukacita jika ada seorang yang bertobat dan mau hidup seturut dengan kehendak Tuhan. Jadi orang yang bertobat dan hidup seturut dengan kehendak Tuhan akan membuat tambah sukacita di sorga sebab tambah penghuni sorga. Dan yang menjadi penghuni itu adalah kita yang telah diselamtkan. Jadi bisa saja kita didunia ini tidak mendapatkan atau memiliki segala Sesutu yang mebuat kita bersukacita tetapi tidak itu alaasan kita orang yang sudah ditebus kembali jatuh kedalam dosa sebab kita mengejar sukacita yang ada di sorga juga sukacita yang tidak pernah lenyap dan kekal selamnya.  

Aplikasi

Dari ketiga bahan alkitab kita pada minggu Latare atau sukacita ini kita dapat meihat beberapa hal di dalam khotbah kita yaitu:

1.Banyak kita menggambarkan atau mengartikan sukacita dan bahagia itu adalah sebatas memiliki atau situasi yang menyenagkan.Akibat pemahaman yang seperti ini maka banyak diantara kita berjuang untuk mendapatkan sesuatu. Sebenarnya tidak salah tetapi jika kita memakai segala cara untuk mempeolehnya maka kita akan jatuh ke dalam dosa. Hal ini yang dilakukan oleh Daud ketika ia ingin memenuhi ambisinya untuk memiliki istri panglimanya Uria. Akhirnya ia menggunakan segala cara jatuh ke dalam dosa. Yang dianggapnya kebahagian dan sukacita tetapi membawa penderitaan ke dalam kehidupannya.

2. Hanya di dalam Tuhanlah kebahagian yang sesungguhnya. Jika kita hidup di dalam Tuhan dan seturut dengan kehendaknya makia segala sesuatu yang kita miliki akan kita kelola sesui dengan kehendak Tuhan. Bahkan jika kita juga ada di dalam pergumulan dan masalah maka bersama dengan Tuhanlah maka kita bisa mengatasi segala masalah yang ada tersebut sebab Tuhan punya kuasa untuk mengubah segala sesuatu pergumukan di dalam kehidupan kita. Bukan hanya itu bahkan Tuhan dengan kasihnya juga telah menebus kita manusia yang berdosa yang seharusnya binasa menjadi manusia yang diselamtkan sperti apa yang dialami oleh raja Daud. Dan hanya Tuhan yang mampu melakukan itu segala yang ada didunia ini tidak mampu memberikan sukacita dari pembebasan dosa bahakn segala yang kita miliki juga tidak mampu. Tuhan juga bukan hanya menyiapkan sukacita yang sementara yang kita terima didunia ini Tuhan juga menyiapkan sukacita yang kekal.

3.Untuk memperoleh sukacita tersebut Kita juga harus mengerjakan bagian kita. JIka kita ingin memperoleh sukacita didunia ini dan juga yang dijanjikan oleh Tuhan maka kita harus hidup seturut dengan kehendak Tuhan.Jika kita memiliki dosa kita harus datang dan mengungkapkan segaka dosa kita dan menerima pengampuna dari Tuhan. Setelah itu kita harus hidup seturut dengan kehendak Tuhan.Hal ini jelas dikatakan di dalam ayat 8 mengarahkan mmata dan hati kepada Tuhan sehingga kata Tuhan atau Firmanya menjadi kekang bagi kita sehingga kita tetap berjalan dijalan Tuhan dan tidak lagi jatuh ke dalam godaan dosa. Mungkin di dalam menjalaninya kita mengalami banyak tantangan dan juga cobaan bahkan bisa saja kita tidak memperoleh sukacita yang ada didunia ini tetapi jangan itu mebuat kita meninggalkan dan berpaling dari Tuhan sebab Tuhan menjanjikan sukacita yang abadi bagi orang yang benar dan jujur.

4. Orang yang tidak hidup didalam Tuhan atau yang disamakan dengan orang Fasik. Yang mencoba memperoleh sukacita dengan yang ada didunia bahkan berusaha memperolehnya dengan menghalalkan segala cara maka ia akan mengalami penderitaan yang luar biasa sama seperti ketika Daud jatuh kedalam dosa dan ini digambarkan juga di dalam masmur 37. Orang fasik memiliki kebahagian atau sukacita yang semua. Mungkin saat ini mereka memiliki semua sukacita yang ada didunia ini tetapi padaakhirnya mereka akan dibinasakan dari dunia ini.

Kesimpulan

Hanya di dalam Tuhan ada kebahagiaan atau sukacita yang abadi. Jadi marilah kita tetap hidup seturut dengan kehendak Tuhan di dalam semua kondisi dan keberadaan kehidupan kita.

 

Pdt Luther E Tarigan

Rg Depok

MINGGU 20 MARET 2022, KHOTBAH LUKAS 13:1-9

Invocatio   :

"Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan. (Roma 14. 8)

Bacaan   :

Yesaya 55. 6-9 (Responsoria)

Tema  :

Jera Ntah Mate/Bertobat atau Mati

 

A. PENDAHULUAN

Minggu ini kita memasuki Minggu Passion IV yang diberi nama Okuli, Mataku tertuju kepada Tuhan. Kita dipanggil untuk selalu mengarahkan mata kita, iman kita kepada Tuhan yang mengasihi kita. Khususnya dalam penderitaan, kesusahan atau pergumulan yang kita alami disana kita juga dipanggil untuk memandang kepada penderitaan Yesus sehingga kita akan sabar dan tekun dalam penderitaan itu sampai kita mengalami kelepasan.

Tema kita pada Minggu ini: Bertobat atau Mati. Sepertinya sebuah pilihan ditawarkan kepada kita. Dan sepertinya kita pasti sepakat pasti memilih bertobat dan tidak akan memilih mati.

Namun dalam perakteknya tindakan bertobat itu suatu perjuangan dimana kita harus bersedia menderita sehingga kita bisa meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak berkenan kepada Tuhan.

B. PENDALAMAN TEKS

Dari nas khotbah pada Minggu ini, ada beberapa pokok renungan yang bisa kita angkatkan:

1. Kematian seseorang tidak dapat serta merta dikaitkan dengan peristiwa yang mereka alami.

Pada waktu itu datanglah kepada Yesus beberapa orang membawa kabar tentang orang-orang Galilea, yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah korban yang mereka persembahkan. Pada waktu yang dimaksud ialah ketika Yesus dan murid-muridNya sedang melakukan perjalanan ke Yerusalem. Datanglah beberapa orang, siapakah orang ini tidak diketahui, apakah orang-orang Farisi atau Guru-Guru Agama atau kaum Zelotis tidak diketahui namun mereka membawa kabar kepada Yesus. Bahwa darah orang-orang Galilea dicampur dengan darah yang mereka persembahkan.

Menurut beberapa sumber ketika orang Galilea membawa korban persembahan di bait Allah, ntah karena alasan apa, serdadu Pilatus membunuh mereka dan hal itu dapat terjadi di Bait Allah sehingga darah mereka tercampur dengan darah korban yang sedang mereka persembahkan. Sehingga mereka mengatakan Pilatus telah mencampur darah orang Galilea dengan darah korban persembahan mereka.

Yesus menjawab mereka: "Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.

Jadi dari jawaban Yesus terhadap mereka yang membawa kabar itu, jelas ada pikiran mereka bahwa orang-orang yang mati itu ketika mereka membawa persembahan dosanya sangat banyak atau besar sehingga peristiwa itu menimpa mereka. Tetapi dengan jelas dan tegas Yesus menegaskan jangan engkau menyangka seperti itu bahwa peristiwa kematian seseorang tidak selamanya berkaitan langsung dengan dosa yang mereka lakukan.

Atau sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem? Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian."

Jadi Yesus menegaskan bukan menilai kematian seseorang yang penting melainkan yang penting selama Tuhan masih memberi kehidupan kita, yaitu bertobat dari dosa dan kejahatan kita.

2. Tuhan menginginkan buah pertobatan dari setiap kita.

Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini: "Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya. Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma! Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!"

Dari perumpamaan ini jelas Tuhan yang telah memberi hidup kepada kita, yang telah menebus dosa-dosa kita menginginkan kita menghasilkan buah-buah kebenaran, kasih dan keadilan.

Tuhan tidak langsung mengambil kehidupan dari kita seperti perumpamaan ini melainkan kepada kita diberi waktu dan kesempatan untuk sungguh-sungguh memperhatikan hidup kita supaya kita sungguh-sungguh menghasilkan buah yang baik. Kalau kita tidak menghargai waktu dan kesempatan yang Tuhan beri maka Tuhan dapat mencabut, mengambil kehidupan itu dari kita.

C. APLIKASI

Apa yang dapat kita renungkan dari firman ini:

1. Bertobat atau mati

Setiap kita dengan jujur pasti mengakui bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan kita dihadapan Tuhan. Karena itu hari-hari yang masih diberi Tuhan kepada kita adalah kesempatan bagi kita untuk bertobat dan terus membaharui diri seperti yang dikehendaki oleh Tuhan.

Seperti yang dikatakan dalam nas bacaan kita: “Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat! Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya.

Luar bisa kasih Tuhan kepada kita. Dia tidak menginginkan kematian kita melainkan pertobatan dan menerima pengampunan serta memberikan berkatNya atas kehidupan kita. Karena itu kita harus melihat bahwa hari-hari ini adalah hari-hari kita terus mengerjakan keselamatan kita sampai kita menerima kehidupan yang kekal.

2. Hidup dan Mati kita adalah untuk Tuhan

Ketika kita hidup kita hidup untuk Tuhan dan ketika kita mati kita mati untuk Tuhan (bacaan kita). Artinya selama kita hidup ialah kita hidup melakukan apa yang berkenan kepada Tuhan. Hidup menghasilkan buah-buah kebenaran, kasih, kebaikan dan keadilan. Sehingga buah yang kita hasilkan menjadi berkat bagi orang lain. Apabila ketika kita hidup kita hidup untuk Tuhan maka ketika kita mati kita mati untuk Tuhan dan kita adalah milik dari pada Tuhan.

D. PENUTUP

Betapa kita mensyukuri karena bagi kita masih diberi kehidupan itu artinya Allah menginginkan kita menerima anugerahNya, Allah menginginkan kita menghasilkan buah pertobatan, karena untuk itulah Kristus telah mati bagi kita, untuk itulah Kristus telah menebus dan menyelamatkan kita. Tuhan tidak menginginkan kematian kita karena kita tidak mau bertobat melainkan pertobatan dan menerima kehidupan dari Tuhan. Amin

 

Pdt Sahabat Perangin-Angin

Rg. Pondok Gede

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD